Anda di halaman 1dari 12

PEREKONOMIAN INDONESIA 5 TAHUN TERAKHIR

NAMA : DEWI NURJANAH


NPM : 21215791
KELAS : 1EB20
MATERI : PEREKONOMIAN INDONESIA

Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki potensi ekonomi tinggi; potensi yang mulai diperhatikan dunia internasional.
Indonesia - negara dengan ekonomi paling besar di Asia Tenggara - sering disebut sebagai calon layak untuk menjadi salah
satu anggota negara-negara BRIC (Brasilia, Rusia, India dan Cina) karena ekonominya dengan cepat menunjukkan tanda-
tanda perkembangan yang sama dengan anggota lain tersebut.
Ekonomi Indonesia tumbuh 5,01% pada 2014 dan merupakan pertumbuhan ekonomi paling lambat dalam lima tahun, Menurut
Badan Pusat Statistik Angka itu turun jika dibandingkan dengan 5,78% pada 2013 dan merupakan tingkat terlemah sejak
2009 yang merupakan puncak dari krisis finansial global.
Perekonomian Indonesia melambat dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan menurunnya harga-harga ekspor komoditi
utama, akibat melemahnya tuntutan dari Cina dan pasar-pasar utama lainnya.
Ekspor tidak banyak berubah pada 2014, sedangkan ketidakpastian politik juga membuat investasi asing menahan diri karena
banyak perusahaan yang ingin melihat hasil pemilihan presiden.

Berikut Penjelasan tentang keadaan perekonomian 5 tahun terakhir dimulai dari tahun 2011
Perekonomian Indonesia pada tahun 2011 menunjukkan daya tahan yang kuat di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi
global, tercermin pada kinerja pertumbuhan yang bahkan lebih baik dan kestabilan makroekonomi yang tetap terjaga.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,5%, angka tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir, disertai dengan
pencapaian inflasi pada level yang rendah sebesar 3,79%. Peningkatan kinerja tersebut disertai dengan perbaikan kualitas
pertumbuhan yang tercermin dari tingginya peran investasi dan ekspor sebagai sumber pertumbuhan, penurunan tingkat
pengangguran dan kemiskinan, serta pemerataan pertumbuhan ekonomi antardaerah yang semakin membaik.
Prospek ekonomi Indonesia tahun 2012 diprakirakan masih tetap kuat, meskipun risiko yang berasal dari pelemahan ekonomi
global masih tinggi. Perekonomian nasional pada tahun 2012 diprakirakan tumbuh 6,3% - 6,7% dan infl asi diprakirakan
dapat berada di kisaran sasaran 4,5% ± 1%. Pertumbuhan ekonomi terutama bersumber dari perekonomian domestik
dengan peran investasi yang semakin meningkat. Pasar domestik yang besar, terjaganya stabilitas makroekonomi, suku
bunga yang rendah, perbaikan iklim investasi, dan status investment grade merupakan faktor pendorong tingginya
pertumbuhan investasi ke depan. Sejalan dengan itu, arus modal masuk FDI diperkirakan akan meningkat lebih tinggi
sehingga surplus NPI akan tetap besar. Kondisi ini mendukung tercapainya stabilitas nilai tukar rupiah dalam menghadapi
risiko tingginya gejolak arus modal. Meskipun demikian, risiko pelemahan ekonomi global dapat menyebabkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung ke batas bawah kisaran prakiraan apabila tidak ditempuh langkah-langkah
stimulus baik dari sisi moneter maupun fiskal. Sementara itu, rencana kebijakan Pemerintah terkait dengan BBM
bersubsidi dan komoditas strategis lainnya dapat memberikan tekanan ke atas terhadap perkembangan inflasi kedepan.

