Anda di halaman 1dari 12

SAMPLING DAN KEACAKAN

MATA KULIAH EKSPERIMEN KUANTITATIF

KELAS G – 2018

KELOMPOK 1

Anggi Meylina (201810230311354)

Anita Balgis (201810230311370)

Alpeccha Carinae B. (201810230311377)

Anindita Pramesti Zahara (201810230311392)

Rahmat Azhari (201810230373)

Dosen Pengampu :

Dr. Tulus Winarsunu, M.Si

Asisten dosen : Maypani Nabila

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Populasi merupakan keseluruhan objek yang akan diteliti. Anggota
populasi bisa benda hidup atau benda mati, dimana sifat-sifatnya dapat
diukur atau diamati. Apabila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari populasi, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dana, tenaga
dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi tersebut. Teknik sampling adalah cara yang dilakukan untuk
mendapat sampel sesuai harapan pengambil keputusan agar memperoleh
sampel yang representatif dan dapat mewakili populasi yang sebenarnya.
Dalam kenyataannya kita mengambil sampel yang relative kecil dari semua
pengalaman yang mungkin. Hal yang sering menjadi pertimbangan adalah
bagaimana cara agar sampel yang diteliti tidak mengalami bias dan
dinyatakan representasi.
Ada beberapa keuntungan dari penelitian yang dilakukan secara
sampel antara lain (1) memudahkan jalannya penelitian, (2) penelitian lebih
efisien, (3) lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data, dan (4) lebih
efektif. Saat ini kecenderunganuntuk melakukan survei sampel semakin
meningkat, baik yang dilakukan oleh pemerintah, perusahaan maupun
secara personal. Misalnya saja, untuk mengetahui hasil pemilukada
(pemilihan umum kepala daerah) dengan cepat, dilakukan pengambilan
sampel daerah pemilihan (tempat pemungutan suara). Pemerintah
menggunakan survei sampel untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan guna perencanaan pembangunan. Perusahaan
melakukan penelitian pasar untuk mengetahui respons pembeli terhadap
produk yang dihasilkannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1) Apakah perbedaan sampling, sampling acak dan representasi?
2) Apakah itu keacakan?
3) Apa pengertian randomisasi?
4) Bagaimana yang dimaksud dengan ukuran atau besar sampel?
5) Apa saja jenis sampel?
C. TUJUAN
1) Mengetahui perbedaan sampling, sampling acak, dan
representasi
2) Mengetahui tentang keacakan
3) Mengetahui pengertian randomisasi
4) Mengetahui tentang ukuran atau besar sampel
5) Mengetahui jenis jenis sampel
BAB II

