Anda di halaman 1dari 8

INTELIJENSI & KREATIVITAS

(PSIKOLOGI)

A. Intelejensi

1. Pengertian Intelejensi

Istilah intelegensi ini sudah menjadi bahasa umum bagi masyarakat,


hanya saja sebagian masyarakat menamakannya kecerdasan, kecerdikan,
kepandaian, ketrampilan dan istilah lainnya yang pada prinsipnya
bermakna sama. Istilah intelegensi dapat diartikan dengan dua cara, yaitu:

a) Arti luas: kemampuan untuk mencapai prestasi yang di dalamnya


berpikir memegang peranan. Prestasi itu dapat diberikan dalam
berbagai bidang kehidupan, seperti pergaulan, sosial, tekhnis,
perdagangan, pengaturan rumah tangga dan belajar di sekolah.

b) Arti sempit: kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah yang di


dalamnya berpikir memegang peranan pokok. Intelegensi dalam arti
ini, kerap disebut “kemampuan intelektual” atau ”kemampuan
akademik”.

2. Pengukuran Intelejensi

Tingkat intelegensi seseorang tidak dapat diketahui hanya


berdasarkan perkiraan melalui pengamatan, melainkan harus diukur
dengan menggunakan alat khusus yang dinamakan tes intelegensi atau
Intelligence Quotient (IQ).

Macam-macam tes intelegensi, antara lain:

1)Tes Binet Simon;

1
2)Brightness test atau tes Mosselon yaitu tes three words (tes 3 kata);

3) Telegram test, yaitu tes membuat berita dalam bentuk telegram;

4) Definitie, yaitu tes mendefinisikan sesuatu;

5) Wiggly test,yaitu tes menyusun kembali balok-balok kecil yang semula


tersusun menjadi satu;

6) Stenguest test, yaitu tes mengamati suatu benda sebaik-baiknya, lalu


dirusak kemudian diminta membentuk kembali;

7) Absurdity test, yaitu tes mencari keanehan yang terdapat dalam suatu
bentuk cerita;

8) Medallion test, yaitu tes menyelesaikan gambar yang belum jadi atau
baru sebagian;

9) Educational test (scholastik test), yaitu tes yang biasanya diberikan di


sekolah-sekolah.

Berdasarkan cara tes yang disebut tes binet-simon sebagai tes


intelegensi yang pertama muncul, memperhitungkan 2 hal dalam
melakukan tes, yaitu :

1) Umur Kronologis (Cronological Age atau Calender Age atau CA)


yaitu umur seseorang sebagaimana yang ditunjukkan dengan hari
kelahirannya atau lamanya ia hidup sejak tanggal lahirnya.

2) Umur mental (mental age disingkat MA) yaitu umur


kecerdasansebagaimana yang ditunjukkan oleh hasil tes kemampuan
akademik.

Perbandingan kecerdasan itu = umur mental dibandingkan dengan


umur kronologis.

Sehingga dapat dirumuskan :

2
IQ = (MA/CA) x 100%

Caranya :

1) Berikan soal-soal yang sesuai tingkat umur;

2) Tiap pertanyaan (dalam soal) dinilai betul/salah;

3) Tentukan jumlah soal untuk tingkat umur;

4) Jumlahkan nilai tiap kelompok soal;

5) Berikan soal-soal untuk umur dibawahnya, sehingga soal terjawab;

6) Pada kelompok soal tingkat umur yang sudah terjawab kita hentikan;

7) Berikan pertanyaan dari soal untuk umur di atasnya, pada saat anak
tersebut tidak dapat menjawab semua pertanyaan, baru dihentikan;

8) Nilai jawaban yang betul kita jumlahkan, itulah umur kecerdasan (MA);

9) Hasil angka akhir setelah dihitung dengan rumus, itulah IQ.

