Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kompetensi dan Karakteristiknya


Kompetensi berasal dari kata competence, yang berati kecakapan, kemampuan.1 Dengan
demikian, tidaklah berbeda dengan pengertian kompetensi yang dikemukakan oleh W. Robert
Houston seperti dikutip Abdul Kadir Munsyi yang mengatakan bahwa competence ordinarily is
defined as adequacy for a task or as possession of require knowloledge, skill and abilities. Di sini
dapat diartikan, bahwa kompetensi sebagai suatu tugas yang memadai atau pemilikan pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang.
Dalam hal pembelajaran, terjadi interaksi dua arah yakni antara peserta didik dengan
pendidik. Oleh karena itu, perlu juga adanya kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik yaitu,
kemampuan peserta didik untuk mengerjakan sesuatu dengan baik sebagai hasil dari proses
pembelajaran atau pendidikan yang diikutinya.
Sehingga kompetensi merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh individu dalam
melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan uraian tugas yang dilakukannya. Juga kompetensi dapat
dikatakan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak yang secara konsisten dan terus-menerus
memungkinkan seseorang menjadi kompoten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai untuk melakukan sesuatu.
Menurut Spencer and Spencer kompetensi terdiri dari lima karakteristik yaitu :
1. Motives, adalah sesuatu dimana sesorang secara konsisten berfikir sehingga ia melakukan
tindakan. Spencer menambahkan bahwa motives adalah “drive, direct and select behavior
toward certain actions or goals and away from others “. Misalnya seseorang yang memiliki
motivasi berprestasi secara konsisten mengembangkan tujuan – tujuan yang memberi suatu
tantangan pada dirinya sendiri dan bertanggung jawab penuh untuk mencapai tujuan tersebut
serta mengharapkan semacam “feedback“ untuk memperbaiki dirinya.
2. Traits, adalah watak yang membuat orang untuk berperilaku atau bagaimana seseorang merespon
sesuatu dengan cara tertentu. Sebagai contoh seperti percaya diri, kontrol diri, ketabahan atau
daya tahan.
3. Self Concept, adalah sikap dan nilai – nilai yang dimiliki seseorang. Sikap dan nilai diukur
melalui tes kepada responden untuk mengetahui nilai yang dimiliki seseorang dan apa yang
menarik bagi seseorang untuk melakukan sesuatu.
4. Knowledge, adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu. Pengetahuan
merupakan kompetensi yang kompleks. Tes pengetahuan mengukur kemampuan peserta untuk
memilih jawaban yang paling benar tetapi tidak bisa melihat apakah sesorang dapat melakukan
pekerjaan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
5. Skills, adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu baik secara fisik maupun
mental.2
B. Kriteria dalam Mendesain Kompetensi
Alternative pertama mendesain kompetensi atau tujuan pembelajaran atau hasil belajar mata
kuliah atau mata pelajaran yaitu berdasarkan KBK (kurikulum berbasis kompetensi), lazimnya ada
tiga komponen yang harus dirumuskan khususnya dalam KBK, yaitu:
1
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi belajar dan kompetensi guru, (surabaya: usaha nasional,1994) hal. 33
2
Bermawi Munthe, Kunci Praktis Desain Pembelajaran, (Yogyakarta: CTSD, 2009), hal.25
1
1. Standar kompetensi
2. Kompetensi dasar
3. Indicator
Standar Kompetensi adalah kebulatan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan tingkat
penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata kuliah. Cakupan standar
kompetensi yaitu 1) standar isi (content standard) dan 2) standar penampilan (performance standar).
Dengan kata lain Standar Kompetensi adalah sebuah keutuhan prestasi terbesar dari mata kuliah
yang diperoleh mahasiswa atau sebuah keutuhan prestasi terbesar dari mata pelajaran setelah
mengalami proses pembelajaran dalam satu semester.
Sedangkan Kompetensi Dasar adalah jabaran dari standar kompetensi yaitu pengetahuan,
keterampilan dan sikap minimal yang harus dikuasai dan dapat ditampilkan siswa atau mahasiswa.
Dengan kata lain, Kompetensi Dasar adalah kompetensi-kompetensi pendukung atau penentu
keberhasilan tercapainya Standar Kompetensi. Tanpa penguasaan Kompetensi Dasar mahasiswa
atau siswa tidak akan mungkin berhasil dengan utuh atau sempurna akan tercapainya Standar
Kompotensi sebagai hasil prestasi terbesar sebagai sebuah totalitas.
Indikator adalah rumusan kompotensi yang lebih spesifik yang menunjukkan ciri-ciri
penguasaan suatu kompetensi dasar atau sub-kompetensi. Sebuah kompetensi dasar memiliki
beberapa bukti atau tanda penguasaan.3
1. Perumusan Kompetensi Dasar
Adapun Syarat yang harus dipenuhi untuk dapat merumuskan KD yang baik adalah sebagai berikut:
a. Rumusan tujuan yang dibuat harus berpusat pada siswa, mengacu kepada perubahan tingkah
laku subjek pembelajaran yaitu siswa sebagai peserta didik.
b. Rumusan KD harus mencerminkan tingkah laku operasional yaitu tingkah laku yang dapat
diamati dan diukur yang dirumuskan dengan menggunakan kata-kata operasional.
c. Rumusan KD harus berisikan makna dari pokok bahasan atau materi pokok yang akan
diajarkan pada saat kegiatan belajar mengajar.4
2. Perumusan Indikator
Dalam merumuskan indikator pembelajaran perlu diperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:
a. Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi dua indikator
b. Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata kerja yang
digunakan dalam SK dan KD.
c. Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan
melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan peserta didik.
d. Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi.
e. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat kompetensi dan
materi pembelajaran.
f. Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga menggunakan
kata kerja operasional yang sesuai.
g. Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian yang
mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.5
C. Aspek atau Kawasan Taksonomi dalam Pembelajaran