Tahun 2012
Untuk menghadapi tahun 2012 ini Presiden instruksikan jajaran pemerintah untuk menjaga sektor riil di tengah situasi krisis
global dan melemahnya volume ekspor Indonesia ke luar negeri. Sektor riil dikatakan dapat menjadi penopang utama
perekonomian Indonesia. Sektor riil yang bagus mencegah dampak pemutusan hubungan kerja. Belanja modal dan belanja
barang pada tahun anggaran 2011 harus lebih dioptimalkan, belanja pemerintah dapat turut membuat perekonomian di
Indonesia berjalan.Saat ini, realisasi belanja pemerintah hingga 30 November ini mencapai 71 persen.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012 diperkirakan akan melaju pada kisaran 6,3 persen – 6,7 persen. Namun bila tiga
penyakit bangsa bisa diatasi seperti korupsi, inefisiensi birokrasi dan soal infrastruktur, pertumbuhan ekonomi Indonesia
bisa lebih tinggi lagi,” kata Ketua Komite Ekonomi Indonesia (KEN) Chairul Tanjung.
Selama ini pertumbuhan ekonomi nasional banyak ditopang oleh hasil sumber daya alam dan konsumsi domestik. Sementara
pembangunan infrastruktur di Indonesia masih jauh tertinggal.
Sebelum mengatakan perekonomian Indonesia akan cerah pada tahun 2012 pemerintah sebaiknya melihat kembali bagaimana
kinerja mereka. Misalnya dalam hal kemiskinan absolut turun (tapi jumlah penduduk miskin dan hampir miskin
bertambah), pengganguran menurun namun proporsi pekerja sektor informal terus bertambah, dan ketimpangan
pendapatan semakin menganga (Pada 2010 ratio mencapai 0,38, rekor tertinggi dalam periode modernisasi ekonomi
Indonesia).
Meskipun pemerintah mengklaim bahwa ekonomi kita sekarang ini sudah menuju modernisasi, sebenarnya dalam banyak hal
ekonomi nasional masih primitif. Kegiatan ekonomi (ekspor misalnya) banyak bertumpu pada komoditas bahan mentah
sehingga tidak hanya kehilangan kesempatan menciptakan nilai tambah, tetapi juga kesulitan menciptakan lapangan kerja.
Kasus kelapa sawit misalnya kurang lebih hanya diolah untuk membuat 40 jenis komoditas olahan. Padahal, Malaysia
sudah mencapai seratus jenis. Itu juga terjadi pada kasus di subsektor perikanan, pertanian, kehutanan, pertambangan,
dan lain sebagainya.
Tahun 2013
Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus turun. Setelah mencapai pertumbuhan ekonomi 6,5 persen pada 2011, dan 6,23 persen
pada 2012, pertumbuhan ekonomi 2013 berada dibawah 6 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2013 sebesar hanya 5,78 persen. Angka
tersebut turun dibandingkan sepanjang 2013 sebesar 6,23 persen.

Kepala BPS Suryamin memaparkan, pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2013 sebesar 5,72 persen, atau mengalami
penurunan 1,42 persen dibanding kuartal III-2013. "Triwulan empat ini dari pengalaman selalu lebih rendah dibanding
triwulan tiga setiap tahunnya," kata Suryamin, di Kantor BPS, Rabu (5/2/2014).

Kendati mengalami penurunan, Suryamin mengatakan ekspor pada triwulan IV-2013 menunjukkan pertumbuhan yang
signifikan. Hal ini disebabkan negara-negara yang tadinya terdampak krisis global seperti China dan Amerika Serikat mulai
pulih. Bakan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang tadinya diprediksikan hanya 1,6 persen, realisasinya 1,9 persen.
pertumbuhan terjadi di semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar
10,19 persen, dengan nilai Rp 292,4 triliun. Berturut-turut disusul sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan
dengan pertumbuhan 7,56 persen, dengan nilai Rp 272,1 triliun. Sektor ketiga yang mengalami pertumbuhan signifikan
adalah konstruksi, di mana mencatat pertumbuhan 6,57 persen dengan nilai Rp 182,1 triliun. Sementara itu pertumbuhan
sektor pertambangan dan penggalian tercatat paling kecil sebesar 1,34 persen dengan nilai Rp 195,7 triliun.

Tahun 2014
Tahun 2014 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi perekonomian Indonesia. Kondisi ekonomi global tidak secerah
prakiraan semula. Pemulihan memang terus berlangsung di berbagai ekonomi utama dunia, namun dengan kecepatan
yang tidak sesuai dengan harapan dan tidak merata. Harga komoditas dunia pun terus melemah karena permintaan belum
cukup kuat, khususnya dari Tiongkok. Di sektor keuangan, ketidakpastian kebijakan the Fed telah meningkatkan
kerentanan dan volatilitas di pasar keuangan dunia. Sebagai negara berkembang (emerging market), kita turut merasakan
adanya pergeseran arus modal asing keluar dari Indonesia. Selain itu, kita juga dapat mengamati adanya divergensi
kebijakan moneter di negara-negara maju. Berbeda dengan the Fed yang berencana melakukan normalisasi kebijakan
moneternya, bank sentral Jepang dan Eropa masih perlu menempuh kebijakan moneter yang sangat akomodatif.
 Perekonomian Indonesia tahun 2014 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku
mencapai Rp 10 542,7 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp41,8 juta atau US$3,531.5.
 Ekonomi Indonesia tahun 2014 tumbuh 5,02 persen melambat dibanding tahun 2013 sebesar 5,58 persen. Dari sisi
produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 10,02 persen. Dari
sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah
Tangga (LNPRT) sebesar 12,43 persen.
 Ekonomi Indonesia triwulan IV-2014 bila dibandingkan triwulan IV-2013 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,01 persen
melambat bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,61 persen.
 Ekonomi Indonesia triwulan IV-2014 mengalami kontraksi 2,06 persen bila dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-
q). Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek musiman pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan yang kontraksi 22,44 persen. Dari sisi pengeluaran disebabkan oleh penurunan Ekspor neto.
 Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 didorong oleh aktivitas perekonomian di Pulau Jawa
yang tumbuh 5,59 persen dan Pulau Sumatera sebesar 4,66 persen.

