Anda di halaman 1dari 9

Reaksi antigen antibody

1. Antigen
Antigen adalah zat-zat asing yang pada umumnya merupakan protein yang berkaitan
dengan bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh. Beberapa berupa polisakarida atau
polipeptida, yang tergolong makromolekul dengan BM > 10.000. Antigen bertindak
sebagai benda asing atau nonself oleh seekor ternak dapat merangsang respon imun serta
dapat bereaksi dengan antibody
 Secara fungsional antigen dibagi 2 :
a. Imunogen/Antigen : zat yg merangsang respon imun, bereaksi dgn antibodi secara
khusus.
b. Hapten : molekul dengan BM rendah yang dapat bereaksi dengan antibodi yang
sudah ada, tetapi tidak dapat merangsang pembentukan antibodi secara langsung.
 Sifat zat untuk menjadi antigen :
- Sifat asing : sistim imun mampu membedakan senyawa asing/bukan
- Ukur an molekul : BM > 100.000 kebanyakan merupakan imunogen kuat.
- Sifat kimia: sebagian besar merupakan protein dan polisakarida
- Kekhasan antigen: molekul antigen mempunyai tempat aktif pd daerah tertentu yg
terlibat pada ikatan antibodi
- Kepekaan thdp enzim-enzim jaringan.
- Antigen tersusun atas epitop dan paratop.
- Epitop atau Determinan adalah bagian dari antigen yang dapat mengenal/
menginduksi pembentukan antibodi,
- sedangkan paratop adalah bagian dari antibodi yang dapat mengikat epitop.
 Jenis - Jenis Antigen :
a. Berdasarkan Determinanya
- Unideterminan, univalen : hanya 1 jenis determinan/ epitop pada 1 molekul.
- Unideterminan, multivalen : hanya 1 jenis determinan tetapi dapat dijumpai 2
atau lebih determinan tersebut pada 1 molekul.
- Multideterminan, univalen : terdapat bermacam-macam epitop tetapi
jumlahnya hanya 1 dari tiap epitop.
- Multideterminan, multivalen : terdapat bermacam-macam epitop dan
jumlahnya banyak dari tiap epitop.
b. Berdasarkan Spesifitasnya
- Heteroantigen : dimiliki oleh banyak spesies
- Xenoantigen : terdapat pada sejumlah hewan dan mikrooranisme yang
sekelompok
- Alloantigen (isoantigen) : spesifik untuk individu dalam 1 spesies.
- Antigen organ spesifik : hanya dimiliki organ tertentu.
- Autoantigen : dimiliki tubuh sendiri.
c. Berdasarkan Ketergantungan pada sel T
- T dependen : antigen yang perlu pengenalan terhadap sel T dan sel B
untukmerangsang antibody.
- T Independen : adalah tentang antigen yangdapat merangsang
sel B tanpa mengenal sel T dahulu.
d. Berdasarkan kandungan kimianya
- Karbohidrat/polisakarida merupakan imunogenik
- Lipid: tidak imunogenik
- Asam nukleat merupakan antigen yang tidak imunogenik/hapten
- Protein merupakan imunogenik yang multideterminan dan univalen, contoh
protein serum.
- Polipeptida sintetik : homopolimer, kopolimer rantai ganda.

2. Antibodi
Antibodi adalah protein yang terdapat pada darah atau kelenjar tubuh lainnya, dan
terbentuk sebagai respon terhadap antigen yang masuk ke tubuh, yang bereaksi secara
spesifik dengan antigen tersebut. Konfigurasi molekul antigen-antibodi sedemikian rupa
sehingga hanya antibodi yang timbul sebagai respon terhadap suatu antigen tertentu saja
yang cocok dengan permukaan antigen itu sekaligus bereaksi dengannya.
 Struktur Antibodi :
Merupakan glikoprotein yang mempunyai 4 rantai polipeptida yang terdiri dari 2
rantai berat/heavy chain (BM >50.000), dan 2 rantai ringan/light chain (BM 25.000)
yang identik. Sebenarnya, struktur dasar dari Antibodi adalah molekul protein berbentuk
huruf Y yang memiliki dua rantai polipeptida berat dan dua rantai polipeptida ringan. Setiap
Antibodi memiliki rantai atas yang berfungsi sebagai pengikat daripada antigen. Dengan
rantai ini, jadi Antibodi dapat mengikatkan dirinya sendiri pada tubuh antigen. Sedangkan di
rantai bawah Antibodi berfungsi untuk menentukan bagaimana suatu Antibodi dapat
berhubungan dengan antigen. Rantai ini membuat Antibodi dapat mengatur dan merangsang
respon imun yang tepat.

