LAPORAN PENELITIAN
Disusun oleh:
Kelompok 15102
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Disusun oleh:
Ageng Sunjoyo,S.Ked 14233
Gisca Ajeng W. N, S.Ked 14640
Adrianus Akbar, S.Ked 14549
Izza Zukhrufia, S.Ked 14689
Fiko Ryantono, S.Ked 14537
Afif Avicenna, S.Ked 14694
Samuel Yudhistira, S.Ked 14625
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan survei ini. Tugas ini
penulis laksanakan untuk menambah ketrampilan dan pengetahuan terutama
dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat. Semoga ilmu ini dapat penulis gunakan
saat mengabdi sebagai tenaga kesehatan kepada masyarakat Indonesia.
Proses penyelesaian laporan kegiatan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu, penulis hendak berterima kasih kepada :
1. Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada yang telah memberi izin untuk
melaksanakan kegiatan.
2. dr. Guardian Yoki Sanjaya, M. Hlth.Info, selaku dosen pembimbing, yang
telah memberikan ilmu dan masukan dalam proses kegiatan.
3. Annisa Ristya R, yang telah memberikan ilmu, masukan, koreksi serta
dukungan dalam proses kegiatan dan pembuatan laporan.
4. Camat Mergangsan, Kota Yogyakarta beserta jajaran, atas izin dan
dukungannya selama pelaksanaan kegiatan.
5. Lurah Keparakan, Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta, beserta
jajaran atas izin dan dukungannya selama kegiatan.
6. Ketua RW XI dan warga, Kelurahan Keparakan, Kecamatan Mergangsan,
Kota Yogyakarta, atas izin dan dukungannya selama pelaksanaan kegiatan.
7. Seluruh staff dan karyawan Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada, atas dukungannya sehingga
kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar.
Penulis juga memohon maaf kepada semua pihak apabila terdapat kesalahan
selama pelaksanaan kepaniteraan klinik. Semoga hasil survei ini dapat
bermanfaat bagi pihak – pihak yang berkepentingan.
Yogyakarta, April 2016
Penulis
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................viii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Gambaran Wilayah Kerja..........................................................................1
B. Latar Belakang Masalah............................................................................3
C. Rumusan Masalah.....................................................................................5
D. Tujuan Kegiatan........................................................................................5
E. Manfaat Kegiatan......................................................................................6
F. Tinjauan Pustaka...........................................................................................6
1. Demam Berdarah Dengue......................................................................6
2. Pengetahuan.........................................................................................14
3. Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga (PKK)...........................17
6. Kerangka Teori....................................................................................19
BAB II....................................................................................................................20
METODE PENELITIAN.......................................................................................20
A. Jenis dan Rancangan Penelitian..............................................................20
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................20
C. Subjek Penelitian.....................................................................................20
D. Variabel Penelitian...................................................................................21
E. Definisi Operasional................................................................................21
F. Instrumen Penelitian...................................................................................21
d. Jenis dan cara pengumpulan data................................................................22
e. Pengolahan dan Analisis data......................................................................23
f. Alur Penelitian............................................................................................23
g. Kelamahan dan Keterbatasan Kegiatan......................................................24
BAB III..................................................................................................................25
5
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
data surveilans dari puskesmas hanya terdapat 6 kasus yang dilaporkan, dan 3
kasus diantaranya positif demam berdarah dengue. Hal ini bisa dikarenakan tidak
semua pasien yang menderita DBD datang ke fasilitas pelayanan primer.
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Kegiatan
E. Manfaat Kegiatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bagi institusi,
peneliti, maupun subyek penelitian.
a. Bagi institusi :
1. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK terhadap
penyakit dan pencegahan demam berdarah di RW XI Kelurahan Keparakan,
Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta sehingga dapat memberikan solusi
maupun rekomendasi terkait data tersebut.
2. Menggunakan data proporsi tingkat pengetahuan ibu-ibu PKK terhadap
penyakit dan pencegahan demam berdarah di RW XI Kelurahan Keparakan,
Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta sebagai landasan pengembangan
penelitian berikutnya.
b. Bagi peneliti :
6
F. Tinjauan Pustaka
Gambar 3. Rerata jumlah kasus tahunan demam dengue dan demam berdarah
dengue yang dilaporkan ke WHO tahun 1955-2007
b. Definisi
Demam dengue dan demam berdarah dengue (dengue haemorrhagic fever)
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopeniadan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok
(Suhendro et.al.,2006).
c. Etiologi
Virus dengue adalah virus yang menyebabkan demam dengue dan demam
berdarah. Virus dengue termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae.
Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam ribonukleat
6
rantai tunggal (single chained ribonucleic acid) dengan berat molekul 4 x 10 .
Terdapat 4 serotipe virus tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Masing-
masing serotipe virus tersebut dapat menyebabkan demam dengue atau demam
berdarah dengue, keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan serotipe DEN-
3 merupakan yang terbanyak dan mempunyai dampak klinis yang terberat
diantara serotipe lain, diikuti dengan DEN-2 setelahnya. Terdapat reaksi silang
antara serotipe dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese
encephalitis dan West Nile virus (Suhendro et.al.,2006).
d. Patofisiologi
Fenomena patofisiologi utama DBD adalah meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diatesis hemoragik. Plasma merembes selama perjalanan
penyakit mulai dari permulaan masa demam dan mencapai puncaknya pada masa
renjatan. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan menghilangnya plasma
9
Tersangka DBD/Infeksi
Virus Dengue
berdasarkan Karakteristik
Nilai tanda klinis, periksa
Rawat Inap Rawat Jalan Hb, Ht, Trombosit bila
demam menetap setelah
hari sakit ke-3
Minum banyak 1,5-2
L/hari, parasetamol,
kontrol tiap hari sampai
demam turun, periksa Hb,
Ht, Trombosit setaip hari Perhatian untuk orang tua
Pesan bila timbul tanda syok
seperti gelisah. Lemah,
Masyarakat kaki/tangan dingin, sakit perut,
BAB hitam, BAK kurang
11
Berdasarkan Umur:
Umur merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya perubahan perilaku
pada seseorang. Dapat disimpulkan bahwa perbedaan rentang usia yang semakin
tinggi dapat menjadi faktor penentu dalam bagaimana seseorang berperilaku
Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan seseorang akan menjadi faktor yang mempengaruhi kesadaran akan
pentingnya arti kesehatan baik pada diri sendiri maupun pada lingkungan.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang seharusnya diimbangi dengan
tingkat pendidikan yang dicapai juga.
Zulaikhah berpendapat bahwa tingkat pendidikan yang ditempuh akan
berpengaruh terhadap tingginya tingkat pengetahuan terhadap demam berdarah
secara khusus dalam kasus ini. Selain itu pada studi tersebut dinyatakan bahwa
sebagian besar responden hanya melakukan praktik pencegahan dengan kategori
cukup, hal tersebut dinyatakan tidak sesuai dengan tingkat pengetahuan yang
dimiliki responden. Untuk itu berdasarkan data tersebut uji statistik untuk
menunjukkan kemaknaan antara variable pengetahuan masyarakat dengan praktik
pencegahan tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna karena masyarakat
pada studi tersebut hanya sebatas memahami tetapi tidak mengaplikasikan pada
kehiudpan sehari-hari (Zulaikhah, 2014)
Pada studi kasus dengan cakupan yang serupa tetapi dilaksanakan di tempat yang
berbeda yakni di kota Yogyakarta didapatkan bahwa perilaku pencegahan atau
aplikasi yang dilaksanakan oleh warga sebanding dengan tingkat pengetahuan dari
warga (Lathu, 2012)
f. Lingkungan Hidup
Nyamuk Aedes aegypti seperti nyamuk lainnya mengalami metamorfosis
sempurna yaitu telur – jentik – kepompong – nyamuk. Stadium telur, jentik dan
kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik
dalam waktu kurang lebih 2 hari setelah telur terendam air. Telur dapat bertahan
hingga kurang lebih selama 2-3 bulan apabila tidak terendam air, dan apabila
musim penghujan tiba dan kontainer menampung air, maka telur akan terendam
kembali dan akan menetas menjadi jentik. Stadium jentik biasanya berlangsung 6-
12
8 hari, dan stadium pupa (kepompong) berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan
dari telur menjadi dewasa 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3
bulan.
Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari mangsa dan ke
tempat istirahat ditentukan oleh kemampuan terbang. Jarak terbang nyamuk betina
biasanya 40-100 meter. Namun secara pasif misalnya angin atau terbawa
kendaraan maka nyamuk ini dapat berpindah lebih jauh (Yuswulandari, 2010).
g. Variasi Musiman
Pada musim hujan tempat perkembang biakan Aedes aegypti yang pada
musim kemarau tidak terisi air, mulai terisi air. Telur-telur yang tadinya belum
sempat menetas akan menetas. Selain itu pada musim hujan semakin banyak
tempat
penampungan air alamiah yang terisi air hujan dan dapat digunakan sebagai
tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu pada musim
hujan populasi nyamuk Aedes aegypti terus meningkat. Bertambahnya populasi
nyamuk ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan
penularan penyakit dengue (Yuswulandari, 2010).
h. Tempat Perkembangbiakan Nyamuk Aedes aegypti
Tempat perkembangbiakan utama nyamuk Aedes aegypti ialah pada
tempat -tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung di suatu
tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat umum,
biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk ini biasanya tidak
dapat berkembangbiak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah.
Jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Tempat Penampungan Air (TPA), yaitu tempat-tempat untuk menampung
air guna keperluan sehari-hari, seperti: tempayan, bak mandi, ember, dan
lain-lain.
2. Bukan tempat penampungan air (non TPA), yaitu tempat-tempat yang
biasa
13
dari keseluruhan upaya pemberantasan penyakit DBD, dan merupakan bagian dari
upaya mewujudkan kebersihan lingkungan serta prilaku sehat dalam rangka
mencapai masyarakat dan keluarga sejahtera. Dalam membasmi jentik nyamuk
penularan DBD dengan cara yang dikenal dengan istilah 3M, yaitu :
1. Menguras bak mandi, bak penampungan air, tempat minum hewan
peliharaan minimal sekali dalam seminggu.
2. Menutup rapat tempat penampungan air sedemikian rupa sehingga tidak
dapat diterobos oleh nyamuk dewasa.
3. Mengubur barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai, yang semuanya
dapat menampung air hujan sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk
Aedes aegypti (Yuswulandari, 2010).
2. Pengetahuan
a. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil belajar, yang merupakan internalisasi dari
informasi data dan pengalaman. Pengetahuan biasanya didapat dari pengalaman
pribadi, dari guru, orang tua, teman, buku dan media massa. Pengetahuan terjadi
setelah seseorang melakukan pengindraan terhadapa suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman. Peraba. Dan perasa. Sebagian besar pengetahuan
berasal dari mata dan telinga. Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan
penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,
2007).
b. Tingkatan Pengetahuan
Domain kognitif dibagi menjadi enam tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo S,
2007), yaitu :
1) Tahu (know), yaitu seseorang mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk mengingat kembali (recoil) sesuatu yang spesifik
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diperoleh.
Tahu merupakan tingkatan terendah yang dapat diukur dengan
15
b. Program PKK
Program Pokok PKK adalah program dalam memenuhi kebutuhan dasar
terwujudnya kesejahteraan keluarga, yang dikenal dengan 10 Program Pokok
PKK. Tim Penggerak PKK (TP PKK) adalah mitra kerja pemerintah dan
organisasi kemasyarakata, yang berfungsi sebagai fasilitator, perencana,
pelaksana, pengendali dan penggerak pada masing-masing tingkatan untuk
terlaksananya program PKK. Anggotanya terdiri dari tokoh pemuka masyarakat
setempat, secara perorangan, sukarela, tidak mewakili organisasi, golongan, partai
politik, lembaga atau sektor. PKK mempunyai Dewan Penyantun sebagai dewan
pendukung program PKK. Sepuluh program pokok PKK meliputi:
a) Penghayatan dan Pengamalan Pancasila;
b) Gotong Royong;
c) Pangan;
d) Sandang;
e) Perumahan dan tata laksana rumah tangga;
f) Pendidikan dan keterampilan;
g) Kesehatan;
h) Pengembangan kehidupan berkoperasi;
i) Pelestarian lingkungan hidup;
j) Perencanaan sehat
c. Tujuan dan Sasaran PKK
4. Tujuan Gerakan PKK adalah untuk memberdayakan keluarga untuk
meningkatkan kesejahteraan lahir batin menuju terwujudnya keluarga yang
berbudaya, bahagia, sejahtera, maju, mandiri, hidup dalam suasana
harmonis yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
5. Sasaran Gerakan PKK adalah keluarga di pedesaan dan perkotaan yang
perlu ditingkatkan dan dikembangkan kemampuan dan kepribadian dalam
bidang mental spiritual meliputi sikap danperilaku sebagai insan hamba
Tuhan, anggota masyarakat dan warga negara yang dinamis serta
bermanfaat, berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 serta
fisik material, meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan, kesempatan
kerja yang layak serta lingkungan hidup yang sehat dan lestari melalui
peningkatan pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan.
19
6. Kerangka Teori
Pengetahuan Ibu-ibu
PKK tentang DBD
Gambaran Umum Pencegahan DBD
Perilaku Masyarakat Melalui Gerakan 3M
DBD
Plus
Gejala DBD
Pencegahan DBD
↓ Kejadian Demam
Berdarah Dengue
: Bagian yang diteliti
: Mempengaruhi
BAB II
METODE PENELITIAN
E. Definisi Operasional
c. Kurang baik, apabila responden mendapat skor jawaban kurang dari nilai
kuartil 1 (Q1).
d. Jenis dan cara pengumpulan data
f. Alur Penelitian
1. Keterbatasan kegiatan
Keterbatasan dalam kegiatan ini antara lain keterbatasan waktu dalam
mengumpulkan data karena hanya dilakukan sewaktu.
2. Kelemahan kegiatan
Kelamahan saat pelaksanaan kegiatan ini adakah tidak semua ibu PKK
yang menjadi target kegiatan dapat hadir di lokasi karena terbentur urusan
masing-masing.
24
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Sampel
“Anak saya nggak kemana-mana sih, cuma ke sekolah aja sama main di
sekitar rumah. Sehari sebelum sakit memang sempet ikut lomba di SMM, di
daerah Bugisan. Kalau di sekitar sini itu awalnya itu di RT 55, terus RT 56,
kemudian RT 50 di dekat sini. Baru anak saya mulai sakit. Kalau di sekolah
belum ada laporan sih ada yang sakit DB.”
“Di sini bak mandinya pakai ember, jadi airnya selalu diganti. Tapi saya
memang tidak pernah menaburkan bubuk abate di bak mandi. Kalau sampah sih
selalu dibuang di tempat sampah. Kalau malam juga biasanya pakai baygon
elektrik, tapi memang banyak pakaian yang digantung di kamar.”
“Bak mandi di rumah selalu di kuras, saya lupa berapa hari sekali karena
biasanya bapak yang menguras, tapi tidak menaburkan bubuk abate. Dulu
pernah ada ibu-ibu PKK yang membagikan bubuk abate tapi sekarang sudah
nggak pernah lagi. Di rumah memang banyak tumpukan sandal dan tumpukan
pakaian, jadi ya bisa saja banyak nyamuk di situ.
Untuk faktor lingkungan sendiri, dari hasil pengamatan dan juga pengakuan
narasumber memang terdapat selokan yang penuh sampah dengan air
menggenang.
“Di depan rumah juga ada kalen, di kalennya itu memang sudah lama penuh
sampah, jadi airnya tidak mengalir.”
faktor lingkungan, lingkungan yang kurang bersih dengan air menggenang dapat
menjadi tempat untuk sarang nyamuk.
C. Pengetahuan Subjek
Pengetahuan yang diambil untuk diuji pada penelitian ini adalah meliputi
gambaran umum mengenai infeksi virus dengue, gejala dari demam dengue
maupun demam berdarah dengue dan pencegahan infeksi dengue itu sendiri.
Pengkategorian tingkat pengetahuan responden adalah berdasarkan total skor
jawaban benar dibandingkan nilai kuartil skor. Tingkat pengetahuan dikategorikan
“kurang” jika skor kurang dari nilai kuartil 1 (Q1=81.82), “sedang” jika skor
antara nilai Kuartil 1 hingga kuartil 3 (81.82-86.36), “baik” jika skor lebih dari
sama dengan nilai kuartil 3 (Q3=86.36). Gambaran tingkat pengetahuan
responden tentang demam berdarah secara umum disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden
10
8
BAIK
6 SEDANG
Jumlah Responden
KURANG
4
0
SMP SMA D3 S1
Tingkat Pendidikan
untuk menerima informasi dengan baik. Hal inilah yang mendukung terbentuknya
pengetahuan yang baik pada responden. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang menurut Notoatmodjo (2007) yaitu pendidikan, media
massa/informasi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia.
Dengan pendidikan tinggi, seseorang akan cenderung mudah untuk mendapatkan
informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak
informasi yang masuk maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat
tentang kesehatan. Namun, perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan
rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat
diperoleh pada pendidikan non formal.
10
8.9 8.6
9
8 7.3
7
6
5
4
3
2
1
0
gambaran umum gejala pencegahan
Dalam kaitannya dengan sosial budaya dan ekonomi, kebiasaan dan tradisi
Gambar 6. Rerata Skor Tiap Topik
dapat dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik
atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya
walaupun tidak melakukannya. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status
sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang
berada dalam lingkungan tersebut. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan
adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi masa lalu. Usia berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir
30
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
Selain penilaian pengetahuan masyarakat mengenai demam berdarah secara
umum, penilaian pengetahuan juga dievaluasi untuk tiap komponen yang meliputi
gambaran umum, gejala, serta pencegahan demam berdarah. Rata – rata skor
pengetahuan ibu – ibu PKK di masing – masing komponen disajikan dalam
Gambar 6. Gambaran umum dengan rerata jawaban benar 8,9, topik gejala rerata
jawaban benar 8,6 dan rerata topik pencegahan rerata 7,3 diantara ketiga topik
pengetahuan Ibu-ibu PKK yang kurang adalah topik pencegahan. Hal ini sesuai
dengan penelitian Sigarlaki (2007) yang menyatakan bahwa “Responden
terbanyak menderita DBD adalah responden yang memiliki pengetahuan yang
kurang. Hal ini menggambarkan bahwa lebih tinggi pengetahuan seseorang maka
pencegahan terhadap penyakit akan lebih baik pula”. Penelitian tersebut
disimpulkan bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang maka pencegahan
penyakit akan lebih baik pula. Gambar 6 pengetahuan tentang pencegahan
memiliki angka rerata yang paling rendah dapat menjadi salah satu penyebab
pencegahan terhadap penyakit kurang baik yang dapat disebabkan oleh
pengetahuan masyarakat yang lebih menekankan pencegahan melalui fogging dari
pada 3M plus.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
B. SARAN
Adapun saran yang bisa penulis berikan berdasarkan hasil analisis kegiatan
adalah sebagai berikut :
1. Perlunya penyuluhan terkait upaya pencegahan demam berdarah untuk
meluruskan pemahaman masyarakat bahwa fogging bukanlah satu –
satunya upaya pencegahan.
2. Memotivasi masyarakat untuk berperan aktif dalam melakukan upaya
pencegahan mandiri terhadap penyakit demam berdarah dengan
melakukan upaya 3M plus ( menguras, mengubur, menutup tempat
penampungan air, dan menabur bubuk abate) secara berkala.
3. Memberikan edukasi masyarakat untuk menggunakan ember sebagai
tempat penampungan air jikalau tidak mampu menguras bak mandi secara
berkala.
36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Benar Persen
No Pernyataan pada kuesioner
N %
Penyakit demam berdarah ditularkan oleh nyamuk
1. 23 100
Aedes Aegypti
Nyamuk penular demam berdarah paling sering
2. 23 100
menggigit manusia pada malam hari
Penyakit demam berdarah menyebar baik di desa
3. 23 100
maupun di kota
Nyamuk penular demam berdarah hanya bersarang di
4. 20 86.9
tempat-tempat yang berisi air bersih
5. Virus DB dapat ditularkan jika nyamuk Aedes Aegypti 23 100
menggigit orang yang terkena DB, lalu berpindah
menggigit orang lain
Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti berwarna hitam dan
6. 23 100
belang-belang (loreng) pada seluruh tubuhnya
Perkembangan hidup nyamuk DB memerlukan waktu 1-
7. 0 0
2 hari
Saat daya tahan tubuh baik, virus dengue akan mati
8. dalam tubuh manusia dalam waktu kurang lebih 1 23 100
minggu
9. Saat musim hujan, risiko penularan DB lebih besar 23 100
10. Nyamuk demam berdarah hanya menyerang anak-anak 23 100
Batuk dan pilek merupakan salah satu gejala demam
11. 5 21.7
berdarah
Jika terjadi perdarahan (hidung, kulit, mulut, dubur),
12. 23 100
penderita DB harus segera dibawa ke rumah sakit
Kencing berkurang merupakan salah satu gejala bahwa
13. 22 95.6
penderita demam berdarah perlu dibawa ke rumah sakit
Demam berdarah ditandai dengan adanya bintik-bintik
14. 23 100
merah pada kulit
Gejala utama demam berdarah adalah demam tinggi
15. 23 100
mendadak disertai penurunan nafsu makan
Pertolongan pertama pada penderita demam berdarah
16. 23 100
adalah diberi minum sebanyak-banyaknya
Tindakan yang paling tepat dalam mencegah penyakit
17. demam berdarah adalah pemberantasan sarang nyamuk 22 95.6
(PSN)
Cara pemberantasan sarang nyamuk yaitu dengan
18. melakukan penyemprotan/pengasapan yang dilakukan 5 21.7
petugas kesehatan
Bak mandi dan tempat-tempat air yang terbuka, dikuras
19 22 95.6
hanya bila terdapat jentik-jentik di dalamnya
Dalam penanggulangan jentik DB yang berkembang
biak di tempat penampungan air/kamar mandi,
20. 23 100
seharusnya cara mengurasnya dilakukan seminggu 1
kali
21. Menaburkan bubuk abate tidak termasuk upaya 3M plus 5 21.7
Menutup tempat penampungan air merupakan salah satu
22. 23 100
cara pemberantasan sarang nyamuk
Lampiran 4. Evaluasi dan Dokumentasi Kegiatan