Perekonomian Indonesia tahun 2014 diprakirakan tumbuh sebesar 5,1%, melambat dibandingkan dengan 5,8% pada tahun
sebelumnya. Dari sisi eksternal, perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh ekspor yang menurun akibat turunnya
permintaan dan harga komoditas global, serta adanya kebijakan pembatasan ekspor mineral mentah. Meskipun ekspor
secara keseluruhan menurun, ekspor manufaktur cenderung membaik sejalan dengan berlanjutnya pemulihan AS. Dari sisi
permintaan domestik, perlambatan tersebut didorong oleh terbatasnya konsumsi pemerintah seiring dengan program
penghematan anggaran.

Tahun 2015
Walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia bergerak lebih lambat pada tahun 2014, terlihat optimisme bahwa pertumbuhan
tersebut akan rebound pada tahun 2015 meskipun kondisi ekonomi global belum kondusif (dan membatasi kinerja ekspor
Indonesia) serta lingkungan suku bunga Indonesia yang masih tinggi.
Di dalam APBN-P Tahun 2015, pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan PDB 5.7 persen (t/t) meningkat dari
pertumbuhan angka 5.02 persen yang tercatat pada tahun 2014. Presiden Indonesia Joko Widodo, yang resmi mulai
menjabat pada bulan October 2014, optimis bahwa target ambisius ini dapat dicapai walaupun lembaga internasional
seperti Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan PDB Indonesia masing-masing
pada angka 5.2 persen dan 5.0 persen, pada tahun 2015. Kedua institusi tersebut menilai rendah pertumbuhan ekonomi
Indonesia tahun 2015 akibat dampak negatif perekonomian global yang menyebabkan pembiayaan eksternal yang lebih
ketat dan dapat menimbulkan suku bunga nasional yang tinggi, sehingga menambah tekanan terhadap bank, perusahaan
lokal dan rumah tangga untuk menyelesaikan utang, sekaligus menghambat kemampuan untuk berinvestasi atau belanja.
Sementara itu, Bank Indonesia memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada pada kisaran 5.4 - 5.8
persen tahun ini.
· Pada pertengahan Januari lalu, Bank Indonesia menetapkan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,75%, dengan suku
bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 8,00% dan 5,75%. Kemudikan
dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap perkembangan ekonomi Indonesia di 2014 dan prospek ekonomi 2015 dan 2016
yang menunjukkan bahwa kebijakan tersebut masih konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran
4±1% pada 2015 dan 2016, dan mendukung pengendalian defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat.
· Mengacu pada evaluasi terhadap perekonomian di tahun lalu, di tahun ini Bank Indonesia memperkirakan perekonomian
Indonesia semakin baik, dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga,
ditopang oleh perbaikan ekonomi global dan semakin kuatnya reformasi struktural dalam memperkuat fundamental
ekonomi nasional.
Pada tahun 2015, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih tinggi, yaitu tumbuh pada kisaran 5,4-5,8%. Berbeda dengan
2014, di samping tetap kuatnya konsumsi rumah tangga, tingginya pertumbuhan ekonomi di 2015 juga akan didukung oleh
ekspansi konsumsi dan investasi pemerintah sejalan dengan peningkatan kapasitas fiskal untuk mendukung kegiatan
ekonomi produktif, termasuk pembangunan infrastruktur.
Dari Segi Properti
Dan tidak kalah seksinya jika membahas perkembangan ekonomi dari segi properti, seperti psatnya pertumbuhan pusat
perbelanjaan di JABODETABEK dan beberapa kota besar seperti Bandung dan Surabaya. Berdasarkan riset Boston
Consulting Group, Indonesia saat ini memiliki 45 juta orang yang tergolong dalam kelas menengah yang memiliki kebiasaan
membelanjakan uangnya di luar kebutuhan utama, hal inilah yang memicu pertumbuhan pusat perbelanjaan tersebut.
Namun tidak berhenti di pertumbuhan pusat perbelanjaan saja. Pertumbuhan positif pun diperkirakan akan dialami semua
bagian sektor seperti apartemen, perkantoran komersial, hotel, maupun kawasan industri.
Dari Segi Industri Petrokimia
Industri petrokimia di Indonesia masih dalam tahap berkembang. Konsumsi per kapita saat ini rendah dibandingkan dengan
Negara lainnya di ASEAN. Meskipun permintaan yang rendah, namun tingkat pertumbuhan yang terjadi tergolong sehat
pada 5 – 8% per tahun yang diperkirakan akan maju.
Dari Segi Gas Alam
Indonesia memproduksi sekitar 3 triliun kubik gas alam setiap tahunnya dan itu mengalami pertumbuhan baik sekitar 2,5 –
3,0% setiap tahunnya. Gas alam menyumbang 25% dari pasokan energy dalam negeri. Indonesia sendiri merupakan salah
satu eksportir terbesar gas alam cair di dunia. Permintaan domestik untuk gas alam diperkirakan akan lebih besar dari
pasokan domestic di tahun-tahun mendatang karena produsen gas dapat menuntut harga yang lebih tinggi di pasar
internasional.
Tahun 2016
Pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal semakin membaik pada 2016 karena berbagai kebijakan Bank Indonesia yang lebih
akomodatif ketimbang dua tahun sebelumnya, kata Kepala Ekonom Bank Nasional Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto.
"Kebijakan Bank Indonesia lebih akomodatif dan ruang penyesuaian BI rate terbuka walau tetap menjaga kehati-hatian di
tengah tingginya ketidakpastian global dalam jangka pendek," katanya dalam Diskusi "Potensi dan Tantangan Infrastruktur
untuk Pertumbuhan Ekonomi" di Jakarta, Jumat (15/1) malam.
Hal itu, ujarnya, terlihat dari keputusan BI untuk menurunkan BI rate 25 basis poin menjadi 7,25 persen, berdasarkan hasil rapat
Dewan Gubernur BI pada 13-14 Januari 2016.
Ia optimistis kebijakan yang disambut positif oleh pasar itu pun akan dilakukan dua sampai tiga kali lagi pada 2016 juga sebesar
25 poin. "Pengumuman itu dikeluarkan hanya sekitar dua jam setelah pengeboman di kawasan Sarinah yang hanya
beberapa ratus meter dari Gedung BI. Ini menunjukkan BI memang akan menurunkan BI rate apapun yang terjadi," kata
dia.
Penurunan suku bunga itu sejalan dengan keputusan Bank Indonesia yang menyatakan akan menjaga stabilitas pertumbuhan
ekonomi nasional. Selain itu, berbagai paket kebijakan ekonomi yang sudah dikeluarkan pemerintah sejak 2015 juga
diperkirakan membawa dampak bagus bagi perekonomian.
Kebijakan-kebijakan yang mempermudah investasi dan mempercepat pembangunan infrastruktur di daerah-daerah dinila Ryan
sebagai bentuk keseriusan pemerintahan akibat pertumbuhan ekonomi pada 2015 hingga tiga kuartal berkisar 4,7 persen,
menurun dibandingkan dengan pada 2014 yang rata-rat menyentuh lima persen.
"Namun kami yakin nilai kuartal keempat, yang belum diumumkan BPS, nilainya bisa 4,8 sampai 4,85 persen. Syukur-syukur bisa
sampai lima persen," ujar dia.
Harapan
Harapannya semoga perekonomian diindonesia ditahun ini yaitu harus lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah
harus mampu memecahkan permasalahan tentang perekonommian yang sedan terjadi diindonesia dengan tujuan untuk
menuju pada kehidupan bangsa yang lebih baik lagi. Ada 2 permasalahan yang sudah tidak asing lagi contohnya
kemiskinan dan pengangguran, agar rakyat mamu eanfaatkan potensi yang dimilik oleh negara. Jangan biarkan bangsa ini
hidup di dalam kesulitan yang berlarut, prinsipnya adalah membangun sebuah bangsa untuk masa mendatang. Dan
berharap semogga perekonomian diindonesia lebih makmur dan sejahtera lagi karena jika perekonomian bangsa indonesia
ini baik maka akan terjadi kesetaraan perekonomian yang lebih baik pula, karena indonesia memerlukan perekonomian
yang kuat untuk bisa bersaing dari negara negara lain di tengah arus globalisasi.
Tahun 2017
Badan Pusat Statistik ( BPS) melaporkan, produk domestik bruto ( PDB) atau pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tahun
2017 mencapai 5,07 persen. Angka ini, menurut BPS, merupakan angka pertumbuhan ekonomi tertinggi sejak tahun 2014
silam. Kepala BPS Suhariyanto menyebut, angka pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017 tersebut lebih rendah dari target
yang dipasang pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yakni 5,2 persen. Namun demikian, ia optimistis
ekonomi Indonesia ke depan bisa tumbuh lebih tinggi. "Memang masih di bawah target 5,2 persen, tapi angka ini cukup
bagus. Kita tentunya berharap pada kuartal berikutnya pertumbuhan ekonomi kita makin meningkat, sehingga bisa
meningkatkan kesejahteraan rakyat," ujar Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (5/2/2018). Suhariyanto
menyebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2017 merupakan angka tertinggi sejak tahun 2014. Sekedar
informasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2014 sebesar 5,01 persen, tahun 2015 sebesar 4,88 persen, dan
tahun 2016 sebesar 5,03 persen. Baca juga: BI: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5,1 Persen di Tahun 2017 "Artinya hasil
pembangunan infrastruktur mulai bergulir," tutur Suhariyanto. Ia menyebutkan, sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada tahun 2017 adalah industri pengolahan, yakni 0,91 persen. Selain itu, disusul sektor konstruksi sebesar 0,67 persen,
perdagangan 0,59 persen, dan pertanian 0,49 persen. "Sumber pertumbuhan 3 tahun terakhir dari industri pengolahan.
Kalau bisa meningkatkan pertumbuhan di industri dampaknya bisa besar, karena menyerap banyak tenaga kerja dan
kontribusinya besar sekali," sebut Suhariyanto.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ekonomi Indonesia 2017 Tumbuh 5,07 Persen, Tertinggi Sejak Tahun
2014", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/05/113820026/ekonomi-indonesia-2017-tumbuh-507-persen-
tertinggi-sejak-tahun-2014.
Penulis : Sakina Rakhma Diah Setiawan
Tahun 2018
Pada periode 2018 secara keseluruhan ekonomi Indonesia tumbuh 5,17%. Sementara di kuartal IV-2018, pertumbuhan
ekonomi Indonesia mencapai 5,18%.

Demikian disampaikan Kepala BPS Suhariyanto di Gedung BPS, Rabu (6/2/2019).


Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2018 sebesar 5,12% secara
tahunan (year-on-year/YoY) dan 5,15% untuk keseluruhan 2018
Berikut pertumbuhan ekonomi Indonesia di era pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) :

 2015 : 4,88%
 2016 : 5,03%
 2017 : 5,07%
 2018 : 5,17%

Berikut pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2018 :

Kuartal I-2018 : 5,06%


Kuartal II-2018 : 5,27%
Kuartal III-2018 : 5,17%
Kuartal IV-2018 : 5,18%
A. PENGERTIAN TENAGA KERJA, ANGKATAN KERJA DAN KESEMPATAN KERJA

Menurut UU nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah
masa kerja.
2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Sedangkan Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun hingga 64 tahun) yang bekerja, atau mempunyai
pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan pengangguran. Dan bekerja adalah suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan
oleh seseorang untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan, dengan lama bekerja paling sedikit 1 jam secara terus-
menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu kegiatan ekonomi).

Kesempatan kerja adalah tersedianya lapangan kerja bagi angkatan kerja yang membutuhkan pekerjaan. Kesempatan
kerja (employment) dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Mereka yang bekerja penuh (full employment),yaitu mereka yang sudah bekerja dan memenuhi syarat antara lain:
bekerja 40 jam kerja per minggu, memiliki upah minimum regional, dan sesuai dengan latar belakang
pendidikan/keahlian)
2. Mereka yang masih setengah menganggur, yaitu mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam
seminggu), dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan (dahulu disebut setengah
pengangguran terpaksa). Termasuk dalam kategori setengah menganggur misalnya seorang tenaga kerja lepas yang tidak
ada kepastian jam kerjanya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja:


1. Usia tenaga kerja.
2. Tingkat pendidikan, pengetahuan, keterampilan, dan keahlian.
3. Lapangan kerja yang tersedia/permintaan dan kebutuhan tenaga kerja
4. Jumlah angkatan kerja yang tersedia.
5. Besarnya permintaan total masyarakat (permintaan efektif).
6. Besarnya investasi yang dilakukan perseorangan dan badan usaha swasta.
7. Kemampuan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan.
8. Ekspor dan impor yang dilakukan.
9. Kebijakan pajak yang dijalankan oleh pemerintah.
10. Kerjasama dengan negara lain, yang mampu menciptakan kesempatan kerja di luar negeri.

B. JENIS-JENIS TENAGA KERJA


Telah dijelaskan bahwa Tenaga kerja (Labour) merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
1. Berdasarkan sifat kerjanya, tenaga kerja dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang dalam kegiatannya lebih banyak mengandalkan tenaga fisik dalam
melaksanakan proses produksi. Contohnya: pekerja bangunan, sopir angkutan umum, dan penyapu jalanan.
b. Tenaga kerja rohani adalah tenaga kerja yang dalam kegiatan kerjanya lebih banyak menggunakan proses pemikiran,
gagasan, ide yang bersifat produktif dalam proses produksi. Contohnya: manajer, direktur, dan konsultan.

2. Berdasarkan keahliannya tenaga kerja dapat dibedakan sebagai berikut.


a. Tenaga kerja terdidik (skilled labour) adalah tenaga kerja yang memerlukan kemahiran pada suatu bidang melalui
sekolah atau pendidikan. Misalnya: dokter, hakim, pengacara, guru, akuntan, notaris, insinyur, dosen, ekonom, dan polisi.
b. Tenaga kerja terlatih (trained labour) adalah tenaga kerja yang memerlukan latihan dan pengalaman kerja.
Misalnya: tukang masak, sopir, pelayan toko, montir, penjahit dan pelukis.
c. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih (unskilled labour and untrained labour) adalah tenaga kerja yang tidak
memerlukan pendidikan dan latihan sebelumnya, hanya mengandalkan tenaga saja. Misalnya: pesuruh, kuli bangunan,
buruh gendong, pembantu rumah tangga, tukang becak, dan tukang sampah.

3. Berdasarkan hubungannya dengan proses produksi, tenaga kerja dibedakan sebagai berikut.
a. Tenaga kerja langsung, yaitu tenaga kerja di pabrik yang secara langsung terlibat pada proses produksi dan biayanya
dikaitkan pada biaya produksi atau pada barang yang dihasilkan. Contohnya: karyawan bagian produksi.
b. Tenaga kerja tidak langsung, yaitu tenaga kerja di pabrik yang tidak terlibat secara langsung pada proses produksi dan
biayanya dikaitkan pada biaya operasional pabrik. Contohnya: tenaga kerja bagian penjualan, marketing, dan periklanan.

Perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja dinyatakan dalam Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK), yang dapat dihitung dengan rumus:

TPAK = Angkatan Kerja x 100%


Tenaga Kerja
C. MASALAH KETENAGAKERJAAN

Indonesia memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah. Namun, melimpahnya sumber daya
manusia tersebut dapat menjadi permasalahan dalam pembangunan ekonomi, terutama berkaitan dengan ketenagakerjaan.

Berikut beberapa masalah ketenagakerjaan yang terdapat di Indonesia sebagai berikut.


1. Tingkat pengangguran yang tinggi.
2. Jumlah angkatan kerja yang tinggi.
3. Tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah.
4. Penyebaran angkatan kerja yang tidak merata.
5. Perlindungan kesejahteraan tenaga kerja yang belum maksimal.
D. UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS TENAGA KERJA

Tidak bisa dipungkiri, bahwa kecenderungan dunia usaha saat ini adalah menerima tenaga kerja yang siap pakai dan
memiliki “nilai lebih” berupa tingkat pendidikan dan keterampilan tertentu. Salah satu langkah awalnya adalah meningkatkan
mutu tenaga kerja. Upaya meningkatkan kualitas tenaga kerja sebagai berikut.
1. Pemerintah
a. Menyusun kurikulum pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dan sesuai dengan syarat-
syarat dunia kerja.
b. Pendirian lembaga pelatihan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat seperti Balai Latihan Kerja (BLK).
c. Menyusun dan melaksanakan program-program yang sekiranya mendukung tercapainya sistem tenaga kerjanya.

2. Swasta (perusahaan)
Bekerja sama dengan sekolah atau kampus untuk kerja praktik atau program pemagangan melalui latihan kerja
di perusahaan yang bersangkutan, sehingga program ini akan memberikan pemahaman yang baik kepada calon tenaga
kerja mengenai dunia kerja yang sesungguhnya.

3. Individu
a. Membekali diri dengan berbagai hal yang dikehendaki oleh perusahaan, seperti keterampilan komputer, bahasa
inggris, dan meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat melalui pendidikan formal, kursus-kursus kejuruan, dan
lain-lain.
b. menanamkan jiwa kewirausahaan.
Materi Pertemuan ke 3 : SISTEM UPAH DAN PENGANGGURAN

E. SISTEM UPAH

Menurut UU nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Upah (Wage) adalah hak pekerja/buruh yang diterima
dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan, termasuk
tunjangan dari pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan sistem upah.


1. Upah Buruh adalah pendapatan yang diterima buruh dalam bentuk uang yang mencakup bukan hanya komponen
upah / gaji, tetapi juga lembur dan tunjangan-tunjangan yang diterima secara rutin / regular (tunjangan transport, uang
makan dan tunjangan lainnya sejauh diterima dalam bentuk uang), tidak termasuk Tunjangan Hari Raya (THR),
tunjangan bersifat tahunan, kuartalan, tunjangan-tunjangan lain yang bersifat tidak rutin dan tunjangan dalam bentuk
natura.
2. Upah pekerja dan kebutuhan fisik minimum, maksudnya bahwa penetapan tingkat upah dan gaji bagi pekerja
merupakan kebijakan yang sangat penting untuk peningkatan taraf hidup perkerja dan keluarganya, yang merupakan
kebutuhan fisiknya.
3. Produktivitas tenaga kerja adalah nilai output (hasil produksi) yang dikerjakan oleh sejumlah tenaga kerja.
4. Upah Nominal dan upah riil
a. Upah/pendapatan nominal, yaitu jumlah upah yang diterima buruh dalam bentuk uang atau Upah
Nominal adalah upah yang diterima buruh sebagai balas jasa atas pekerjaan yang telah dilakukan.
b. Upah/pendapatan riil, yaitu jumlah barang/jasa yang dapat dibeli dengan upah nominal, Upah
Riil menggambarkan daya beli dari pendapatan/upah yang diterima buruh. Upah riil dihitung dari besarnya
upah nominal dibagi dengan Indeks Harga Konsumen.

Di Indonesia, sistem upah yang diberlakukan adalah dengan menggunakan dasar upah minimum regional (UMR) atau
upah minimum propinsi (UMP), artinya pengusaha harus memberi upah tenaga kerja minimal sebesar UMR/UMP
tersebut. UMR/UMP tidak sama besarnya untuk tiap-tiap daerah. Salah satu penyebabnya adalah kemahalan di setiap
daerah tidak sama. Sedangkan macam-macam cara pemberian upah, antara lain:
1. Upah waktu/jangka, artinya upah dihitung berdasarkan lamanya bekerja (jam/hari/minggu/bulan)
2. Upah borongan, artinya upah dihitung berdasarkan kesepakatan bersama untuk menyelesaikan suatu proyek
tertentu
3. Upah satuan, artinya upah dihitung berdasarkan banyaknya barang yang dihasilkan
4. Upah skala berubah, artinya upah buruh tergantung hasil penjualan perusahaan dengan terlebih dahulu ditentukan
upah minimalnya
5. Upah indeks, artinya upah ditentukan oleh indeks hidup buruh dan keluarganya
6. Upah partisipasi, artinya buruh mendapat upah tertentu dan bagian laba
7. Upah co partnership, artinya buruh mendapat upah tertentu dan bagian laba berupa saham

F. PENGANGGURAN
1. Pengertian dan Jenis pengangguran
Pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau mempersiapkan suatu
usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan atau
penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja / mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai
bekerja.

2. Macam-macam pengangguran
Pengangguran yang terjadi pada suatu negara, disebabkan oleh beberapa jenis, diantaranya:
a. Berdasarkan faktor penyebab terjadinya, pengangguran terdiri atas.
1) Pengangguran Siklis atau Konjungtur adalah pengangguran yang terjadi karena menurunnya kegiatan
perekonomian suatu negara atau terjadi resesi/kelesuan ekonomi. Resesi ekonomi terjadi karena permintaan
akan barang/jasa mengalami penurunan, sehingga terjadi penurunan produksi, penurunan investasi dan
berakibat terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) untuk mengurangi tenaga kerja.
2) Pengangguran Struktural adalah pengangguran yang terjadi karena perubahan struktur komposisi
perekonomian. Perubahan struktur memerlukan keterampilan baru. Contohnya peralihan tenaga kerja dari
sektor pertanian ke sektor industri, tenaga kerja sektor pertanian harus dididik dahulu agar bisa menjadi
tenaga kerja sektor industri, jika tidak mampu melakukan penyesuaian ini dapat menimbulkan adanya
pengangguran.
3) Pengangguran Friksional (peralihan) adalah pengangguran yang terjadi karena penawaran tenaga kerja
lebih banyak dari pada permintaan tenaga kerja atau tenaga kerja yang sudah bekerja tetapi menginginkan
pindah pekerjaan lain, sehingga belum mendapatkan tempat pekerjaan yang baru. Kelebihan tersebut
menimbulkan adanya pengangguran.
4) Pengangguran Musiman adalah pengangguran yang biasa terjadi pada sektor pertanian, misalnya pada
musim paceklik. Pada musim ini banyak pekerja atau petani yang menganggur, karena musimnya yang
tidak menguntungkan bagi petani.
5) Pengangguran Teknologi adalah pengangguran karena adanya pergantian tenaga manusia dengan tenaga
mesin.

b. Berdasarkan lama waktu kerja, pengangguran terdiri atas.


1) Pengangguran terbuka (open unemployment), adalah tenaga kerja yang benar-benar tidak memiliki
pekerjaan (sama sekali tidak bekerja). Pengangguran ini terjadi karena tidak adanya lapangan kerja atau
karena ketidaksesuaian lapangan kerja dengan latar belakang pendidikan dan keahlian tenaga kerja.
2) Setengah menganggur (under unemployment), adalah tenaga kerja yang bekerja, tetapi bila diukur dari
sudut jam kerja, pendapatan, produktivitas dan jenis pekerjaan tidak optimal. Misalnya tenaga kerja lepas
(freelance).
3) Pengangguran terselubung (disguised unemployment), adalah tenaga kerja yang bekerja tapi tidak bekerja
optimal, karena ketidaksesuaian antara pekerjaan dengan bakat dan kemampuan, (tidak sesuai dengan latar
belakang pendidikan atau keahliannya). Misalnya, seorang lulusan S1 pertanian bekerja sebagai tenaga
pembukuan, atau seorang insinyur teknik bekerja sebagai pelayan restoran.
3. Cara-Cara Mengatasi Pengangguran
Secara umum, cara-cara untuk mengatasi pengangguran antara lain:
a. Memperluas kesempatan kerja, dengan membuka lapangan kerja baru, baik dibidang pertanian, bidang
industri, bidang perdagangan maupun bidang jasa.
b. Meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga para lulusan sudah siap pakai untuk menjadi tenaga yang trampil.
c. Meningkatkan kualitas tenaga kerja, dengan memberikan pendidikan ketrampilan melalui pendidikan formal
dan non formal.
d. Memberikan kesempatan kerja ke luar negeri, melalui penyaluran Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
e. Mendorong tumbuh berkembangnya usaha-usaha atau industri rumah tangga.
f. Memberikan peranan KB untuk menekan laju pertumbuhan penduduk.

Berdasarkan sebab-sebab terjadinya pengangguran, maka cara mengatasinya dapat diuraikan sebagai berikut.

4. Dampak Pengangguran

Dampak penganggguran terhadap kegiatan ekonomi secara umum sebagai berikut.


a. Kegiatan produksi terhambat, karena menurunnya output
yang dihasilkan dan kualitas dari output tersebut, sehingga
dapat menurunkan pendapatan nasional dan pendapatan per kapita.
b. Kegiatan distribusi kurang lancar, karena apabila output yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan kualitasnya rendah, maka
barang tersebut tidak laku di pasaran, baik pasaran dalam
negeri maupun luar negeri,sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi rendah.
c. Kegiatan konsumsi berkurang, karena barang yang
diperlukan oleh konsumen tidak terpenuhi oleh produsen. Apalagi bila produsen tidak mampu untuk
memproduksi suatu barang, maka akan terjadi kelaparan.
Secara lebih rinci dampak pengangguran dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Dampak pengangguran dari Segi Ekonomi, antara lain:
1) Produk Domestik Bruto mengalami penurunan.
2) Pendapatan Nasional dan Pendapatan Perkapita menurun.
3) Menghambat investasi untuk usaha.
4) Daya beli masyarakat akan barang dan jasa mengalami penurunan.
5) Menimbulkan kelesuan usaha atau terjadinya resesi ekonomi.
b. Dampak pengangguran dari Segi Sosial, antara lain:
1) Perasaan rendah diri (hilang atau turunnya kepercayaan diri).
2) Gangguan keamanan masyarakat.
3) Biaya sosial tinggi.
4) Keretakan rumah tangga.

Anda mungkin juga menyukai