 Sifat - Sifat Antibodi


- Dibuat di dalam Reticuloendothelial System (RES) seperti sumsum tulang, kelenjar
limfe, hati, dan lain-lain sesuai dengan tempat pembentukan sel darah putih.
- Bersifat tidak tahan terhadap sinar matahari (thermolabil). Oleh karena itu, zat Antibodi
yang telah dibekukan harus disimpan di dalam lemari pendingin serta tidak terkena
cahaya matahari secara langsung.
- Dapat direaksikan dengan antigen secara spesifik, ibarat kunci dengan gembok.
- Dapat larut dalam darah (sel plasma)
- Terdiri dari suatu zat yang menempel pada gammaglobulin
Selain itu, terdapat beberapa sifat dari Antibodi jika dinilai dari cara kerja masing-masing
jenis Antibodi tersebut. Sifat tersebut adalah :

1. Presipirin
Antibodi yang bersifat bresipirin akan bekerja dengan mengendapkan zat-zat asing
seperti bakteri, virus, dan lain-lain.
2. Lisin
Sedangkan Antibodi yang bersifat lisin akan bekerja dengan menghancurkan zat-zat
asing yang masuk
3. Opsonin
Sifat opsonin yang dimiliki oleh Antibodi memiliki arti bahwasanya Antibodi
tersebut dapat merangsang serangan leukosit terhadap antigen yang masuk.
4. Aglutinin
Merupakan sifat Antibodi yang bekerja dengan menggumpalkan antigen,
aglutinogen, dan zat-zat asing lainnya.

 Jenis – Jenis Antibodi


Antibodi juga dikenal dengan sebutan Imunoglobulin (Ig). Berikut ini adalah jenis-jenis
Antibodi yang terdapat di dalam tubuh manusia, yaitu :

1. Imunoglobulin G (IgG)
IgG merupakan Antibodi yang paling umum dan biasanya dihasilkan hanya dalam waktu
beberapa hari saja. Immunoglobulin G dapat hidup di dalam darah sampai beberapa hari bahkan
beberapa tahun lamanya. Antibodi IgG beredar di dalam darah kelenjar getah bening, dan usus.
Saat antigen masuk, maka mereka menggunakan aliran darah untuk menuju ke tempat lokasi
masuknya antigen tersebut.

IgG mempunyai efek yang kuat dalam pertahanan tubuh terhadap bakteri dan virus, serta
menetralkan asam yang terkandung pada racun antigen. Selain itu, Antibodi IgG memiliki
kemampuan spesifik yang dapat menembus dan menyelip diantara sel-sel dan menyingkirkan
bakteri yang masuk ke dalam sel dan kulit. Terkahir, Antibodi jenis ini juga dapat menembus
masuk ke dalam plasenta ibu hamil untuk melindungi janin dari kemungkinan terjadinya infeksi.
Kemampuan ini dimiliki oleh IgG karena ukuran molekulnya yang kecil.

2. Imunoglobulin A (IgA)
Immunoglobulin A memiliki kecendrungan yang besar untuk memilih lokasi penempatan di
daerah-daerah tubuh yang lembab seperti air mata, ASI, air liur, darah, kantong-kantong udara,
lender, getah lambung, dan sekresi usus. Hal ini dikarenakan sifatnya yang sama seperti bakteri
yang menyukai area lebab untuk dijadikan markas.

Selain itu, Antibodi jenis ini dapat melindungi janin dalam kandungan ibu agar terbebas dari
kemungkinan masukny antigen yang dapat menyebabkan terganggunya tubuh janin. Akan tetapi,
Antibodi IgA dalam tubuh ibu akan menghilang ketika bayi dilahirkan. Namun, akibat adanya
kandungan IgA dalam air ASI, maka bayi tetap mendapat perlindungan.

3. Imunoglobulin M (IgM)
Hampir sama seperti jenis Antibodi yang lain, Antibodi IgM juga terdapat di dalam darah,
kelenjar getah bening, dan permukaan sel B. Imunoglobulin M merupakan jenis Antibodi pertama
yang melakukan penyeranagn terhadap antigen bila ada antigen yang masuk.
Janin di dalam rahim akan mendapat perlindungan dari IgM pada umur kehamilan sekitar 6
bulan. Produksi IgM akan meningkat apabila sedang bertarung melawan antigen. Maka dari itu,
bila ingin melihat apakah janin telah terinfeksi atau tidak, bisa dengan melihat kadar IgM dalam
darah.