Angka akhir tersebut disesuaikan dengan kategori IQ anak atas


pedoman Simon, yaitu :

 Normal = 90 – 110

 Cerdas = 120

 Superior = 130

 Gefsted/genius = >140

 Debil = 60 – 79

 Embisil = 40 – 55

 Idiot = 30 /

3
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intelejensi

Menurut Bayley, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan


intelektual individu, yaitu:

a. Keturunan

b. Latar belakang sosial ekonomi

c. Lingkungan hidup

d. Kondisi fisik

e. Iklim emosi

B. Kreativitas

1. Pengertian Kreativitas

Kreativitas menurut kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari


kata dasar kreatif, yaitu memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu.
Sedangkan kreativitas sendiri memiliki arti kemampuan untuk
menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru yang berbeda dengan
sebelumnya. Kreativitas merupakan kemampuan interaksi antara individu
dan lingkungannya.

2. Karakteristik Individu yang Mendorong Kreativitas

Menurut James R. Evans (1994), ada 14 karakteristik individu yang


mendukung kreativitas, yaitu:

a) Kesadaran dan kepekaan (sensitivitas) terhadap masalah

b) Ingatan (memori)

4
c) Kelancaran

d) Fleksibilitas

e) Disiplin dan keteguhan diri

f) Keaslian

g) Kemampuan penyesuaian diri (adaptasi)

h) Permainan intelektual

i) Humor

j) Nonkonformitas

k) Toleran terhadap ambiguitas

l) Kepercayaan diri

m) Skeptisime

n) Intelegensi

3. Hubungan Intelegensi dan Kreativitas

Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen


karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif.
Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan inteligensi tidak
selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Walau ada anggapan
bahwa kreativitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear
dengan inteligensi, tapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai
penelitian tidak mendukung hal itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti
oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor IQ,
tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor
IQ tertentu, masih terdapat korelasi yang cukup berarti. Tetapi lebih tinggi

5
lagi, ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat
kreativitas.

Para ahli telah berusaha mencari tahu mengapa ini terjadi. J. P.


Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang
bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif
jawaban informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya
dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu
kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis
berdasarkan informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola
pendidikan tradisional yang memang kurang memperhatikan
pengembangan proses berpikir divergen walau kemampuan ini terbukti
sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai oleh ilmu
pengetahuan.

4. Faktor yang Memengaruhi Intelejensi dan Kreativitas

Faktor yang memengaruhi intelejensi dan kreativitas, atara lain:

1) Dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik)

a) Keterbukaan terhadap pengalaman

b) Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi


seseorang (internal locus of evaluation)

c) Kemampuan untuk bereksperimen atau “bermain” dengan


konsep-konsep.

2) Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)


a. Keamanan psikologis
Keamanan psikologis dapat terbentuk melalui 3 proses yang saling
berhubungan, yaitu:
6
1) Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala
kelebihan dan keterbatasannya.
2) Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terdapat
evaluasi eksternal (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau
mempunyai efek mengancam.
3) Memberikan pengertian secara empatis, ikut menghayati
perasaan, pemikiran, tindakan individu, dan mampu melihat
dari sudut pandang mereka dan menerimanya.
b. Kebebasan psikologis
Lingkungan yang bebas secara psikologis, memberikan kesempatan
kepada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis
pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya.
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, terdapat
berbagai faktor lainnya yang dapat menyebabkan munculnya
variasi atau perbedaan kreativitas yang dimiliki individu, yang
menurut Hurlock (1993) yaitu:
a) Jenis kelamin
Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar
daripada anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-
kanak..
b) Status sosial ekonomi
Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi
cenderung lebih kreatif daripada anak yang berasal dari sosial
ekonomi kelompok yang lebih rendah.
c) Urutan kelahiran
Anak yang lahir di tengah, lahir belakangan dan anak
tunggal mungkin memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak
pertama.
d) Ukuran keluarga
Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama
cenderung lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar.
7
e) Lingkungan kota vs lingkungan pedesaan
Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada
anak lingkungan pedesaan.
f) Intelegensi
Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas
yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai.

5. Faktor yang Menghambat Kreativitas

a. Tidak berani dalam menanggung resiko


b. Konformitas dengan lingkungannya
c. Kurang berani dalam mengeksplorasi
d. Rigid, Kaku, dan Perfeksionis
e. Stereotip peran dan jenis kelamin

Anda mungkin juga menyukai