Judul Puisi : Semestaku Rapuh

Semestaku

Alamnya luas nan indah

Sinar mentari yang selalu setia pada janji untuk menerangi

Luapan cahayanya menghapus kegelapan malam dan mencairkan embun pagi

Pepohonan rindang di sapa mentari

Akarnya kokoh menembus bumi

Tampak anggun dalam ribuan barisan

Memberi kesejukan dalam nada-nada kehidupan

Diseberang sana, lautan jernih nampak menepi

Didalamnya ikan dan terumbu karang bewarna-warni

Sawah ladang nan permai

Dipayungi langit-langit biru tampak begitu serasi

Semua saling menyatu dalam harmonisasi semesta

Syukurku kepada Tuhan sang pencipta semestaku

Dari semestaku aku memperoleh kehidupan

Buah dari pepohonan, ikan dari lautan, air dari bumi

Tiada bisa ku sebutkan satu-satu betapa kayanya semestaku

Alangkah beruntungnya bisa berteduh di semesta ini

Aku hanyut pejamkan mata, saat ku buka semestaku tak sama

Semestaku rapuh
 Rumah jutaan makhluk ini tak nyaman lagi

Kini semestaku luka, Ia tampak menderita

Tapi Penghuni hanya mengeluh dirinya tersiksa

Setiap waktu semestaku disesal dan dihina

Semestaku tak salah, Penghuninya yang berulah

Betapa tebal muka si Penghuni

Penghuni yang tamak dan serakah

Keindahan laut dan pepohonan dicemari

Bukan kecelakaan timbul bencana, tapi ini terencana

Kilauan tambang butakan mata

Membakar hutan rindang atas nama pegembangan

Lautan tak lagi biru, tercemar limbah penghuninya yang paling berakal

Hutan semestaku yang katanya paru-paru dunia kini hanyalah abu

Ditengah udara asap menari-nari ditiup angin

Udara kematian begitu pekat, tiap tarikan nafas terasa sesak

Mentari tak menjulur lidah api, tapi bumi panas sekali

Rajawali hitam mencari semesta lain untuk berlabuh

Tapi semesta hanya satu

Jika ia rapuh maka kemana lagi kita akan berteduh

Semesta telah memberikan banyak asa

Bukalah hati untuk menjaganya

Tanggal pembuatan puisi : 16 september 2019

Identitas penulis

Nama penulis : Amalia Husna

Instagram : amaliahusna

WA : 082281249863

E-mail : amaliahusna060200@gmail.com