Bank Sentral Elsy
Bank Sentral Elsy
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Makalah
dalam Mata Kuliah Kebanksentralan
SemesterV JurusanEksya-F
Tahun Akademik 2019/2020
Oleh
KELOMPOK 10:
1. ELSY SEPTIWI :1713060083
2. ALISMAN :1713060238
3. SHERLINA MEGA PUTRI :1713060249
4. DZIKRA :1713060261
5. LAILATUL YUSRAH :1713060278
DosenPembimbing
IRSADUNAS,SE.,M.Si
Puji syukur kami ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Pengaturan dan Pengawasan Bank”.Shalawat dan Salam tidak lupa kami
ucapkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW.Karena beliau telah
membawa umatnya dari alam yang tidak berilmu pengetahuan ke alam alam yang
berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.
Dengan selesainya makalah ini,kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan membimbing kami dalam menyelesaikan
makalah ini terutama kepada :
1. Bapak Irsadunas,SE.,M.Si selaku dosen mata kuliah
2. Teman-teman anggota kelompok sepuluh yang ikut bekerja sama atas
penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
kesempurnaan baik materi maupun penulisannya. Namun demikian, kami telah
berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga
dapat selesai dengan baik. Untuk tecapainya kesempurnaan makalah ini, kami mohon
kritik dan saran dari teman-teman yang membacanya.
Pemakalah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara,
bahkan pada era globalisasi sekarang ini, bank juga telah menjadi bagian dari sistem
keuangan dan pembayaran dunia. Mengingat kegiatan perbankan bergerak dengan
dana dari masyarakat atas adasar kepercayaan, maka setiap pelaku perbankan
diharapkan tetap menjaga kepercayaan masyarakat tersebut. Kepercayaan masyarakat
terhadap dunia perbankan akan terajaga apabila sektor perbankan diselenggrakan dan
dikelola dengan prinsip kehati-hatian sehingga selalu terpelihara kondisi
kesehatannya.
Bank Indonesia sebagai bank sentral yang mempunyai peran dalam menentukan
dan memberikan arah perkembangan perbankan serta melindungi masyarakat, maka
bank Indonesia mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk membina serta
melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan perbankan. Selain itu Bank
Indonesia sebagai otoritas perbankan berdasarkan ketentun perundangan memiliki
kewenangan untuk membuat dan menerapkan ketentuan perundangan yang berkaitan
dengan kegiatan operasional sebuah bank.
Bank Indonesia dari waktu ke waktu senantiasa melakukan penyesuaian
terhadap peraturan agar dapat menerapkan prinsip-prinsip perbankan yang sehat
sesuai dengan praktik-praktik internasional yang lazim. Disitulah letak peran
pentingnya pengawasan bank, karena sistem perbankan memiliki fungsi dan peran
yang penting dan strategis dalam menggerak-tumbuhkan perekonomian.
B. Rumusan Masalah
B. Investigasi Perbankan
Bank sebagai lembaga intermediasi sering digunakan sebagai sarana dan/atau
sasaran untuk memperkaya diri sendiri, keluarga, atau kelompok tertentu secara
1Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan kebijakan Moneter dan Perbankan, Edisi Kelima. Fakultas
Ekonomi UI, Jakarta
melawan hukum yang pada akhirnya dapat mengakibatkan bank mengalami
permasalahan struktural. Perbuatan tersebut dapat dilakukan baik oleh anggota
dewan komisaris, direksi, pegawai, pihak terafiliasi, pemilik/pemegang saham
bank, atau pihak lain yang apabila tidak dilakukan tindakan preventif (mencegah
terulangnya perbuatan tersebut) dan tindakan represif (bagi pihak yang terbukti
melakukan perbuatan tersebut), dapat menyebabkan turunnya tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan.
UU No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan telah memberikan
amanat kepada OJK untuk mengatur dan mengawasi bank. Dalam rangka
melaksanakan tugas pengawasan bank, OJK dapat menemukan Penyimpangan
Ketentuan Perbankan (PKP), baik yang bersifat administratif maupun yang
memiliki indikasi Tindak Pidana Perbankan (tipibank). Penanganan PKP 32
Booklet Perbankan Indonesia 2017 yang berindikasi dugaan tipibank perlu
dilakukan dengan hati-hati guna menghindari dampak yang mampu
mempengaruhi reputasi bank dan demi terciptanya sistem perbankan yang sehat
guna mendukung stabilitas sistem keuangan.
Informasi PKP yang berindikasi tipibank dapat berasal dari hasil pengawasan
bank dan/atau dari pihak lain. Dalam hal diperlukan penanganan lebih lanjut
dengan investigasi, maka akan dilakukan investigasi terhadap pihak terafiliasi
dengan bank dan/atau pihak lain yang menjadikan bank sebagai sarana dan/atau
sasarannya. Selain itu, OJK memiliki kewenangan untuk memberikan sanksi
administratif kepada bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Metodologi investigasi yang dilakukan untuk mengetahui penyimpangan
yang terjadi dan pihak-pihak yang terkait serta ketentuan yang dilanggar, antara
lain sebagai berikut:
1. melakukan penelitian/menelaah dokumen pendukung dan informasi awal yang
diterima untuk mengidentifikasi kualitas dan kuantitas dugaan tipibank yang
terjadi;
2. melakukan pertemuan/klarifikasi/wawancara dengan Direksi, pejabat/ pegawai
bank ataupun pihak lainnya guna mendapatkan informasi agar kasus posisi dapat
diketahui secara lebih jelas;
3. melakukan pemeriksaan on the spot atas objek pemeriksaan misalnya,
kunjungan langsung ke alamat nasabah guna mengetahui keberadaan dan
kebenaran informasi yang sebenarnya; dan
4. mengumpulkan dokumen pendukung tambahan terkait indikasi dugaan
tipibank.
Sesuai dengan rumusan tipibank yang diatur dalam Pasal 46 s.d. 50A UU
No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No.10
Tahun 1998 atau Pasal 59 s.d. 66 UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, PKP yang berindikasi tipibank dibedakan atas dugaan tipibank yang
terkait dengan:
1. Perizinan, antara lain penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan tanpa izin dari OJK.
2. Rahasia bank, antara lain:
a. memaksa bank atau pihak terafiliasi untuk memberikan keterangan
terkait nasabah penyimpan 33 Booklet Perbankan Indonesia 2017 dan
simpanannya tanpa adanya perintah tertulis atau izin dari OJK;
b. memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan; dan
c. tidak memberikan keterangan yang wajib untuk dipenuhi untuk
kepentingan perpajakan, penyelesaian piutang bank, kepentingan
peradilan dalam perkara pidana, serta permintaan, persetujuan atau kuasa
dari nasabah penyimpan.
3. Pengawasan bank, antara lain kewajiban bank untuk menyampaikan
kepada OJK keterangan dan penjelasan mengenai usahanya dan
kewajibannya.
4. Kegiatan usaha bank, antara lain:
a. pencatatan palsu, menghilangkan atau tidak melakukan pencatatan
dalam pembukuan, dan mengaburkan, mengubah, menyembunyikan,
menghapus, atau menghilangkan pencatatan dalam pembukuan;
b. meminta atau menerima, menyetujui, atau mengizinkan untuk
menerima suatu imbalan untuk keuntungan pribadi dalam melakukan k
egiatan operasional bank;
c. tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk
memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam peraturan
perundangundangan yang berlaku; dan
d. menyuruh untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan yang
mengakibatkan bank tidak melaksanakan langkah-langkah yang
diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dari hasil investigasi tersebut apabila ditemukan adanya dugaan tipibank
yang dilakukan oleh pihak terafiliasi dan/atau pihak lain, maka selanjutnya
dilimpahkan kepada satuan kerja OJK yang melakukan tugas penyelidikan
dan penyidikan.2
C. Edukasi Dan Perlindungan Konsumen
Edukasi dan perlindungan konsumen (EPK) di bentuk dalam rangka
melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat terhadap pelanggaran dan
kejahatan di sektor keuangan, seperti manipulasi dan berbagai bentuk
penggelapan dalam kegiatan jasa keuangan, sesuai pasal 4 undang-undang
Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Bidang EPK Otoritas Jasa Keuangan ini bertugas meningkatkan
pemahaman masyarakat dan konsumen mengenai Lembaga Jasa Keuangan
(LJK) serta produk dan jasa yang di tawarkan di industri keuangan, sehingga
dengan demikian tingkat pengetahuan mengenai industri keuangan akan
meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan tingkat utilitas dan
kepercayaan masyarakat serta konsumen terhadap lembaga dan produk jasa
keuangan di Indonesia
1. Asas Perlindungan Konsumen
Berdasarkan UU perlindungan konsumen pasal 2, ada lima asas
perlindungan konsumen.
a. Asas manfaat
Maksud asas ini adalah untuk mengamanatkan bahwa segala
upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus
memberikan manfaat sebesar-besarnyabagi kepentingan konsumen
dan perlu usaha secara keseluruhan.
b. Asas keadilan
Maksudnya agar partisipasi seluruh rakyat bisa diwujudkan
secara maksimaldan memberikan kesempatan kepada konsumen dan
2
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/booklet-perbankan-indonesia
pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan
kewajibannya secara adil.
c. Asas keseimbangan
Yaitu untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan
konsumen, pelaku usaha, dan pemerintahdalam arti material maupun
spiritual.
d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen
Yaitu untuk memberikan jaminan atas keamanan dan
keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan
pemanfaatan barang/jasa yang dikonsumsi atau digunakan.
e. Asas kepastian hukum
Maksud asas ini yaitu agar pelaku usaha maupun konsumen
menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan
perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.
2. Tujuan Perlindungan Konsumen
Dalam undang-undang perlindungan konsumen pasal 3, bahwa
tujuan perlindungan konsumen adalah:
a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen
untuk melindungi diri.
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang atau jasa.
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, dan
menuntut hak-haknyasebagai konsumen.
d. Menciptakan sistem perlindungan yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha.
f. Meningkatkan kualiatas barang/jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan,
3
dan keselamatan konsumen.
3 https://sikapiuangmu.ojk..go.id/FrontEnd/CMS/News/26
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
2. SARAN
Penulis menyadari bahwa makakah ini masih belum sempurna dan masih terdapat
banyak kekurangan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalh ini di masa yang akan datang. Di
samping iti penulis juga meminta maaf apabila terjadi kesalahan-kesalahan dalam
penulisan makalh ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan kebijakan Moneter dan Perbankan,
Edisi Kelima. Fakultas Ekonomi UI, Jakarta
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/booklet-perbankan-indonesia
https://sikapiuangmu.ojk..go.id/FrontEnd/CMS/News/26