Anda di halaman 1dari 28

Tugas Akhir - 2006

PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) (STUDI KASUS


STO A YANI BANDUNG)

M Eko Febrianto N¹, -²

¹Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

Abstrak
Dunia telekomunikasi saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Operator jasa
telekomunikasi harus dapat menerapkan sejumlah teknologi yang bertujuan untuk memberikan
suatu tingkat kualitas pelayanan yang semakin baik dan sebagai sarana pengembangan jumlah
pemakainya.
PT. TELKOM sebagai salah satu penyedia jasa telekomunikasi dalam negeri telah memiliki
banyak pelanggan. Dari segi kapasitas jaringan diperlukan peningkatan karena kapasitas
jaringan existing yang sudah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan demand. Dari segi
kebutuhan, layanan komunikasi semakin bertambah sesuai dengan adanya permintaan
pelanggan, dimana layanan baru yang dibutuhkan beragam seperti leased line, web
servis/internet maupun layanan video.
Karena dua masalah diatas maka dapat dijawab melalui perencanaan Jaringan Lokal Akses Fiber
(JARLOKAF). Pada perencanaan jaringan lokal akses fiber di STO A Yani Bandung ini
menggunakan perangkat Fastlink teknologi Optical Network Unit. Adapun perangkat yang
dibutuhkan adalah: 28 buah ONU120, 44 buah ONU 240L, 23 buah ODT dan 2 buah OLT1.
Pada perencanaan ini diakukan uji performansi jarlokaf yang mencakup analisa power link
budget, analisa rugi-rugi saluran optik dan analisa rise time budget. Dari hasil uji performansi ini
didapatkan bahwa jaringan yang ada memiliki margin daya yang besar, rugi-rugi saluran optik
yang memenuhi standar dan tidak terjadi degradasi sinyal. Selain itu, pada perencanaan ini juga
dilakukan analisis finansial yang meliputi laporan rugi laba, laporan aliran kas dan parameter
ekonomi yang meliputi perhitungan payback period, net present value dan Internal rate of return.
Dari analisis finansial ini didapatkan bahwa laporan rugi laba untuk semua wilayah pada periode
tahun pertama dan tahun selanjutnya laba bersihnya bernilai positif, laporan aliran kas untuk
semua wilayah saldo kas akhir dari periode pertama sampai periode terakhir selalu bernilai
positif, dan parameter ekonomi dari semua wilayah memenuhi standar. Sehingga dilihat dari
analisa finansialnya, rencana investasi yang akan dilakukan layak untuk semua wilayah di STO A
Yani bandung.

Kata Kunci :

Abstract
not available

Keywords :

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Tugas Akhir - 2006

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Sistem Komunikasi Serat Optik


Sistem Komunikasi serat Optik (SKSO) adalah sistem komunikasi yang dalam
pengiriman informasinya menggunakan sumber optik sedangkan proses penerimaan
informasinya menggunakan detektor optik, dalam proses pengirirman informasi tersebut
menggunakan media transmisi kabel serat optik. SKSO secara umum digambarkan
dalam diagram blok seperti dibawah ini:

Gambar 2.1. Blok Diagram Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO)

• Pesan Asli
Pesan asli atau informasi yang dikirim berbentuk suara, gambar atau data.
Pesan asli tersebut diubah dalam bentuk kode elektrik oleh suatu transduser
sebelum ditransmisikan untuk komunikasi optik.
• Modulator
Modulator mempunyai dua fungsi utama yaitu mengubah pesan dalam kode
elektrik ke dalam format yang sesuai, dan menyatakan kode tersebut
kedalam gelombang yang dibangkitkan oleh sumber pembawa.
• Sumber Optik
Informasi berbentuk sinyal elektrik akan dimodulasikan dengan gelombang
pembawa berupa cahaya yang dihasilkan oleh sebuah osilator optik. Osilator
ini menggunakan diode pemancar cahaya (Light Emitting Diode/LED) dan
diode laser (Laser Diode).
• Pengkopel Kanal (Input)

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB II
DASAR TEORI

Pengkopel berfungsi untuk memberikan daya dari pengirim ke kanal


informasi.
• Kanal Informasi
Dalam SKSO, kanal terpadu menggunakan serat optik. Penggunaan jenis
serat optik disesuaikan dengan performansi yang diinginkan.
• Pengkopel Kanal (Output)
Pengkopel kanal memberikan daya dari kanal informasi ke detektor.
• Detektor
Detektor optik berfungsi sebagai pengubah kode informasi termodulasi yang
berupa gelombang cahaya menjadi gelombang elektrik.
• Pesan Output
Setelah dipisahkan dengan pembawanya, kode elektrik tersebut diubah
menjadi isyarat aslinya oleh suatu tansduser.

2.2 Serat Optik


Komunikasi dengan menggunakan cahaya dan menyalurkannya melalui serat
optik memiliki sejumlah keunggulan sebagai berikut :
• Lebar pita (bandwidth) sistem komunikasi serat optik lebih besar sehingga
memberikan peningkatan kapasitas informasi yang cukup drastis.
• Mampu menyalurkan sinyal digital dan data dengan kcepatan tinggi.
• Ringan dan lebih kecil dibandingkan kabel tembaga.
• Bersifat isolator listrik (tidak menghantar listrik).
• Attenuasi atau loss transmisi yang rendah.
• Tingkat keamanan sinyal sangat tinggi.
• Tidak dipengaruhi interferensi elektromagnetik.

2.3 Perhitungan Kelayakan Pembangunan Jarlokaf (sisi teknis)


Perhitungan layak tidaknya suatu perencanaan Jarlokaf dari sisi teknis dapat
dilihat dari analisa power link budget, rise time budget dan rugi-rugi total lintasan serat
optik
2.3.1 Analisa Power Link Budget
Dalam penerapan suatu sistem komunikasi serat optik selalu memperhitungkan
anggaran daya. Seluruh redaman yang terjadi pada komunikasi optik menjadi faktor
pengurang daya yang dikirimkan oleh sumber optik, sehingga daya yang sampai di
.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) -7-

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB II
DASAR TEORI

penerima harus sesuai dengan level yang telah ditentukan. Penurunan daya disebabkan
adanya penambahan peralatan/komponen, penambahan sambungan dan faktor
lingkungan eksternal, maka diperlukan margin tambahan di atas daya input minimum
penerima.

