Anda di halaman 1dari 38

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Drainase
2.1.1 Definisi Drainase
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai
sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen
penting dalam perencanaan kota(perencanaan infrastruktur khususnya).
Drainase juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air
tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan salah
satu cara pembuangan kelebihan air yang tidak di inginkan pada suatu
daerah, serta cara-cara penaggulangan akibat yang ditimbulkan oleh
kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah
satu unsur dari perasana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam
rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat.
Drainase yang berasal dari kata to drain yang berarti mengeringkan
atau mengalirkan air drainase, merupakan suatu sistem pembuangan air
bersih dan air limbah dari daerah pemukiman, industri, pertanian, badan
jalan dan permukaan perkerasan lainnya, serta berupa penyaluran
kelebihan air pada umumnya, baik berupa air hujan, air limbah maupun air
kotor lainnya yang keluar dari kawasan yang bersangkutan baik di atas
maupun di bawah permukaan tanah ke badan air atau ke bangunan resapan
buatan.
Pemahaman secara umum mengenai drainase perkotaan adalah suatu
ilmu dari drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan
perkotaan, yaitu merupakan suatu sistem pengeringan dan pengaliran air
dari wilayah perkotaan yang meliputi pemukiman, kawasan industri dan
perdagangan, sekolah, rumah sakit, lapangan olahraga, lapangan parkir,
instalasi militer, instalasi listrik dan telekomunikasi, pelabuhan udara,
pelabuhan laut, serta tempat-tempat lainnya yang merupakan bagian dari
sarana kota yang berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan,
sehingga menimbulkan dampak negatif dan dapat memberikan manfaat
bagi kegiatan kehidupan manusia.
2.1.2 Tujuan Drainase
Tujuan utama drainase untuk mengalirkan air lebih dari suatu
kawasan yang berasal dari air hujan maupun air buangan, agar tidak terjadi
genangan yang berlebihan pada suatu kawasan tertentu. Karena suatu kota
terbagi-bagi menjadi beberapa kawasan, maka drainase di masing-masing
kawasan merupakan komponen yang saling terkait dalam suatu jaringan
drainase perkotaan dan membentuk satu sistem drainase perkotaan.
Adapun tujuan lainnya:
1. Untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman.
2. Pengendalian kelebihan air permukaan dapat dilakukan secara aman,
lancar dan efisien serta sejauh mungkin dapat mendukung kelestarian
lingkungan
3. Dapat mengurangi genangan-genangan air yang menyebabkan
bersarangnya nyamuk malaria dan penyakit-penyakit lain, seperti
demam berdarah, disentri serta penyakit lain yang disebabkan kurang
sehatnya lingkungan pemukiman.
4. Untuk memperpanjang umur ekonomis sarana-sarana fisik antara lain :
jalan, kawasan pemukiman, kawasan perdagangan dari kerusakan
serta gangguan kegiatan akibat tidak berfungsinya sarana drainase.
2.1.3 Macam-macam Drainase
a. Menurut Sejarah Terbentuknya
1. Drainase Alamiah (Natural Drainage)
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat
bangunan-bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah,
pasangan batu/beton, gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini
terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena grafitasi yang
lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai.
2. Drainase Buatan (Arficial Drainage)
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu
sehingga memerlukan bangunan – bangunan khusus seperti
selokan pasangan batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan
sebagainya.
b. Menurut Letak Bangunan
1. Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)
Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang
berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa
alirannya merupakan analisa open chanel flow.
2. Drainase Bawah Permukaan Tanah (Subsurface Drainage)
Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan
permukaan melalui media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa),
dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan itu antara lain
Tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak
membolehkan adanya saluran di permukaan tanah seperti
lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman dan lain-lain.
c. Menurut Fungsi
1. Single Purpose
Yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan, misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang
lainnya seperti limbah domestik, air limbah industri dan lain –
lain.
2. Multi Purpose
Yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air
buangan baik secara bercampur maupun bergantian.
d. Menurut Konstruksi
1. Saluran Terbuka
Yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang
terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun
untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan
kesehatan/ mengganggu lingkungan.
2. Saluran Tertutup
Yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk aliran
kotor (air yang mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk
saluran yang terletak di kota/permukiman.
2.1.4 Teori Drainase
Pola Jaringan Drainase
a. Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih
tinggi dari pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir
berada akhir berada di tengah kota.

Gambar.3 Pola Jaringan Drainase Siku


b. Pararel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan
saluran cabang (sekunder) yang cukup banyak dan pendek-
pendek, apabila terjadi perkembangan kota, saluran-saluran akan
dapat menyesuaikan diri.

Gambar.4 Pola Jaringan Drainase Pararel


c. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga
saluran-saluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran
pengumpulan.

Gambar.5 Pola Jaringan Drainase Grid Iron

d. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah
lebih besar

Gambar.6 Pola Jaringan Drainase Alamiah


e. Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala
arah.

Gambar.7 Pola Jaringan Drainase Radial


Sistem Jaringan Drainase
Sistem jaringan drainase di dalam wilayah kota dibagi atas 2 b
agian yaitu drainase utama (major drainage) dan drainase lokal
(minor drainage). Konfigurasi sistem drainase perkotaan ditunjukkan
dalam gambar berikut ini.
a. Sistem Drainase Major
Yang dimaksud dengan sistem drainase utama atau drainase
mikro adalah sistem saluran yang menampung dan mengalirkan
airdari suatu daerah tangkapan air hujan. Biasanya sistem ini
menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti drainase
primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Pada umumnya sistem
drainase major ini disebut juga sebagai saluran pembuangan utama.
Sistem ini merupakan penghubung antara drainase dan
pengendalian banjir.

b. Sistem Drainase Mikro


Sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang
menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan
dimana sebagian besar di dalam wilayah kota. Secara keseluruhan
yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di
sepanjang sisi jalan, saluran atau selokan air hujan di sekitar
bangunan, gorong-gorong, saluran drsinase kota dan lain
sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu
besar. Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan
dengan masa ulang 2,5 dan 10 tahun tergantung pada tata guna
tanah yang ada.

2.2 DAS

Daerah Aliran Sungai (disingkat DAS, bahasa Inggris: drainage basin) ialah
suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air yang berasal dari air
hujan yang jatuh, terkumpul dalam kawasan tersebut. Guna dari DAS adalah
menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya melalui
sungai.

Air Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah air yang mengalir pada suatu kawasan
yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air tersebut berasal dari air hujan yang
jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut.

Air pada DAS merupakan aliran air yang mengalami siklus hidrologi secara
alamiah. Selama berlangsungnya daur hidrologi, yaitu perjalanan air dari
permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut
yang tidak pernah berhenti tersebut, air tersebut akan tertahan (sementara) di sungai,
danau/waduk, dan dalam tanah sehingga akan dimanfaatkan oleh manusia atau
makhluk hidup.

Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan masuk
(terserap) ke dalam tanah (infiltrasi), sedangkan air yang tidak terserap ke dalam
tanah akan tertampung sementara dalam cekungan-cekungan permukaan tanah
(surface detention) untuk kemudian mengalir di atas permukaan tanah ke tempat
yang lebih rendah (runoff), untuk selanjutnya masuk ke sungai. Air infiltrasi akan
tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk
kelembaban tanah. Apabila tingkat kelembaban air tanah telah cukup jenuh maka
air hujan yang baru masuk ke dalam tanah akan bergerak secara lateral (horizontal)
untuk selanjutnya pada tempat tertentu akan keluar lagi ke permukaan tanah
(subsurface flow) yang kemudian akan mengalir ke sungai. Batas wilayah DAS
diukur dengan cara menghubungkan titik-titik tertinggi di antara wilayah aliran
sungai yang satu dengan yang lain.
Karakteristik DAS
Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi beberapa variable yang
dapat diperoleh melalui pengukuran langsung, data sekunder, peta dan dari data
penginderaan jauh (remote sensing). (Seyhan, 1977) menyatakan bahwa
karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) dikelompokkan menjadi dua kategori,
yaitu: (1) Faktor lahan (ground factor), yang meliputi topografi, tanah, geologi,
geomorfologi dan (2) Faktor vegetasi dan penggunaan lahan.
Luas Daerah Aliran Sungai
Luas suatu DAS atau Sub DAS dapat diukur secara langsung ke lapangan atau
secara langsung di peta citra satelit atau peta topografi (TOP)/ peta Rupa Bumi
Indonesia (RBI) dengan menggunakan alat ukur luas (planimeter), atau dengan
sistem Geographic Information System (GIS). Sebelum melakukan penelitian maka
batas DAS harus ditentukan (deliniasi).

Bentuk DAS
Bentuk DAS mempunyai pola aliran dan ketajaman puncak discharge banjir.
Bentuk DAS sulit dinyatakan secara kuantitatif. Dengan membandingkan
konfigurasi basin dapat dibuat suatu indeks yang berdasarkan pada derajad
kekadaran circulaty dari DAS.
Lereng
Pengukuran lereng di lapangan dapat digunakan abney level atau Clinometer,
sedangkan pengukuran lereng melalui peta topografi atau peta Rupa Bumi
Indonesia (RBI) dapat menggunakan Slope Meter atau dengan mencari beda tinggi
dengan paralaks meter atau dengan menggunakan rumus Avery (1975)
menggunakan contour length methode.
Ketinggian
Ketinggian suatu tempat dapat diketahui dari peta topografi, diukur di lapangan
atau melalui foto udara jika terdapat salah satu titik kontrol sebagai titik ikat.
Ketinggian rata-rata pada suatu DAS merupakan faktor penting yang berpengaruh
terhadap temperatur dan pola hujan khususnya pada daerah topografi bergunung.
Jaringan Sungai
Pola aliran atau susunan sungai suatu DAS merupakan karakteristik fisik
setiap drainase basin yang penting karena pola aliran sungai mempengaruhi
efisiensi sistem drainase dan karakteristik hidrografis, dan pola aliran menentukan
bagi pengelola DAS untuk mengetahui kondisi tanah dan permukaan DAS
khususnya tenaga erosi (Anonim, 1996).
Pola Aliran
Terdapat bermacam-macam bentuk pola aliran yang masing-masing dirincikan
oleh kondisi yang dilewati oleh sungai tersebut. Delapan jenis pola aliran yang biasa
dijumpai adalah pola dendritik, parallel, trellis, rectangular, radial, annural,
multibasinal dan contorted. Pola aliran dendritik yang mencirikan sebagian besar
sungai-sungai di Indonesia, dapat dijumpai dalam kondisi yang berbeda-beda
menurut batuannya.

2.3 Hujan Kawasan


Penentuan hujan kawasan pada suatu Daerah Aliran Sungai menggunakan data
curah hujan. Data tersebut bersumber dari stasiun pengamatan dan pengukuran
curah hujan harian pada suaru kawasan. Stasiun penakar hujan hanya memberikan
kedalaman (tinggi) hujan di titik di mana stasiun tersebut berada, sehingga hujan
pada suatu luasan harus diperkirakan dari titik pengukuran tersebut. Apabila pada
suatu daerah terdapat lebih dari satu stasiun pengukuran yang ditempatkan secara
terpencar, hujan yang tercatat di masing-masing stasiun dapat tidak sama.Dalam
analisis hidrologi sering diperlukan untuk menentukan hujan rerata pada daerah
tersebut. Terdapat 3 metode: Aritmatik, Poligon Thiessen dan Isohiet.
A. Metode Rerata Aritmatik (Aljabar)
Metode ini adalah metode yang paling sederhana. Pengukuran dengan
metode ini dilakukan dengan merata-ratakan hujan di seluruh DAS. Stasiun
hujan yang digunakan untuk menghitung dengan metode ini adalah yang berada
di dalam DAS, akan tetapi stasiun yang berada di luar DAS dan jaraknya cukup
berdekatan masih bisa diperhitungkan. Metode aljabar ini memberikan hasil
yang tidak teliti, metode ini memberikan hasil yang cukup baik jika penyebaran
hujan merata, serta hujan tidak terlalu bervariasi. Hujan DAS dengan cara ini
dapat diperoleh dengan persamaan:

dengan:
p = hujan rerata di suatu DAS
pi = hujan di tiap-tiap stasiun
n = jumlah stasiun
Contoh Ilustrasi:

B. Metode Thiessen
Metode ini digunakan untuk menghitung bobot masing-masing stasiun yang
mewakili luasan di sekitarnya. Metode ini digunakan bila penyebaran hujan di
daerah yang ditinjau tidak merata.
Prosedur Menghitung Dengan Metode Poligon Thiessen
Hitungan poligon Thiessen dilakukan dengan cara:
1. Stasiun hujan digambar pada peta daerah yang ditinjau.
2. Stasiun-stasiun tersebut dihubungkan dengan garis lurus, sehingga akan
didapatkan bentuk segitiga.
3.Tiap-tiap sisi segitiga dibuat garis berat sehingga saling bertemu dan
membentuk suatu poligon yang mengelilingi tiap stasiun. Tiap stasiun
mewakili luasan yang dibentuk oleh poligon, sedangkan untuk stasiun yang
berada di dekat batas daerah, garis batas daerah membentuk batas tertutup dari
poligon.
4. Luas tiap poligon diukur, kemudian dikalikan dengan kedalaman hujan di
tiap poligon. Hasil jumlah hitungan tersebut dibagi dengan total luas daerah
yang ditinjau.
Persamaan perhitungan sebagai berikut:

Dimana:
P = curah hujan rata-rata,
P1,…, Pn = curah hujan pada setiap stasiun,
A1,…, An = luas yang dibatasi tiap poligon.
Contoh Ilustrasi
C. Metode Isohiet
Pada prinsipnya isohiet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan
tinggi/kedalaman hujan yang sama, kesulitan dari penggunaan metode ini
adalah jika jumlah stasiun di dalam dan sekitar DAS terlalu sedikit. Hal
tersebut akan mengakibatkan kesulitan dalam menginterpolasi.
Metode pembuatan garis Isohiet sebagai berikut:
1. Pada peta yang ditinjau, digambarkan lokasi daerah hujan dan kedalaman
hujan.
2. Di stasiun hujan yang saling berdampingan dinilai kedalaman hujannya dan
dibuat interpolasinya. Kemudian hasil interpolasi yang mewakili kedalaman
hujan yang sama dihubungkan satu sama lain.
3. Luas daerah diantara 2 garis isohiet diukur luasnya, dan dikalikan dengan
nilai rerata di kedua garis isohiet. Kemudian jumlah dari hasil hitungan tersebut
dibagi dengan total luasan daerah yang ditinjau.
Perhitungan hujan DAS menggunakan Isohiet dapat dihitung dengan
persamaan:

