Disor Chapter 3
Disor Chapter 3
LO 3.1 Introduction
Evolusi stage perusahaan terdiri dari 5 stage. Di antaranya yakni single business
strategy stage. Yang mana merupakan first stage ketika masih menjadi start up. Ketika masih
single business strategy, ciri start up hanya berfokus pada satu bisnis tertentu dan belum fully
functional, sehingga founder bertindak sebagai marketer, hr, dsb. Functional organization
adalah struktur organisasi yang paling umum. Faktanya, semua perusahaan memulainya
dengan functional organization sebelum seperti sekarang ini. Baik Google, Apple, maupun
Amazon. Namun, ada juga perusahaan yang tetap memepertahankan functional
organizationnya meski perusahaan sudah melakukan diversifikasi atau ekspansi secara
internasional. Contohnya : BMW. Selain functional organization, BMW juga merupakan
‘single business: A passanger car company’. Semua Pabrik, melaporkan ke vice president of
manufacturing di Munich dan seluruh Penjualan dan pemasaran semua departemen di
seluruh dunia melapokanr kepada vice president of sales and marketing di Munich. Di
Indonesia juga ada PT Tifico tbk yang hanya menjual single product berupa polyster fiber.
Kami mulai single business strategy dengan perusahaan start-ups dan small businesses
dari mulai grow sampai berbentuk fully sunctional structure. Kemudian, terdapat tiga jenis
single-business strategies yakni cost-centric, product-centric, dan customer-centric. Kemudian
kita melihat konsep koordinasi pada lateral process yang digunakan perusahaan berstrujtur
functional untuk menghindari SILO effect.
LO 3.2 The Evolution of Start up
Ketika perusahaan baru berdiri (masih berupa perusahaan rintisan yang belum lama
berdiri) dikenal dengan start up. Strat up tidak memulainya sebagai functional organization
secara full; sebaliknya, terus berevolusi sehingga menjadi lebih terstruktur dan functional.
Pada awalnya, start up belum terstruktur dengan baik, SDM sedikit, founder memegang
seluruh fungsi. Namun, trend saat ini adalah lean startup di mana founder melihat market
dahulu sebelum membuat produk. Berbeda dengan traditional startup yang starting point
nya membuat produk dimulai dari ide dalam diri sendiri,
Model leanstart-up yang dipelopori oleh Ries ini, menghindari praktik di mana para
founder memiliki ide, lalu menyempurnakan ide itu menjadi sebuah produk, kemudian
diluncurkan. Praktek ini membutuhkan banyak pekerjaan diawal, sebelum benar-benar
membawa produk ke pasar. Sebaliknya, leanstart-up melihat market dahulu, kemudian fokus
menciptakan produk barebone atau ptrototype produk secara cepat agar segera dialkukan
pengujian langsung kepada user/customer dari target pasar untuk mendapatkan reaksi
mereka, jika masih kurang dilakukan desain ulang sampai menemukan produk yang layak
dengan sumber daya yang minimal. Proses lean start-up adalah proses pembelajaran yang
meminimalkan risiko dan ketidakpastian serta melibatkan pelanggan pada actual product
design. Ketika start up sudah mendapat produk dan bisnis model yang menarik pelanggan,
pendapatan naik, start up mulai menambahkan orang. Pada titik ini start up mulai
membangun sebuah organisasi kea rah fullu functional organization.
LO 3.3 The Initial Organization
Pentingnya growth juga ditentukan pada point ini. Perusahaan mulai bergerak
mengarah pada development stage. Untuk mencapai initial structure begitu sulit, ketika
sukses melakukan transisi dari suatu stage ke stage lain membuat people resist to change
karena sudah merasa itu sebuah comfort zone termasuk founder organisasi tersebut. People
lebih menyukai initial stages dengan small size dan lack of formality. Karena semakin besar,
perusahaan tidak bisa semakin freedom, banyak SOP. Sehingga, malas berubah (depend of
what kind of person you are). Banyak new company yang menolak perubahan sampai krisis
yang memaksanya. Sehinga, dibutuhkan krisis untuk memaksa founder untuk mengganti
partner mereka yang lebih fleksibel dan terbuka terhadap perubahan dan dapat beralih ke
tahap berikutnya.
Initial stage ini didorong oleh peningkatan size yang begitu cepat. Ketika jumlah orang di
perusahaan meningkat, dua sesuatu terjadi :
1. Lebih banyak orang membutuhkan peningkatan dalam jumlah level dalam hierarki,
dan komunikasi menjadi tantangan baru
2. Lebih besar ukuran mengarah ke pembagian kerja yang lebih besar. Dibanding
menggunakan generalist pada suatu kegiatan, mungkin lebih baik untuk
menambahkan dua atau tiga spesialist yang mana akan memunculkan nterdependensi
karena perlu melakukan koordinasi.
Peningkatan ukuran juga menciptakan beberapa hambatan (barrier) di antaranya :
1. Antara Level (Vertikal) : Komunikasi menjadi lebih sulit antara pekerja dan bos
karena ada SOP sehingga muali birokratik dan lebih formal.
2. Antara Departemen (Horizontal) : Adanya interdependensi antara departemen
sehingga diperlukan komunikasi dan koordinasi yang lebih tinggi dan baik. Terlebih
juga masing-masing departemen memiliki bahasa yang berbeda-beda. Sehingga,
ketika mengkomunikasikannya juga menjadi tantangan tersendiri.
Peningkatan ukuran dari small startup hingga menjadi formal organization Structure dan
formal functional organization terjadi dalam dua langkah yakni :
1. Transisi dari sistem personal dan kontrol informal menjadi sistem impersonal dan
kontrol formal.
Perusahaan mulai menggunakan alat untuk memperkirakan demand, menggunakan
budgeting, dan mengadopsi struktur gaji yang dipakai seluruh perusahaan based on
peraturan pengupahan negara, peka terhdap huum terkait diskriminasi ketika
melakukan PHK. Sehingga mulai mendatangkan SDM yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman dalam kegiatan formal ini.
2. Konversi dari centralized huband- spoke system of decision making mejadi lebih
decentralized dan menggunakan cross-functional team approach to making
decisions.
Ketika initial organization sudah terlampaui, organisasi menjadi lebih formal, memiliki
SOP ada birokrasi dan berkembang menjadi fully functional organization.
LO 3.4 The Functional Structure
Functional structure adalah
struktur organisasi paling umum yang
digunakan oleh banyak organisasi,
pembagiannya berdasarkan fungsi
manajemen, misal saja keuangan,
pemasaran, produksi, dan sumber daya
manusia. Sehingga bagi orang yang
memiliki keterampilan tertentu maka akan
bertemu dengan orang yang memiliki skill sama.
Keunggulan :
Sebuah organisasi harus di disain sesuai dengan disain seperti apa yang dibutuhkan
dan cocok untuk organisasi. Tiap organisasi memiliki disain yang berbeda sesuai dengan
pencapaian goals dari organisasi. Seiring waktu, munculah Lateral ini. Lateral, ialah proses
kordinasi di dalam organisasi yang menghubungkan/mengakomodir antar fungsi di organisasi
(yang levelnya sejajar). Mengapa lateral ini menjadi begitu penting? Seperti yang kita ketahui
bahwa perubahan dalam tiap industri bergerak sangat cepat, maka kemampuan organisasi
untuk merespon dan menyesuaikan tiap masalah juga harus mengimbangi perubahan
tersebut.
Ketika Lateral Coordination semakin dibutuhkan, berarti akan melibatkan tugas yang
lebih variatif dan diverse, hal ini juga akan membuat ide-ide yang dihasilkan saat
mengerjakan pekerjaan juga pasti semakin berbeda-beda. Implikasi lain dari kebutuhan
Lateral Coordination yang tinggi juga akan menyebabkan tingkat interdepence yang tinggi,
tiap fungsi dari organisasi sangat bergantung pada kinerja fungsi lain yang berkaitan dengan
tugas mereka. Karena, sangat membutuhkan info dari fungsi lain untuk dapat menyelesaikan
suatu permasalahan.
Jadi, kerika kita mendesain adanya sebuah lateral process, kita juga harus
menyesuaikan seberapa jauh lingkup dari lateral coordination itu sendiri.
➢ Tugas organization designer adalah mencocokkan jenis dan jumlah proses lateral dengan
cross-functional coordination yang diperlukan oleh strategi bisnis perusahaan.
➢ Organization designer harus menghindari memilih lateral process yang terlalu sedikit atau
terlalu banyak (pada titik tertentu menghasilkan manfaat, selebihnya menambah cost and
difficulty).
- Voluntary proses diperlukan ketika kekuatan strategis tidak dapat diprediksi dan
berubah. Koordinasi lateral pada kondisi ini cenderung lemah dan mengharuskan
untuk lebih fleksibel (desentralisasi) sehingga membutuhkan lateral proses secara
volunteer.
- Namun, orang-orang akan bekerja sama secara sukarela ketika mereka memiliki
hubungan dengan orang-orang di departemen lain dan merasa nyaman bekerja
dengan mereka.
- Sehingga proses ini lebih menitik beratkan karyawan untuk bersosialisasi agar volunter
proses ini dapat berjalan
LO 3.11 E-coordination
Yaitu Menghubungkan departemen-departemen yang sebelumnya independen
menjadi terhubung satu dengan lainnya melalui sebuah jaringan.