4. Imunoglobulin D (IgD)
Antibodi ini juga terdapat di dalam darah, kelenjar getah bening, dan permukaan sel B. Antibodi
IgD tidak mampu untuk bertindak secara sendiri-sendiri, akan tetapi mereka menempel dengan
permukaan sel T, sehingga dapat membantu sel T menangkap antigen.

5. Imunoglobulin E (IgE)
Immunoglobulin E beredar di dalam darah dan bertugas untuk memanggil pasukan lain untuk
menyerang zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Antibodi jenis ini seringkali menyebabkan
reaksi alergi dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, pada orang yang sedang terkena
reaksi alergi, di dalam darahnya meningkat produksi daripada IgE.

3. Reaksi Antigen Antibodi secara umum


Reaksi antigen dengana Antibodi akan terjadi apabila ada zat kuman/bakteri (antigen) yang
masuk ke dalam tubuh. Pada awalnya, ketika ada zat asing yang masuk, maka leukosit jenis
monosit akan langsung menyerang zat tersebut dengan bantuan dari neutrophil. Setelah itu,
monosit yang telah membunuh zat itu langsung mengantarkannya ke limfosit B untuk didata dan
dibuatkan Antibodi untuk jenis zat asing yang telah mati tersebut. Setelah Antibodi terbentuk,
maka giliran limfosit T yang akan berperan untuk memastikan bahwa Antibodi tadi sudah
tertanam di permukaan sel-sel tubuh.

setiap kali ada zat asing baru yang masuk, dibutuhkan sekitar 10-14 hari agar Antibodi
zat tersebut benar-benar terbentuk. Antibodi ini dapat ditemukan di dalam darah dan cairan
nonseluar. Setiap antigen yang terbentuk pasti memiliki kesesuaian dengan zat asing (antigen)
secara sempurna, ibarat antara kunci yang diperankan oleh antigen dan gembok yang diperankan
oleh Antibodi. Tempat melekatnya antigen pada Antibodi disebut dengan variabel, sedangkan
tempat melekatnya Antibodi pada antigen disebut dengan epitope.

Sel-sel kunci dalam respon antigen-antibodi adalah sel limfosit.


Terdapat dua jenis limfosit yang berperan, yaitu limfosit B dan T. Keduanya
berasal dari sel tiang yang sama dalam sumsum tulang. Pendewasaan limfosit B terjadi di
Bursa Fabricius pada unggas, sedangkan pada mamalia terjadi di hati fetus, tonsil, usus
buntu dan jaringan limfoid dalam dinding usus. Pendewasaan limfosit T terjadi di organ
timus. Sistim kebal atau imun terdiri dari dua macam, yaitu sistim kebal humoral dan
seluler. Limfosit B bertanggung jawab terhadap sistim kebal humoral. Apabila ada
antigen masuk ke dalam tubuh, maka limfosit B berubah menjadi sel plasma dan
menghasilkan antibodi humoral. Antibodi humoral yang terbentuk di lepas ke darah
sebagai bagian dari fraksi g- globulin. Antibodi humoral ini memerangi bakteri dan virus
di dalam darah.
- Sistim humoral merupakan sekelompok protein yang dikenal sebagai imunoglobulin
(Ig) atau antibodi (Ab). Limfosit T bertanggung jawab terhadap kekebalan seluler.
Apabila ada antigen di dalam tubuh, misalnya sel kanker atau jaringan asing, maka
limfosit T akan berubah menjadi limfoblast yang menghasilkan limphokin (semacam
antibodi), namun tidak dilepaskan ke dalam darah melainkan langsung bereaksi
dengan antigen di jaringan. Sistim kekebalan seluler disebut juga “respon yang
diperantarai sel”.
- Apabila ada antigen masuk ke dalam tubuh ternak maka tubuh akan terangsang dan
memunculkan suatu respon awal yang disebut sebagai respon imun primer. Respon
ini memerlukan waktu lebih lama untuk memperbanyak limfosit dan membentuk
ingatan imunologik berupa sel-sel limfosit yang lebih peka terhadap antigen. Kalau
antigen yang sama memasuki tubuh kembali maka respon yang muncul dari tubuh
berupa respon imun sekunder. Respon ini muncul lebih cepat , lebih kuat dan
berlangsung lebih lama daripada respon imun primer.

4. Reaksi Antigen Antibodi secara in vitro


Reaksi antigen-antibodi secara in-vitro atau yang dikenal juga dengan metode
serology adalah metode yang dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit dan untuk
melakukan identifikasi serta kuantisasi dari suatu antigen dan antibodi.