Dengan:
p = hujan rerata Kawasan
Ai = luasan dari titik i
Ii = garis isohiet ke i
Contoh Ilustrasi:
Ke-tiga metode diatas lazim digunakan untuk perhitungan hujan kawasan. Jadi
silakan digunakan sesuai karakteristik wilayah dan kelengkapan data curah
hujan yang didapat. Semoga bermanfaat.
2.4 Hujan Rancangan
Hujan rencana adalah hujan harian maksimum yang akan digunakan untuk
menghitung intensitas hujan. Untuk mendapatkan curah hujan rancangan (Rt)
dilakukan melalui analisa frekuensi antara lain :
A. Metode Distribusi Normal

keterangan:
XT = besarnya curah hujan yang terjadi dengan kala ulang T tahun
X = rata-rata hitung variat
Sx = standard deviasi
k = faktor frekuensi (nilai variabel reduksi Gauss)
B. Metode Distribusi Log Normal

keterangan:
X = nilai variat pengamatan
Slog X = standart deviasi dari logaritma
n = jumlah data
log X = logaritma rata-rata
k = faktor frekuensi
C. Metode Distribusi Frekuensi Gumbel

keterangan:
XT = besarnya curah hujan yang terjadi dengan kala ulang T tahun
X = rata-rata x maksimum dari seri data Xi
k = faktor frekuensi

Yn, Sn = besaran yang mempunyai fungsi dari jumlah pengamatan


Yt = reduksi sebagai fungsi dari probabilitas
n = jumlah data
D. Metode Distribusi Frekuensi Log Pearson Type III
Metode yang dianjurkan dalam pemakaian distribusi Log Pearson Type
III adalah dengan mengkorvesikan rangkaian datanya menjadi bentuk
logaritmis.

Nilai X bagi setiap probabilitas dihitung dari persamaan:

keterangan:
log X = logaritma rata-rata
Slog X = standart deviasi dari logaritma
Cs = koefisien kemencengan
k = faktor frekuensi
n = jumlah dataketerangan:
XT = besarnya curah hujan yang terjadi dengan kala ulang T tahun
X = rata-rata hitung variat
Sx = standard deviasi
k = faktor frekuensi (nilai variabel reduksi Gauss)

2.5 Debit Rancangan


Metode Rasional merupakan rumus empirik sederhana yang masih banyak
digunakan saat ini untuk menghitung debit puncak banjir (QR) (Rahmani, 2016).
Menurut Rahmani (2016) dalam perhitungannya, metode rasional telah
memasukkan karakteristik hidrologi dan proses aliran yaitu:
(1) intensitas hujan,
(2) durasi hujan,
(3) luas DAS,
(4) kehilangan air akibat evaporasi, intersepsi, infiltrasi, dan
(5) konsentrasi aliran. Sedangkan menurut Suripin (2004) dalam Solikin
(2017) metode untuk memperkirakan laju aliran permukaan puncak yang
umum digunakan adalah metode Rasional. Metode ini sangat sederhana
dan penggunannya terbatas pada DAS dengan ukuran kecil, yaitu kurang
dari 300 Ha.
Q= 0.002788 × C × I × A .................. (1)
Dimana : Q = debit puncak (m3/detik)
C = koefisien aliran permukaan
I = intensitas hujan (mm/jam)
A = luas daerah tangkapan air (Ha)

2.6 Waktu Konsentrasi


Salah satu data yang diperlukan untuk menghitung debit puncak banjir metode
rasional adalah waktu konsentrasi (time of concentration) sebesar tc, yaitu waktu
yang diperlukan curah hujan mengalir dari titik paling hulu suatu DPS hingga
aliran itu sampai di titik pengeluaran (outlet) DPS itu (Soewarno, 2000:231). Salah
satu metode untuk memperkirakan waktu konsentrasi adalah rumus yang
dikembangkan oleh Kirpich (Suripin, 2004:82):

0,385
0,87𝑥𝐿2
𝑡𝑐 = ( ) … … … … … . . (2)
1000𝑥𝑠

Dimana : tc = waktu konsentrasi (jam)


L = panjang saluran utama dari hulu sampai penguras (km)
S = kemiringan rata- rata saluran utama (m/m).

2.7 Koefieien Limpasan


Angka koefisien permeabilitas tanah akan mempengaruhi kecepatan
peresapan. Tanah yang mempunyai angka koefisien per- meabilitas tinggi akan
mempunyai kapasitas peresapan yang besar. Nilai koefisien per- meabilitas tanah
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Rentang Nilai Koefisien Permeabilitas
Nilai K
Peneliti Karakteristik
(cm/detik)
Bowles (1991) Lanau kelempungan 10−4 − 10−9
Kerikil sedsang sampai
>10−1
kasar
Pasir halus sampai kasar 10−1 − 10−3
Das (1995) Pasir halus,pasir berlanau 10−3 − 10−5
Lanau, lanau berlempung,
10−4 − 10−6
lempung berlanau
Lempung gemuk <10−7
Sumber: Hendra Irawan, Soewignjo, Syawal Satibi.
Koefisien
No. Kondisi Permukaan Tanah
Pengaliran (C)
1. Jalan beton dan jalan aspal 0.70-0.95
2. Jalan kerikil dan Jalan tanah 0.40-0.70
3. Bahu jalan
- Tanah berbutir halus 0.40-0.65
- Tanah berbutir kasar 0.10-0.20
- Batuan masif keras 0.70-0.85
- Batuan masif lunak 0.60-0.75
4. Daerah perkotaan 0.70-0.95
5. Daerah pinggir kota 0.60-0.70
6. Daerah industri 0.60-0.90
7. Pemukiman padat 0.40-0.60
8. Pemukiman tidak padat 0.40-0.60
9. Taman dan kebun 0.20-0.40
10. Persawahan 0.45-060
11. Perbukitan 0.70-0.80
12. Pegunungan 0.75-0.90
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga, 1990.

2.8 Dimensi Hidraulik Saluran


Dalam menentukan bentuk dan dimensi saluran yang akan digunakan dalam
pembangunan saluran baru maupun dalam kegiatan perbaikan penampang saluran
yang sudah ada, salah satu hal penting yang perlu dipertimbangkan adalah
ketersediaan lahan. Mungkin di daerah pedesaan membangun saluran dengan
kapasitas yang besar tidak menjadi masalah karena banyaknya lahan yang kosong,
tapi di daerah perkotaan yang padat tentu bisa menjadi persoalan yang berarti
karena terbatasnya lahan. Oleh karena itu, penampang saluran drainase perkotaan
dan jalan raya dianjurkan mengikuti penampang hidrolis terbaik, yaitu suatu
penampang yang memiliki luas terkecil untuk suatu debit tertentu atau memiliki
keliling basah terkecil dengan hantaran maksimum. Dimensi saluran harus mampu
mengalirkan debit rencana atau dengan kata lain debit yang dialirkan harus sama
atau lebih besar dari debit rencana. Untuk mencegah muka air ke tepi (meluap)
maka diperlukan adanya tinggi jagaan pada saluran, yaitu jarak vertikal dari puncak
saluran ke permukaan air pada kondisi debit rencana.
Bentuk penampang saluran pada muka tanah umumnya ada beberapa
macam antara lain; bentuk trapesium, empat persegi panjang, segitiga, setengah
lingkaran. Beberapa bentuk saluran dan fungsinya dijelaskan pada tabel berikut ini;

Selain bentuk-bentuk yang tertera dalam tabel, masih ada bentuk-bentuk


penampang lainnya yang merupakan kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut,
misalnya kombinasi antara empat persegi panjang dan setengah lingkaran, yang
mana empat persegi panjang pada bagian atas yang berfungsi untuk mengalirkan
debit maksimum dan setengah lingkaran pada bagian bawah yang berfungsi untuk
mengalirkan debit minimum.
Persamaan yang Digunakan untuk Menghitung Dimensi Saluran
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa bentuk saluran ada berbagai macam
dan yang akan dibahas persamaannya dibatasi hanya pada bentuk empat persegi
panjang dan trapesium.