Perhitungan link power budget dapat digunakan untuk menghitung besarnya


margin (dB), jarak transmisi, dan penempatan repeater.
Daya terima receiver dirumuskan:
Prx = - Ptx - (Lf.l) - (Ls.m) - (Lsp.n) - (Lc.k) - M ……………. (2.1)
dimana: Ptx = daya pancar dari sumber optik
Prx = daya terima yang dideteksi oleh detektor optik
Lf = redaman serat optik
L = panjang link serat optik
Ls = redaman sambungan
Ns = jumlah sambungan
Lc = redaman konektor
Nc = jumlah konektor
M = margin sistem

2.3.2 Analisa Rise Time Budget


Rise time budget merupakan salah satu persyaratan yang cukup penting dalam
sistem komunikasi serat optik karena berhubungan dengan laju informasi (bit rate) yang
ditransmisikan.

Perhitungan rise time budget dilakukan untuk menentukan apakah lebar pita
frekuensi atau bandwidth yang dibutuhkan dapat memenuhi persyaratan transmisi yang
ditentukan. Perhitungan ini dilakukan guna melihat adanya kemungkinan terjadinya
degradasi sinyal sepanjang link transmisi, yang disebabkan oleh komponen-komponen
yang dipakai.
Untuk perhitungan rise time budget dipergunakan rumus sebagai berikut

Ttotal = ( t tx 2 + t f 2 + t rx 2) ½ ……………………………………… (2.2)


t f 2 = t material 2 + t mod 2 ………………………………........… (2.3)
0,7
Tsis-NRZ = ……………………………………… (2.4)
Br
t material = σλ x Dm x L ……………………………………… (2.5)

.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) -8-

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB II
DASAR TEORI

dimana :
σλ = lebar spektral (nm)
Dm = parameter dispersi material (ns/nm.km)
L = panjang link maksimum (km)
t tx = rise time untuk transmitter
t rx = rise time untuk receiver
tf = rise time serat optik
tsis-NRZ = rise time sistem dengan line code NRZ
t material = rise time karena dispersi material
t mod = rise time karena dispersi intra modal

Rise time total tidak boleh melebihi 70% dari suatu perioda bit NRZ dimana
perioda bit adalah satu per laju data (bit rate).

2.3.3 Rugi-rugi Lintasan


Persamaan yang digunakan untuk menghitung besarnya redaman total pada
Optical Network Unit (ONU) bila terdiri dari serat optik dengan panjang (l) dalam km,
m buah splice, k buah konektor, s buah splitter yaitu :
Best case loss
= (mSµ +kCµ + lFµ + sSPµ)-3√m2Sσ2 + k2Cσ2 + l2Fσ2 + s2SPσ2 ............ (2.6)
Worst case loss
= (m.Sµ + k.Cµ + l.Fµ + s.SPµ)+3√m2.Sσ2 + k2.Cσ2 + l2.Fσ2 + s2.SPσ2 ............ (2.7)
dimana : Sµ = mean rugi-rugi pada splice
Cµ = mean rugi-rugi pada konektor
Fµ = mean rugi-rugi pada serat
SPµ = mean rugi-rugi pada splitter
Sσ = standar deviasi pada splice
Cσ = standar deviasi pada konektor
Fσ = standar deviasi pada serat
SPσ = standar deviasi pada splitter

2.4 Perhitungan Kelayakan Pembangunan Jarlokaf Sisi Finansial


Dalam penelitian ini juga akan dilakukan analisis kelayakan finansial, tentang
bagaimana prospek proyek ini di masa mendatang. Apakah investasi yang akan

.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) -9-

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB II
DASAR TEORI

dilakukan mampu menghasilkan keuntungan atau justru mengakibatkan terjadi


kerugian? Kapan jangka waktu pengembalian modalnya ? Dan faktor-faktor apa saja
yang dapat mempengaruhi kelayakan investasi ini.
Faktor penting dalam aspek finansial mempelajari tentang estimasi nilai
investasi, sumber dana, prakiraan penerimaan, biaya dan rugi-laba dan proyeksi
keuangan. Salah satu langkah analisa finansial adalah menggabungkan data pasar dan
data teknis ke dalam laporan keuangan. Estimasi dalam analisa finansial digunakan
untuk menentukan apakah produk dapat menghasilkan keuntungan.
2.4.1 Estimasi Biaya
Dalam menaksirkan biaya-biaya pengeluaran, aktifitas yang dilakukan
dikelompokkan menjadi 3 :
1. Biaya Investasi
Aktifitas yang dilakukan dalam tahap ini adalah mengidentifikasi elemen-
elemen biaya yang dikeluarkan untuk investasi, antara lain : biaya investasi
perangkat, biaya investasi serat optik dan biaya instalasi.
2. Biaya Operasional dan Perawatan
Aktifitas yang dilakukan dalam tahap ini adalah melakukan perincian biaya
operasional dan perawatan. Yang termasuk biaya operasional adalah : biaya
pemasaran, biaya SDM, biaya umum dan administrasi. Sedangkan yang
termasuk biaya perawatan adalah biaya pemeliharaan fisik serta servis
perangkat.
3. Biaya Penyusutan
Adalah melakukan perhitungan biayapenyusutan per tahun dari perangkat
dengan menggunakan metoda dan nilai sisa yang telah ditentukan.
Perhitungan dilakukan dengan perioda umur teknisnya.
2.4.2 Estimasi Pendapatan
Melakukan identifikasi elemen-elemen pendapatan yang masuk ke PT. Telkom,
antara lain biaya pasang baru, abonemen dan biaya pemakaian pulsa.
2.4.3 Perhitungan Ekonomi
1. Proyeksi Ekonomi
Aktifitas yang dilakukan adalah mendata semua unsur pendapatan dan
pengeluaran dalam satu lembar kerja, kemudian dicari selisihnya sebagai
laba. Selain itu dilakukan perhitungan pajak terhadap laba.
2. Proyeksi Aliran Kas

.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) - 10 -

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB II
DASAR TEORI

Dibuat aliran cash in (kas masuk) dan cash out (kas keluar terhadap semua
transaksi yang dilakukan selama kelangsungan dan pengoperasian proyek.
Diakhir aktifitas akan didapatkan kas bersih yang dimiliki.
2.4.4 Perhitungan Parameter Ekonomi
Dilakukanperhitungan parameter ekonomi :
1. Net Present Value (NPV)
Metoda ini menghitung selisihantara nilai sekarang dari investasi dengan
nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan
datang. Metode ini memperhitungkan nilai uang terhadap waktu (time value
of money) dimana nilai uang saat ini lebih besar dengan nilai uang di waktu
yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang tersebut perlu
ditetapkan terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan.
Apabila nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan
datang lebih besar daripada nilai sekarang investasi (NPV bernilai positif),
maka proyek ini dikatakan menguntungkan. Sedangkan apabila lebih kecil
(NPV bernilai negatif), proyek ditolak karena dinilai tidak menguntungkan.
Rumus perhitungan Net Present Value (NPV) :
n

