Anda di halaman 1dari 2

RESUME PERTEMUAN 8

SANITASI DAN TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN


RADEN RORO RATRI ATSIL HENDRARDINI/J3M117063

QUANTITATIVE TOXICOLOGY
Pada pertemuan 8 mata kuliah sanitasi dan toksikologi lingkungan kali ini membahas
mengenai toksikologi kuantitatif pada hewan. Praktikum dilakukan dengan menentukan dosis
racun dan respon terhadap racun yang diterima oleh organisme. Hewan yang digunakan adalah
kelas pisces dengan nama ilmian Cyprinus carpio atau ikan mas. Ikan mas digunakan sebagai
bioindikator terhadap kualitas air dengan penggunaan polutan berupa sabun cuci pakaian, pewangi
pakaian, pemutih pakaian, minyak jelantah dan pembasmi serangga. Kelompok 1 melakukan
kegiatan praktikum dengan polutan minyak jelantah sebanyak 20 dan 40 ml yang diamati selama
15 menit per percobaan.
Toksikologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang sifat, pengaruh, dan cara
mendeteksi agen toksik. Toksikologi berasal dari bahasa yunani, yakni toxicon berarti racun dan
logos berarti ilmu. Sehingga, Truhaut (1974) mendefinisikan toksikologi sebagai ilmu
pengetahuan mengenai substansi beracun (toksik), yang dapat menyebabkan perubahan atau
gangguan pada fungsi-fungsi suatu organisme sehingga bisa memberi dampak serius dan
berbahaya bagi organisme target, seperti kematian. Toksikologi lingkungan merupakan bagian dari
ilmu toksikologi dengan bahasan mengenai efek toksik senyawa terhadap lingkungan serta
dampaknya bagi kesehatan makhluk hidup. Menurut Duffus (1980) toksikologi lingkungan adalah
suatu bidang ilmu yang mempelajari pengaruh senyawa beracun di alam dan lingkungan.
Sedangkan Loomis (1978) memberi definisi bahwa toksikologi lingkungan adalah ilmu mengenai
pengaruh-pengaruh merusak akibat paparan dari berbagai bahan kimia di lingkungan melalui
kontak pekerjaan atau aktivitas sehari-hari serta konsumsi makanan dan minuman dengan
kandungan bahan pencemar (Irianti TT 2017)
Praktikum kali ini dilakukan untuk mengetahui tingkat toksisitas berbagai macam zat
polutan di badan air dengan dosis yang berbeda beda. Toksisitas merupakan derajat atau potensi
kerusakan akibat suatu zat/senyawa asing yang dipejani ke dalam organisme. Terdapat berbagai
macam tingkatan toksisitas suatu senyawa antara lain: toksisitas akut (terjadi dalam waktu cepat),
subakut (terjadi dalam waktu sedang), kronik (terjadi dalam waktu lama) ataupun letal (terjadi
pada konsentrasi yang dapat menimbulkan kematian secara langsung) dan subletal (terjadi di
bawah konsentrasi yang menyebabkan kematian secara langsung) (Irianti TT 2017). Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan didapati hasi sebagai berikut;
Polutan : Minyak Jelantah
Menit ke-
Dosis
0 5 10 15
20 ml Lincah, berada di Lincah, berada di Lincah, naik ke Lincah, naik ke
dasar badan air dasar badan air permukaan mencari permukaan
oksigen mencari oksigen
40 ml Diam di dasar air Bergerak naik ke Bergerak naik ke Bergerak naik ke
permukaan permukaan mencari permukaan
mencari oksigen oksigen mencari oksigen
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dengan dosis 20 ml dan 40 ml minyak
jelantah di dalam badan air dalan waktu 15 menit belum dapat mematikan ikan mas atau dengan
kata lain waktu akumulasi polutan minyak jelantah belum mencapai keadaan letal ikan mas di
perairan. Hal ini disebabkan karena minyak jelantah yang digunakan ialah minyak kelapa sawit
atau crude palm oil (CPO) yang memiliki sifat karsinogenik dalam tubuh apabila terakumulasi
secara besar besaran dan ikan mas juga masih mendapatkan oksigen di dalam air sehingga walau
akses oksigen tertutup oleh minyak jelantah, ikan mas masih dapat hidup dalam waktu 15 menit.

Gambar 1. Kondisi ikan mas dosis Gambar 2. Kondisi ikan mas dosis 40
20 ml dalam waktu 10 menit ml dalam waktu 10 menit

Daftar Pustaka
Irianti TT, Sugiyanto, Kuswandi, dan Sindu N. 2017. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta (ID):
UGM Press

Anda mungkin juga menyukai