PEMBAHASAN

a) SAMPLING, SAMPLING ACAK, DAN REPRESENTASI


Kata sampling berarti “mengambil sampel” atau mengambil sesuatu bagian
populasi atau semesta sebagai wakil (representasi) populasi. Sampling acak ialah
metode penarikan sebagian (atau seluruh sampel) dari sebuah populasi atau semesta
dengan cara tertentu, sehingga tiap anggota populasi atau semesta tadi memiliki
peluang sama untuk terpilih. Akan tetapi definisi itu tidak sepenuhnya memuaskan
karena sifatnya yang terbatas. Ada definisi yang lebih baik : sampling acak ialah
metode pengambilan suatu bagian (sampel) dari suatu populasi atau semesta
sedemikian rupa, sehingga semua sampel yang mungkin terambil dari n yang
besarnya tetap, memiliki probabilitas sama untuk terpilih. Definisi ini umum dan
luas, karena lebih memuaskan daripada definisi sebelumnya.
Andaikan terdapat 200 siswa disekolah x, merekalah populasi (atau
semesta). Secara acak kita mengambil seorang anak dari populasi tersebut. Peluang
anak ini untuk diambil adalah 1/200, jika prosedur sampling kita acak. Demikian
pula , sejumlah siswa lain terambil dengan cara serupa. Jika setelah memilih siswa
kita kembalikan ke dalam populasi itu , maka peluang terpilihnya siswa kedua
besarnya adalah 1/200. Jika siswa terpilih pertama tidak dikembalikan, peluang
siswa lain untuk terpilih adalah 1/199. Prosedur ini disebut sampling tanpa
penggantian. Jika elemen sampel kita kembalikan kedalam populasi, prosedurnya
disebut sampling dengan penggantian.
Contoh populasi yang terdiri dari empat siswa yakni a,b,c dan d. kita akan
mengambil sampel acak sebanyak dua orang. Daftar kemungkinan atau lingkup
sampelnya adalah (a,d), (b,c), (b,d), (c,d). terdapat enam kemungkinan. Jika sampel
yang terdiri dari dua anak itu diambil secara acak, maka probabilitasnya 1/6.
Pasangan pasangan itu memiliki probabilitas yang sama untuk terambi.
Sulitnya, kita tidak pernah dapat memastikan bahwa suatu sampel acak
memang representative untuk keseluruhan populasinya. Ingatlah bahwa
probabilitas terpilihnya sembarang sampel tertentu yang besarnya n adalah sama
dengan probabilitas sembarang sampel lain yang berukuran sama. Maka, suatu
sampel tertentu mungkin sama sekali tidak representative. Arti kata
“representative” itu harus kita pahami representative berarti mewakili/memiliki
sesuatu yang umum yang menjadi ciri karakteristik suatu populasi. Sampel yang
representative adalah sampel yang kira kira memiliki karakteristik karakteristik
karakteristik populasi yang relevan dengan penelitian yang bersangkutan. Jika jenis
kelamin dan kelas social/ekonomi merupakan variable variable yang relevan
dengan penelitian kita, sampel yang representatif itu tentunya memiliki proposi
pria-wanita dan proposi individu individu kelas menengah-kelas bawah yang kira
kira mendekati proposi seperti itu yang terdapat yang terdapat pada populasinya.
Jika kita mengambil sampel acak, kita berharap sampel itu representative , bahwa
karakteristik populasi itu akan terdapat pula dalam sampel kita, kira kira secara
sama dengan kehadiran karakteristik karakteristik itu dalam populasi. Tetapi kita
tidak pernah dapat memastikan hal itu tidak ada jaminan.
Suatu sampel yang ditarik secara acak tidaklah mengandung bias, dalam arti
bahwa tidak satu anggota pun mempunyai peluang lebih besar untuk terpilih
dibandingkan dengan sembarang anggota lainnya. Contohnya kita hendak
mengetahui skor intelegensi rata rata populasi itu. Karena suatu alas an kita hanya
dapat mengambil sampel 30 dari kesertaus anak itu. Jika kita sampelkan secara
acak, ada sejumlah besar kemungkinan sampel masing masing mempunyai 30
elemen. Sampel sampel itu memiliki probabilitas yang sama besar untuk terpilih.
Angka rata rata pada kebanyakan dari sampel sampel itu akan relative dekat dengan
harga tengah populasi. Ada beberapa yang selisihnya besar. Probabilitas terpilihnya
suatu sampelyang angka rata rata kecerdasan/intelegensinya hamper sama dengan
rata rata populasi jadinya lebih besar daripada probabilitas terpilihnya suatu sampel
yang angka rata ratanya banyak terpaut dengan angka rata rata populasinya – jika
sampling itu acak.
Akan tetapi, jika sampel itu tidak terambil secara acak, ada factor factor tertentu
yang tak kita ketahui mungkin muncul membuat kita condong memilih suatu
sampel yang mengandung bias. Andaikan keseratus anak itu kita kenal atau ketahui,
mungkin secara kita tidak sadari kita akan cenderung memilih anak anak yang lebih
cerdas. Ini bukan karena kita ingin membuat demikian, melainkan karena metode
kita mengizinkan kita bertindak begitu. Metode metode acak dalam melakukan
seleksi tidak memperbolehkan bekerjanya bias dan kesenjangan kita ataupun factor
factor sistematis lainnya untuk campur tangan. Prosedur ini bersifat objektif , bebas
dari kecondongan serta bias yang kita miliki sendiri.