NPV = -A0 + ∑ At.(1 + i)


t =1
-t
............................................................ (2.9)

Dimana : NPV = nilai sekarang


At = aliran kas bersih pada akhir periode t
-A0 = pengeluaran pada periode ke-0
n = umur proyek
t = periode waktu
i = suku bunga
2. Payback Period (PBP)
Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali.
Karena itu satuan hasilnya bukan persentase, tetapi satuanwaktu (bulan,
tahun dan sebagainya). Jika periode payback ini lebih pendek dari waktu
yang disyaratkan, maka proyek dikatakan menguntungkan. Sedangkan jika
lebih lama, proyek ditolak.
Kelemahan dari metoda ini adalah diabaikannya nilai uang terhadap
waktu.Meskipun diakui adanya kelemahan itu, dalam praktiknya masih

.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) - 11 -

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB II
DASAR TEORI

banyak yang menggunakan metode payback sebagai pelengkap penilaian


investasi.
Rumus perhitungan Payback Period :
InvestasiAwal
Payback Period = ............................................. (2. 10)
Penerimaan Kas
3. Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang
investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa
mendatang. Apabila tingkat bunga ini lebih besar daripada tingkat bunga
yang disyaratkan, maka investasi dikatakan menguntungkan. Jika lebih kecil,
dikatakan merugikan.
Namun metode ini juga memiliki kelemahan, yaitu proses perhitungannya
harus dilakukan dengan cara trial and error dan interpolasi.
Rumus perhitungan Internal Rate of Return :
n
0 = -A0 + ∑ At (1 + i )
t =1
-t
.......................................................... (2.11)

Dimana : At = aliran kas bersih pada akhir periode t


A0 = pengeluaran pada periode ke-0
n = periode minimal pengembalian modal
t = periode

2.5 Tahapan Perencanaan Jarlokaf


Untuk mendesain jaringan akses diperlukan suatu prosedur kerja atau
perencanaan. Dengan demikian, apa yang harus diusahakan adalah melakukan
perencanaan dengan efektif serta meminimalkan tingkat kesalahan. Perencanaan
Jarlokaf dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan inidibuat sebagai
pedoman dalam perencanaan sebuah jaringan berbasis optik, agar dihasilkan sebuah
desain jaringan yang ekonomis, mudah dilaksanakan, efisien dan mempunyai
kemampuan penyediaan komunikasi yang dapat diandalkan. Tahapan perencanaan ini
terbagi dalam beberapa langkah, perencanaan yang berupa analisis sampai pada
perencanaan aplikasi di lapangan. Flowchart kegiatan perencanaan Jarlokaf dapat
digambarkan sebagi berikut:

.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) - 12 -

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB II
DASAR TEORI

Gambar 2.2 Diagram Alir Perencanaan Jarlokaf


2.5.1 Survey Demand, Pendapatan & Verifikasi
Peramalan kebutuhan jasa telekomunikasi merupakan hal yang sangat penting
dalam perencanaan Jarlokaf.Peramalan secara akurat akan menentukan keberhasilan

.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) - 13 -

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB II
DASAR TEORI

perencanaan jaringan yang dilakukan. Pada perencanaan Jarlokaf terdapat dua jenis
peramalan, yaitu :
• Peramalan Jenis Layanan
Teknologi Jarlokaf mempunyai kemampuan untuk menangani jenis layanan
yang beragam. Karena setiap pelanggan dapat memilih dan mempunyai lebih
dari satu layanan, maka perlu dilakukan peramalan kebutuhan jenis layanan
agar sistem yang akan dipasang sesuai dengan kebutuhan.
• Peramalan Jumlah Satuan Sambungan
Dalam hal ini yang dimaksud adalah jumlah kapasitas saluran yang harus
disediakan.

2.5.2 Perhitungan Demand


Jumlah satuan sambungan sangat terkait dengan kapasitas sistem yang akan
dipasang. Demand telepon adalah dasar perencanaan pembangunan fasilitas
telekomunikasi di suatu tempat. Hal ini sangat penting karena keakuratan hasil peramalan
dan perhitungan demand akan sangat menentukan keberhasilan perencanaan. Perhitungan
demand dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
2.5.2.1 Metoda Makro
Hal yang sangat penting dalam peramalan kebutuhan jumlah telepon adalah
menganalisa trend demand dari waktu yang lampau sampai saat sekarang kondisi sosial
ekonomi, serta metoda peramalan yang digunakan sehingga dapat ditentukan metoda
terbaik yang digunakan dalam perencanaan. Beberapa metoda peramalan demand
telepon dengan pendekatan secara makro yang sering digunakan dalam perencanaan
jaringan kabel telepon lokal yaitu :
a. Metoda Ekonomi Makro
Dalam peramalan demand telepon dengan menggunakan metode
Ekonomi Makro ini faktor-faktoryang dominan diperhitungkan adalah trend
kepadatan telepon, PDRB dan jumlah penduduk. Pada metode ini kebutuhan
telepon dinyatakan dengan kepadatan telepon, yaitu jumlah telepon per 100
orang penduduk. Kepadatan telepon dihitung dan ditentukan berdasarkan tingkat
perkembangan ekonomi daerah (PDRB) dan hubungan antara PDRB dengan
kepadatan telepon yang diformulasikan sebagai berikut :
Log Y = a + b log X .......................................................... (2.12)
Dimana : Y = Jumlah sambungan telepon per-100 orang penduduk

.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) - 14 -

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB II
DASAR TEORI

X = PDRB per kapita


a dan b = harga konstan
b. Metoda Ekstrapolasi
Persaman umum : Log Y = Log a + t Log b .................................. (2.13)
Dimana Y = Kepadatan telepon per 100 penduduk
t = interval waktu (tahun)
a,b = konstanta
c. Metoda Regresi Linier
Persamaan Umum : Y = a + bX .............................................. (2.14)
Dimana : Y = Jumlah sambungan telepon per-100 orang penduduk
X = PDRB per kapita
a dan b = harga konstan
a,b konstanta, dihitung dengan rumus berikut :

a=
∑ Y − b∑ X ....................................................... (2.14.1)
n
n∑ XY − ∑ X ∑ Y
b= ........................................... (2.14.2)
n∑ X 2 − (∑ X ) 2

d. Metoda Regresi Non-Linier


Persamaan umumnya adalah
Y = a + bX cX2 ...................................................................... (2.15)
Dimana Y = Jumlah sambungan telepon per-100 orang penduduk
X = PDRB per kapita
a dan b = harga konstan
Jika terdapat n data pengamatan, nilai konstanta a, b dan c didapat dari
persamaan berikut :

∑ Y = na + b∑ X + c∑ X 2
............................... (2.15.1)