Pemeriksaan serologik sering dilakukan sebagai upaya menegakkan diagnosis.


Walaupun saat ini pemeriksaan serologik tidak terbatas pada penyakit infeksi, namun
untuk menunjang diagnosis penyakit infeksi memang hal yang sering dilkukan.
memungkinkan dilakukannya pengamatan secara in vitro terhadap perubahan kompleks
antigen-antibodi (Ag-Ab). Pengujian tersebut berdasar pada proses presipitasi atau
aglutinasi atau aktivasi komplemen yang diakibatkan oleh perubahan status fisik
kompleks.
 Reaksi antigen-antibodi secara in vitro dapat dimanfaatkan untuk:
1. Identifikasi antigen
Apabila antigen tidak diketahui, misal :
a. Reaksi presipitin untuk mengklasifikasi grup streptokokus
b. Reaksi aglutinasi untuk mengklasifikasi serotipe salmonella, shigella
c. Reaksi presipitin untuk mengidentifikasi antigen variola pada lesi smallpox

2. Deteksi kuantitasi antibodi yang disekresi pada serum, air susu, dan cairan tubuh
lainnya. Pada kasus ini antibodi tidak diketahui. Pemeriksaan antibodi dapat
digunakan untuk:
a. Menilai imunitas terhadap rubella, mumps, poliomyelitis
b. Menilai prevalensi infeksi oleh mikroorganisme dalam suatu komunitas atau
survei serologik pada kelompok umur
c. Mendeteksi jaringan yang diinvasi suatu mikroorganisme, mis: Haemophilus
influenza pada bronkitis kronis atau antibodi E. coli pada infeksi traktus urinarius.
d. Mendiagnosa penyakit, misalnya: brucellosis, tifoid, VD, DHF, dsb

Pada pemeriksaan terhadap spesimen serum tunggal, konklusi yang dapat dibuat
sangat terbatas, mengingat bahwa banyak kasus antibodi dapat distimulasi setiap saat,
tidak selalu berkaitan dengan penyakit yang sedang terjadi. Sebaiknya dilakukan
pemeriksaan tehadap 2 sera, satu dikoleksi pada saat penyakit timbul, dan yang lain 10-
14 hari brikutnya. Kenaikan titer antibodi spesifik sampai 4 kali lipat spesimen uji,
merupakan indikasi signifikan yang menunjukkan bahwa sedang terjadi infeksi aktif.
Faktor-faktor penting yang harus diperhatikan pada uji serologi
1. serum kontrol: dalam hal ini harus diperhatikan beberapa sifat serum kontrol
- sifat antikomplementer
- tidak memiliki inhibitor spesifik
- tidak toksik terhadap kultur sel
- memiliki aglutinin
- dapat menghasilkan presipitat non spesifik
2. Kontrol antigen: antigen yang digunakan harus memiliki aktivitas tinggi. Antigen dapat
bersifat antikomplementer, oto-aglutinasi, dan mungkin terkontaminasi, hal-hal tersebut
dapat berpengaruhpada pengujian.
3. Kontrol pelarut: pelarut yang digunakan ada kemungkinan terkontaminasi, hal ini dapat
menyebabkan terjadi perubahan pH, efek toksisk, dsb.
4. Antisera standar: antigen cenderung tidak stabil pada penyimpanan dibanding sera, kontrol
uji untuk standar sera negatif dan standar sera positif yang telah diketahui titernya

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI YANG DIGUNAKAN PADA SEROLOGI


DIAGNOSTIK

1. Uji Presipitasi

Presipitasi terjadi antara molekul Ab dan Ag pada bentuk solubel. Pada pengujian ini antigen
berbentuk koloidal. Laju presipitasi sangat tergantung pada proporsi antigen dan antibodi
pada campuran. Terdapat beberapa cara pengujian pada metode presipitasi, yakni:

a. Uji tabung
Dengan mencampur pada tabung, masukkan dilusi antigen atau antibodi dengan jumlah
tertentu. Dilusi dilakukan dari konsentrasi tinggi (tabung pertama) sampai konsentrasi
terendah (tabung terakhir). Presipitat timbul pada tabung yang mengandung Ag dan Ab
secara proporsional.
b. Presipitasi Cincin
Antigen dilapiskan pada serum (antibodi), terjadi difusi setelah mencapai ikatan
proporsional dengan antibodi akan menghasilkan presipitasi berbentuk cincin.
c. Difusi Gel
Pada pengujian ini memungkinkan antigen dan antubodi berdifusi perlahan dari arah
tertentu melalui gel. Pada cara ini homogenitas dan derajat kemurnian dari berbagai
antigen dapat diuji. Pita presipitasi terbentuk pada setiap antigen dapat saling bertemu,
atau bersilangan menunjukkan:
- bersambungan, antigen identik secara imunologik (terhadap serum uji)
- bercabang, antigen berhubungan sebagian
- bersilangan, menunjukkan antigen tidak berhubungan