b) KEACAKAN
Menurut kamus, keacakan ialah ketidakberaturan, aksidental, tanpa tujuan
atau arah. Namun dalam penelitian, ilmuwan menyikapi keacakan dengan cukup
sistematis, mereka menyeleksi secara cermat sampel acak dan berhati-hati dalam
merencanakan prosedur acak. Keacakan terjadi bila hasilnya tidak dapat kita
ramalkan, misalnnya kita tidak mengetahui cara memenangkan taruhan
pelemparan koin, saat tidak ada sistem untuk kita memprediksi kemenangan,
maka hal itu disebut acak. Jika kita katakana lebih formal, keacakan berarti bahwa
tiada terdapat hukum yang diketahui, dan dapat diungkapkan dengan bahasa, yang
menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian serta hasil-hasilnya secara
tepat
c) RANDOMISASI (PENGACAKAN)
Randomisasi ialah penerapan perlakuan eksperimental terhadap anggota-
anggota dengan cara tertentu, hingga setiap anggota itu memiliki probabilitas yang
sama besar untuk dipilih bagi sesuatu penerapan perlakuan tertentu. Randomisasi
dan apa yang disebut sebagai kaidah randomisasi merupakan satu diantara prestasi-
prestasi intelektual dalam zaman sekarang kita ini.
Gagasan tentang randomisasi dapat dijernihkan dengan dua atau tiga
kemungkinan cara: dengan menyatakan kaidah randomisasi; dengan memaparkan
penggunaanya dalam praktek; dan dengan memperagakan cara kerjanya terhadap
obyek serta angka atau bilangan. Kaidah randomisasi dapat dinyatakan sebagai
berikut: karena dalam prosedur acak setiap anggota suatu populasi berpeluang sama
besar untuk dipilih, maka jika memang terpilih, anggota- anggota yang memiliki
ciri- ciri pembeda tertentu itu mungkin dalam jangka panjang akan diimpaskan
oleh/ dengan terpilihnya anggota- anggota lain populasi itu yang memiliki kuantitas
atau kualitas ciri-ciri yang mengimbangi ciri- ciri anggota yang telah terpilih itu.
Kita katakan bahwa secara acak subyek- subyek dimasukan dalam kelompok
eksperimen, dan bahwa perlakuan eksperimental diterapkan pada kelompok secara
acak. Misalnya, dalam contoh yang diuraikan di muka tentang eksperimen untuk
menguji hasil guna pembinaan dan penyuluhan untuk prestasi, subyek- subyek
dapat dibagi dalam dua kelompok secara acak, dengan menggunakan angka acak
atau memutar keping uang. Kalau subyek- subyek itu telah dikelompokan menjadi
dua dengan cara itu, dapat ditetapkan pula dengan cara serupa kelompok acak mana
yang menjadi kelompok eksperimen dan kelompok mana yang menjadi kelompok
kontrol. Kita akan berjumpa dengan sejumlah contoh randomisasi dari bagian ke
bagian sepanjang buku ini.

d) UKURAN ATAU BESAR SAMPEL


BERAPA SAMPEL PENELITIAN YANG DIKATAKAN CUKUP?
Seperti yang saya katakan di atas bahwa banyak sekali faktor yang sangat
berpengaruh terhadap jumlah sampel yang akan digunakan untuk mengestimasi
kondisi populasi. Di bawah ini ada banyak referensi dari dari para ahli yang bisa
dijadikan dasar menentukan besar sampel penelitian anda. Selain menggunakan
referensi dibawah ini anda juga sebaiknya menyesuaikan jumlah sampah yang
akan dipilih dengan metode analisis yang sedang anda gunakan Jika anda adalah
mahasiswa yang sedang mempersiapkan tugas akhir.
BEBERAPA PENDAPAT AHLI MENGENAI UKURAN SAMPEL
PENELITIAN
1. UKURAN SAMPEL DENGAN TEORI SLOVIN (1960)
Salah satu literatur yang paling banyak digunakan adalah penentuan
ukuran sampel menggunakan rumus slovin (1960). Seorang ahli yang bernama
slovin ini ternyata sampai saat ini belum diketahui Siapa nama aslinya, bahkan
pernah menjadi perdebatan mengenai tahun terbit dari naskah yang ditulis oleh
slovin ini yaitu tahun 1960 dan 1843. Dalam tulisan Riduwan (2005),
dengan judul penelitian “belajar mudah penelitian untuk guru”, dia
mengutip rumus slovin dengan formula sebagai berikut;

RUMUS SAMPEL : RUMUS SLOVIN

n=N1+Ne2

n= besar sampel yang ;