3
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 78
4
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran.( Jakarta: Bumi Aksara,2010,), hal. 58
5
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta,2010), hal. 74
2
Dalam suatu pembelajaran biasanya diarahkan pada satu kawasan dari taksonomi. Benyamin
S. Bloom dan D. Krathwohl (1964) memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga aspek / kawasan,
(1) kognitif, (2) afektif, (3) psikomotor.

1. Kawasan kognitif
Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan
dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ketingkat yang lebih
tinggi yakni evaluasi. Kawasan kognitif ini terdiri atas 6 (enam) tingkatan yang secara hirarkies
berurut dari yang paling rendah (pengethuan) sampai ke yang paling tinggi ( evaluasi ) dan
dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Tingkat pengetahuan (knowledge)


Pengetahuan disini diartikan sebagai kemampan seseorang dalam menghafal atau
mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya.
Contoh:

1) Siswa dapat menyebutkan kembali bangun-bangun geometri yang berdimensi tiga


2) Siswa dapat menggambarkan satu buah segitiga sembarang.
b. Tingkat pemahaman (comprehension)

Pemahaman disini diartikan kemampuan seseorang dalam mengartikan,


menafsirkan menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang
pengetahuan yang pernah diterimanya.

Contoh:
1) Siswa dapat menjelaskan dengan kata-katanya sendiri tentang perbedaan bangun
geometri yang berdimensi dua dan berdimensi tiga.
2) Siswa dapat menerjemahkan arti kode-kode (berita morse) yang dikirim oleh kapal
laut yang akan berlabuh.
c. Tingkat penerapan (application)
Penerapan disini diartikan kemampuan seseorang dalam menggunakan
pengetahuan dalam memecahkan berbagai masalah yang timbu dalam kehidupan sehari-
hari.
Contoh:
1) Siswa dapat menentukan salah satu sudut dari suatu segitiga jika diketahui sudut-sudut
lainnya.
2) Siswa dapat menghitung panjang sisi miring dari suatu segitiga siku-siku jika
diketahui dari sisi-sisi lainnya.
d. Tingkat analisis (analysis)
Penerapan disini diartikan kemampuan seseorang dalam menggunakan
pengetahuan dalam memecahakan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-
hari.
Contoh:
1) Siswa dapat mengolah data mentah melalui statistika, sehingga dapat diperoleh harga-
harga range, interval kelas, panjang kelas rata-rata dan standar deviasinya.
2) Siswa dapat menganalisis sejauh mana dalam dan luasnya pembahasan diskusi yang
mereka laksanakan.
3
e. Tingkat sintesis (syntesis)
Sisntesis disini diartikan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan
benrbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang
lebih menyeluruh.
Contoh:
1) Siswa dapat menyusun rencana belajar masing-masing sesuai dengan kebijakan yang
berlaku disekolah.
2) Siswa dapat mengemukakan formula baru dalam menyelesaikan suatu masalah.
f. Tingkat evaluasi ( evaluation )
Evaluasi disini diartikan kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau
keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimilikinya.
Contoh:
1) Sisiwa dapat menilai unsur kepadatan isi, cakupan materi, kualitas analisis dan gaya
bahasa yang dipakai oleh seorang penulis makalah tertentu.
2) Siswa dapat menilai kualitas kemampuan pemikiran temannya berdasarkan
kemampuan dirinya.
