B. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan penyakit DHF adalah
system sirkulasi. System sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan
dan oksigen dari trakus distivus dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu,
system sirkulasi meupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolism dari
sel-sel ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi pembuluh
darah. (Syaifudin, 2011)
1. Jantung
Darah adalah cairan tubuh yang terdiri dari plasma dan sel atau struktur
seperti sel. Dalam tubuh orang dewasa, volumenya sekitar 5-6 liter atau
7% dari berat badan.
Plasma: plasma meliputi 53-57% dari keseluruhan volume darah, terdiri
dari 90% air, 7-9% protein, 0,1% glukosa, 1% bahan anorganik.
Sel darah meliputi 43-47% dari seluruh volume darah. Dikenal ada 3 jenis
sel darah meliputi;
a. Eritrosit (sel darah merah)
Sel terbanyak, yaitu sekitar 5juta/mm3 darah. Fungsi utama sel darah
yaitu mengangkat o2 ke jaringan /organ tubuh dan membawa kembali
o2 dari jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan lewat pernafasan.
Eritrosit diproduksikan oleh sumsum tulang merah.
b. Lekosit (granulosit)
Dalam keadaan normal jumlah sel darah putih ini sekitaran 5000-
9000/mm3.
c. Trombosit (platelet)
Thrombocyte merupukan jenis sel darah yang paling kecil, jumlah sel
ini sekitar 250.000/mm3.sel darah ini berisi beberapa faktor pembekua
darah, bila jumlahnya hanya sedikit dapat menyebabkan penderita
penyakit ini terjadi mimisan, perdarahan pada gusi atau usus.
C. ETIOLOGI/PREDISPOSISI
Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue
Haemoragic Fever adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus
Dengue mempunyai 4 tipe, yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4, yang
ditularkanmelalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup
dikawasan tropis dan berkembang biak pada sumber air yang tergenang.
Keempatnya ditemukan diIndonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak.
Infeksi salah satu serotip akanmenimbulkan antibodi yang terbentuk terhadap
serotipe yang lain sangat kurang,sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotipe yanglain tersebut. Seseorang
yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe
selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan diberbagai
daerah di Indonesia (Sudoyo dkk. 2010).
Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil , sensitif terhadap
inaktivitas oleh distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 700 C.
Keempat tipetersebut telah ditemukan pula di Indonesia dengan tipe DEN 3
yang paling banyakditemukan (Hendarwanto 2010).
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua
lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
a. Nyeri kepala
b. Nyeri retro-orbital
c. Mialgia / arthralgia
d. Ruam kulit
e. Manifestasi perdarahan(petekie atau uji bending positif)
f. Leucopenia
g. Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD yang
sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
2. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua
haldibawah ini dipenuhia.
a. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
- Uji tourniquet positif
- Petekie, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran
cerna,tempat bekassuntik.
- Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/uld.
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
- Peningkatan nilai hematokrit ≥20% dari nilai baku sesuai umur dan
jenis kelamin.
- Penurunan nilai hematokrit ≥20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti :
- Hipoproteinemia
- Asites
- Efusi pleura
3. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DBD diatas ditandai dengan tanda kegagalan sirkulasi
yaitu:
a. Penurunan kesadaran, gelisah
b. Nadi cepat, lemah
c. Hipotensi
d. Tekanan darah turun <20mmHg
e. Perfusi perifer menurun
f. Kulit dingin, lembab. (Wiwik dan Hariwibowo, 2009)
E. PATOFISIOLOGI
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita
adalahvirernia yang menyebabkan penderita mengalami demam, sakit kepala,
mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah
pada kulit (petekia), hipertermi dan hal lainyang mungkin terjadi seperti
pembesaran limfe (spleromegali), peningkatan permiabilitasdinding kafiler
mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasidan hipoproteinemia serta effuse plevro dan renjatan
syok.Haemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit lebih dari 20 %
menunjukkanatau mengakibatkan adanya kebocoran plasma (perembesan)
plasma (plasma kakage) sehingganilai hematokrit menjadi penting untuk
patokan pemberian cairan intravena, peningkatan jumlahtrombosit
menunjukkan kebocoran plasma.Tingginya nilai hematokrit penderita DHF
disebabkan karena :
1. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstraselular melalui kafiler yang
rusak denganmengakibatkan menurunnya plasma dan meningkatnya nilai
hemotokrit bersamaan denganmenghilangnya plasma melalui endotekal
dinding pembuluh darah.
2. Adanya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu dalam rongga
peritoneum pleura padaotopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan
melalui infuse (Hendarwanto 2010).
