UNIT I
KOMPONEN PASIF
A. Tujuan
1. Mempelajari pengukuran arus, tegangan dan hambatan.
2. Mempelajari cara membaca nilai komponen.
3. Mempelajari kaidah dasar rangkaian listrik; hukum ohm ,kirchof 1 dan 2.
4. Mempelajari rangkaian hambatan seri dan paralel.
5. Mempelajari rangkaian pembagi tegangan dan pembagi arus.
6. Mempelajari hambatan tak linier.
7. Mempelajari kapasitor
C. Pendahuluan
1. Resistor
Resistor merupakan komponen pasif yang paling banyak digunakan dalam sebuah
rangkaian.Resistor difungsikan untuk menghambat arus sehingga arus yang mengalir sesuai yang
diperlukan.Resistor tidak memiliki polaritas ( kutub ) tetapi mempunyai karakteristik resistensi ,
toleransi , tegangan kerja atau daya maksimum, koefisien temperature. Ohm yang dilambangkan
dengan symbol Ω sebagai satuan resistor.
Resistor tetap
Resistor variable
LDR (light dependent Resistor )
NTC ( Negative Temperature Coeffisien )
PTC ( Positive Temperature Coefisien )
Resistor tetap dibuat dengan nilai tertentu dan daya ( watt ) tertentu pula. Nilai yang ada
dipasaran antara lain : 1 ; 1.2 ; 1.5 ; 1.8 ; 2 ; 2.2 ; 2.7 ; 3.3 ; 3.9 ; 4.7 ; 5.6 ; 6.8 ; 8.2 atau kelipatan
sepuluhnya. Daya resistor bervariasi 1/8 ; 1/4; 1/2; 1, 2 ,3 5, 10 dsb.
Nilai resistor ditulis dengan kode angka maupun dilambangkan dengan gelang warna,ada yang
menggunakan empat gelang ataupun lima gelang, bahkan 6 gelang. Setiap warna gelang
melambangkan sebuah angka.
Untuk resistor chip nilai hambatan tertulis dibodinya. Biasanya ditulis dengan tiga angka. Angka
terakhir merupakan pangkat dari 10 sebagai faktor pengali. Lambang R menunjukan satuan
ohm, k menunjukan kilo ohm dan M menunjukkan nilai mega ohm. Sebagai contoh
Selain resistor yang nilainya tetap /fix , ada jenis resistor yang dipengaruhi oleh kondisi
lingkungannya. Diantaranya LDR, NTC dan PTC . NTC dan PTC sering disebut thermistor.
NTC ( Negative Temperature Coefficient ) dan PTC (Positive Temperature Coefficient) adalah
resistor yang dipengaruhi oleh panas. NTC akan berkurang nilai hambatannya apabila suhu
lingkungannya semakin panas, sedangkan PTC akan semakin tinggi nilai hambatannya apabila
suhu lingkungannya semakain panas . Komponen ini sering digunakan untuk pengaman sebuah
rangkaian .
Bentuk dan lambang Thermistor
LDR ( light dependen resistor ) adalah resistor yang dipengaruhi oleh cahaya .Dalam kondisi
gelap nilai hambatannya tinggi sebaliknya, dalan kondisi terang nilai hambatanya turun menjadi
beberapa ohm. Komponen ini sering diaplikasikan sebagai sensor cahaya .
Bentuk dan lambang LDR
Dalam sebuah rangkaian resistor berfungsi untuk mengontrol tegangan maupun arus. Hukum
ohm dan hukum kirchoff menjelaskan hubungan antara arus , tegangan dan hambatan dalam
suatu rangkaian. Hokum Ohm menjelaskan hubungan tegangan arus dan hambatan sedang
Hukum kirchoff menjelaskan arus dalam rangkaian bercabang dan tegangan dalam sitem loop
tertutup.
Bunyi hukum ohm :“Besar arus listrik (I) yang mengalir melalui sebuah penghantar atau
Konduktor akan berbanding lurus dengan beda potensial / tegangan (V) yang diterapkan
kepadanya dan berbanding terbalik dengan hambatannya (R)”.
𝑉
I= atau V= I.R
𝑅
Dimana : I = Ampere ( A )
V= Volt ( V )
R= Ohm ( Ω )
Dari rumusan ini dapat dipahami dalan rangkaian dimana tegangan tetap maka arus yang
mengalir berbanding terbalik dengan besar hambatan. Hambatan dalam suatu rangkaian dapat
disusun secara seri atau paralel. Hambatan yang disusun seri sering digunakan sebagai pembagi
tegangan. Hambatan yang disusun paralel sering difungsikan sebagai pembagi arus. Hal ini
mengikuti kaidah hukum kirchoff 1 dan hukum kirchoff 2.
Hukum kirchoff 1 :“Arus Total yang masuk melalui suatu titik percabangan dalam suatu
rangkaian listrik sama dengan arus total yang keluar dari titik percabangan tersebut.
Ilustrasi ini menjelaskan beban / hambatan yang disusun secara paralel. Dari penjabaran rumus
diatas dapat dipahami bahwa nilai total hambatan yang disusun paralel adalah :
𝐼
: It= I1+I2+I3 Dimana V= dan Vt = V1=V2=V3
𝑅
1 1 1 1
sehingga = + +
𝑅𝑡 𝑅1 𝑅2 𝑅3
Hokum kirchoff 2 :
"Dalam rangkaian tertutup, Jumlah aljabar (E) dan jumlah penurunan potensial sama
dengan nol".
Secara matematis dapat dijabarkan :
E = V1 + V2 + V3
Dari rumusan diatas dapat dijabarkan rumus hambatan yang di susun seri :
E = V1 + V2 + V3
2. KAPASITOR
1. kapasitor keramik
2. kapasitor film
3. kapasitor elektrolit
4. kapasitor tantalum
5. kapasitor kertas
Berdasarkan polaritas kutup pada elektroda kapasitor dapat dibedakan dalam 2 jenis yaitu .
1. Kapasitor Non-Polar, yaitu kapasitor yang tidak memiliki polaritas pada kedua elektroda.
2. Kapasitor Bi-Polar,yaitu kapasitor yang memiliki polaritas positif dan negatif pada
elektrodanya.
Berdasarkan kapasitas dari suatu kapasitor, maka kapasitor dapat dibedakan dalam 2 jenis.
1. Kapasitor Tetap , yaitu kapasitor yang memiliki kapasitansi tetap dan tidak dapat diubah-ubah.
Pada kategori kapasitor tetap, terdapat 2 jenis kapasitor yang dapat dibedakan berdasarkan
polaritas elektrodanya.
2. Kapasitor Tidak Tetap, yaitu kapasitor yang nilai kapasitansinya dapat diubah atau
kapasitansinya dapat diatur sesuai keinginan dengan batas maksimal sesuai yang tertera pada
kapasitor tersebut
Nilai kapasitor menunjukkan berapa coulumb muatan listrik yang mampu disimpan. Pada
kapasitor yang berukuran besar, nilai kapasitansi tegangan maksimum dan polaritasnya tulis
dengan angka. Misalnya pada kapasitor elco ditulis kapasitansinya sebesar 22uF/25v. Kapasitor
yang ukuran fisiknya kecil ditulis dengan 2 atau 3 angka. Jika hanya ada dua angka satuannya
adalah pF (pico farads). Sebagai contoh, kapasitor yang bertuliskan dua angka 47, maka
kapasitansi adalah 47 pF. Jika ada 3 digit, angka pertama dan kedua menunjukkan nilai nominal,
sedangkan angka ke-3 adalah faktor pengali.
3. Multimeter
Yang dimaksud multimeter adalah alat ukur untuk mengukur besaran listrik yaitu tegangan,
arus, hambatan. Jenis Multimeter yaitu Analog dan Digital. Multimeter digital menggunakan
angka digital sehingga begitu melakukan pengukuran Listrik, Nilai yang diinginkan dapat
langsung terbaca , sementara multimeter analog menggunakan jarum skala sehingga perlu
membandingkan jarum ukur dengan skala ukur.
Saklar pemilih.
Saklar ini untuk memilih jenis pengukuran, misalnya saat mengukur tegangan DC,
saklar pemilih harus tepat mengarah pada DCV, begitu seterusnya.Pada setiap bagian
skala pengukuran yang dipilih dengan Saklar Pemilih, terdapat Nilai-nilai yang tertera
pada alat ukur, Misalnya Pada Skala Tegangan AC (tertulis ACV pada alat ukur) tertera
skala 10, 50, 250, dan 750 begitu pula pada Skala Tegangan DC (tertulis DCV pada alat
ukur) tertera skala 0.1 , 0.25 , 2.5 , 10 , dst. Angka ini menunjukkan nilai maksimum
yang dapat diukur.
Apabila diketahui perkiraan nilai yang diukur maka dipilih skala diatas nilai pengukuran yang
mendekati, tetapi apabila nilai tidak diketahui dipilih pada skala terbesar.Jika jarum tidak
bergerak maka skala pilih dapat diturunkan sehinga sesuai dengan pengukuran yang dilakukan.
Pada skala gambar terlihat jarum menunjuk pada skala antara 50 dan 60, dengan skala pengali
100k sehingga hasil pengukuran ± 56 x 100k = 5600k = 5M6 Ω
Jarum menunjuk skala antara 2 dan 3 pada garis ke 3 hal ini menunjukkan hasil pengukuran 2.8
untuk skala 10, 13 untuk skala 50, 65 untuk skala 250.
Jarum menunjuk skala antara 2 dan 3 pada garis ke 3 hal ini menunjukkan hasil pengukuran 2.8
untuk skala 10, 13 untuk skala 50, 65 untuk skala 250, 345 untuk skala 750.
Jarum menunjuk skala antara 2 dan 3 pada garis ke 3 hal ini menunjukkan hasil pengukuran
6.5mA untuk skala 25 , 0.65mA untuk skala 2.5, 13 µA untuk skala 50µA ,65 mA untuk skala
250.
Cara pembacaan skala ( skala hitam untuk DC skala merah untuk AC.
D. Percobaan
I. Praktek
A. Menetukan Nilai Resistor
1. Siapkan resistor (5 macam ukuran )
2. Lakukan pengamatan pada gelang warna resistor
3. Lakukan pengukuran nilai resistor menggunakan ohmmeter
4. Bandingkan kedua nilai hambatan tersebut
B. Rangkaian Seri
1. Seting multimeter pada ohmmeter 10 k atau 20k
2. Amati nilai hambatan yang tertulis pada badan PTC dan catat dilembar kerja
3. Cara pengukuran rangkaian seri
4. Ukur nilai hambatan total dan catat hasil pengukuran dilembar kerja
5. Ulangi untuk susunan rangkaian seri yang berbeda
6. Lengkapi tabel dilembar kerja.
Tabel I.2.
Pengukuran ( Ω ) Perhitungan ( Ω ) Kesimpulan
No
R1 R2 R3 Rtotal Rtotal = R1 + R3 + R3
1
C. Rangkaian Paralel
1. Seting multimeter pada ohmmeter 10 k atau 20k
2. Amati nilai hambatan yang tertulis pada badan PTC dan catat dilembar kerja
3. Cara pengukuran rangkaian Paralel
4. Ukur nilai hambatan total dan catat hasil pengukuran dilembar kerja
5. Ulangi untuk susunan rangkaian paralel yang berbeda
6. Lengkapi tabel dilembar kerja.
Tabel I.3
Pengukuran ( Ω ) Perhitungan ( Ω ) Kesimpulan
No
R1 R2 R3 Rtotal Rtotal = R1 + R3 + R3
1
D. Rangkaian kombinasi
1. Seting multimeter pada ohmmeter 10 k atau 20k
2. Amati nilai hambatan yang tertulis pada badan PTC dan catat dilembar kerja
3. Cara pengukuran rangkaian kombinasi
4. Ukur nilai hambatan total dan catat hasil pengukuran dilembar kerja
5. Ulangi untuk susunan rangkaian kombinasi yang berbeda
6. Lengkapi tabel dilembar kerja.
Tabel I.4
Pengukuran ( Ω ) Perhitungan ( Ω ) Kesimpulan
No
R1 R2 R3 Rtotal Rtotal = R1 + R3 + R3
1
E. Potensiometer
1. Seting ohmeter pada skala 10x / 2k
2. Cara pengukuran seperti gambar
3. Ukurlah nilai hambatan antara kaki tengah dan salah satu kaki pinggir
4. Putar pemutar kekanan dan kiri amati nilai resistor di ohm meter
5. Ulangi untuk pasangan kaki yang lain
6. Jelaskan kerja Potensiometer dan tulis di lembar kerja.
Hambatan ( Ω )
No
Cahaya ruang Cahaya lampu Ditutup
1
Hambatan ( Ω )
No
Tertulis Suhu ruang Setelah dipanasi
1
4. Ukur nilai hambatan pada suhu kamar dan catat dilembar kerja
5. Panaskan dengan pemanas badan dari NTC
6. Amati perubahan nilai hambatan
7. Jelaskan hubungan perubahan suhu dan nilai hambatan PTC , tulis dilembar kerja.
Hambatan ( Ω )
No
Tertulis Suhu ruang Setelah dipanasi
1
I. Kapasitor
1. Buat rangkaian seperti gambar:
2. Posisikan sw1dan sw2 dalam kondisi terbuka kemudian hidupkan power suplay.
3. Hidupkan sw1 beberapa saat, kemudian matikan.
4. Hidupkan sw2 amati lama nyala led.
5. Ganti dengan nilai kapasitor yang lain dan ulangi langkah 2 – 4 diatas
6. Jelaskan hubungan nilai kapasitor dengan lama nyala led
Tabel I.9
Terukur Perhitungan
No R1 R2 R3 Rt Rt= R1+R2+R3
Ω Ω Ω Ω Ω
1
2
3
4
5
Terukur Perhitungan
No R1 R2 R3 Rt 1 1 1
Rt= 1/{𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3}
Ω Ω Ω Ω
1
2
3
4
5
Nama :
Hari / Tanggal Instruktur
NIM :
Kerja potensiometer :
Hambatan ( Ω )
No
Cahaya ruang Cahaya lampu Ditutup
1
2
3
4
5
NIM :
Hambatan ( Ω )
No
Suhu ruang Dipegang tangan ( suhu badan ) Dipanasi selama 1 menit dengan soldier
1
2
3
4
5
Hambatan ( Ω )
No
Suhu ruang Dipegang tangan ( suhu badan ) Dipanasi selama 1 menit dengan soldier
1
2
3
4
5
Tabel I.9
Nilai kapasitor Lama nyala led
µF det
1
NIM :
NIM :
Tabel II.5a
Potensiomete
V1 V2 It IR1 Io VR1
r
Ω Ω mA mA mA V
%
1 20
2 40
3 60
4 80
5 100
Tabel II.5b
Potensiomete
V1 V2 It IR1 Io VR1
r
Ω Ω mA mA mA V
%
1 20
2 40
3 60
4 80
5 100
Tabel II.5b
Potensiomete
V1 V2 It IR1 Io VR1
r
Ω Ω mA mA mA V
%
1 20
2 40
3 60
4 80
5 100
NIM :
Lembar kerja
3/3
Komponen Pasif
NIM :