2.9 SWMM
SWMM (Storm Water Management Model) adalah model simulasi dinamis
hubungan antara curah hujan dan limpasan. Model ini digunakan untuk
mensimulasikan kejadian tunggal atau yang berkelanjutan dalam waktu lama, baik
berupa volume limpasan maupun kualitas air, terutama pada suatu daerah
perkotaan. Analisis limpasan dalam SWMM merupakan kumpulan sub daerah
tangkapan air yang menerima curah hujan kemudian memprosesnya menjadi
limpasan dan angkutan polutan. Analisis limpasan dapat dilakukan pada berbagai
macam media penyaluran seperti sistem perpipaan, jaringan saluran terbuka,
tampungan atau instalasi pengolahan, pompa dan pengatur. SWMM
menghasilkan volume dan kualitas limpasan yang diteruskan dari masing-masing
subcatchment, dengan kecepatan alirannya, kedalaman aliran, dan kualitas air pada
masing-masing pipa dan saluran selama periode simulasi yang terdiri dari berbagai
tahapan waktu.
SWMM pertama kali dikembangkan di 19711 dan telah mengalami beberapa
perubahan besar sejak dulu. Swmm ini terus digunakan secara luas di seluruh dunia
untuk perencanaan, analisis dan desain yang berkaitan dengan limpasan, badai air,
penggorong gabungan, selokan sanitasi, dan sistem drainase lainnya di daerah
perkotaan, dengan banyak aplikasi di daerah non-perkotaan juga. Edisi saat ini,
versi 5, adalah menulis ulang lengkap dari rilisan sebelumnya. Berjalan di bawah
Windows, SWMM 5 menyediakan lingkungan yang terintegrasi untuk mengedit
data input area studi, menjalankan hidrologi, simulasi kualitas hidrolik dan air, dan
melihat hasilnya dalam berbagai format. Ini termasuk daerah drainase kode warna
dan peta sistem konveyor, grafik dan tabel waktu seri, plot profil, dan analisis
frekuensi Statistik. Ini rilisan terbaru dari SWMM diproduksi oleh pasokan air dan
divisi sumber daya air dari badan perlindungan lingkungan AS National Risk
Management Research Laboratory dengan bantuan dari perusahaan konsultan
CDM-Smith.
Alat Penyesuaian Iklim Model Manajemen Air Storm (SWMM-CAT)
adalah utilitas perangkat lunak yang mudah digunakan yang memungkinkan
proyeksi perubahan iklim di masa depan untuk dimasukkan ke dalam Model
Manajemen Air Storm (SWMM). SWMM adalah model simulasi perutean curah
hujan dinamis yang digunakan untuk simulasi kejadian tunggal dan jangka panjang
(kontinu) kuantitas dan kualitas limpasan air hujan dari daerah perkotaan utama.
Berbagai versi SWMM telah ada sejak tahun 1971 dan telah digunakan di ribuan
proyek desain sistem hidrologi dan drainase.SWMM menggunakan serangkaian
waktu yang disediakan secara eksternal dari variabel terkait iklim berikut ini dalam
perhitungan hidrologi:
• presipitasi adalah kekuatan pendorong utama dalam simulasi SWMM
• penguapan menentukan seberapa cepat permukaan dan tanah mengering di antara
peristiwa badai
• suhu udara digunakan untuk memodelkan rutinitas pencairan salju dan juga dapat
digunakan untuk memperkirakan laju penguapan.
SWMM baru-baru ini diperbarui untuk menerima serangkaian faktor
penyesuaian bulanan untuk masing-masing rangkaian waktu ini yang dapat
mewakili dampak perubahan masa depan dalam kondisi iklim. Setiap faktor
bulanan digunakan untuk memodifikasi semua data iklim yang disediakan
pengguna untuk bulan tertentu. Sebagai contoh, jika faktor penyesuaian Juni untuk
curah hujan adalah 1,3, maka semua nilai curah hujan Juni yang dipasok ke SWMM
akan dikalikan dengan 1,3.
Meskipun pengguna SWMM bebas untuk menggunakan set faktor
penyesuaian apa pun yang mereka inginkan, SWMM-CAT menyediakan
serangkaian penyesuaian spesifik lokasi yang berasal dari model perubahan iklim
global yang dijalankan sebagai bagian dari Proyek Antar Model Perbandingan
Model Penelitian Iklim Dunia (WCRP) Arsip fase 3 (CMIP3). Ini adalah simulasi
perubahan iklim yang sama yang membantu menginformasikan Panel
Antarpemerintah PBB tentang Perubahan Iklim dalam mempersiapkan laporan
Penilaian Keempat (IPCC, 2007). Hasil downscaled dari arsip ini dihasilkan dan
diubah menjadi perubahan sehubungan dengan nilai-nilai historis oleh proyek EPA
lain yang disebut CREAT 2.0 (Alat Evaluasi dan Analisis Ketahanan Iklim) (EPA,
2012). SWMM-CAT menyediakan keterkaitan antara perkiraan perubahan iklim
CREAT 2.0 yang dikurangi dan faktor penyesuaian bulanan yang digunakan oleh
SWMM
Anda tidak perlu menjalankan atau memiliki pengetahuan tentang SWMM
untuk menjalankan SWMM-CAT jika semua yang ingin Anda lihat adalah proyeksi
perubahan di masa depan dalam suhu udara bulanan dan curah hujan di lokasi
tertentu. Namun jika Anda ingin menjalankan keduanya bersama-sama maka Anda
harus menggunakan SWMM versi 5.1.007 atau lebih tinggi untuk mengenali
penyesuaian iklim yang diteruskan oleh SWMM-CAT.
Penginstal
SWMM-CATSWMM-CAT berjalan sebagai aplikasi desktop pada
Windows 7 atau sistem operasi yang lebih tinggi. Ini didistribusikan sebagai file
zip bernama swmm-cat_001.zip (label 001 akan diperbarui saat rilis yang lebih baru
dibuat). Itu dapat diunduh dari situs web berikut:http://www2.epa.gov/water-
research/swmm-catFile
zip berisi tiga file, swmm-cat.exe, ZedGraph.dll, dan dokumen ini yang
harus diekstraksi ke folder apa pun yang Anda pilih. Anda dapat meluncurkan
SWMM-CAT secara independen dari SWMM dengan mengklik dua kali swmm-
cat.exe di Windows Explorer atau dengan membuat pintasan untuk itu untuk Start
Menu Anda.
Jika Anda ingin menjalankan SWMM-CAT dari dalam SWMM sendiri,
Anda harus mendaftarkannya sebagai alat tambahan dengan SWMM. Ini dapat
dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah berikut:
1.Luncurkan SWMM dan pilih Alat | Konfigurasikan Alat dari bilah menu
utama.
2. Klik tombol Tambah dalam dialog Opsi Alat yang muncul.
3. Isi dialog Properti Alat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah
ini.
Perhatikan bahwa contoh ini memiliki program SWMM-CAT yang terletak
di folder C: \ SWMM-CAT. Anda dapat mengklik tombol untuk memulai dialog
file untuk menemukan lokasinya di mesin Anda.

