Bab 2 HT
Bab 2 HT
BAB 1
PENDAHULUAN
bersifat persisten dan irreversible. Proses kerusakan pada ginjal ini terjadi dalam
rentang waktu lebih dari 3 bulan.1 Penyakit ini merupakan penyakit yang tidak
dapat pulih, yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal secara progresif dan
terakhir dan merupakan suatu masalah yang berakibat fatal (USRDS, 2010).
Secara global, insidensi PGK pada anak-anak dilaporkan sekitar 12,1 kasus per
satu juta anak-anak. 3 Data tersebut jauh lebih rendah dari pada prevalensi pada
orang dewasa. PGK telah menyebabkan angka kesakitan yaitu sekitar 5-10 %
dari populasi dewasa penduduk Amerika dan 1,9-2,3 juta penduduk Kanada.
Pada tahun 2000 estimasi kematian yang diakibatkan oleh PGK adalah sekitar
Indonesia diduga masih sangat tinggi. Namun data nasional mengenai PGK
masih belum ada. Studi mengenai prevalensi PGK di Indonesia pada tahun 2003
dan 2004 mendapatkan hasil bahwa jumlah penduduk Indonesia yang menderita
penderita PGK tertinggi yaitu di Jawa Tengah, Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,
dan Bali. Banyak penderita PGK meninggal lebih awal. Namun, seringkali
penyebab kematian itu tidak terkait langsung dengan masalah ginjal. Studi yang
pada penderita PGK diakibatkan oleh PGK yang telah berkomplikasi pada
penyakit arteri koroner. Namun, studi lain yang pernah dilakukan menunjukkan
hanya terdapat perbedaan yang sedikit atau tidak berbeda secara signifikan pada
PGK secara cepat di Rumah Sakit dapat memperbaiki keadaan penderita dan
mencegah terjadinya komplikasi PGK.6 Hal ini juga didukung oleh studi lain
yang cepat dan segera melakukan rawat inap pada penderita PGK dapat
menurunkan resiko kematiano. Oleh karena itu, pada tulisan ini akan ditinjau
mengenai PGK dengan tujuan didapatkan pemahaman yang baik mengenai PGK
GFR
Stage Deskripsi
(ml/min/1.73 m2)
Rejeksi kronik
Transplant glomerulopathy
Gambar 3.1. Proses regulasi keseimbangan fosfat pada PGK. Adanya suatu hubungan
yang erat antara absorbsi kalsium dan PO4. Penurunan absorbsi kalsium dan
hipokalsemia merangsang sekresi hormon paratiroid. Absorbsi PO4 disimpan dalam
tulang melalui pembentukan tulang atau diekskresikan oleh ginjal. Adanya peran dari
osteosit dalam pembentukan tulang, dan ketika PO4 melebihi jumlah yang diperlukan
dalam pembentukan tulang, maka akan dikeluarkan FGF23 yang akan menstimulasi
ginjal untuk mengekskresikan kelebihan PO4. Pada PGK, ekskresi PO4 pada ginjal
gagal untuk menjaga keseimbangan PO4, meskipun adanya stimulasi dari PTH dan
FGF23 untuk mengekskresikan PO4 (panah kuning). Hal ini mengakibatkan
peningkatan PO4 dalam serum. Ini adalah proses mineralisasi heterotopik (panah
merah dan kalsifikasi vaskular sebagai bentuk mineralisasi heterotopik) (Hruska et
al., 2009).
4. Manifestasi Klinis
Gambaran klinia penykit ginjal kronik yang berat dapat disertai
dengan sindrom azotemia kompleks – meliputi kelainan multiorgan
seperti kelainan hemopoeisis, saluran cerna, mata, kulit, selaput
serosa, kelainan neuropsikiatri dan kelainan kardiovaskular.
Kelainan Hemopoeisis
Kelainan Mata
Kelainan Kulit
Kelainan Kardiovaskular
4. Inisiasi dialisis
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah
memerlukan dialisi tetap atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR
sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis juga diiperlukan bila:
a. Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
b. Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan
c. Overload cairan (edema paru)
d. Ensefalopati uremik dan penurunan kesadaran
e. Efusi perikardial
f. Sindrom uremia (mual, muntah, anoreksia, dan neuropati) yang
memburuk.
7. Prognosis Penyakit Ginjal Kronik
Prognosis pasien dengan PGK menurut data epidemiologi
menunjukkan bahwa PGK sering menyebabkan kematian. Tingkat
kematian secara keseluruhan meningkat oleh karena penurunan fungsi
ginjal. Penyebab utama kematian pada pasien dengan PGK adalah
penyakit jantung. Hal ini lebih sering karena perkembangan PGK ke tahap
5 6,7.
Sementara terapi transplantasi ginjal dapat mempertahankan
kondisi pasien dan memperpanjang kehidupan dan kualitas hidup.
Transplantasi ginjal dapat meningkatkan kelangsungan hidup pasien
dengan PGK stadium 5 secara signifikan bila dibandingkan dengan terapi
pilihan lain. Namun, hal ini dapat meningkatkan mortalitas jangka pendek.
Hal ini lebih sering terjadi akibat komplikasi dari operasi transplantasi
ginjal tersebut Pilihan terapi lain seperti home hemodialysis menunjukkan
peningkatan kehidupan dan kualitas hidup dibandingkan dengan
hemodialisis secara konvensional (3 kali dalam seminggu) dan peritoneal
dialysis.6,7
2.1. Hipertensi
1. Hipertensi essensial
2. Hipertensi sekunder
Normal ≤120 ≤ 80
Faktor risiko yang tidak dapat dirubah yang antara lain usia, jenis
kelamin dan genetik.
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Keturunan (genetik)
1. Stroke
2. Infark miokardium
3. Gagal ginjal
Dikenal 5 kelompok obat lini pertama (first line drug) yang lazim
digunakan untuk pengobatan awal hipertensi, yaitu diuretik, penyekat
reseptor beta adrenergik (β-blocker), penghambat angiotensin-
converting enzyme (ACE-inhibitor), penghambat reseptor angiotensin
(Angiotensin Receptor Blocker, ARB) dan antagonis kalsium. Pada JNC
VII, penyekat reseptor alfa adrenergik (α-blocker) tidak dimasukkan dalam
kelompok obat lini pertama. Sedangkan pada JNC sebelumnya termasuk lini
pertama. Selain itu dikenal juga tiga kelompok obat yang dianggap lini kedua
yaitu: penghambat saraf adrenergik, agonis α-2 sentral dan vasodilator 12
1. Diuretik
a. Golongan Tiazid
2. Penghambat Adrenergik
3. Vasodilator
7. Penghambat Simpatis
5. Levin, A., Hemmelgarn, B., Culleton, B., Tobe, S., McFarlane, P.,
Ruzicka, M., Burns, K., Manns, B, White, C, Madore, F., Moist, L.,
Klarenbach, S., Barrett, B, Foley, R, Jindal, K., Senior, P., Pannu, N.,
Shurraw, S, Akbari, A., Cohn, A., Reslerova, M., Deved, V.,
Mendelssohn, D., Nesrallah, G., Kappel, J., Tonelli, M., dan Canadian
Society of Nephrology. 2008. Guidelines for the management of chronic
kidney disease. CMAJ. 179(11): 1154-1162.
8. Stevens, L.A., Viswanathan, G., dan Weiner, D.E. 2011. CKD and
ESRD in the Elderly: Current Prevalence, Future Projections, and Clinical
Significance. Adv Chronic Kidney Dis. 17(4): 293-301.
9. Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., dan Setiati.
2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV, Jilid III. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
10. World Health Organization (WHO). A Global Brief on Hypertension:
Silent Killer, Global Public Health Crisis [Internet]. 2013 [diakses pada
28 Januari 2017]. Tersedia dari:
http://chronicconditions.thehealthwell.info/search-results/global-brief-
hypertension-silent-killer-global-public-health-
crisis?source=relatedblock
13. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo
JL, et al. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure. Hypertension. 2003; 42: 1206–52.