 Metode difusi tunggal


Di sini anti serum dalam agar semi solid, zona buffer dari agar dan antigen terpisah
secara vertikal dalam tabung. Garis presipitasi terbentuk dalam zona buffer.
 Metode difusi ganda
Agar dituang pada plat. Di bagian tengah diisi antigen atau antiserum sedangkan sera
atau ekstrak di bagian tepi. Pita presipitasi terbentuk dalam gel pada posisi Ag dan Ab
mencapai proporsi optimal setelah berdifusi. Dapat dimodifikasi dengan uji
mikrodilusi menggunakan obyek gelas
 Immunoelektroforesis
Jika terdapat sejumlah Ag dalam larutan seperti serum, sulit memisahkan pita
presipitasi yang timbul pada setiap reaksi Ab-Ag, bila hanya menggunakan cara difusi
di atas. Komponen serum dipisahkan dengan elektroforesis dalam agar gel dan
antiserum dibiarkan berdifusi melalui komponen yang dihasilkan pada pita-pita yang
terbentuk.
 Elektroforesis "roket"
Merupakan metode kuantitatif, dilakukan elektroforesis antigen ke dalam gel yang
telah mengandung antibodi. Presipitasi yang terjadi berbentuk roket, panjang masing-
masing roket menunjukkan konsentrasi antigen.
 Immunodifusi radial tunggal
Antiserum monospesifik ditambahkan ke dalam gel, kemudian dituang pada slide
petridisk atau lempeng plastik. Dibuat lubang gel, larutan antigen dimasukkan pada
lubang. Terjadi difusi sehingga terbentuk zona sirkuler yang menunjukkan jarak
proporsional dengan jumlah antigen yang ditambahkan pada setiap lubang. Kuantitasi
antigen yang diperiksa diketahui dari perbandingan cincin presipitasi dibandingkan
dengan cincin presipitasi kontrol.

2. Uji aglutinasi
Digunakan untuk antigen berukuran besar, pada reaksi ini antibodi dikontakkan dengan
antigen yang merupakan bagian permukaan suatu material misalnya eritrosit,
mikroorganisme atau partikel anorganik (polystyrenelatex) yang telah dicoated dengan Ag.
Reaksi Ab-Ag membentuk agregat yang dapat diamati atau aglutinasi.

3. Uji Litik
Uji ini tergantung pada proses lisis dari darah atau bakteri dari suatu sistem yang
mengandung antigen, direaksikan dengan antibodi dan komplemen. Antigen yang digunakan
berupa :
a. Sel (uji litik langsung)
b. Bahan yang diadsorbsikan pada eritrosit atau lekosit (uji litik tidak langsung)

4. Serological Inhibition Test


Untuk mendeteksi netralisasi antigen dan antibodi dengan mendemonstrasikan hambatan
pada reaksi tertentu yang secara normal terjadi pada antigen atau organisme.
Aplikasi:
- Deteksi antistreptolisin O
- Animal protection test
- Viral haemagglutination inhibition
- Viral neutralization test menggunakan CPE pada kultur

5. Immunoflourescence
Cat flourescence atau rhodamin diikatkan pada antibodi tanpa merusak spesifitasnya. Suatu
konjugat dikombinasi dengan antigen (misalnya potongan jaringan) dan diikat oleh antibodi
akan tampak dengan mikroskop UV, distribusi Ag pada jaringan atau sel

6. Skin Test
Memanfaatkan reaksi kulit sebagai indikator sistem. Ada dua cara:
 Pasif, bila antigen dan serum diinokulasikan, misalnya menguji toksin-antitoksin
 Aktif, bila status immunologik diuji
Skin test digunakan untuk mengetahui adanya:
- Antibodi terhadap bakteri
- Reaksi alergi

7. Antigen Binding Techniques


Metode ini digunakan untuk mengethui level antibodi dengan menentukan kapasitas
antiserum dalam kompleks dengan antigen radioaktif, atau dengan mengukur jumlah
immunoglobulin yang mengikat larutan antigen yang diberikan. Ada dua macam cara pada
metode ini:
- Radioimmunoassay
- Teknik sandwich

Anda mungkin juga menyukai