Anda di halaman 1dari 3

DAFTAR PUSTAKA

1. Husnan, Suad.1986.”Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan”. Edisi empat. Fakultas


Ekonomi Universitas Gajah Mada. Jogyakarta.

LIKUIDITAS, STRUKTUR HUTANG DAN NILAI PERUSAHAAN

Berdasarkan tradisi telah dilakukan pemisahan antara aktiva lancara (dan pendanaan
jangka pendek) dan aktiva tetap (dan pendanaan jangka panjang). Pemesahan tersebut tidak
menguntungkan, karena cenderung mengaburkan pengaruh berbagai keputusan keuangan terhadap
penilaian perusahaan secara keseluruhan. Pada bab ini kita mencoba mengembangkan pemahaman
konseptual terhadap likuiditas, manajemen aktiva lancar, dan struktur hutang. Dengan demikian
diharapkan bab ini dapat berfungsi sebagai suatau tahapan transisi dari aspek teoretis yang
dibicarakan pada bagian-bagian di depan dengan keputusan-keputusan manajerial yang harus
diambil dalam aspek aktiva dan kewajiban lancar.

Istilah aktiva likuid menunjukkan jumlah uang yang dimiliki dan aktiva yang sudah diubah
menjadi uang. Sering dikatakan bahwa setiap aktiva mempunyai tingkatan likuiditas yang berbeda.
Kas sediri, per definisi, merupakan aktiva yang paling likud karena sudah membentuk kas. Untuk
aktiva-aktiva lain, likuiditas mempunyai dua dimensi, yaitu :

1. Waktu yang diperlukan untuk berubah menjadi kas,


2. Tingkat kepastian yang menyangkut dengan rasio perubahan, atau harga, aktiva tersebut.

Meskipun semua aktiva dalam perusahaan mempunyai tingkat likuiditas, kita akan memusatkan
perhatian kita pada tingkat yang paling likuid, yaitu kas dan efek. Dengan demikian maka
manajemen likuiditas menyangkut penentuan jumlah kedua jenis aktiva tersebut yang akan
dimiliki oleh perusahaan. Dengan memegang konstanta kebijakan perkreditan, pengaturan
piutang, dan investasi pada aktiva tetap, maka kita akan menganalisis bagaimana dampak
perubahan jumlah investasi pada aktiva likuid akan mempengaruhi perusahaan.
Pada saat perusahaan mengalami kesulitan likuiditas, yaitu pada saat perusahaan tidak mampu
memenuhi kewajiban finansial yang jatuh tempo, perusahaan dengan cepat dan mudah
memperoleh external financial dengan biaya yang sama dengan pada saat situasi normal.
Demikian pula perusahaan akan bisa menjual aktiva yang dimiliki, dan memperoleh harga sesuai
dengan nilai ekonomis aktiva tersebut, tanpa menanggung biaya lain, seperti distress price (yaitu
harga yang terjadi karena kita menjual secara tergesa-gesa karena sangat memerlukan uang).
Sebagai akibatnya, setiap kondisi tidak likuid selalu bisa diatasi tanpa menanggung biaya apapun.
Demikian juga, keputusan untuk mempunyai saldo kas yang berlebih (dengan alasan untuk
menjaga likuiditas), menjadi tidak dapat dibenarkan.

Apabila dipertimbangkan adanya faktor ketidak sempurnaan pasar, maka keharusan untuk
memenuhi kewajiban finansial yang memaksa perusahaan menjual (sebagian) aktiva yang
dimiliki, memungkinkan perusahaan menanggung biaya kebangkrutan. Biaya ini dapat berasal dari
distress price, kehilangan produktivitas karena perusahaan menyatakan bangkrut, maupun biaya
yang sifatnya out-of-pocket, seperti biaya para lawyers, panitia kebangkrutan, dan sebagiannya.
Keharusan untuk menjual (sebagian) aktiva tersebut (dengan harga yang lebih rendah dari nilai
ekonomisnya), dapat dihindari kalau pada waktu kewajiban finansial jatuh tempo, perusahaan
memiliki aktiva likuid untuk memenuhinya. Peningkatan jumlah aktiva likuid akan menurunkan
biaya kebangkrutan. Dengan demikian maka pemeliharaan likuiditas ada manfaatnya.

Inverstasi pada piutang dan persediaan dapat dan seharusnya dinilai dengan menggunakan
perspektif yang sama dengan investasi pada aktifa tetap. Apabila pendekatan pasar dipergunakan
untuk menilai investasi yang beresiko, suatu paket investasi (yaitu investasi yang memerlukan
investasi pada aktiva tetap, penambahan piutang dan persediaan) dapat dinilai dengan
menggunakan model-model penilaian, seperti CAPM atau APT. Hal yang sama dapat dilakukan
untuk peroyek-peroyek yang berdiri dari piutang seluruhnya (seperti pelonggaran standar kredit)
atau persediaan seluruhnya(misalnya menambah jumlah persediaan). Penerapan model –model
tersebut untuk menganalisis investasi pada pitang dan persediaan mempunyai justifikasi yang
cukup kuat karena umumnya ketidak kesempurnaan pasar untuk asset dalam bentuk piutang dan
persediaan, lebih kecil dari pada aktiva tetap.

Struktural hutang menjelaskan komposisi jangka waktu hutang yang dipergunakan oleh
perusahaan. Diantara kelompok hutang jangka pendek ini, terdapat kelompok hutang yang
merupakan variabel keputusan pada aspek lain. Sumber- sumber dana ini sering disebut sebgai
buit infinancial atau spontaneous fianancing. Artinya, jumlah dana tersebut akan berubah dengan
sendirinya, apabila aktivitas perusahaan berubah.

Anda mungkin juga menyukai