Disamping kawasan kognitif sebagai mana disebutkan di atas, biasanya dalam
suatu perencanaan pengajaran ada mata pelajaran tertentu memiliki tuntutan untuk kerja
yang dinilai adalah kawasan afektif dan psikomotor. Kedua kawasan tersubut dijelaskan
berikut ini.
2. Kawasan afektif ( sikap dan perilaku )
Kawasan afektif adalah suatu domain yang berkaitan dengn sikap, nilai-nilai interes,
apresiasi ( penghargaan ) dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afeksi ini ada lima, dari
yang sederhana ke yang kompleks adalah sebagai berikut:
a. Kemauan menerima
Kemauan menerima merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau
rancangan tertentu, seperti keinginan membaca buku, mendengar musik atau bergaul dengan
orang yang mempunyai ras berbeda.
b. Kemauan Menanggapi
Kemauan menanggapi erupakan kegiatanyang menunjuk pada pastisipasi aktif dalam
kegiatan tertentu, seperti menyelesaikan tugas terstruktur, menaati peraturan, mengikuti
diskusi kelas, menyelesaikan tugas dilaboratorium atau menolong orang lain.
c. Berkeyakinan
Berkeyakinan berkenaan dengan kemauan menerima sistem nilai tertentu pada diri
individu. Seperti menunjukkan keercayaan terhadap sesuatu, apresiasi (penghargaan)
terhadap sesuatu, sikap ilmiah atau kesungguhan (komitmen) untuk melakukan suatu
kehidupan sosial.
d. Penerapan Karya
Penerapan karya berkenaan dengan penerimaan dengan berbagai sistem nilai yang
berbeda-beda berdasakan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi. Seperti menyadari
pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab, bertanggung jawab terhadap ha
yang telah dilakukan, memahami dan menerima kekurangan dan kelebihan diri sendiri, atau
menyadari peranaan perencanaan dalam memecahkan suatu permasalahan.
e. Ketekuan dan Ketelitian

4
Ini adalah tingkatan afeksi yang tertinggi, pada taraf ini inividu yang sudah memiliki
sistem nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya.
Seperti bersikap objektif terhadap segala hal.
3. Kawasan Psikomotor
Domain psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang
bersifat manual atau motorik. Sebagaimana kedua domain yang lain, domain ini juga mempunyai
berbagai tingkatan. Urutan tingkatan dari yang paling sederhana sampai ke yang paling
kompleks (tertinggi) adalah

a. Persepsi
Persepsi berkenaan dengan penggunaan indra dalam melakukan kegiatan seperti
mengenal kerusakan mesin dari suaranya yang sumbang, atau menghubungkan suara musik
dengan tarian tertentu.

b. Kesiapan
Kesiapan berkenaan dengan kegiatan melakukan sesuatu kegiatan (set), termasuk
didalamnya mental set (kesiapan mental), physical set (kesiapan fisik), atau emotional set
(kesiapan emosi perasaan) untuk melakukan suatu tindakan.
c. Mekanisme
Mekanisme berkenaan dengan penampilan respons yang sudah dipelajari dan mejadi
kebiasaan, sehingga gerakan yang di tampilkan menunjukkan kepada suatu kemahiran.
Seperti menulis halus. Menari atau menata laboratorium.
d. Respons Terbimbing
Respons terbimbing seperti meniru (imitasi) atau mengikuti, mengulangi perbuatan
yang diperintahkan atau ditunjukkan oleh orang lain, melakukan kegiatan coba-coba (trial
and error).
e. Kemahiran
Kemahiran adalah penampilan gerakan motorik dengan ketermpilan penuh.
Kemahiran yang dipertunujukkan biasanya cepat, dengan hasil yang baik, namun
menggunakan sedikit tenaga. Seperti keterampilan menyetir kendaraan bermotor.
f. Adaptasi