N= ukuran populasi atau jumlah elemen dalam populasi ;
e= nilai presisi atau tingkat signifikansi yang telah ditentukan. Umumnya
dalam penelitian tingkat signifikansi ditentukan sebesar 95% atau 0,05.
CONTOH PENENTUAN UKURAN SAMPEL DENGAN RUMUS SLOVIN
Misalkan satu populasi berukuran Rp1.000 elemen/anggota, akan
dilakukan survei dengan mengambil beberapa sampel menggunakan rumus slovin.
Mata perhitungan sederhana dalam menentukan jumlah sampel adalah sebagai
berikut;

Diketahui;
N= 1,000 orang
e= dengan tingkat signifikansi sebesar 95% atau 0,05

Maka;
n=1.0001+1000×0.052=285.714≈286
n ≈ 286
Karena sampel kita harus berupa angka bulat dan orang, maka kita lakukan
pembulatan mengikuti aturan pembulatan standar yaitu, apabila ≥ 0,5
maka kita bulatkan ke atas dan sebaliknya.
2. UKURAN SAMPEL PENELITIAN PENURUT GAY, LR DAN DIEHL, PL
(1992)
Hasil penelitian dari Gay, LR dan Diehl, PL (1992), dengan judul
penelitian “Research Methods for Business and Management disebutkan bahwa
ukuran sampel penelitian haruslah sebesar-besarnya. Asumsi yang disampaikan
oleh Gay dan Diehl didasarkan pada semakin besar sampel yang diambil maka
semakin merepresentasikan bentuk dan karakter populasi serta lebih dapat untuk
digeneralisir. Meskipun demikian, ukuran pasti sampel yang akan diambil sangat
bergantung pada jenis penelitian yang sedang digarap.
Berikut beberapa kondisi yang perlu diperhatikan;
1. Apabila penelitian yang sedang dikerjakan merupakan penelitian
deskriptif, maka ukuran sampel sekurang-kurangnya adalah sebesar 10%
dari total elemen populasi.
2. Apabila penelitian yang dikerjakan merupakan penelitian bersifat korelasi
atau berhubungan, maka ukuran sampel sekurang-kurangnya adalah
sebesar 30 subjek ( unit sampel).
3. Apabila penelitian yang dikerjakan merupakan penelitian bersifat
perbandingan, maka ukuran sampel penelitian yang direkomendasikan
adalah sebesar 30 subjek.
4. Apabila penelitian yang dikerjakan merupakan eksperimental
berkelompok, maka ukuran sampel yang direkomendasikan adalah sebesar
15 sampel perkelompok.

3. UKURAN SAMPEL PENELITIAN MENURUT WIRATNA SUJARWENI (2008).


Dalam tulisan Wiratna Sujarweni (2008) tentang “Belajar mudah SPSS
untuk skripsi, tesis, desertasi & umum” memang tidak ada jumlah atau nilai
tertentu yang syaratkan. Sujarweni berbendapat bahwa jumlah sampel yang
diharapkan 100% mewakili populasi adalah keseluruhan anggota populasi itu
sendiri.
Menurut saya pendapat ini memberi kita pemahaman yang lebih dalam
bahwa hampir tidak mungkin untuk mendapatkan gambaran 100% populasi dari
data sampel. Untuk itu dibutuhkan kehati-hatian dalam memilih metode sampling,
menentukan jumlah sampel, dan perlunya memperhitungkan tingkat kesalahan.
Sujarweni juga menambahkan jika ukuran suatu populasi sangat besar
maka penelitiannya dapat dilakukan dengan survei sampel. Penentuan ukuran
sampel boleh menggunakan rumus slovin.

4. UKURAN SAMPEL PENELITIAN MENURUT JACOB COHEN (DALAM


SUHARSIMI ARIKUNTO, 2010:179)
Formula sampel Jacob Cohen
N=LF²+u+1

Dimana :
N = Ukuran sampel
F² = Effect Size
u = Banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian
L = Fungsi Power dari u= 0
5. UKURAN SAMPEL PENELITIAN BERDASARKAN PROPORSI (TABEL
ISAAC DAN MICHAEL)
Menentukan ukuran sampel penelitian menggunakan tabel Isaac dan
Michael sedikit lebih mudah, dimana sudah ditentukan tingkat kesalahan untuk
1%, 5% dan 10%. Dengan tabel ini, peneliti dapat secara langsung menentukan
besaran sampel berdasarkan jumlah populasi dan tingkat kesalahan yang
dikehendaki.
6. MENENTUKAN UKURAN SAMPEL DENGAN FORMULA COCHRAN, W. G.
(1977)
Cochran, W. G. (1977), dalam bukunya berjudul “Sampling techniques”
edisi ke 3 menjelaskan suatu formula sampling yang dapat anda jadikan referensi.
Cochran membagi 2 teknik menentukan sampel berdasarkan data populasi yang
bersifat kontinu dan bersifat kategori.
FORMULA COCHRAN UNTUK DATA KATEGORI
n=z2(p)(q)e2
dimana:
n = ukuran sampel yang akan kita cari
z = nilai tabel z ( tabel distribusi normal) pada tingkat kepercayaan
tertentu. Lihat tabel z disini
p = proporsi kategori dari total seluruh kategori. Nilainya berupa nilai
desimal antara 0-1, misal 0.5, 0.2, dst.
q = proporsi kategori lain selain p yang juga dituliskan sebagai (1-p)
e = margin error

Contoh :
Sebagai contoh, katakan kita ingin mengevaluasi program penyuluhan
yang mengajak petani untuk menggunakan metode baru. Anggaplah
populasinya besar tetapi kita tidak tahu persentase dari penerimaan metode
baru tersebut. Oleh karena itu, kita berasumsi tingkat penerimaannya
50:50 atau p = 0,5. Selanjutnya kita pilih α = 0,05 dan keakuratan 5% .
Jumlah sampel yang diperlukan adalah sebagai berikut:
n=z2pqe2=(1,96)2(0,5)(0,5)(0,05)2=385 petani.
*(sumber contoh bisa dilihat di: hattastat)
FORMULA COCHRAN UNTUK DATA KONTINYU
n=z2s2e2

dimana,
n = ukuran sampel yang akan dicari
z = nilai z berdasarkan pada alpha tertentu, lihat tabel z
s = standard deviasi dari populasi, dan
e = margin error
7. MENENTUKAN UKURAN SAMPEL PENELITIAN DENGAN
FORMULA LEMESHOW UNTUK POPULASI TIDAK DIKETAHUI
Formula Limeshow ini memang mirip dengan formula penentuan sampel
kategori Cochran.
n=z2P(1−P)d2
dimana
n = jumlah sampel yang dicari
z = nilai tabel normal dengan alpha tertentu
p = fokus kasus
d = alpha (0.05) atau 5% dari tingkat kepercayaan 95% yang umum
digunakan dalam penelitian-penelitian.
Demikian beberapa referensi ukuran sampel penelitian menurut para ahli,
Semoga dapat menambah pemahaman dan pengetahuan. Silahkan dipilih
dan sesuaikan menurut penelitian yang sedang anda gunakan

e) JENIS SAMPEL
Jenis sampling dapat diklarifikasikan secara garis besarnya
menjadi sampel probabilitas dan non probabilitas. Sampel probabiltas
adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan setiap anggota populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Dalam
kesempatan yang sama, hasil dari suatu penelitian dapat digunakan untuk
mempediksi populasi. Sampling probabilitas meliputi bentuk-bentuk
paling lazim. Salah satunya adalah sampling stratifikasi dan sampling
cluster. Sampling stratifikasi adalah teknik pengambilan sampel dengan
memperhatikan suatu tingkatan (strata) pada elemen populasi. Dalam
sampling stratifikasi, populasi dibagi menurut strata, misalnya laki-laki
dan wanita, kulit hitam dan kulit putih, dan semacamnya. Dari situlah
peneliti mengambil sampel acak. Sedangkan sampling kelompok (cluster)
adalah sampling acak yang dilakukan berturut-turut terhadap unit-unit atau
kelompok kecil. Contohnya, dalam penelitian pendidikan peneliti
mengadakan sampling acak terhadap wilayah-wilayah pendidikan dari
suatu populasi atau kabupaten, terhadap sekolah-sekolah, kelas-kelas, lalu
pada akhirnya siswa-siswa. Jenis lain dari sampling probabilitas adalah
sampling sistematis, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan
dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Dalam sampling ini,
elemen pertama dipilih secara acak diantara bilangan-bilangan mulai 1
sampai k, dan elemen-elemen selanjutnya dipilih setiap intervsl ke-k.
sebagai contoh, jika elemen dipilih secara acak dari elemen-elemen antara
1 hingga 10 adalah angka 6, maka berikutnya adalah 16, 26, 36, dan
seterusnya.