F. PATHWAY
Viremia
Gaster Nyeri
terdesak epigastrium Aktivasi system
kinin,serotonin,dan
Anoreksia, mual histamin
muntah Nyeri Akut
PK Perdarahan
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
1. Darah
a. Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu
menggunakandarah atau disebut lab serial yang terdiri dari
hemoglobin, PCV, dan trombosit . Pemeriksaan menunjukkan adanya
tropositopenia (100.000 / mlatau kurang) dan hemotoksit sebanyak
20% atau lebih dibandingkan dengannilai hematoksit pada masa
konvaselen.
b. Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbulnya
renjatan.Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti
pada DHF dengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya
trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji
serologi hemaglutnasi (Brasierdkk 2012).
c. Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga.
d. Hemoglobin meningkat lebih dari 20 %15.
e. Protein rendah
f. Natrium rendan (hiponatremi)
g. SGOT/SGPT bisa meningkat
h. Asidosis metabolic
i. Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan.
2. Urine
Kadar albumin urine positif (albuminuria) (Vasanwala, 2011) Sumsum
tulang padaawal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler
pada hari ke 5 dengangangguan maturasi dan pada hari ke 10 sudah
kembali normal untuk semua system.
3. Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya
posisilateral dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik dalam
mendeteksi cairandibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.
4. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan
karena tidakmenggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat diperiksa
sekaligus berbagai organ pada abdomen. Adanya acites dan cairan pleura
pada pemeriksaan USG dapatdigunakan sebagai alat menentukan diagnosa
penyakit yang mungkin muncul lebih berat misalnya dengan melihat
ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan pancreas.
5. Diagnosis Serologisa.
a. Uji Hemaglutinasi (Uji HI)
Tes ini adalah gold standart pada pemeriksaan serologis, sifatnya
sensitive namun tidak spesifik. Artinya tidak dapat menunjukkan tipe
virus yangmenginfeksi. Antibodi HI bertahan dalam tubuh lama sekali
(<48 tahun)sehingga uji ini baik digunakan pada studi serologi
epidemiologi. Untukdiagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen 4x
lipat dari titer serum akut atautinggi (>1280) baik pada serum akut
atau konvalesen dianggap sebagai pesumtif (+) atau diduga keras
positif infeksi dengue yang baru terjadi(Vasanwala dkk. 2012).
b. Uji komplemen Fiksasi (uji CF)
Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit
dan butuh tenaga berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi
bertahan beberapatahun saja (sekitar 2-3 tahun).
c. Uji Neutralisasi
Uji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue. Dan biasanya
memakai cara Plaque Reduction Neutralization Test (PNRT)
(Vasanwala dkk. 2012).
d. IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)
Banyak sekali dipakai, uji ini dilakukan pada hari ke 4-5 infeksi virus
denguekarena IgM sudah timbul kemudian akan diikuti IgG. Bila IgM
negatif makauji harus diulang. Apabila sakit ke-6 IgM masih negatif
maka dilaporkansebagai negatif. IgM dapat bertahan dalam darah
sampai 2-3 bulan setelahadanya infeksi (Vasanwala dkk. 2012).
e. Identifikasi Virus
Cara diagnostik baru dengan reverse transcriptase polymerase chain
reaction (RTPCR) sifatnya sangat sensitif dan spesifik terhadap
serotype tertentu, hasilcepat dan dapat diulang dengan mudah. Cara ini
dapat mendeteksi virus RNAdari specimen yang berasal dari darah,
jaringan tubuh manusia, dan nyamuk(Vasanwala dkk. 2012)
H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasidan haus. Pasien diberi banyak minum yaitu 1,5 – 2 liter
dalam 24 jam.Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik.
Jika terjadi kejangdiberikan antikonvulsan. Luminal diberikan dengan
dosis : anak umur < 12 bulan 50 mg IM, anak umur > 1tahun 75 mg.
Jika kejang lebih dari 15 menit belum berhenti luminal diberikan lagi
dengan dosis 3 mg/kgBB. Infusdiberikan pada pasien DHF tanpa
renjatan apabila pasien terus menerusmuntah, tidak dapat diberikan
minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang
cenderung meningkat .
b. Pasien mengalami syok segera segera dipasang infus sebagai
pengganti cairanhilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang
diberikan biasanya RL, jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon
diberikan plasma atau plasma ekspander banyaknya 20 – 30 mL/kg
BB. Pada pasien dengan renjatan berat pemberian infus harus diguyur.
Apabila syok telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitude nadi
sudah cukup besar, maka tetesan infus dikurangimenjadi 10 mL/kg
BB/jam (Ngastiyah 2009).
c. Cairan (Rekomendasi WHO, 2009)
- Kristaloid
Larutan
Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer
Laktat (D5/RL).
Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan
Ringer Asetat (D5/RA).
Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam
larutanFaali (d5/GF).
- Koloid
Dextran 40
Plasma
2. Penatalaksanaan Keperawatana
a. Derajat I
Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht,
Hb dantrombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam
24 jam dankompres hangat.
b. Derajat II
Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering
dipasang pada 2 tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem
dibuka tetesan infustetap tidak lancar maka jika 2 tempat akan
membantu memperlancar. Kadang-kadang 1 infus untuk memberikan
plasma darah dan yang lain cairan biasa.
c. Derajat III dan IV
- Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit
(RL) dengan cara diguyur kecepatan 20 ml/kgBB/jam.
- Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2
- Pengawasan tanda – tanda vital dilakukan setiap 15 menit.
- Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.-
- Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan
secepatnya baik obat – obatan maupun darah yang diperlukan.
- Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan
gastrointestinal biasanya dipasang NGT untuk membantu
pengeluaran darah dari lambung. NGT bisa dicabut apabila
perdarahan telah berhenti. Jika kesadaran telah membaik sudah
boleh diberikan makanan cair
B. DIANOGSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit (terbentuknya kompleks virus-
antibody)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera bilogis
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis, kurang asupan makanan (intake tidak adekuat).
4. Intolerasi aktifitas berhubungan dengan kelamahn
5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabililitas dinding pembuluh darah
C. INTERVENSI DAN RASIONAL
NO Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
Hasil
1 Hipertermia Tujuan: Setelah NIC: Perawatan
berhubungan diberikan tindakan deman.
dengan keperawatan fever 1. Pantau tanda – tanda 1. Mengetahui
penyakit treatment selama ... vital. perkembangan
(terbentuknya x 24 jam suhu tubuh pasien
kompleks diharapkan tidak dan keadaan
2. Monitor asupan dan
virus-antibody) ada masalah dalam umum.
keluaran. 2. Mempertahankan
suhu tubuh dengan
keseimbangan
skala 4 sehingga
suhu tubuh kembali 3. Anjurkan pasien cairan.
3. Merangsang
normal atau turun. mengenakan pakaian
NOC: vasodilatasi dan
yang menyerap
Termoregulasi evaporasi panas
keringat dan tutup
Kriteria hasil :
tubuh
1. Suhu tubuh pasien dengan
dalam rentang selimut.
4. Dorong konsumsi 4. Mencegah
normal.
2. Suhu kulit cairan. terjadinya
dalam batas dehidrasi karena
normal. 5. Kolaborasi demam.
3. Nadi dan 5.Mengurangi dan
pemberian obat
pernafasan membantu dalam
antipiretik dan cairan
dalam batas menurunkan suhu
IV
normal. tubuh.
Skala:
1. Sangat
terganggu
2. Banyak
terganggu
3. Cukup
terganggu
4. Sedikit
terganggu
5. Tidak terganggu
2 Nyeri akut Tujuan: Setelah NIC: Managemen nyeri
berhubungan diberikan asuhan Intervensi
dengan agen keperawatan selama 1. Lakukan pengkajian 1. Digunakan untuk
cedera biologis …x 24 jam nyeri kompehensif pengawasan dan
diharapkan nyeri yang meliputi P,Q, R, keefesienan obat,
dapat hilang atau S, T. kemajuan
berkurang. penyembuhan,
NOC: Kontrol
perubahan dan
nyeri
karakteristik
Kriteria hasil: 2. Observasi tanda –
nyeri.
1. Mengenali tanda vital.
2. Memantau tingkat
3. Ajarkan penggunaan
faktor
kenyamanan
teknik non
penyebab. 3. Pasien dapat
2. Mengenali farmakologi.
memanajemen
4. Dukung istirahat tidur
kapan nyeri
nyeri.
yang adekuat.
terjadi. 4. Menghilangkan
5. Bantu keluarga dalam
3. Menggunakan
tegangan.
mencari dan
tindakan 5. Lingkungan
menyediakan
pengurangan berpengaruh
non analgetik. dukungan. terhadap keadaan
4. Melaporkan 6. Kolaborasi
nyeri pasien.
kontrol nyeri pemberian analgetik. 6. Untuk
Skala:
mengurangi nyeri.
1. Tidak pernah
menunjukkan
2. Jarang
menunjukkan
3. Kadang –
kadang
menunjukkan
4. Sering
menunjukkan
5. Secara
konsisten
menunjukkan
Aru W, Sudoyo. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
Could Peak Proteinuria Determine Whether Patient With Dengue Fever Develop
Dengue Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Handayani, Wiwik dan Haribowo, A.S. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan
Hendarwanto. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III; 2773-2779. Edisi
Kelima. Hemorraghic/Dengue Shock Syndrome/- A Prospective Cohort Study. BMC
Infectious Diseases.
Lestari, Titik. (2016). Asuhan keperawatan anak. Yogyakarta : Nuha Medika.
NANDA, 2013, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis,
Yogyakarta: Med Action.
NANDA, 2017, Diagnosis Keperawatan NANDA Definisi dan Klasifikasi 2018-2020
Jakarta: EGC.
Prasetyono. 2012. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogya : Diva Press
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Vasanwala. F. F., Puvanendran. R., Chong. S. F., Ng. J. M., Suhail. S. M., Lee. K. H.
2011.
WHO, 2009. Dengue guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control
(New Edition). France: WHO.