Adaptasi berkenaan dengan keterampilan yang sudah berkembang pada diri individu
sehingga yang bersangkutan mampu memodifikasi (membuat perubahan) pada pola gerakan
sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Hal ini terlihat seperti pada orang yang bermain
tenis, pola-pola gerakan disesuaikan dengan kebutuhan mematahkan permainan lawan.
g. Originasi

Originasi menunjukkan pada penciptaan pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan
situasi atau masalah tertentu. Biasanya hal ini dapat silakukan oleh orang yang sudah
mempunyai keterampilan tinggi seperti penciptaan mode pakaian, komposisi musik, atau
penciptaan tarian.6

D. Kata Kerja Operasional

6
Hamzah B. uno, perencanaan pembelajaran, (Jakarta :, PT Bumi Aksara2008), hal.35-39
5
Kata-kata operasional yang digunakan untuk mengembangkan indikator disesuaikan dengan
aspek kompetensinya baik itu kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Aspek kognitif:
No Kompetensi Indikator Kompetensi
1. Knowledge Menyebutkan, menuliskan, menyatakan,
(Pengetahuan) mengurutkan, mengidentifikasi, mendefinisikan,
mencocokkan, memberi nama, memberi label,
dan melukiskan.
2. Comprehension Menerjemahkan, mengubah, menggeneralisasi,
(Pemahaman) menguraikan, menuliskan kembali, merangkum,
membedakan, mempertahankan, menyimpulkan,
mengemukakan pendapat dan menjelaskan.
3. Application (Penerapan) Mengoperasikan, menghasilkan, mengubah,
mengatasi, menggunakan, menunjukkan,
mempersiapkan dan menghitung.
4. Analysis (Analisis) Menguraikan, membagi-bagi, memilih dan
membedakan.
5. Synthesis (Sintesis) Merancang, merumuskan, mengorganisasikan,
menerapkan, memadukan dan merencanakan.
6. Evaluation (Evaluasi) Mengkritisi, menafsirkan, mengadili dan
memberikan evaluasi.

Aspek afektif:
No Kompetensi Indikator Kompetensi
1. Receiving (Penerimaan) Mempercayai, memilih, mengikuti, bertanya dan
mengalokasikan.
2. Responding Konfirmasi, menjawab, membaca, membantu,
(Menanggapi) melaksanakan, melaporkan dan menampilkan.
3. Valuing (Penanaman Menginisiasi, mengundang, melibatkan,
nilai) mengusulkan dan melakukan.
4. Organization Memverifikasi, menyusun, menyatukan,
(Pengorganisasian) menghubungkan dan mempengaruhi.
5. Characterization Menggunakan nilai-nilai sebagai pandangan
(Karakterisasi) hidup dan mempertahankan nilai-nilai yang
sudah diyakini.

Aspek psikomotorik:
No Kompetensi Indikator Kompetensi
1. Observing (Pengamatan) Mengamati proses, memberi perhatian pada
tahap-tahap sebuah perbuatan dan memberi
perhatian pada sebuah artikulasi.
2. Imitation (Peniruan) Melatih, mengubah, membongkar sebuah
struktur, membangun kembali sebuah struktur
dan menggunakan sebuah model.

6
3. Practicing (Pembiasaan) Membiasakan perilaku yang sudah dibentuknya
dan mengontrol kebiasaan agar tetap konsisten.
4. Adapting (Penyesuaian) Menyesuaikan model, mengembangkan model
dan menerapkan model.

E. Mendesain Kompetensi PAI


1. Langkah-langkah Perumusan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Adapun langkah-langkah perumusan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) sebagai
berikut :
a. Guru perlu berpedoman atau mengambil rumusan SK dan KD yang telah disusun oleh BSNP
berdasarkan mata pelajaran yang diampu
b. Guru memilih SK dan KD yang telah dirumuskan oleh BSNP untuk setiap mata pelajaran.
Pemilihan SK dan KD harus disesuaikan dengan jenjang pendidikan, mata pelajaran, dan
semester. SK dan KD yang diambil menjadi pedoman dalam mengembangkan komponen-
komponen silabus berikutnya.
c. Setelah SK dan KD dipilih, selanjutnya dilakukan analisis dengan mengajukan pertanyaan dasar:
“ Apa sajakah tanda-tanda bahwa siswa –siswi telah menguasai kompetensi?”. Untuk
memperoleh jawaban terhadap pertanyaan dasar tersebut, dapat digunakan tiga pertanyaan
bantuan, berikut :
1) Pengetahuan apa sajakah yang harus dikuasai siswa-siswi. Jawaban terhadap pertanyaan ini
dapat berupa konsep, fakta, prosedur, prinsip, atau rumus dari body of knowledge ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan mata pelajaran PAI.
2) Keterampilan apa sajakah yang harus dapat ditampilkan siswa. Jawaban terhadap pertanyaan
ini adalaha semua bentuk keterampilan yang harus diperagakan siswa, sehubungan dengan
kompetensi yang sedang kita analisis. Keterampilan dapat dipilah menjadi dua bagian yaitu:
keterampilan yang muara akhirnya berupa barang (product) dan keterampilan yang muara
akhirnya berupa penampilan kinerja (performance).
3) Sikap atau perilaku apa sajakah yang dibatinkan dan diterapkan siswa. Jawaban terhadap
pertanyaan ini berupa rumusan perilaku atau kebiasaan yang berkaitan dengan penerapan sikap
nilai dalam kehidupan siswa sehari-hari. Karena indikator yang hendak kita kembangkan
bertumpu pada kompetensi dasar dari mata pelajaran tertentu, maka hendaknya dipilih
sikap/perilaku yang berhubungan dengan mata pelajaran PAI, terutama dengan kompetensi
bersangkutan.
d. Pada proses perumusan SK dan KD perlu memilih kata-kata kerja umum operasional
berdasarkan level kompetensi pembelajaran.
e. Pada proses perumusan dan pengembangan SK dan KD. Guru perlu memerlukan tingkat
kompetensi yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Penentuan tingkat kompetensi yang harus dicapai oleh siswa, juga perlu mempertimbangkan
kemampuan awal siswa. Jika kompetensi yang telah disusun tidak memenuhi kemampuan awal
siswa, maka kompetensi tersebut hanya sia-sia dan tidak mungkin tercapai oleh siswa.
2. Langkah-langkah Perumusan Indikator:
a. Menganalisis tingkat kompetensi dalam SK dan KD yang telah dirumuskan atau
dikembangkan sebelumnya.
b. Menganalisis karakteristik mata pelajaran, keragaman kompetensi siswa, dan potensi sekolah.
c. Menganalisis kata-kata operasional dalam merumuskan indikator.
7
d. Penggunaan kata-kata operasional dalam rumusan SK dan KD di atas, biasanya
dikembangkan dengan menggunakan level-level kompetensi yang relevan. Artinya
pengembangan indikator harus mengakomodasi kompetensi yang sesuai dengan tendensi
perumusan SK dan KD.
e. Jika perumusan SK dan KD-nya lebih menonjol aspek keterampilan, maka indikator yang
dirumuskan harus mencapai kemampuan keterampilan yang diinginkan, apabila afektif yang
ditonjolkan maka indikator yang dirumuskan harus mencapai level kompetensi afektif yang
diinginkan.7
Contoh indikator pencapaian kompetensi dengan materi Hukum Islam tentang pengurusan jenazah:
Standar Kompetensi Dasar Indikator
Kompetensi
Memahami Menjelaskan  Mampu menjelaskan
ketentuan hukum tatacara pengurusan langkah-langkah/tatacara
Islam tentang jenazah memandikan jenazah
pengurusan  Mampu menjelaskan tata
jenazah. cara mengkafani jenazah
 Mampu menjelaskan tata
cara menshalatkan jenazah
 Mampu menjelaskan tata
cara menguburkan jenazah

Memperagakan  Mampu
tatacara pengurusan memperagakan/memprakti
jenazah kkan tata cara memandikan
jenazah
 Mampu
memperagakan/memprakti
kkan tata cara mengkafani
jenazah
 Mampu
memperagakan/memprakti
kkan tata cara
menshalatkan jenazah
 Mampu memperagakan tata
cara menguburkan jenazah

7
Kasful Anwar Dan Hendra Harmi, Perencanaan Sistem Pembelajaran KTSP, (Bandung: Alfabeta,2011), hal.
90-98
8

Anda mungkin juga menyukai