Sedangkan sampel non probabilitas adalah teknik penarikan sampel


yang mendasarkan pada setiap anggota populasi yang tidak memiliki
kesempatan sama. Terdapat kelemahan dalam sampel non probabilitas
karena tidak menggunakan sampel acak, sehingga harus lebih hati-hati dan
teliti dalam memilih sampel dan dengan kajian replikatif yang
menggunakan sampel berbeda-beda. Walaupun begitu, sampel non
probabilitas sering digunakan. Bentuk-bentuk sampel non probabilitas
adalah sampling kuota, yaitu teknik untuk menentukan ciri-ciri tertentu
sampai jumlah kuota yang diinginkan. Teknik ini biasanya digunakan dan
didesain untuk penelitian yang menginginkan sedikit sampel dimana setiap
kasus dipelajari secara mendalam. Sampel ini digunakan untuk
mengetahui strata populasi (jenis kelamin, ras, agama, dll.), menyeleksi
anggota-anggota sampel yang representatif, dan cocok untuk maksud
penelitian tertentu. Nama sampling kuota berasal dari praktek
pemberlakuan “jatah” atau proporsi jenis-jenis orang yang hendak
diwawancara. Kemudian bentuk lain dari sampel non probabilitas adalah
purposive sampling (bertujuan), yaitu teknik sampling yang mana peneliti
menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus
yang sesuai dengan tujuan penelitian. Ciri dari sampling ini adalah
penilaian dan upaya untuk memperoleh sampel representative dengan cara
meliputi wilayah atau kelompok yang diduga sebagai anggota sampelnya.
Lalu terdapat accidental sampling, yaitu teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu konsumen yang secara kebetulan atau secara
tidak sengaja bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel
apabila orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Agar
tidak terjadi kesalahan, hindari sampel aksidental kecuali memang tidak
ada sampel lain yang dapat diperoleh, karena sampel acak biasanya tinggi
biayanya dan umumnya sampel sulit untuk diperoleh.

f) Penelitian bias saja dilakukan tanpa menggunakan gagasan mengenai


randomisasi. Akan tetapi, sulit diyakinkan bahwa penelitian seperti itu
akan memiliki viabilitas dan validitas, setidaknya untuk segi penelitian
ilmiah di bidang behavioural. Kita menegakkan tatanan atas keberaturan
dengan mengeksploitasi perilaku yang kita ketahui dari himpunan kejadian
acak. Kecakan adalah istilah untuk mengungkapkan ketidaktahuan. Para
penemu menggunakan kata ketidaktahuan itu dan mengubahnya menjadi
pengetahuan.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Terkadang populasi menjadi terlalu besar untuk sebuah penelitian, hal


tersebut menyebabkan peneliti mengambil beberapa sampel (bagian yang diteliti
pada populasi). Pengambilan sampel dilakukan untuk mempermudah proses
penelitian. Jika sampel tidak dikembalikan pada populasi, prosedur tersebut disebut
sampling tanpa penggantian. Namun jika sampel dikembalikan pada populasi, maka
disebut prosedur sampling dengan penggantian.

Jika suatu sampel tidak diambil secara acak, mungkin dapat menimbulkan
bias. Contohnya jika terdapat serratus anak yang akan kita observasi, kemudian kita
mengenal atau mengetahui beberapa dari mereka. Kita akan cenderung memilih
anak yang lebih cerdas. . Ini bukan karena kita ingin membuat demikian, melainkan
karena metode kita mengizinkan kita bertindak begitu. Metode metode acak dalam
melakukan seleksi tidak memperbolehkan bekerjanya bias dan kesenjangan kita
ataupun factor factor sistematis lainnya untuk campur tangan. Prosedur ini bersifat
objektif , bebas dari kecondongan serta bias yang kita miliki sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Kerlinger,F. N. (2013). Asas-asas Penelitian Behavioral. Gajah Mada


University Press.

Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu pendekatan Praktis ,


edisi revisi 2010. Jakarta : Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai