Anda di halaman 1dari 7

BAB II.

PEMBAHASAN

A. MASALAH UTAMA DALAM PENGOPERASIAN PUSAT PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

Proses pembangkitan energi listrik pada prinsipnya merupakan konversi energi primer menjadi
energi mekanik yang berfungsi sebagai penggerak dan penggerak tersebut (energi mekanik)
dikonversi oleh generator listrik menjadi tenaga listrik. Pada proses konversi tersebut pasti
timbulmasalah-masalah. Masalah yang timbul pada poses konversi energitersebut diantaranya
adalah:

1. Penyediaan Energi Primer


Energi primer untuk pusat pembangkit listrik thermal berupa bahan bakar.
Penyediaan bahan bakar harus optimal, meliputi: pengadaan bahanbakar, transportasi
bahan bakar, dan penyimpanan bahan bakar serta faktor keamanan dari resiko terjadinya
kebakaran karena kebakarandapat diakibatkan oleh faktor kelalaian manusia dalam
menyimpan bahan bakar maupun akibat terjadinya reaksi kimia dari bahan bakar itu sendiri
Energi primer pada PLTA adalah air, proses pengadaanya dapat berasal asli dari alam
dan dapat berasal dari sungai-sungai dan air hujan yang ditampung pada waduk atau
bendungan.
Pada PLTA, diperlukan daerah konservasi hutan pada daerah aliransungai (DAS) agar
supaya hutan berfungsi sebagai penyimpan airsehingga tidak timbul banjir di musim hujan
dan sebaliknya tidak terjadi kekeringan pada saat musim kemarau.
2. Penyediaan air untuk keperluan pendingin
Kebutuhan terpenuhinya penyediaan air pendingin khususnya padapusat
pembangkit listrik thermal, sangat penting keperadaannya seperti pada PLTU dan PLTD.
Sedangkan pada PLTG kebutuhan air untuk keperluan pendinginan tidak memerlukan air
pendingin yang banyak.
PLTU dan PLTD dengan daya terpasang melebihi 25 MW banyak yang dibangun di
daerah pantai karena membutuhkan air pendingin dalam jumlah besar sehingga PLTU dan
PLTD dapat menggunakan air laut sebagai bahan untuk keperluan air pendingin. Pada unit-
unit PLTD yang kecil, atau di bawah 3 MW, prosespendinginannya dapat menggunakan
udara yang berasal dari radiator.
3. Masalah Limbah
Pusat Listrik Tenaga Uap yang menggunakan bahan bakar batu bara,menghasilkan
limbah abu batu bara dan asap yang mengandung gas S02, C02, dan NO. Semua PLTU
menghasilkan limbah bahan kimia dari air ketel (blowdown). Pada PLTD dan PLTG
menghasilkan limbah yang berupa minyak pelumas.PLTA tidak menghasilkan limbah, tetapi
limbah yang berasal darimasyarakat yang masuk ke sungai sering menimbulkan gangguan
pada PLTA.
4. Masalah Kebisingan
Pada pusat listrik thermal dapat menimbulkan suara keras yangmerupakan
kebisingan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya,sehingga tingkat kebisingan yang
ditimbulkan harus dijaga supaya tidak melampaui standar kebisingan yang ditetapkan.
5. Operasi
Operasi pusat pembangkit listrik sebagian besar 24 jam sehari. Selain itu biaya
penyediaan tenaga listrik sebagian besar (±60%) untuk operasi pusat pembangkit listrik,
khususnya untuk pengadaan bahan bakar,sehingga perlu dilakukan operasi pusat
pembangkit listrik yang efisien. Apabila pusat pembangkit listrik beroperasi dalam sistem
interkoneksi, (yaitu pusat listrik yang beroperasi paralel dengan pusat-pusatpembangkit
listrik lain melalui saluran transmisi), maka pusat pembangkit listrik harus mengikuti dan
memenuhi pola operasi sistem interkoneksi.
6. Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah kegiatan untuk menjaga atau memelihara fasilitas dan atau
peralatan serta mengadakan perbaikan atau penyesuaian dan atau mengganti yang
diperlukan sehingga terdapat suatu keadaanoperasi produksi yang memuaskan. Jenis
pemeliharaan terdiri dari dua macam, yaitu: a) Pemeliharaan pencegahan (preventive
maintenance) b) Pemeliharaan perbaikan (correctiveatau breakdown maintenance)
7. Gangguan dan Kerusakan
Gangguan adalah peristiwa yang menyebabkan Pemutus Tenaga (PMT) membuka (trip) di
luar kehendak operator sehingga terjadi pemutusan pasokan tenaga listrik. Gangguan
sesungguhnya adalah peristiwahubung singkat yang penyebabnya kebanyakan petir dan
tanaman.Gangguan dapat juga disebabkan karena kerusakan alat, sebaliknya gangguan yang
disebabkan petir yang terjadi berkali-kali akhirnya dapatmengakibatkan alat (misalnya
transformator) menjadi rusak.

B. SISTEM INTERKONEKSI

Pusat listrik yang besar, di atas 100 MW umumnya beroperasi dalam sistem interkoneksi.
Pada sistem interkoneksi terdapat banyak pusatlistrik dan banyak pusat beban (yang disebut gardu
induk/GI) yangdihubungkan satu sama lain oleh saluran transmisi. Di setiap GI terdapat beban
berupa jaringan distribusi yang melayani para konsumen tenaga listrik. Jaringan distribusi beserta
konsumen ini merupakan suatusubsistem distribusi dan subsistem dari setiap GI umumnya
tidakmempunyai hubungan listrik satu sama lain (interkoneksi).

Tujuan dari sistem interkoneksi antara lain adalah untuk menjagakontinuitas penyediaan
tenaga listrik karena apabila salah satu pusatpembangkit mengalami gangguan masih dapat disuplai
dari pembangkitlain yang terhubung secara interkoneksi. Tujuan lainnya adalah salingmemperingan
beban yang harus ditanggung oleh suatu pusat listrik.

Gambar I.14 menunjukkan sebagian dari sistem interkoneksi yang terdiri dari sebuah pusat
listrik, dua buah GI beserta subsistem distribusinya.Karena operasi pusat-pusat listrik dalam sistem
interkoneksi salingmempengaruhi satu sama lain, maka perlu ada koordinasi operasi.Koordinasi
operasi ini dilakukan oleh pusat pengatur beban.
Gambar I.14Sebagian dari Sistem Interkoneksi (sebuah pusatpembangkit listrik, 2 buah GI dan
subsistem distribusinya)

Koordinasi terutama meliputi:


1) Koordinasi dalam pemeliharaan.
2) Pembagian beban secara ekonomis.
3) Pengaturan frekuensi.
4) Pengaturan tegangan.
5) Prosedur mengatasi gangguan.

C. PROSES PENYALURAN TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

Setelah tenaga listrik dibangkitkan oleh suatu pusat pembangkit listrik, selanjutnya tenaga
listrik disalurkan (ditransmisikan) melalui jaringan transmisi. Dari jaringan transmisi selanjutnya
didistribusikan kepada para konsumen tenaga listrik melalui jaringan distribusi tenaga listrik.
Dalam pusat listrik, energi primer dikonversikan menjadi energi listrik. Kemudian energi
listrik ini dinaikkan tegangannya untuk disalurkanmelalui saluran transmisi. Tegangan transmisi yang
digunakan PLN:70 kV, 150kV, 275 kV, dan 500 kV. PT. Caltex Pacific Indonesia yang beroperasi di
daerah Riau menggunakan tegangan transmisi 110 kV dan 230 kV Sedangkan PT. Inalum di
Sumnatera Utara menggunakan tegangan transmisi 220 kV.
Keterangan :
1. Mesin penggerak mula
2. Generator 3 fasa 50 hz
3. Pentanahan netral
4. Trafo step down pemakai sendiri pada pusat pembanagkit
5. Pemakai sendiri pada pusat pembangkit
6. Gardu induk step up 150 kv
7. Saluran transmisi 150 kv
8. Gardu induk step down 70 kv
9. Saluran sub transmisi 70 kv
10. Gardu hubung step down 20 kv
11. Saluran distribusi primer 20 kv ( jaringan tegangan menengah )
12. Gardu portal step down 380/220 v
13. Pentanahan netral
14. Saluran distribusi sekunder 380/220 v ( jaringan tegangan rendah )
15. Pemakai tenaga listrik ( konsumen )
Skema single line diagram penyaluran tenaga listrik

1. Pembangkit
Pembangkit listrik adalah bagian dari alat industri yang dipakai untuk memproduksi dan
membangkitkan tenaga listrik dari berbagai sumber tenaga, seperti PLTU, PLTN, PLTA, PLTS,
dan lain lain.
PLTU SIGURA GURA

2. Gardu induk (GI)


Gardu Induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi) tenaga listrik, atau
merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran (transmisi).

3. Transmisi
Transmisi tenaga listrik adalah proses penghantaran tenaga listrik secara besar-besaran dari
pembangkit listrik, ke gardu listrik.
4. Distribusi tegangan menengah
Terdiri dari 2 bagian, yaitu
 Saluran udara tegangan menengah (SUTM)

 Saluran kabel tegangan menengah (SKTM)

5. Distribusi tegangan rendah

Anda mungkin juga menyukai