Gambar 1 Tampilan untuk Mendaftarkan SWMM-CAT sebagai Alat


Tambah SWMM
4. Klik OK untuk menutup dialog Properti Alat dan kemudian klik Tutup
pada dialog Opsi Alat untuk menutupnya juga.
5.SWMM-CAT sekarang terdaftar di SWMM. Ini muncul sebagai opsi
terpisah bernama "Alat Penyesuaian Iklim" pada menu Alat yang Anda pilih
untuk meluncurkannya dari dalam SWMM.
Menjalankan SWMM-CAT
Setelah SWMM-CAT diluncurkan, Anda akan diberikan jendela utama
program yang ditunjukkan pada Gambar 2. Anda dapat menemukan instruksi
singkat tentang cara melanjutkan pada tab Bantuan, tetapi kami akan membahasnya
secara lebih rinci di sini.

Gambar 2 Jendela Utama SWMM-CAT.

Langkah pertama adalah mengidentifikasi lokasi yang Anda inginkan untuk


melihat penyesuaian. Anda dapat memasukkan koordinat garis lintang dan bujur
(dalam derajat desimal yang dipisahkan oleh koma) atau kode pos lima digitnya.
Anda kemudian akan menekan tombol Enter atau mengklik tombol untuk memuat
dalam penyesuaian CMIP3-CREAT 2.0 yang paling dekat dengan situs Anda.
Gambar 3 adalah tangkapan layar yang menunjukkan bagaimana SWMM-CAT
terlihat setelah lokasi dipasok ke sana:
Bing Maps (www.bing.com/maps) adalah cara yang mudah untuk
menemukan koordinat alamat tertentu yang dapat disalin dan ditempelkan ke
SWMM-CAT. 10
Gambar 3 Contoh Penyesuaian Suhu Bulanan.

Tab Suhu Bulanan menunjukkan perubahan suhu udara rata-rata


berdasarkan bulan dalam setahun selama periode proyeksi di masa mendatang.
Perubahan-perubahan ini relatif terhadap suhu udara rata-rata bulanan historis dari
tahun 1971 hingga 2000. Pilihan dua periode proyeksi 30-tahun mendatang tersedia:
proyeksi jangka pendek dari 2020 hingga 2049 dan proyeksi jangka panjang dari
2045 hingga 2074.
Perhatikan bahwa untuk setiap bulan tiga nilai yang berbeda ditampilkan.
Ini mencerminkan variabilitas dalam output dari model iklim global yang berbeda
dari mana perubahan berasal. Nilai Panas / Kering mencerminkan hasil dari model
yang mendekati baik suhu rata-rata tahunan tertinggi dan curah hujan tahunan
terendah, nilai Hangat / Basah mewakili model yang dekat dengan suhu tahunan
terendah dan curah hujan tahunan tertinggi, sedangkan nilai Median berasal dari
model yang hasilnya paling dekat dengan suhu tahunan rata-rata dan curah hujan.
Informasi lebih lanjut tentang bagaimana hasil dipilih dari menjalankan model
CMIP3 disajikan pada bagian 4 manual ini.
Tab Evaporasi Bulanan dan Curah Hujan Bulanan masing-masing
menampilkan perubahan dalam tingkat evaporasi bulanan dan curah hujan bulanan.
Perubahan dalam tingkat penguapan potensial dinyatakan sebagai perbedaan antara
rata-rata tingkat penguapan bulanan untuk tanah kosong yang dihitung dari
Penman-.
Persamaan Monteith untuk periode proyeksi yang dipilih dibandingkan
dengan periode historis. Perubahan curah hujan dinyatakan sebagai persentase
perubahan dari nilai historis. Contohnya adalah perubahan 20 persen untuk bulan
Agustus diartikan bahwa rata-rata total curah hujan pada bulan Agustus selama
periode proyeksi di masa depan adalah 20 persen lebih tinggi dibandingkan dengan
catatan sejarah di lokasi yang dipertimbangkan. Perubahan 10 persen berarti bahwa
curah hujan rata-rata adalah 10 persen lebih rendah daripada dari catatan sejarah.
Tabel 24-Hour Design Storm menunjukkan perubahan persen dalam curah
hujan 24 jam tahunan tertinggi yang terjadi pada periode pengembalian yang
diberikan. Seperti gambar 4, kita melihat bahwa untuk periode proyeksi jangka
pendek di bawah hasil Hangat / Basah, curah hujan 24 jam terbesar yang terjadi
rata-rata setiap 5 tahun meningkat sebesar 6 persen relatif terhadap nilai historis.
Curah hujan sekali dalam 50 tahun untuk skenario ini hanya meningkat 2 persen.

Gambar 4. Contoh 24-Hour Design Storm Adjustments

Setelah Anda memilih periode proyeksi di masa depan dan hasil perubahan iklim
(Panas / Kering, Median atau Hangat / Basah) untuk digunakan, Anda dapat
mengklik label Simpan Penyesuaian untuk SWMM dan Keluar untuk menyimpan
penyesuaian terkait dengan pilihan-pilihan tersebut untuk input SWMM
mengajukan. Gambar 5 menunjukkan kotak dialog yang muncul menanyakan nama
file input SWMM yang ada dan jenis penyesuaian untuk menyimpannya. Anda bisa
mengklik tombol Search di toolbar untuk membuka dialog pemilihan file untuk
menemukan file input SWMM Anda.
Peringatan :
Jika Anda meluncurkan SWMM-CAT dari dalam SWMM maka kotak nama file
SWMM akan dinonaktifkan karena SWMM telah membuat dan meneruskan ke
SWMM-CAT file sementara yang berisi data proyek yang sedang Anda kerjakan
di SWMM. Setelah SWMM-CAT ditutup, kontrol dikembalikan ke SWMM yang
membaca penyesuaian iklim dari file input yang diperbarui dan membuatnya
tersedia untuk diedit di Editor Klimatologi (lihat di bawah)

Gambar 5. Kotak dialog nama file input SWMM

Karena hanya satu set penyesuaian curah hujan dapat digunakan dalam proyek
SWMM, pilihan Curah Hujan Bulanan dan Badai Desain 24 Jam sangat selektif.
Jika Anda memilih opsi Badai Desain maka Anda juga harus memilih periode
kembali untuk besarnya badai yang disesuaikan dari kotak daftar turun bawah di
sebelahnya.
Peringatan :
SWMM-CAT selalu menampilkan perubahan suhu dalam derajat Celcius dan
perubahan penguapan dalam inci / hari. Saat menyimpan penyesuaian ini ke file
SWMM, ia akan secara otomatis mendeteksi sistem unit yang digunakan dalam file
dan mengkonversi suhu ke derajat Fahrenheit untuk unit AS dan mengkonversi
penguapan ke mm / hari untuk unit SI.
Setelah Anda mengklik tombol Save dan Exit, SWMM-CAT akan berakhir
dengan set penyesuaian yang Anda pilih disimpan ke file input SWMM Anda. Jika
Anda meluncurkan SWMM-CAT dari dalam SWMM, maka jendela SWMM akan
muncul sekali lagi. Pada titik ini Anda dapat memverifikasi bahwa penyesuaian
telah dilakukan (atau mengeditnya jika diinginkan) dengan membuka Editor
Klimatologi SWMM dan memilih tab Penyesuaiannya. (Untuk membuka editor,
pilih Klimatologi dari kotak daftar Browser Proyek dan klik tombol di bawahnya.)
Editor Klimatologi digambarkan pada Gambar 6 di bawah ini.

Gambar 6. Editor klimatologi SWMM

4. Sumber Penyesuaian Iklim


Seperti yang dinyatakan sebelumnya, SWMM-CAT memperoleh skenario
perubahan iklim dan pengaruhnya terhadap curah hujan dan suhu lokal dari proyek
EPA lain yang disebut CREAT 2.0 (Alat Evaluasi dan Analisis Ketahanan Iklim)
(EPA, 2012). CREAT adalah alat pendukung keputusan untuk membantu pemilik
air minum dan air limbah memahami, mengevaluasi, dan menangani risiko
perubahan iklim. Ini berisi database efek perubahan iklim di seluruh AS yang
dilokalkan ke grid 0,5 derajat di garis lintang dan bujur (sekitar 30 kali 30 mil).
Efek ini termasuk perubahan curah hujan rata-rata bulanan, suhu rata-rata bulanan,
dan kejadian ekstrem Jumlah curah hujan 24 jam untuk masing-masing dari tiga
skenario perubahan iklim yang berbeda dalam dua periode waktu mendatang yang
berbeda.
CREAT menggunakan proyeksi Model Sirkulasi Umum (GCM) yang
diturunkan secara statistik dari Program Penelitian Iklim Dunia (WCRP), Proyek
Bersama, Proyek Interkomparasi Model Fase 3 (CMIP3) (Meehl et al., 2007)
sebagai sumber data perubahan iklimnya. Arsip CMIP3 dipilih oleh CREAT karena:
o Berisi 112 run dari 16 model yang diakui secara internasional menggunakan
beberapa skenario emisi;
o mendukung analisis berbasis model yang disajikan dalam Laporan Penilaian
Keempat IPCC (IPCC, 2007);
o memfasilitasi perbandingan dan diagnosis output model dengan
menstandarisasi banyak asumsi dan kondisi batas yang digunakan;
o skala tersebut diturunkan menjadi skala spasial (regional, DAS) dan temporal
(bulanan) yang tepat menggunakan teknik penurunan skala yang telah terbukti;
o ini berisi output model yang terdokumentasi dengan baik yang tersedia secara
luas untuk para peneliti; dan
o ia memiliki tingkat kredibilitas ilmiah yang tinggi dan arsip tersebut mencakup
berbagai asumsi mengenai demografi, integrasi ekonomi, kemajuan teknologi,
penggunaan energi, dan emisi gas rumah kaca.

CREAT membatasi penggunaan hasil CMIP3 untuk sembilan model GCM


yang paling mewakili kondisi iklim AS dan menggunakan proyeksi "tengah jalan"
IPCC untuk pertumbuhan ekonomi masa depan. Yang terakhir ditandai oleh (1)
pertumbuhan ekonomi yang cepat, (2) populasi global yang memuncak pada
pertengahan abad, (3) penyebaran cepat teknologi baru dan efisien, (4) konvergensi
global pendapatan dan cara hidup, dan (5) keseimbangan antara bahan bakar fosil
dan sumber energi non-fosil (IPCC, 2007).
Masing-masing dari sembilan model menghasilkan serangkaian hasil bulanan
yang berbeda untuk setiap tahun mendatang dalam setiap sel grid ½ derajat yang
diturunkan. Untuk mewakili jenis ketidakpastian yang melekat dalam memprediksi
kondisi iklim di masa depan, CREAT mendefinisikan tiga skenario yang mencakup
rentang hasil yang dihasilkan oleh model untuk setiap tahun proyeksi yang
diberikan. Skenario Warm / Wet menggunakan model yang paling dekat dengan
persentil ke-5 dari perubahan suhu tahunan dan persentil ke-95 dari perubahan
curah hujan tahunan. Skenario Median memilih model yang paling dekat dengan
perubahan suhu dan curah hujan rata-rata. Skenario Panas / Kering menggunakan
model yang paling dekat dengan perubahan suhu persentil ke-95 dan perubahan
curah hujan ke-5. Dua periode proyeksi yang berbeda dipilih: 2020 hingga 2049
dan 2045 hingga 2074. Istilah "hangat dan panas" dan "kering dan basah"
digunakan di sini relatif terhadap kisaran pada suhu rata-rata keseluruhan dan curah
hujan untuk periode perkiraan masa depan. Misalnya, kekeringan tidak selalu
menunjukkan pengurangan total curah hujan relatif terhadap hari ini; ini hanya
menunjukkan total curah hujan yang diproyeksikan yang terletak di ujung bawah
dari distribusi curah hujan yang diproyeksikan.
Setelah output model yang digunakan untuk setiap skenario di setiap tahun
proyeksi di setiap sel grid diidentifikasi, CREAT mengekstraksi hasil CMIP3
untuk menghasilkan basis data persen perubahan curah hujan rata-rata bulanan dan
perubahan absolut dalam suhu rata-rata bulanan untuk setiap skenario untuk
masing-masing skenario. dua periode proyeksi di setiap sel jaringan di seluruh AS.
Suhu rata-rata historis dan jumlah curah hujan yang digunakan sebagai dasar untuk
menghitung perubahan untuk masing-masing variabel ini diperoleh dari Regresi
Parameter-elevasi pada dataset Independent Slopes Model (PRISM) (Daly et al.,
2008). Data ini memberikan rata-rata historis dan bulanan tahunan selama 30 tahun
untuk setiap sel grid dari 1971-2000.
Karena tidak mungkin untuk memporting seluruh jaringan CREAT ke
SWMM-CAT, perubahan suhu dan curah hujan bulanan dikaitkan dengan jaringan
stasiun cuaca nasional dan jaringan pengukur hujan National NWS. Untuk masing-
masing 5.236 stasiun cuaca, rata-rata perubahan suhu bulanan untuk setiap
skenario iklim masa depan diperoleh dari sel grid CREAT terdekat dengan stasiun.
Demikian juga, untuk masing-masing 8.159 pengukur hujan, rata-rata perubahan
curah hujan bulanan diambil dari sel grid CREAT terdekat. Ini menghasilkan enam
file perubahan suhu, satu untuk setiap kombinasi periode proyeksi dan hasil model
iklim (hangat / basah, median, dan panas / kering), dengan 5.236 catatan di setiap
file dan 12 bidang di setiap catatan (yaitu, perubahan suhu dua belas bulanan).
Serangkaian enam file data yang serupa untuk perubahan curah hujan bulanan,
masing-masing dengan 8.159 catatan, telah dibuat. Jadi setiap kali SWMM-CAT
perlu mencari satu set perubahan bulanan untuk lokasi tertentu ia menggunakan
hasil dari stasiun cuaca terdekat atau lokasi pengukuran hujan yang disimpan
dalam file-file ini
Perubahan laju penguapan, yang bukan bagian dari basis data CREAT,
dikembangkan dengan cara yang sedikit berbeda. Algoritma Penman-Monteith
diekstraksi dari model SWAT (Neitsch et al., 2005), dan digunakan untuk
menghitung laju penguapan harian potensial untuk tanah kosong dari dua puluh
tahun atau lebih dari suhu udara min / maks harian yang tercatat secara historis di
setiap stasiun cuaca. Variabel meteorologi lainnya dalam algoritma, radiasi
matahari, kelembaban relatif, dan kecepatan angin, dihasilkan dari data yang
terkandung dalam stasiun cuaca referensi SWAT terdekat. Rincian tambahan dari
perhitungan ini dapat ditemukan dalam Laporan Jaminan Kualitas yang dihasilkan
untuk proyek Kalkulator Stormwater Nasional EPA oleh Aqua Terra Consultants
(Aqua Terra Consultants, 2011). Dari serangkaian waktu historis ini tingkat
penguapan harian rata-rata bulanan kemudian dihitung. Perhitungan ini kemudian
diulangi, setelah terlebih dahulu menyesuaikan setiap suhu maks / menit harian
historis dengan perubahan suhu CREAT untuk bulan saat suhu turun. Perbedaan
antara tingkat penguapan rata-rata bulanan yang disesuaikan suhu dan tingkat rata-
rata bulanan historis berfungsi sebagai penyesuaian penguapan yang digunakan
oleh SWMM-CAT. Proses ini diulangi enam kali berbeda untuk setiap kombinasi
periode proyeksi di masa depan dan hasil model iklim, menghasilkan set enam file,
masing-masing berisi 5.236 catatan dari dua belas perubahan bulanan rata-rata
dalam tingkat penguapan.
Hasil akhir terkait iklim yang mencakup SWMM-CAT adalah perubahan
dalam ukuran dan frekuensi kejadian curah hujan yang intens. CREAT
mempertimbangkan dampak perubahan iklim ini dengan menyesuaikan distribusi
probabilitas Generalized Extreme Value (GEV) dengan pengumpulan jumlah
curah hujan harian maksimum tahunan disimulasikan selama setiap periode
proyeksi di masa depan oleh masing-masing dari tiga model CMIP3 yang dipilih
di setiap sel grid. Distribusi GEV juga sesuai dengan data curah hujan harian
historis dari 4.800 stasiun yang diarsipkan oleh Pusat Data Iklim Nasional NOAA
yang memiliki 30 tahun atau lebih data. Dari distribusi GEV, kedalaman curah
hujan 24 jam maksimum tahunan untuk periode pengembalian 5, 10, 15, 30, 50,
dan 100 tahun mudah dihitung. Nilai-nilai ini ditempatkan dalam satu set tujuh file,
satu untuk nilai historis di setiap stasiun rekaman dan enam untuk ramalan masa
depan di bawah setiap skenario perubahan iklim untuk sel-sel grid CREAT terdekat
dengan setiap stasiun presipitasi. SWMM-CAT menggunakan file-file ini untuk
mencari stasiun terdekat dengan lokasi yang dianalisis untuk mengembalikan
perbedaan relatif antara curah hujan nilai ekstrim historis dan masa depan pada
setiap periode kembali.
1. Pemodelan Kemampuan EPA SWMM
Kemampuan ini meliputi:
1) Tangkai jaringan dengan ukuran tidak terbatas,
2) menggunakan standar yang luas untuk menutup dan membuka saluran
seperti halnya saluran alami,
3) model khusus seperti penyimpangan, pembagi aliran, pompa,
bendungan,
4) penerapan air dan masukan arus eksternal berkualitas dari permukaan
aliran, aliran bawah tanah,
5) penggunaan gelombang baik kinematik maupun arus gelombang yang
penuh,
6) berbagai macam arus, seperti air yang tertahan karena pasang,
pembalikan arus dan permukaan kolam,
7) menerapkan kendali dinamis untuk menirukan operasi pompa mulut
yang membuka dan tingkatan puncak bendungan.

2. Tipe aplikasi EPA SWMM


Sejak awal, SWMM telah digunakan dalam ribuan selokan dan studi air
badai di seluruh dunia. Aplikasi yang umum termasuk:
a) Desain dan ukuran sistem drainase komponen untuk pengendalian
banjir
b) Ukuran fasilitas penahanan dan perlengkapan mereka untuk
pengendalian banjir dan perlindungan kualitas air

c) Banjir pemetaan polos sistem saluran alami


d) Merancang strategi kontrol untuk meminimalkan selokan yang
dikombinasikan meluap
e) Mengevaluasi dampak arus masuk dan infiltrasi pada selokan yang
meluap
f) Menghasilkan sumber non-titik polutan untuk studi alokasi beban
sampah
g) Mengevaluasi efektivitas bmps untuk mengurangi beban polutan
cuaca basah.

3. Penerapan EPA SWMM


EPA SWMM versi 5 dirancang untuk berjalan di bawah semua versi sistem
operasi komputer pribadi Microsoft Windows. Ini didistribusikan sebagai
sebuah file tunggal, swmm51xxx_setup. exe (di mana xxx adalah nomor
rilis saat ini yang tertulis 010) yang berisi ekstrak program setup. Untuk
menginstal EPA SWMM:
a) Pilih Run dari menu Start Windows.
b) Masukkan path lengkap dan nama file setup atau klik melihat-lihat
tombol untuk menemukannya di komputer Anda.
c) Klik OK untuk memulai proses setup.
Program setup akan meminta Anda untuk memilih folder (direktory) di
mana file program SWMM akan ditempatkan. Folder default adalah
c:\Program Files\EPA SWMM 5,1. Setelah file diinstal, Start Menu Anda
akan memiliki item baru bernama EPA SWMM 5,1. Untuk meluncurkan
SWMM, cukup pilih item ini dari Start Menu, dan kemudian pilih EPA
SWMM 5,1 dari submenu yang muncul. (Nama berkas yang dapat
dijalankan untuk menjalankan SWMM pada Windows adalah epaswmm5.
exe.)
Pengaturan pribadi pengguna untuk menjalankan SWMM disimpan dalam
folder bernama EPASWMM di bawah direktori data aplikasi
pengguna(misalnya, pengguna \<username>\Appdata\roaming\epaswmm
untuk Windows 7) </username>.
Jika Anda perlu menyimpan pengaturan ini ke lokasi yang berbeda, Anda
dapat menginstal Shortcut ke SWMM 5 pada desktop yang target entri
termasuk nama SWMM 5 executable diikuti oleh/s <userfolder>, di mana
<userfolder>adalah nama folder di mana pengaturan pribadi akan
disimpan. Contohnya: "c:\Program Files\EPA SWMM 5.1 \ epaswmm5.
exe"/s "Folder\swmm5\".</userfolder> </userfolder>.
Beberapa contoh data set telah disertakan dengan Paket instalasi untuk
membantu pengguna menjadi terbiasa dengan program ini. Mereka
ditempatkan di sub-folder bernama EPA SWMM Projects\contoh di folder
dokumen saya. Setiap contoh terdiri dari a. INP file yang menyimpan data
proyek bersama dengan. File TXT yang menggambarkan sistem yang
sedang dimodelkan. Untuk menghapus EPA SWMM dari komputer Anda,
lakukan hal berikut:
Pilih pengaturan dari menu Start Windows.
a) Pilih Control Panel dari menu Settings.
b) Klik dua kali pada item Tambah/Hapus Program.
c) EPA SWMM 5,1 dari daftar program yang muncul.
d) klik Tambah/Hapus tombol.

4. Obyek pada EPA SWMM


1) Rain gage
SWMM menggunakan obyek rain gage untuk menampilkan input
data ke sistem. Rain gage menyuplai data presipitasi untuk satu atau lebih
subcatchment area pada studi wilayah (Manual EPA SWMM).
2) Subcatchment
Subcatchment adalah unit hidrologi dari tanah dimana topografi dan
element sistem drainase menujukan permukaan runoff pada satu titik
pelepasan (Manual EPA SWMM).
3) Junction
Junction dapat menampilkann pertemuan dari saluran permukaan
alami, lubang got dari sistem pembuangan, atau pipa penghubung
(Manual EPA SWMM).
4) Outfall
Outfall adalah titik terminal dari sistem drainase biasanya ditetapkan
akhir dari batas hilir (Manual EPA SWMM).
5) Flow divider
Flow divider adalah sistem drainase dinama inflow dialihkan pada
conduit tertentu. Sebuah flow divider dapat memiliki tidak lebih dari dua
conduit pada satu sistemnya (Manual EPA SWMM).
6) Storage units
Storage units adalah penyedian volume tampungan. Fasilitas
tampungan dapat sekecil kolam atau sebesar danau. Volumetrik dari unit
tampungan dibuat dari fungsi atau tabel dari area permukaan dan tinggi
(Manual EPA SWMM).
7) Conduit
Conduit adalah saluran yang mengalirkan air. SWMM
menggunakan rumus Manning untuk menyatakan hubungan anatara
debit (Q), luas penampang (A), jari-jari hidraulis (R), dan kemiringan (S).
8) Pumps
Pumps digunakan untuk menaikkan air atau meninggikan elevasi
air. Hidup dan mati pompa dapat diatur secara dinamik sepanjang
pengaturan kontrol yang telah ditetapkan oleh pengguna. (Manual EPA
SWMM).
9) Flow regulators
Flow regulators adalah struktur atau sarana yang digunakan untuk
mengontrol atau mengalihkan aliran. (Manual EPA SWMM). Pada
perkembangannya SWMM telah dilengkapi dengan fasilitas WASP
untuk pemodelan kualitas air lebih detail. Penggabungan dengan
program Arcview juga dilakukan melalui extention gisswmm. Gisswmm
dapat mengolah data geografis (spasial) sebagai input untuk SWMM atau
PCSWMM (James et al.2002). Model ini juga terus dikembangkan agar
dapat terhubung dengan salah satu program EPA yang paling populer
yaitu BASIN 3.1. Dalam studi ini program SWMM dipilih karena
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan program lain yang sejenis.
Dengan menggunakan SWMM, kondisi yang terjadi di lapangan dapat
dimodelkan dengan memasukkan parameter-parameter yang tercatat
pada kondisi sesungguhnya. Hal ini menjadikan program SWMM dapat
secara akurat memberikan hasil simulasi relatif sama dengan keadaan di
lapangan. Selain itu program SWMM dapat juga digunakan untuk
menganalisa masalah kualitas air dalam suatu basin.
Model SWMM dapat menampilkan peta dalam bentuk image di
belakang peta daerah studi (Study Area Map). Dengan fasilitas ini kita
dapat mengimpor peta Bakosurtanal atau peta topografi lainnya yang
terlebih dahulu di scan dan diproses dengan program pengolah image
(misalnya: Ms. Paint) dalam bentuk file *.jpg, *.jpeg, *.emf, *.wmf, atau
*.bmp. Kita dapat juga membuat peta dari file Autocad menjadi file
windows metafile (*.wmf). Dengan adanya peta dasar ini maka kita dapat
dengan mudah membuat peta studi berupa : sub catchment area, lokasi
stasiun hujan (rain gages), saluran pembuang (conduit), titik-titik
pertemuan (joint), titik pengeluaran (out fall). Namun sebelum peta
image diimpor ke dalam model SWMM, terlebih dahulu perlu dibuatkan
file koordinat peta (World Coordinat File, *.*w) untuk membuat peta
image menjadi berskala dan memiliki koordinat (bisa koordinat lokal
atau koordinat global).
Prosesnya adalah sebagai berikut :
1. Buat peta image dengan program pengolah image. Image yang
terlalu besar sebaiknya kita potong (cropping) dengan batas-batas
studi yang akan kita model. Misalnya setelah kita cropping file kita
simpan dengan nama peta.jpg. Untuk hasil yang lebih baik bisa
digunakan image dalam bentuk meta file, dan ukuran mendatar dan
vertical menggunakan perbandingan jarak yang sama.
2. Selanjutnya buat file koordinat peta dengan program pengolah
teks notepad, dengan prosedur sebagai berikut :
Buka program Notepad, lalu ketikkan 6 (enam) baris angka dengan
ketentuan sebagai berikut :
Baris 1 : lebar peta image dari kiri ke kanan dengan skala yang
sebenarnya dalam satuan panjang (meter), sesuai dengan image yang
sudah kita cropping. Untuk itu harus diketahui skala peta atau jarak
peta sesuai dengan koordinat peta yang ada. Jika menggunakan peta
Bakosurtanal, jarak peta dapat kita ukur secara grafis dari skala garis
yang ada (misalnya lebar image sebenarnya 500 m, maka kita tulis
500.00)
Baris 2 : sudut rotasi X (diisi 0.00), kita gunakan peta image
dengan arah mendatar (Timur-Barat) yang tepat supaya tidak
memerlukan rotasi
Baris 3 : sudut rotasi Y (diisi 0.00)
Baris 4 : jarak negatif dari atas ke bawah peta image, dengan jarak
sebenarnya (seperti pada baris 1) (misalnya jarak peta 500 m, maka
ditulis -500.00)
Baris 5 : koordinat X pada titik sudut kiri atas dari peta image
(misalnya menggunakan koordinat lokal 1000.00)
Baris 6 : koordinat Y pada titik sudut kiri atas dari peta image
(misalnya menggunakan koordinat lokal 2000.00)
Sehingga secara lengkap teks yang kita ketik dalam notepad adalah
(contoh diatas):
500.00
0.00
0.00
-500
1000.00
2000.00
Selanjutnya save file dengan menambahkan huruf akhir ”w” pada
ekstension peta image yang telah kita buat sebelumnya (*.*w),
(misalnya: peta.jpgw). Jika kita menggunakan peta image *.jpeg
maka peta koordinat kita simpan dalam file *.jpegw, dan seterusnya.
3. Buka EPA-SWMM 5.0 Model, buka project baru dengan
menu File >New
4. Ubah satuan peta dalam meter dengan cara : menu View>
Dimensions, pada dialog form Map Dimensions ubah radio button
Map Units menjadi meters, lalu tekan tombol OK. Biarkan koordinat
X,Y Lower left dan Upper right, sesuai default, karena nantinya akan
bisa berubah sesuai dengan data koordinat yang sesuai dengan peta
image.
5. Import peta image dan file koordinat peta ke dalam model, dengan
prosedur : dari Main menu View> Backdrop> Load, setelah muncul
dialog form Backdrop Image Selector, masukkan file image dan file
koordinat. Dengan klik pada tombol browse dapat kita cari file
image dan file koordinat yang telah kita simpan. Selanjutnya
aktifkan option Scale Map to Backdrop Image.

Selanjutnya dengan peta dasar yang telah kita masukkan, maka kita
dapat mulai membuat peta daerah studi untuk model SWMM,
seperti : sub catchment area, rain gages, joint, out fall, conduit, dan
lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai