KAJIAN PUSTAKA
2.1 Drainase
2.1.1 Definisi Drainase
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai
sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen
penting dalam perencanaan kota(perencanaan infrastruktur khususnya).
Drainase juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air
tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan salah
satu cara pembuangan kelebihan air yang tidak di inginkan pada suatu
daerah, serta cara-cara penaggulangan akibat yang ditimbulkan oleh
kelebihan air tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah
satu unsur dari perasana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam
rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat.
Drainase yang berasal dari kata to drain yang berarti mengeringkan
atau mengalirkan air drainase, merupakan suatu sistem pembuangan air
bersih dan air limbah dari daerah pemukiman, industri, pertanian, badan
jalan dan permukaan perkerasan lainnya, serta berupa penyaluran
kelebihan air pada umumnya, baik berupa air hujan, air limbah maupun air
kotor lainnya yang keluar dari kawasan yang bersangkutan baik di atas
maupun di bawah permukaan tanah ke badan air atau ke bangunan resapan
buatan.
Pemahaman secara umum mengenai drainase perkotaan adalah suatu
ilmu dari drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan
perkotaan, yaitu merupakan suatu sistem pengeringan dan pengaliran air
dari wilayah perkotaan yang meliputi pemukiman, kawasan industri dan
perdagangan, sekolah, rumah sakit, lapangan olahraga, lapangan parkir,
instalasi militer, instalasi listrik dan telekomunikasi, pelabuhan udara,
pelabuhan laut, serta tempat-tempat lainnya yang merupakan bagian dari
sarana kota yang berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan,
sehingga menimbulkan dampak negatif dan dapat memberikan manfaat
bagi kegiatan kehidupan manusia.
2.1.2 Tujuan Drainase
Tujuan utama drainase untuk mengalirkan air lebih dari suatu
kawasan yang berasal dari air hujan maupun air buangan, agar tidak terjadi
genangan yang berlebihan pada suatu kawasan tertentu. Karena suatu kota
terbagi-bagi menjadi beberapa kawasan, maka drainase di masing-masing
kawasan merupakan komponen yang saling terkait dalam suatu jaringan
drainase perkotaan dan membentuk satu sistem drainase perkotaan.
Adapun tujuan lainnya:
1. Untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman.
2. Pengendalian kelebihan air permukaan dapat dilakukan secara aman,
lancar dan efisien serta sejauh mungkin dapat mendukung kelestarian
lingkungan
3. Dapat mengurangi genangan-genangan air yang menyebabkan
bersarangnya nyamuk malaria dan penyakit-penyakit lain, seperti
demam berdarah, disentri serta penyakit lain yang disebabkan kurang
sehatnya lingkungan pemukiman.
4. Untuk memperpanjang umur ekonomis sarana-sarana fisik antara lain :
jalan, kawasan pemukiman, kawasan perdagangan dari kerusakan
serta gangguan kegiatan akibat tidak berfungsinya sarana drainase.
2.1.3 Macam-macam Drainase
a. Menurut Sejarah Terbentuknya
1. Drainase Alamiah (Natural Drainage)
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat
bangunan-bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah,
pasangan batu/beton, gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini
terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena grafitasi yang
lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai.
2. Drainase Buatan (Arficial Drainage)
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu
sehingga memerlukan bangunan – bangunan khusus seperti
selokan pasangan batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan
sebagainya.
b. Menurut Letak Bangunan
1. Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)
Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang
berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa
alirannya merupakan analisa open chanel flow.
2. Drainase Bawah Permukaan Tanah (Subsurface Drainage)
Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan
permukaan melalui media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa),
dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan itu antara lain
Tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak
membolehkan adanya saluran di permukaan tanah seperti
lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman dan lain-lain.
c. Menurut Fungsi
1. Single Purpose
Yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan, misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang
lainnya seperti limbah domestik, air limbah industri dan lain –
lain.
2. Multi Purpose
Yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air
buangan baik secara bercampur maupun bergantian.
d. Menurut Konstruksi
1. Saluran Terbuka
Yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang
terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun
untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan
kesehatan/ mengganggu lingkungan.
2. Saluran Tertutup
Yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk aliran
kotor (air yang mengganggu kesehatan/lingkungan) atau untuk
saluran yang terletak di kota/permukiman.
2.1.4 Teori Drainase
Pola Jaringan Drainase
a. Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih
tinggi dari pada sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir
berada akhir berada di tengah kota.
d. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah
lebih besar
2.2 DAS
Daerah Aliran Sungai (disingkat DAS, bahasa Inggris: drainage basin) ialah
suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air yang berasal dari air
hujan yang jatuh, terkumpul dalam kawasan tersebut. Guna dari DAS adalah
menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya melalui
sungai.
Air Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah air yang mengalir pada suatu kawasan
yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air tersebut berasal dari air hujan yang
jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut.
Air pada DAS merupakan aliran air yang mengalami siklus hidrologi secara
alamiah. Selama berlangsungnya daur hidrologi, yaitu perjalanan air dari
permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut
yang tidak pernah berhenti tersebut, air tersebut akan tertahan (sementara) di sungai,
danau/waduk, dan dalam tanah sehingga akan dimanfaatkan oleh manusia atau
makhluk hidup.
Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan masuk
(terserap) ke dalam tanah (infiltrasi), sedangkan air yang tidak terserap ke dalam
tanah akan tertampung sementara dalam cekungan-cekungan permukaan tanah
(surface detention) untuk kemudian mengalir di atas permukaan tanah ke tempat
yang lebih rendah (runoff), untuk selanjutnya masuk ke sungai. Air infiltrasi akan
tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk
kelembaban tanah. Apabila tingkat kelembaban air tanah telah cukup jenuh maka
air hujan yang baru masuk ke dalam tanah akan bergerak secara lateral (horizontal)
untuk selanjutnya pada tempat tertentu akan keluar lagi ke permukaan tanah
(subsurface flow) yang kemudian akan mengalir ke sungai. Batas wilayah DAS
diukur dengan cara menghubungkan titik-titik tertinggi di antara wilayah aliran
sungai yang satu dengan yang lain.
Karakteristik DAS
Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi beberapa variable yang
dapat diperoleh melalui pengukuran langsung, data sekunder, peta dan dari data
penginderaan jauh (remote sensing). (Seyhan, 1977) menyatakan bahwa
karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) dikelompokkan menjadi dua kategori,
yaitu: (1) Faktor lahan (ground factor), yang meliputi topografi, tanah, geologi,
geomorfologi dan (2) Faktor vegetasi dan penggunaan lahan.
Luas Daerah Aliran Sungai
Luas suatu DAS atau Sub DAS dapat diukur secara langsung ke lapangan atau
secara langsung di peta citra satelit atau peta topografi (TOP)/ peta Rupa Bumi
Indonesia (RBI) dengan menggunakan alat ukur luas (planimeter), atau dengan
sistem Geographic Information System (GIS). Sebelum melakukan penelitian maka
batas DAS harus ditentukan (deliniasi).
Bentuk DAS
Bentuk DAS mempunyai pola aliran dan ketajaman puncak discharge banjir.
Bentuk DAS sulit dinyatakan secara kuantitatif. Dengan membandingkan
konfigurasi basin dapat dibuat suatu indeks yang berdasarkan pada derajad
kekadaran circulaty dari DAS.
Lereng
Pengukuran lereng di lapangan dapat digunakan abney level atau Clinometer,
sedangkan pengukuran lereng melalui peta topografi atau peta Rupa Bumi
Indonesia (RBI) dapat menggunakan Slope Meter atau dengan mencari beda tinggi
dengan paralaks meter atau dengan menggunakan rumus Avery (1975)
menggunakan contour length methode.
Ketinggian
Ketinggian suatu tempat dapat diketahui dari peta topografi, diukur di lapangan
atau melalui foto udara jika terdapat salah satu titik kontrol sebagai titik ikat.
Ketinggian rata-rata pada suatu DAS merupakan faktor penting yang berpengaruh
terhadap temperatur dan pola hujan khususnya pada daerah topografi bergunung.
Jaringan Sungai
Pola aliran atau susunan sungai suatu DAS merupakan karakteristik fisik
setiap drainase basin yang penting karena pola aliran sungai mempengaruhi
efisiensi sistem drainase dan karakteristik hidrografis, dan pola aliran menentukan
bagi pengelola DAS untuk mengetahui kondisi tanah dan permukaan DAS
khususnya tenaga erosi (Anonim, 1996).
Pola Aliran
Terdapat bermacam-macam bentuk pola aliran yang masing-masing dirincikan
oleh kondisi yang dilewati oleh sungai tersebut. Delapan jenis pola aliran yang biasa
dijumpai adalah pola dendritik, parallel, trellis, rectangular, radial, annural,
multibasinal dan contorted. Pola aliran dendritik yang mencirikan sebagian besar
sungai-sungai di Indonesia, dapat dijumpai dalam kondisi yang berbeda-beda
menurut batuannya.
dengan:
p = hujan rerata di suatu DAS
pi = hujan di tiap-tiap stasiun
n = jumlah stasiun
Contoh Ilustrasi:
B. Metode Thiessen
Metode ini digunakan untuk menghitung bobot masing-masing stasiun yang
mewakili luasan di sekitarnya. Metode ini digunakan bila penyebaran hujan di
daerah yang ditinjau tidak merata.
Prosedur Menghitung Dengan Metode Poligon Thiessen
Hitungan poligon Thiessen dilakukan dengan cara:
1. Stasiun hujan digambar pada peta daerah yang ditinjau.
2. Stasiun-stasiun tersebut dihubungkan dengan garis lurus, sehingga akan
didapatkan bentuk segitiga.
3.Tiap-tiap sisi segitiga dibuat garis berat sehingga saling bertemu dan
membentuk suatu poligon yang mengelilingi tiap stasiun. Tiap stasiun
mewakili luasan yang dibentuk oleh poligon, sedangkan untuk stasiun yang
berada di dekat batas daerah, garis batas daerah membentuk batas tertutup dari
poligon.
4. Luas tiap poligon diukur, kemudian dikalikan dengan kedalaman hujan di
tiap poligon. Hasil jumlah hitungan tersebut dibagi dengan total luas daerah
yang ditinjau.
Persamaan perhitungan sebagai berikut:
Dimana:
P = curah hujan rata-rata,
P1,…, Pn = curah hujan pada setiap stasiun,
A1,…, An = luas yang dibatasi tiap poligon.
Contoh Ilustrasi
C. Metode Isohiet
Pada prinsipnya isohiet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan
tinggi/kedalaman hujan yang sama, kesulitan dari penggunaan metode ini
adalah jika jumlah stasiun di dalam dan sekitar DAS terlalu sedikit. Hal
tersebut akan mengakibatkan kesulitan dalam menginterpolasi.
Metode pembuatan garis Isohiet sebagai berikut:
1. Pada peta yang ditinjau, digambarkan lokasi daerah hujan dan kedalaman
hujan.
2. Di stasiun hujan yang saling berdampingan dinilai kedalaman hujannya dan
dibuat interpolasinya. Kemudian hasil interpolasi yang mewakili kedalaman
hujan yang sama dihubungkan satu sama lain.
3. Luas daerah diantara 2 garis isohiet diukur luasnya, dan dikalikan dengan
nilai rerata di kedua garis isohiet. Kemudian jumlah dari hasil hitungan tersebut
dibagi dengan total luasan daerah yang ditinjau.
Perhitungan hujan DAS menggunakan Isohiet dapat dihitung dengan
persamaan:
Dengan:
p = hujan rerata Kawasan
Ai = luasan dari titik i
Ii = garis isohiet ke i
Contoh Ilustrasi:
Ke-tiga metode diatas lazim digunakan untuk perhitungan hujan kawasan. Jadi
silakan digunakan sesuai karakteristik wilayah dan kelengkapan data curah
hujan yang didapat. Semoga bermanfaat.
2.4 Hujan Rancangan
Hujan rencana adalah hujan harian maksimum yang akan digunakan untuk
menghitung intensitas hujan. Untuk mendapatkan curah hujan rancangan (Rt)
dilakukan melalui analisa frekuensi antara lain :
A. Metode Distribusi Normal
keterangan:
XT = besarnya curah hujan yang terjadi dengan kala ulang T tahun
X = rata-rata hitung variat
Sx = standard deviasi
k = faktor frekuensi (nilai variabel reduksi Gauss)
B. Metode Distribusi Log Normal
keterangan:
X = nilai variat pengamatan
Slog X = standart deviasi dari logaritma
n = jumlah data
log X = logaritma rata-rata
k = faktor frekuensi
C. Metode Distribusi Frekuensi Gumbel
keterangan:
XT = besarnya curah hujan yang terjadi dengan kala ulang T tahun
X = rata-rata x maksimum dari seri data Xi
k = faktor frekuensi
keterangan:
log X = logaritma rata-rata
Slog X = standart deviasi dari logaritma
Cs = koefisien kemencengan
k = faktor frekuensi
n = jumlah dataketerangan:
XT = besarnya curah hujan yang terjadi dengan kala ulang T tahun
X = rata-rata hitung variat
Sx = standard deviasi
k = faktor frekuensi (nilai variabel reduksi Gauss)
0,385
0,87𝑥𝐿2
𝑡𝑐 = ( ) … … … … … . . (2)
1000𝑥𝑠
2.9 SWMM
SWMM (Storm Water Management Model) adalah model simulasi dinamis
hubungan antara curah hujan dan limpasan. Model ini digunakan untuk
mensimulasikan kejadian tunggal atau yang berkelanjutan dalam waktu lama, baik
berupa volume limpasan maupun kualitas air, terutama pada suatu daerah
perkotaan. Analisis limpasan dalam SWMM merupakan kumpulan sub daerah
tangkapan air yang menerima curah hujan kemudian memprosesnya menjadi
limpasan dan angkutan polutan. Analisis limpasan dapat dilakukan pada berbagai
macam media penyaluran seperti sistem perpipaan, jaringan saluran terbuka,
tampungan atau instalasi pengolahan, pompa dan pengatur. SWMM
menghasilkan volume dan kualitas limpasan yang diteruskan dari masing-masing
subcatchment, dengan kecepatan alirannya, kedalaman aliran, dan kualitas air pada
masing-masing pipa dan saluran selama periode simulasi yang terdiri dari berbagai
tahapan waktu.
SWMM pertama kali dikembangkan di 19711 dan telah mengalami beberapa
perubahan besar sejak dulu. Swmm ini terus digunakan secara luas di seluruh dunia
untuk perencanaan, analisis dan desain yang berkaitan dengan limpasan, badai air,
penggorong gabungan, selokan sanitasi, dan sistem drainase lainnya di daerah
perkotaan, dengan banyak aplikasi di daerah non-perkotaan juga. Edisi saat ini,
versi 5, adalah menulis ulang lengkap dari rilisan sebelumnya. Berjalan di bawah
Windows, SWMM 5 menyediakan lingkungan yang terintegrasi untuk mengedit
data input area studi, menjalankan hidrologi, simulasi kualitas hidrolik dan air, dan
melihat hasilnya dalam berbagai format. Ini termasuk daerah drainase kode warna
dan peta sistem konveyor, grafik dan tabel waktu seri, plot profil, dan analisis
frekuensi Statistik. Ini rilisan terbaru dari SWMM diproduksi oleh pasokan air dan
divisi sumber daya air dari badan perlindungan lingkungan AS National Risk
Management Research Laboratory dengan bantuan dari perusahaan konsultan
CDM-Smith.
Alat Penyesuaian Iklim Model Manajemen Air Storm (SWMM-CAT)
adalah utilitas perangkat lunak yang mudah digunakan yang memungkinkan
proyeksi perubahan iklim di masa depan untuk dimasukkan ke dalam Model
Manajemen Air Storm (SWMM). SWMM adalah model simulasi perutean curah
hujan dinamis yang digunakan untuk simulasi kejadian tunggal dan jangka panjang
(kontinu) kuantitas dan kualitas limpasan air hujan dari daerah perkotaan utama.
Berbagai versi SWMM telah ada sejak tahun 1971 dan telah digunakan di ribuan
proyek desain sistem hidrologi dan drainase.SWMM menggunakan serangkaian
waktu yang disediakan secara eksternal dari variabel terkait iklim berikut ini dalam
perhitungan hidrologi:
• presipitasi adalah kekuatan pendorong utama dalam simulasi SWMM
• penguapan menentukan seberapa cepat permukaan dan tanah mengering di antara
peristiwa badai
• suhu udara digunakan untuk memodelkan rutinitas pencairan salju dan juga dapat
digunakan untuk memperkirakan laju penguapan.
SWMM baru-baru ini diperbarui untuk menerima serangkaian faktor
penyesuaian bulanan untuk masing-masing rangkaian waktu ini yang dapat
mewakili dampak perubahan masa depan dalam kondisi iklim. Setiap faktor
bulanan digunakan untuk memodifikasi semua data iklim yang disediakan
pengguna untuk bulan tertentu. Sebagai contoh, jika faktor penyesuaian Juni untuk
curah hujan adalah 1,3, maka semua nilai curah hujan Juni yang dipasok ke SWMM
akan dikalikan dengan 1,3.
Meskipun pengguna SWMM bebas untuk menggunakan set faktor
penyesuaian apa pun yang mereka inginkan, SWMM-CAT menyediakan
serangkaian penyesuaian spesifik lokasi yang berasal dari model perubahan iklim
global yang dijalankan sebagai bagian dari Proyek Antar Model Perbandingan
Model Penelitian Iklim Dunia (WCRP) Arsip fase 3 (CMIP3). Ini adalah simulasi
perubahan iklim yang sama yang membantu menginformasikan Panel
Antarpemerintah PBB tentang Perubahan Iklim dalam mempersiapkan laporan
Penilaian Keempat (IPCC, 2007). Hasil downscaled dari arsip ini dihasilkan dan
diubah menjadi perubahan sehubungan dengan nilai-nilai historis oleh proyek EPA
lain yang disebut CREAT 2.0 (Alat Evaluasi dan Analisis Ketahanan Iklim) (EPA,
2012). SWMM-CAT menyediakan keterkaitan antara perkiraan perubahan iklim
CREAT 2.0 yang dikurangi dan faktor penyesuaian bulanan yang digunakan oleh
SWMM
Anda tidak perlu menjalankan atau memiliki pengetahuan tentang SWMM
untuk menjalankan SWMM-CAT jika semua yang ingin Anda lihat adalah proyeksi
perubahan di masa depan dalam suhu udara bulanan dan curah hujan di lokasi
tertentu. Namun jika Anda ingin menjalankan keduanya bersama-sama maka Anda
harus menggunakan SWMM versi 5.1.007 atau lebih tinggi untuk mengenali
penyesuaian iklim yang diteruskan oleh SWMM-CAT.
Penginstal
SWMM-CATSWMM-CAT berjalan sebagai aplikasi desktop pada
Windows 7 atau sistem operasi yang lebih tinggi. Ini didistribusikan sebagai file
zip bernama swmm-cat_001.zip (label 001 akan diperbarui saat rilis yang lebih baru
dibuat). Itu dapat diunduh dari situs web berikut:http://www2.epa.gov/water-
research/swmm-catFile
zip berisi tiga file, swmm-cat.exe, ZedGraph.dll, dan dokumen ini yang
harus diekstraksi ke folder apa pun yang Anda pilih. Anda dapat meluncurkan
SWMM-CAT secara independen dari SWMM dengan mengklik dua kali swmm-
cat.exe di Windows Explorer atau dengan membuat pintasan untuk itu untuk Start
Menu Anda.
Jika Anda ingin menjalankan SWMM-CAT dari dalam SWMM sendiri,
Anda harus mendaftarkannya sebagai alat tambahan dengan SWMM. Ini dapat
dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah berikut:
1.Luncurkan SWMM dan pilih Alat | Konfigurasikan Alat dari bilah menu
utama.
2. Klik tombol Tambah dalam dialog Opsi Alat yang muncul.
3. Isi dialog Properti Alat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah
ini.
Perhatikan bahwa contoh ini memiliki program SWMM-CAT yang terletak
di folder C: \ SWMM-CAT. Anda dapat mengklik tombol untuk memulai dialog
file untuk menemukan lokasinya di mesin Anda.
Setelah Anda memilih periode proyeksi di masa depan dan hasil perubahan iklim
(Panas / Kering, Median atau Hangat / Basah) untuk digunakan, Anda dapat
mengklik label Simpan Penyesuaian untuk SWMM dan Keluar untuk menyimpan
penyesuaian terkait dengan pilihan-pilihan tersebut untuk input SWMM
mengajukan. Gambar 5 menunjukkan kotak dialog yang muncul menanyakan nama
file input SWMM yang ada dan jenis penyesuaian untuk menyimpannya. Anda bisa
mengklik tombol Search di toolbar untuk membuka dialog pemilihan file untuk
menemukan file input SWMM Anda.
Peringatan :
Jika Anda meluncurkan SWMM-CAT dari dalam SWMM maka kotak nama file
SWMM akan dinonaktifkan karena SWMM telah membuat dan meneruskan ke
SWMM-CAT file sementara yang berisi data proyek yang sedang Anda kerjakan
di SWMM. Setelah SWMM-CAT ditutup, kontrol dikembalikan ke SWMM yang
membaca penyesuaian iklim dari file input yang diperbarui dan membuatnya
tersedia untuk diedit di Editor Klimatologi (lihat di bawah)
Karena hanya satu set penyesuaian curah hujan dapat digunakan dalam proyek
SWMM, pilihan Curah Hujan Bulanan dan Badai Desain 24 Jam sangat selektif.
Jika Anda memilih opsi Badai Desain maka Anda juga harus memilih periode
kembali untuk besarnya badai yang disesuaikan dari kotak daftar turun bawah di
sebelahnya.
Peringatan :
SWMM-CAT selalu menampilkan perubahan suhu dalam derajat Celcius dan
perubahan penguapan dalam inci / hari. Saat menyimpan penyesuaian ini ke file
SWMM, ia akan secara otomatis mendeteksi sistem unit yang digunakan dalam file
dan mengkonversi suhu ke derajat Fahrenheit untuk unit AS dan mengkonversi
penguapan ke mm / hari untuk unit SI.
Setelah Anda mengklik tombol Save dan Exit, SWMM-CAT akan berakhir
dengan set penyesuaian yang Anda pilih disimpan ke file input SWMM Anda. Jika
Anda meluncurkan SWMM-CAT dari dalam SWMM, maka jendela SWMM akan
muncul sekali lagi. Pada titik ini Anda dapat memverifikasi bahwa penyesuaian
telah dilakukan (atau mengeditnya jika diinginkan) dengan membuka Editor
Klimatologi SWMM dan memilih tab Penyesuaiannya. (Untuk membuka editor,
pilih Klimatologi dari kotak daftar Browser Proyek dan klik tombol di bawahnya.)
Editor Klimatologi digambarkan pada Gambar 6 di bawah ini.
Selanjutnya dengan peta dasar yang telah kita masukkan, maka kita
dapat mulai membuat peta daerah studi untuk model SWMM,
seperti : sub catchment area, rain gages, joint, out fall, conduit, dan
lain-lain.