∑ XY = a∑ X + b∑ X + c∑ X ............................... (2.15.2)
2 3

∑ X Y = a ∑ X + b∑ X + c ∑ X
2 2 3 4
................... (2.15.3)

e. Metoda Makro Logistik


Persamaan Umumnya :
K
Y(t) = ..................................................................... (2.16)
1 + me − at
Dimana Y(t) = Kepadatan telepon per-100 penduduk

.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) - 15 -

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB II
DASAR TEORI

K = Kepadatan telepon jenuh per-100 orang


K
m= ....................................................... (2.16.1)
Y (0)

− 1 ⎡⎛ K ⎞ 1⎤
a= Ln ⎢⎜⎜ − 1⎟⎟. ⎥ ....................................................... (2.16.2)
t ⎣⎝ Y (t ) ⎠ m ⎦
t = periode (tahun)
2.5.2.2 Metoda Mikro
Peramalan kebutuhan telepon dengan pendekatan secara mikro merupakan suatu
pola perhitungan yang didasarkan atas survey dilapangan dengan memperhitungkan
rencana perkembangan bangunan dan wilayah untuk masa yang akan datang, kemudian
disusun menurut jenisklasifikasi bangunannya.
2.5.2.2.1 Pola Kebutuhan
Dalam peramalan demand telepon dengan pendekatan secara mikro ini
diperlukan adanya polademand pada wilayah/daerah yang akan dihitung demand
teleponnya. Daftar klasifikasi bangunan, faktor penetrasi dan ciri-ciri tiap jenis
bangunan dapat dilihat di Lampiran A
2.5.2.2.2 Perhitungan Faktor Penetrasi
Faktor penetrasi (FP) adalah perbandingan antara jumlah sambungan telepon
induk terpasang + daftar tunggu + supressed demand dibagi dengan jumlah bangunan
menurut klasifikasi.
• Menghitung Faktor Penetrasi tahun ke nol (FPo)
Faktor penetrasi dipergunakan untuk mengetahui jumlah telepon rata-rata
pada saat disurvei (FPo) dan dimasa yang akan datang (FPt). Faktor
penetrasi pada saat di survey dihitung dengan formula :
FPo = ( ∑ SIT + DT +SD ) / ∑ Bangunan .................................. (2.17)
Dimana :
SIT : Sambungan telepon Induk Terpasang
DT : Daftar Tunggu
SD : Supressed Demand = 5 % x ( ∑ SIT + DT )
• Menghitung Faktor Penetrasi masa yang akan datang (FPt)
Untuk meramalkan FP di masa yang akan datang harus dilihat secara lebih
jauh bagaimana pertumbuhan daerah/lokasi yang di survei tersebut
berdasarkan data yang sudah ada sebelumnya yaitu apakah daerah tersbut
pertumbuhannya konstan, pesat atau daerah tersebut sudah jenuh. Dengan

.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) - 16 -

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB II
DASAR TEORI

melihat pertumbuhan daerah/lokasi berdasarkan data yang sudah ada, maka


FP di masa yang akan datang dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
* FPt berdasarkan pertumbuhan PDRB
Formula yang digunakan untuk menghitung FPt berdasarkan
pertumbuhan PDRB.
FP(t) = FP(0) ( 1 + i )t ...................................................................... (2.18)
Dimana : FPt = faktor penetrasi tahun ke-t
i = Pertumbuhan PDRB per-kapita
t = Periode tahun yang akan datang
* FPt berdasarkan nilai batas maksimum (K)
Formula yang digunakan adalah formula trend logistik
FP (t) = K / ( 1 +me-at ) ...................................................................... (2.19)
Dimana : FPt = Faktor penetrasi tahun ke t
K = Nilai batasan faktor penetrasi
m = Koefisien = ( K / FP(0) ) – 1
a = (-1/t) ln [ (K-FP(0) ) / ( m x FP (0) ) ]
t = Periode / waktu (tahun) peramalan
Langkah terakhir dari peramalan demand secara mikro adalah perhitungan
demand sesuai klasifikasi. Perhitungan demand ini dilakukan dengan
menggunakan faktor penetrasi yang telah ditentukan diatas dengan formula :
Dt = ∑ Di x Fi .............................................................................................. (2.20)
Dimana :
Dt = Total kebutuhan
Di = Jumlah total pemukiman/gedung untuk tiap klasifikasi
Fi = Faktor penetrasi untuk tiap klasifikasi

2.5.2.3 Perbandingan Antar Metoda


Untuk mengetahui apakah peramalan yang dilakukan sudah benar dan akurat
berdasarkan metoda peramalan makro dan mikro serta layak untuk dipakai sebagai
metoda peramalan maka dapat diuji dengan melakukan langkah berikut :
2.5.2.3.1 Menghitung Nilai r (Koefisien Korelasi)
Persamaan : r= n . ∑ X.Y- ∑X. ∑Y ....... (2.21)
[ { n. ∑ X2 – (∑X)2 } { n. ∑ Y2 – (∑Y)2 } ]1/2
Dimana : Y = Kepadatan Telepon (sst per 100 penduduk)

.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) - 17 -

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB II
DASAR TEORI

X = PDRB dalam rupiah


Nilai r berkisar antara -1 sampai dengan +1. Jika nilai r = 0 atau mendekati 0,
maka hubungan antara kedua variabel X dan Y sangat lemah atau tidak ada
hubungan sama sekali. Jika r = 1 atau mendekati 1, maka hubungan variabel X
dan Y sangat kuat. Nilai r bisa bertanda +(positif) atau – (negatif). Jika nilai r
bertanda + menandakan bahwa hubungan X dan Y adalah searah atau
berbanding lurus. Jika r bertanda negatif, maka hubungan X dan Y bersifat dua
arah atau berbanding terbalik. Jika diketahui hubungan sangat kuat dan positif,
maka metoda ini cocok digunakan sebagai metoda peramalan.

2.5.2.3.2 Menghitung SEE (Standart Error Estimation)


SEE adalah besarnya penyimpangan yang terjadi antara nilai hasil observasi
dengan nilai hasil estimasi, yang dinyatakan dalam persamaan berikut:
SEE = [∑(y - y’)2 / (n – 2)] 1/2 .............................................. (2.22)
Dimana : y’ = nilai hasil estimasi
n = banyaknya data
y = nilai hasil observasi
Semakin kecil nilai SEE, maka semakin kecil penyimpangan yang terjadi sehingga
metodanya juga semakin baik untuk digunakan sebagai metoda peramalan.

2.5.2.3.3 Menghitung Standar Deviasi


Standar deviasi digunakan untuk menghitung kelayakan suatu metoda
peramalan, yaitu dengan membandingkan antara nilai perhitungan hasil peramalan
menggunakan metoda makro dengan hasil peramalan menggunakan metoda mikro.
Besar setiap deviasi ini harus mempunyai besar kurang dari 15 % pada setiap tahun
peramalan. Jika diperoleh hasil yang lebih dari 15 % maka perhitungan agar dilakukan
secar ulang.
Persamaan yang digunakan untuk perhitungan deviasi adalah :
HasilMakro − HasilMikro
Deviasi = X 100% .................................. (2.23)
HasilMakro

.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) - 18 -

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB II
DASAR TEORI

2.5.3 Penerapan Teknologi DPG Fast Link


Fastlink adalah sistem berbentuk modul untuk pemecahan masalah jaringan
dalam area pelayanan yang terdiri atas jasa – jasa interaktif ( telepon, ISDN, 64 Kbit/s
data, dan 2 Mbit/s service) ataupun jasa – jasa broadband (CATV) yang modern.
Sisi terminasi pelanggan menggunakan komponen sistem yang disebut ONU
(Optical Network Unit) yang dapat dikonfigurasikan baik sebagai outdoor atau FTTC
(Fiber To The Curb) ataupun sebagai indoor yang disebut FTTB (Fiber To The
Building). Untuk menghasilakn solusi yang ekonomis dimana kepadatan pelanggan
yang bervariasi, ONU menawarkan kapasitas akses antara 30 satuan sambungan telepon
sampai dengan 480 satuan sambungan telepon.
Pada sisi terminasi sentral dari sistem Fastlink digunakan OLT (Optical Line
Termination) yang menghubungkan sentral lokal dengan sistem Fastlink. Untuk
menghubungkan ONU dengan OLT dapat digunakan kabel fiber optik (2X2Mbit/s),
34Mbit/s ataupun kabel tembaga (2Mbit/s – HDSL).
Jika diperlukan, untuk menghubungkan antara ONU dengan OLT dapat pula
digunakan ODT (Optical Distance Terminal). ODT mengkonversikan sinyal 34Mbit/s
dari OLT menjadi sinyal 2Mbit/s dan didistribusikan pada masing-masing ONU.
Berikut adalah tujuan penggunaan fastlink dibandingkan dengan jaringan
transmisi yang sudah ada :
• Perkembangan permintaan (demand) dapat diikuti dengan membangun sistem
konfigurasi sesuai dengan kebutuhan dan dengan kapasitas ONU yang
bermacam – macam.
• Komponen fiber optik yang mempunyai jarak jangkau lebih dari 20 km seperti
yang digunakan area jaringan yang lebih tinggi.
• Pembangunan infrastruktur ODN yang berorientasi masa depan dengan
perangkat yang memungkinkan campuran mode operasi antara jaringan kabel
tembaga yang sudah ada dengan fiber optik akan menghemat biaya investasi.
• Perluasan service ke nx2 Mbit/s.

2.5.3.1 Spesifikasi Teknik Perangkat FastLink


Pada bagian berikut ini akan dijelaskan gambaran singkat mengenai komponen
sistem secara individual dari Fastlink yang akan dirancang di STO A Yani Bandung.
Secara umum konfigurasi transmisi sistem Fastlink menggunakan media transmisi serat

.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) - 19 -

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB II
DASAR TEORI

optik. Komponen utama dari Fastlink adalah sentral EWSD dengan spesifikasi V5.x,
OLT dan ONU.
a. Optical Line Termination (OLT)
OLT dihubungkan secara langsung ke sentral digital melalui interface 2
Mbit/s dengan signaling V5.x.
OLT terdiri atas rak ETS untuk operasi indoor, yang berisi modul-modul :
• OMX16 (16x2 Mbit/s multiplexer untuk saluran transmisi optik 36 Mbit/s)
• OMX (2x2 Mbit/s multiplexer untuk saluran transmisi optik 2x2 Mbit/s).
• HMX (Multiplexer untuk transmisi HDSL dengan 1x2 Mbit/s).
• AMX (Multiplexer untuk pelanggan dalam area pelayanan OLT yang dapat
dihubungkan ke Sentral dengan signaling V5.x).
• CMX (Cross Connect Multiplexer) untuk cross connect 64 Kbit/s kanal dan
pencabangan dari 2 Mbit/s dan leased line nx64 Kbit/s), sebagai terminal
maintenance dan mempermudah dalam deteksi gangguan.
• COT (Multiplexer untuk menghubungkan pelanggan sebagan sistem pair
gain ke sentral dengan interface converter V5.x/POTS).
• DSMX-34 (Digital Signal Multiplexer 34 Mbit/s) berfungsi untuk
menggabungkan (multiplexing) 16 sinyal 2 Mbit/s menjadi sinyal dijital
dengan kecepatan 34 Mbps dan sebaliknya
• OTRU (Optical Transceiver Unit) berfungsi untuk menggabungkan sinyal 34
Mbps dari DSMX-34 dengan menambahkan sinyal overhead untuk
keperluan supervisi, dan mengubah sinyal elektrik agar menjadi sinyal optik,
dan sebaliknya.
Ada dua macam rak yang berbeda:
ƒ Rak OLT1 (dengan Shelf OMXS dan CMXS)
ƒ Rak OLT2 (dengan Shelf AMXS)
Jumlah rak yang dibutuhkan (baik OLT1 maupun OLT2) sangat tergantung
pada jumlah kapasitas yang diperlukan. Konfigurasi OLT dapat dilihat pada
gambar 2.7.

.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) - 20 -

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB II
DASAR TEORI

Gambar 2.3 Struktur OLT1


b. Optical Distance Termination (ODT)
ODT adalah distributor untuk penggunaan outdoor dalam jaringan
distribusi fiber optik. ODT yang digunakan adalah ODT tipe ODT 16x2. pada
sisi primer ODT dihubungkan ke OLT melalui interface fiber optik 36 Mbit/s.
Setelah sinyal listrik 34 Mit/s diubah menjadi 16 sinyal 2 Mbit/s selanjutnya
akan didistribusikan sebagai sinyal 4x2 Mbit/s (optis) atau sinyal 1x2 Mbit/s
(HDSL) ke ONU.
Pada ODT dapat dipasang modul-modul sebagai berikut:
ƒ OMX16
ƒ OMX2
ƒ HMX

Gambar 2.4 Struktur ODT 16x2


c. Optical Network Unit (ONU)
ONU merupakan terminasi pada sisi pelanggan dari FastLink yang
terhubung secara langsung ke OLT atau terhubung secara langsung pada ODT.

.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) - 21 -

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB II
DASAR TEORI

ONU berisi sirkuit pelanggan, peralatan saluran dan catu daya, termasuk baterai
untuk back-up. Catu daya didesain untuk dapat dihubungkan dengan catuan AC
115/230 V.
ONU240L berisi modul-modul sebagai berikut:
• OTRU (Optical Transceiver Unit)
OTRU berfungsi untuk demultiplexing sinyal 36,864 Mbps dari serat optik
dengan seinyal overhead menjadi sinyal 34 Mbps dan merubah sinyal optik
tersebut menjadi sinyal elektrik kembali.

• DSMX-34 (Digital Signal Multiplexer 34 Mbps)


DSMX-34 dalam hal ini berfungsi untuk demultiplexing sinyal dijital 34
Mbps menjadi sinyal 16X2 Mbps.

• OTSU (Optical Terminal Supervision Unit)


OTSU berfungsi sebagai unit pengawasan bagi fungsi-fungsi modul optik
dimana sinyal supervisi diperoleh dari overhead yang diterima dari OTRU,
dan sebaliknya mengirimkan sinyal supervisi ke tempat yang dikehendaki
yang ditumpangkan pada OTRU.

• CUA (Central Unit AMX)


CUA berfungsi untuk mengontrol sistem AMX secara keseluruhan.

ONU240L dapat juga difungsikan sebagai outdoor (FTTC) ataupun


indoor (FTTB). Gambar berikut menunjukkan struktur dari ONU 240L.

Gambar 2.5 Desain Struktur ONU 120 (480 sst)

.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) - 22 -

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB II
DASAR TEORI

Gambar 2.6 Desain Struktur ONU 240 (720 sst)


2.5.4 Konfigurasi Jaringan Jarlokaf
Konfigurasi dasar jaringan yang dapat dipergunakan pada Jarlokaf adalah :
• Konfigurasi Single Star
Konfigurasi single star hanya memiliki satu titik star pada sisi sentral.
Teknologi Jarlokaf yang dapat menggunakan konfigurasi ini adalah DLC.
• Konfigurasi Triple Star
Konfigurasi ini memiliki tiga titik star. Contoh teknologi yang digunakan adalah
DLC.
• Konfigurasi Multiple Star
Konfigurasi ini memiliki lebih dari satu titik star pada kabel serat optik.
Teknologi yang dapat digunakan adalah OAN atau PON.
• Kombinasi dengan Ring
Kombinasi dengan ring digunakan untuk meningkatkan keandalan sistem.
Kombinasi ring dapat berupa penerapan ring kabel atau ring SDH dan dapat
menggunakan teknologi DLC maupun OAN.
Tabel 2.1Perbandingan Konfigurasi Single, Double, Triple Star dan Ring
KONFIGURASI KEUNGGULAN KELEMAHAN
Single Star Kapasitas kabel tinggi Kurang sesuai untuk
Privacy terjamin pelanggan menyebar
Sederhana Secara keseluruhan mahal
Mudah berevolusi ke jaringan
broadband

.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) - 23 -

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB II
DASAR TEORI

Double Star Jumlah kabel yang dibutuhkan Dibutuhkan perangkat


(Multiple Star) lebih sedikit tambahan ke titik star kedua
Keterbatasan Privacy
Triple Star Investasi lebih murah Bandwidth berkurang
Bertambahnya perangkat opto
elektronik

Ring Peningkatan keandalan Penambahan jumlah


Menghemat jumlah serat optik perangkat aktif di jaringan
yang aktif

Sumber: Div. RiSTi PT. TELKOM (Pedoman Perancangan Jarlokaf)


2.5.5 Modus Aplikasi Jarlokaf
Sistem Jarlokaf setidaknya memiliki 2 (dua) buah perangkat opto-elektronik
yaitu 1 (satu) perangkat opto-elektronik di sisi sentral dan 1 (satu) perangkat di sisi
pelanggan yang selanjutnya disebut Titik Konversi Optik (TKO).Perbedan letak TKO
menimbulkan modus aplikasi atau arsitektur Jarlokaf yang bereda pula, ditunjukkan
pada gambar berikut :

Gambar 2.7 Arsitektur Jaringan Lokal Akses Optik- FTTx

Dari gambar 2.11, dapat diuraikan perbedaan arsitektur berdasarkan perbedaan letak
TKO, yaitu:

a. Fiber To The Zone (FTTZ)


Pada FTTZ, TKO diletakkan di suatu tempat di luar bangunan, di dalam cabinet
dengan kapasitas besar. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui
kabel tembaga dengan orde panjang n x 103 meter. FTTZ pada umumnya
diterapkan pada daerah perumahan yang letaknya jauh dari sentral atau bila
infrastruktur pemasangan pipa pada arah yang bersangkutan sudah tidak
memenuhi lagi untuk ditambahkan dengan kabel tembaga.

.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) - 24 -

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB II
DASAR TEORI

b. Fiber To The Curb (FTTC)


Pada FTTC, TKO diletakkan di suatu tempat di luar bangunan dan diatas tiang
dengan kapasitas yang lebih kecil (maks. 120 kanal). Terminal pelanggan
dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga dengan orde panjang n x 102
meter. FTTC dapat diterapkan bagi pelanggan bisnis yang letaknya terkumpul di
suatu area terbatas namun tidak berbentuk gedung-gedung bertingkat atau bagi
pelanggan perumahan yang pada waktu dekat akan menjadi pelaggan jasa
hiburan.

c. Fiber To The Building (FTTB)


Pada FTTB, TKO diletakkan di dalam gedung dan biasanya terletakpada ruang
telekomunikasi di basement namun juga dimungkinkan filetakkan dibeberapa
lantai di gedung tersebut. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO
melalui kabel tembaga indoor dengan orde panjang n x 10 meter. FTTB dapat
diterapkan bagi pelanggan-pelanggan bisnis di gedung-gedung bertingkat, atau
bagi pelanggan perumahan di apartemen.

d. Fiber To The Home (FTTH)


Pada FTTH, TKO diletakkan di dalam rumah pelanggan. Terminal pelanggan
dihubungkan dengan TKO melalui kabel indoor dengan orde panjang n x 1
meter.

2.5.6 Penentuan Batas daerah Pelayanan

Batas daerah pelayanan RT ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

• Jarak maksimum pelanggan yang akan dilayani disesuaikan dengan jenis


layanan yang dapat diberikan.

• Daerah pelayanan dapat berupa kawasan yang terkonsentrasi ataupun tersebar.

2.5.7 Pemilihan dan Penempatan Perangkat Utama

Pemilihan perangkat dilakukan sesuai dengan pertimbangan kebutuhan, baik itu


demand telepon maupun teknologi Jarlokaf yang akan diterapkan. Sedangkan
penempatan perangkat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

2.5.7.1 Lokasi OLT

Peletakan OLT harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) - 25 -

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB II
DASAR TEORI

• Sedekat mungkin dengan sistem catu daya.


• Pengkodisian suhu ruangan dimana perangkat diletakkan.
• Diusahakan agar kabel penghubung antara OLT dengan DDF sependek
mungkin.
• Tersedianya perlengkapan pemadam kebakaran.
2.5.7.2 Lokasi ODT

Peletakan ODT harus memenuhi persyaratan berikut :


• Peletakan ODT harus sedekat mungkin dengan titik awal percabangan rute
kabel.
• Untuk kawasan terkonsentrasi, letak ODT untuk satu OLT sedapat mungkin
dalam satu tempat agar memudahkan untuk O&M.
• Peletakan beberapa ODT dalam satu kabinet atau terpisah ditentukan oleh posisi
pengelompokan pelanggan, jarak kelompok pelanggan, ketersediaan duct,
kemudahan pengkabelan dan kemudahan O&M.
2.5.7.3 Lokasi ONU

Peletakan ONU harus memenuhi persyaratan berikut :


• Jumlah panjang kabel penaggal untuk menjangkau demand dalam daerah
pelayanan ONU tersebut relative pendek.
• Peletakan ONU (bila diinginkan mencakup jasa distributive) berada di tengah-
tengah daerah pelayanan untuk mendapatkan jangkauan yang optimum.
• Untuk aplikasi FTTB perangkat ONU dapat diletakkan di basement atau tiap-
tiap lantai gedung untuk mempermudah dalam penyediaan power supply,
instalasi, O&M.
• Letak ONU harus aman dari gangguan.
• Pemasangan ONU dipersimpangan jalan
Apabila perangkat dipasanag dekat dengan persimpangan jalan, maka perangkat
tidak boleh ditempatkan terlalu dekat degan sudut jalan, jarak minimal dari sudut
jalan adalah 5 meter dan jarak dari pinggir jalan minimal 1 meter

2.5.8 Penyusunan Rancangan Dasar & Rancangan Rinci

Penyusunan rancangan dasar dilakukan dengan memberikan penggambaran


secara umum jaringan yang akan dibangun di area pelayanan STO A Yani. Sedangkan
penyusunan rancangan rinci dilakukan dengan penggambaran rute jaringan berdasarkan

.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) - 26 -

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB II
DASAR TEORI

penentuan tempat yang tepat untuk penempatan perangkat/sentral, jarak antara sentral
dengan pelanggan, jumlah panjang kabel optik serta kebutuhan jumlah core yang
digunakan dalam perencanaan Jarlokaf.

2.5.8.1 Perencanaan Kabel Dalam Desain Jarlokaf

Beberapa hal yang berkaitan dengan rencana kabel pada sistem jarlokaf antara
lain :
1. Pembagian Konfigurasi Jarlokaf
Pada perancangan fastlink terdapat satu bagian jaringan yaitu :
Jaringan primer : jaringan antara OLT dan ONU, jaringan antara OLT dan ODT,
jaringan antara ODT dan ONU
2. Kebutuhan Perangkat Utama Dalam Jarlokaf
Dalam perancangan sistem jarlokaf, maka jumlah dan kapasitas perangkat yang
perlu di tentukan adalah OLT dan ONU.
Penetuan jumlah OLT dilakukan dengan membagi jumlah saluran (yang setara
dengan saluran telepon). jumlah ONU untuk setiap OLT dihitung dengan cara
membagi jumlah kapasitas OLT dengan jumlah kapasitas ONU yang digunakan.

2.5.8.2 Penentuan Jumlah Fiber

Jenis kabel optik yang sesuai dengan spesifikasi teknik terdiri dari kabel dengan
jumlah core sebanyak : 4, 6, 12, 16, 18, 24, 36, 48, 60, 72, 84, 96. dalam perencanaan
jarlokaf jumlah fiber yang disediakan ditentukan sebagai berikut :
™ Antara OLT-ONU
ƒ Untuk aplikasi FTTC : 4 core dengan rincian : 2 core per ONU + 2 core
cadangan
ƒ Untuk aplikasi FTTB (area bisnis) : 2 core per ONU (IS) + x core
Catata : x = 2 (paling sedikit) untuk normal bisnis atau tergantung pada
jumlah demand 2 Mbps untuk tingkat yang lebih tinggi.
ƒ Untuk aplikasi FTTB (apartemen) : 2 core per ONU (IS) + 1 core per ONU
(DS) + x core
Catatan : x = 2 core (paling sedikit)
™ Antara OLT-ODT
Jumlah fiber yang disediakan sebanyak :
(2 core per ONU (IS)) + 1 core per ONU (DS) + x core

.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) - 27 -

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB II
DASAR TEORI

Catatan : x = 2 core cadangan (FTTC) dan 3 core cadangan (FTTB)


™ Antara ODT-ONU
ƒ Untuk aplikasi FTTC : 4 core dengan rincian : 2 core per ONU (IS) + 1 core
per ONU (DS) + 1 core cadangan
ƒ Untuk aplikasi FTTB (area bisnis) : 2 core per ONU (IS) + x core
Catata : x = 2 (paling sedikit) untuk normal bisnis atau tergantung pada
jumlah demand 2 Mbps untuk tingkat yang lebih tinggi.
ƒ Untuk aplikasi FTTB (apartemen) : 2 core per ONU (IS) + 1 core per ONU
(DS) + x core
Catatan : x = 2 core (paling sedikit)
2.5.8.3 Ketentuan Teknis Desain Jarlokaf

Ketentuan teknis desain jarlokaf ini menurut rekomendasi PT Telkom mencakup


perencanaan jarlokaf baik dari sisi sentral ataupun sisi jaringan lokal, yaitu:
1. Sisi Sental

− Channel Bank atau PCM-30


Semua desain mempergunakan channel bank, tetapi apabila saat ini
implementasi V5.x sudah digunakan maka channel bank dihapuskan.
− Optical Line Termination (OLT)
Kapasitas OLT yang dipakai dalam desain terdiri dari 4 OMX16, setiap
OMX16 mempunyai kapasitas 16x2 Mbps, sehingga bisa menangani 4
ONU.
2. Sisi Jaringan Lokal

a. OTB (Optical Termination Box)


b. Kabel Fiber Optik (FO)
Tipe kabel FO Single Mode dengan panjang gelombang 1,3 nm
Jenis : kabel fiber duct (KFD), Over Head Fiber (OHF)
Kapasitas core : 4, 6, 12, 16, 24, 48, 72, dan 96
c. Kapasitas kabel pembagi dari OLT-ONU dan ODT-ONU menggunakan
kabel FO dengan kapasitas 6 core dengan perincian sebagai berikut :
− Dua core untuk kirim dan terima
− Satu core untuk CATV
− Dua core untuk mengantisipasi layanan jasa yang akan datang
− Satu core cadangan

.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) - 28 -

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB II
DASAR TEORI

Namun yang terpasang pada jaringan kabel primer, yaitu antara OLT-
ONU dan ODT-ONU dipasang cukup 2 core saja. Hal ini dikarenakan
kebutuhan yang akan dilayani tidak menggunakan layanan catv hanya
layanan sst, ISDN BRA dan Nx64 Kbps LL, sedangkan untuk core-core
yang lain dipasang bila ada permintaan akan jasa telekomunikasi lainnya.
d. Optical Network Unit (ONU) 240L
2.5.8.4 Identifikasi (Pemberian Tanda)

a) Kabel Primer Jaringan Lokal Akses Fiber


Kabel primer jarlokaf pada setiap daaerah pelayanan sentral yang diterminasikan
pada FDF sentral tersebut diawali dengan huru PF (Primer Fiber) dengan menambah
angka di belakang sebagai nomor dari kabel primer jarlokaf dengan sistem
penaamaan sesuai arah jarum jam, fiber optik dari OLT menuju pencabangan
terakhir menggunakan KFD, dan dari titik pencabangan terakhir menuju ONU
menggunakan OHF.
b) Identifikasi perangkat Jaringan Lokal Akses Fiber untuk teknologi fastlink
Pemberian nama perangkat jarlokaf yang terdiri dari OLT, PS, ONU secara umum
mempunyai format penulisan seperti ini :

jadi misalkan sebuah ONU memiliki nama 0.0.04.02


0 : ONU tidak tersambung pada ring SDH
0 : ONU tidak tersambung ke adm
04 : ONU tersambung ke OLT nomor 4
05 : ONU tersambung ke PS nomor 5
02 : Nomor ONU
2.5.9 Penjilidan Gambar
Setelah peta/gambar rancangan dasar dari perencanaan mendapat persetujuan
maka dijadikan sebagi referensi dalam melakukan penggelaran jaringan.

.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) - 29 -

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Tugas Akhir - 2006

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian Tugas Akhir ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1) Jumlah pelanggan yang akan dilayani sampai tahun 2010 di STO A Yani yaitu
sebesar 31772 POTS, 185 pelanggan 64Kbps LL, 185 pelanggan ISDN BRA
dan 952 Pay Phone.
2) ONU yang digunakan adalah ONU 120 (konsentrator 25%) untuk daerah bisnis
dan ONU 240L (konsentrator 16%) untuk daerah perumahan. ONU 120 dengan
kapasitas 480 pelanggan adalah sebanyak 28 ONU dan ONU 240L dengan
kapasitas 720 pelanggan adalah sebanyak 44 ONU. Jumlah ODT sebanyak 23
buah dan jumlah OMX16S yang dibutuhkan sebanyak 5 rak OMX16S, sehingga
dibutuhkan 2 OLT1.
3) Perhitungan rugi-rugi lintasan jaringan serat optik dari OLT ke ONU
terjauh(0.0.05.3.4) dengan panjang saluran 3,798 km yaitu sebesar13,132 dB,
rugi-rugi ini masih dibawah standar yaitu 23 dB.
4) Dari hasil perhitungan Power link Budget, diperoleh bahwa bahwa daya terima
pada ONU terjauh(0.0.05.3.4) dengan panjang saluran optik 3,798 km adalah
sebesar - 26,715 dBm, sedang perangkat menerima minimal -31dBm, berarti
sistem secara keseluruhan masih memiliki margin cukup besar untuk cadangan
daya untuk menjaga kualitas.
5) Dari hasil perhitungan rise time budget, diperoleh bahwa degradasi sinyal masih
dapat ditoleransi dengan format NRZ, dimana Ttotal untuk saluran terjauh, yaitu
sepanjang 3,798 km adalah sebesar 0,5074 ns nilai ini masih dibawah Tsistem
yaitu 18,9 ns.
6) Rencana investasi yang akan dilakukan di wilayah STO A Yani layak dilakukan
untuk semua wilayah.
Item
Penilaian Wilayah 1 Wilayah 2 Wilayah 3 Wilayah 4 Wilayah 5
MARR 18 % 18 % 18 % 18 % 18 %
NPV (Rp) 10,270,115,517 15,547,649,160 9,935,523,331 11,264,773,453 16,465,478,320
IRR 52.70% 43.12% 43.92% 43.72% 44.57%
PBP 1.38 tahun 0.89 tahun 1.41 tahun 1.38 tahun 1.45 tahun
Keterangan Layak Layak Layak Layak Layak

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Tugas Akhir - 2006
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Item TOTAL
Penilaian Wilayah
MARR 18 %
NPV (Rp) 63,483,539,780
IRR 43.80%
PBP 1.33 tahun
Keterangan Layak

5.2 SARAN
Perlu dibuat analisis finansial yang lebih akurat dengan memasukkan faktor
layanan yang lain seperti sambungan LL dan ISDN BRA mengingat kemampuan
teknologi yang digunakan dapat menyediakan jasa layanan tersebut.

---------- Alhamdulillahi Rabbil Alamin ---------

.: PERENCANAAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) - 67 -

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Tugas Akhir - 2006

DAFTAR PUSTAKA

1. Freeman, Roger L, “Telecommunication Transmission Handbook”, John


Wiley & Sons, Canada, 1998.
2. Grad, “Optical Fiber Communication”, McGraw-Hill, Singapore, 1992
3. PT TELKOM, “Fundamental Technical Plan”, Bandung, 1996.
4. PT TELKOM, DIVRE III, Tim Instruktur DPG FastLink, “Buku Pegangan
InHouse Training DPG FastLink Siemens”, 2000.
5. .PT TELKOM, DIVRE III, “Pengantar Dasar Transmisi DPG FastLink
Siemens”, 2000.
6. PT TELKOM, PPJT 2000, Pedoman Pemasangan Jaringan Telekomunikasi
2000 Seri-1, Bandung, 2000.
7. PT TELKOM, , “Sistem Komunikasi Serat Optik: Untuk Pelatihan Dasar-
Dasar Transmisi Opitk”, DIVLAT PT TELKOM: 2000.
8. PT TELKOM, “Pengantar Teknologi Sistem komunikasi Serat Optik”,
PUSDIKLAT PT TELKOM: 2000.
9. Siregar, Dr Rustam E, Dasar-Dasar Komunikasi Serat Optik, STT Telkom,
Bandung, 1998.

Fakultas Teknik Elektro Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai