Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TERPADU

(MATERNITAS)

DENGAN POST NATAL ( NIFAS )

Di susun oleh:

DWI DAMAYANTI

(14401.16.17010)

PRODI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY

PESANTREN ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO

2019
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TERPADU
(MATERNITAS)

DENGAN POST NATAL ( NIFAS )

I. DEFINISI
Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu
berikutnya. (JHPEIGO, 2002).
Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir
persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi (Benner dan
Brown 1999).
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah
lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003).

II. ETIOLOGI
Menurut Dewi Vivian sunarsih (2013), Etiologi post partum dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Post partum dini
Adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir dan
hematoma.
2. Post partum lambat
Adalah tertinggalnya plasenta, ubinvolusi didaerah inserasi plasenta
dan luka bekas secsio sesaria
III. MASA POST PARTUM
3. Immediet post patum periode ( 24 jam pertama setelah melahirkan )
4. Early post partum periode ( hari ke dua / ke tiga sampai keenam setelah
melahirkan ).
5. Late post partum ( minggu kedua / ketiga sampai keenam setelah
melahirkan).
IV. FISIOLOGI
a. Uterus
Involusi uterus atau pengertian uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
a. Iskemia Miometrium
Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari
uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi
relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
b. Atrofi Jaringan
Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon esterogen saat
pelepasan plasenta.
c. Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot
uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan
lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini
disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
d. Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus
sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk
mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi
pendarahan.

Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil. Perubahan-
perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut:

Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Diameter


Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat dan 500 gram 7,5 cm
simpisis
14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm
b. Lokia
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs
plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama
dengan sisa cairan. Pencampuran antara darah dan desidua inilah yang
dinamakan lokia. Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih
cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia
mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan
volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan
karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra,
sanguilenta, serosa, dan alba. Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat
sebagai berikut:
Lokia Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari sel desidua,
verniks caseosa,
rambut lanugo, sisa
mekoneum dan sisa
darah
Sanguilenta 3-7 hari Putih bercampur merah Sisa darah bercampur
lender
Serosa 7-14 hari Kekuningan/kecoklatan Lebih sedikit darah dan
lebih banyak serum,
juga terdiri dari
leukosit dan robekan
laserasi plasenta
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit,
selaput lendir serviks
dan serabut jaringan
yang mati

Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi
terbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina
bagian atas saat wanita dalam posisi terbaring dan kemudian akan mengalir keluar
saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240 hingga 270 ml.

c. Vagina dan Perineum


Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam
keaadan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak
sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembetukan berubah menjadi
karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipar. Ukuran vagina akan
selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum
mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan atau
pun dilakukan episitomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian,
latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat
mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada
akhir puerperium dengan latihan harian.
d. Perubahan Sistem Pencernaan
Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan
cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot
polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian,
faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.

Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara
lain:

a. Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk
mengonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari
sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun
setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu
atau dua hari.
b. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama
waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa
memperlambat pengembalian tonus dan mortilitas ke keadaan normal.
c. Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus
otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare
sebelum persalinan, enema sebelum melehirkan, kurang makan, dehidrasi,
hemoroid atau pun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas
membutuhkan waktu untuk kembali normal.

Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:

a) Pemberian diet/makanan yang mengandung serat.


b) Pemberian cairan yang cukup
c) Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan
d) Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir
Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau obat yang
lain.
e) Perubahan Sistem Perkemihan
f) Fungsi sistem perkemihan
a) Keseimbangan hemostatis internal
1) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Cairan yang terdapat dalam tubuh terdiri atas air dan unsur-unsur yang
terlarut di dalamnya. Sebanyak 70% dari air tubuh terletak di dalam sel-sel
dan dikenal sebagai cairan intraselular. Kandungan air sisanya disebut
cairan ekstraselular. Cairan ekstraselular dibagi antara plasma darah dan
cairan yang langsung memberikan lingkungan segera untuk sel-sel yang
disebut cairan interstesial.
2) Edema adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat gangguan
keseimbangan cairan dalam tubuh.
3) Dehidrasi adalah tertimbunnya cairan atau volume air yang terjadi pada
tubuh karena pengeluaran berlebihan dan tidak diganti.
V. PERUBAHAN PSIKOLOGI
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva Rubin :
a. Periode taking in ( hari ke 1-2 setelah melahirkan )
a. Ibu biasanya masih pasif dan hanya memperhatikan tubuhnya.
b. Ibu masih pasif dan bergantung pada orang lain.
c. Ibu mungkin akan mengulang-ulang menceritakan pengalamannya
waktu melahirkan
d. Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan
tubuh ke kondisi normal
e. Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhan
peningkatan nutrisi
a. Periode taking hold/ taking on ( hari ke 2-4 post partum)
a. Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan
meningkatkan tanggung jawab akan bayinya.
b. Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi
tubuh, BAK, BAB, dan daya tahan tubuh.
c. Ibu berusaha menguasi keterampilan merawat bayi
seperti menggendong, menyusui, memandikan dan
mengganti popok.
d. Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan
kritikan pribadi
e. Kemungkinan ibu mengalami depresi post partum
karena merasa tidak mampu membesarkan bayinya
b. Periode letting go
a. periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke
rumah. Periode ini pun sangat berpengaruh terhadap
waktu dan perhatihan yang diberikan oleh keluarga
b. ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat
bayi sehingga akan mengurangi hak ibu dalam
kebebasan dan hubungan sosial
c. Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini.
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. USG

VII. KOMPLIKASI
a. Perdarahan post partum ( apabila kehilangan darah lebih dari 500 ml selama
24 jam pertama setelah melahirkan)
b. Infeksi
a. Endomettritis
b. Miometritis
c. Perimetritis
d. Caked breast / bendungan ASI
e. Trombophlebitis luka perineum
c. Post partum blues
VIII. PENATALAKSANAAN
a. Observasi ketat 2 jam post partum ( adanya komplikasi perdarahan).
b. 6 – 8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur, usahakan miring kanan dan kiri
c. Hari ke 1 -2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan – perubahan masa nifas, pemberian informasi
senam nifas.
d. Hari ke 2 mulai latihan duduk
e. Hari ke 3 latihan berdiri dan berjalan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS POST NATAL (NIFAS)

A. PENGKAJIAN
Adapun pengkajian pada pasien pasca persalinan normalmeliputi :
1. Pengkajian data dasar klien
Tinjau ulang catatan prenatal dan intraoperatif dan adanya indikasi untuk kelahiran
abnormal. Sedangkan cara pengumpulan data meliputi observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik melalui inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
a. Identitas klien
1) Identitas klien meliputi : nama, usia, status perkawinan, pekerjaan, agama,
pendidikan, suku, bahasa, yang digunakan, sumber biaya, tanggalmasuk
rumah sakit dan jam, tanggal pengkajian, alamat rumah.
2) Identitas suami meliputi : nama suami, usia, pekerjaan, agama, pendidikan,
suku.
b. Riwayat keperawatan
1) Riwayat kesehatan
Data yang perlu dikaji antara lain : keluhan utama saat masuk rumah sakit,
faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi, adapun yang berkaitandengan
diagnosa yang perlu dikaji dalah peningkatan tekanan darah,eliminasi, mual
atau muntah, penambahan berat badan, edeme, pusing,sakit kepala, diplopia,
nyeri epigastrik.
2) Riwayat Kehamilan
Informasi yang dibutuhkan adalah para dan gravida, kehamilan
yangdirencanakan, masalah saat hamil atau antenatalcare (ANC) danimunisasi
yang diberikan pada ibu selama hamil.
3) Riwayat Melahirkan
Data yang harus dikaji adalah tanggal melahirkan, lamanya persalinan,posisi
fetus, tipe melahirkan, analgetik, masalah selama melahirkanjahitan pada
perineum dan perdarahan.
4) Data bayi
Data yang harus dikaji meliputi jenis kelamin, dan berat badan bayi.Kesulitan
dalam melahirkan, apgar score, untuk menyusui ataupemberian susu formula
dan kelainan kongenital yang tampak pada saatdilakukan pengkajian.
5) Pengkajian masa nifas atau post partum pengkajian yang dilakukan meliputi
keadaan umum. Tingkat aktivitas setelah melahirkan, gambaran lochea,
keadaan perineum, abdomen, payudara, episiotomi, kebersihan menyusui dan
respon orang terhadap bayi.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu masa nifas atau pasca partumyaitu :
1) Rambut
Kaji kekuatan rambut klien karena sebab diet yang baik selama masa hamil
mempunyai rambut yang kuat dan segar.
2) Muka
Kaji adanya edema pada muka yang dimanifestasikan dengan kelopak mata
yang bengkak atau lipatan kelopak mata bawah menonjol.
3) Mata
Kaji warna konjungtiva bila berwarna merah dan basah berarti
normal,sedangkan berwarna pucat berarti ibu mengalami anemia, dan
jikakonjungtiva kering maka ibu mengalami dehidrasi.
4) Payudara
Kaji pembesaran, ukuran, bentuk, konsistensi, warna payudara dan kajikondisi
putting, kebersihan putting, adanya Asi.
5) Uterus
Inspeksi bentuk perut ibu mengetahui adanya distensi pada perut, palpasi juga
tinggi fundus uterus, konsistensi serta kontraksi uterus.
6) Lochea
Kaji lochea yang meliputi karakter, jumlah warna, bekuan darah yangkeluar
dan baunya.
7) Sistem perkemihan
Kaji kandung kemih dengan palpasi dan perkusi untuk menentukan adanya
distensi pada kandung kemih yang dilakukan pada abdomenbagian bawah.
8) Perineum
Pengkajian dilakukan pada ibu dengan menempatkan ibu pada posisisinus
inspeksi adanya tanda-tanda ”REEDA”
- Rednesatau kemerahan,ecchymosisatau perdarahan bawah kulit,
- Edema atau bengkak,
- Dischargeatau perubahan lochea,
- Approximationatau pertautan jaringan).
9) Ektremitas bawah
Ekstremitas atas dan bawah dapat bergerak bebas, kadang ditemukanedema,
varises pada tungkai kaki, ada atau tidaknya tromboflebitiskarena penurunan
aktivitas dan reflek patela baik.
10) Tanda-tanda vital
Kaji tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah
selama 24 jam pertama masa nifas atau pasca partum.
d. Pemeriksaan penunjang
1) Jumlah darah lengkap hemoglobin atau hematokrit (Hb / Ht):
mengkajiperubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek dari
kehilangandarah pada pembedahan.
2) Urinalis : kultur urine, darah, vaginal, dan lochea, pemeriksaan
tambahandidasarkan pada kebutuhan individual.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir
2. Ketidaknyamanan pasca partum b/d luka perinium
C. INTERVENSI

Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Resiko
1 infeksi b/d trauma Setelah dilakukan tindakan  Kemerahan menurun PERAWATAN PERINEUM
jalan
1 lahir keperawatan selama 2 X 24  Bengkak menurun  Observasi
1. Inspeksi insisi atau robekan perineum
jam tidak terjadi infeksi  Nyeri berkurang
(mis. Episiotomi)
pada perinium  Terapeutik
1. Fasilitas dalam membersihkan perineum
2. Pertahankan perineum tetap kering
3. Berikan posisi nyaman
4. Berikan posisi nyaman
5. Berikan kompres es, jika perlu
6. Bersihkan area perineum secara teratur
7. Berikan pembalut yang menyerap cairan
 Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga mengobservasi
tanda abnormal pada perineum (mis.
Infeksi, kemerahan, pengeluaran cairan
yang abnormal)
 Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
Ketidaknyamanan
2 pasca Setelah dilakukan tindakan  Keluhan tidak EDUKASI PERAWATAN PERINEUM
partum
. b/d luka perinium keperawatan selama 2x24 nyaman menurun  Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
jam klien merasa lebih  Luka episiotomy
menerima informasi
nyaman membaik 2. Identifikasi pengetahuan ibu tentang
perawatan perineal pascapersalinan
 Terapeutik
1. Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
 Edukasi
1. Jelaskan prosedur perineal hygiene yang
benar
2. Jelaskan tanda-tanda infeksi pada perineum
3. Anjurkan selalu menjaga area genetal agar
tidak lembab
4. Anjurkan menghindari menggunakan bahan
apapun ketika membersihkan area genetalia
(kecuali air bersih)
5. Anjurkan sesering mungkin mengganti
celana dalam (setiap 4 jam)
6. Ajarkan cara penggunaan pembalut
7. Ajarkan menilai perdarahan postpartum
abnormal
DAFTAR PUSTAKA

Pitriani Risa,2014.Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal. Yogyakarta


: Deepublish

Bahiyatun. 2009.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal.jakarta : ECG

Tim Pokja SIKI DPP PPNI Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Cetakan ke II
2018

Tim Pokja SIKI DPP PPNI Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Cetakan ke II
2018

Tim Pokja SIKI DPP PPNI Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Cetakan ke II
2018

Anda mungkin juga menyukai