Anda di halaman 1dari 15

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 4 Juni

sampai 8 Juni 2018 di Puskesmas Lhang Kabupaten Aceh Barat Daya.

Pengumpulan data yang dilakukan dengan pembagian kuesioner terhadap ibu

hamil. Adapun hasil penelitian dapat dilihat sebagai berikut:


1. Analisa Univariat
a. Data Demografi
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Umum Responden
Di Puskesmas Lhang Kabupaten Aceh Bara Daya
Tahun 2018

No Umur Ibu Frekuensi Persentase (%)


1 < 20 tahun 11 12,8
≥ 20 tahun 75 87,2
Jumlah 86 100
No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
2 Dasar 38 44,2
Menengah 35 40.7
Tinggi 13 15,1
Jumlah 86 100
No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
3 Bekerja 30 34,9
Tidak bekerja 56 65,1
Jumlah 86 100
No Usia Kehamilan Frekuensi Persentase (%)
4 Trimester I 8 9,3
Trimester II 34 39,5
Trimester III 44 51,2
Jumlah 86 100
No Kadar Hb Frekuensi Persentase (%)
5 <11 gr% 44 51,2
Hb ≥ 11 gr% 42 48,8
Jumlah 86 100

44
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 86 responden

yang usia ibu hamil ≥ 20 tahun sebanyak 75 responden (87,2%),

pendidikan menengah sebanyak 38 responden (44,2%), Tidak bekerja

sebanyak 56 responden (65,1%) dan usia kehamilan trimester III

sebanyak 44 responden (51,2%).

b. Kejadian Anemia

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Anemia
Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Lhang Kabupaten Aceh Barat Daya
Tahun 2018

No Kejadian Anemia Frekuensi Persentase (%)


1 Anemia 44 51,2
2 Tidak anemia 42 48,8
Jumlah 86 100
Sumber : Data Primer (Diolah tahun 2018)
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 86

responden yang mengalami anemia sebanyak 44 responden (51,2%).

c. Pengetahuan
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu
Hamil Di Puskesmas Lhang Kabupaten Aceh Barat Daya
Tahun 2018

No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)


1 Baik 21 24,4
2 Cukup 25 29,1
3 Kurang 40 46,5
Jumlah 86 100
Sumber : Data Primer (Diolah tahun 2018)

45
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 86 responden

yang berpengetahuan kurang tentang anemia sebanyak 40 responden

(46,5%).

d. Status Sosial Ekonomi


Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Sosial
Ekonomi Di Puskesmas Lhang Kabupaten Aceh Barat
Daya Tahun 2018

No Status Sosial Ekonomi Frekuensi Persentase (%)


1 ≥Rp.2.700.000 31 36
2 <Rp2.700.000 55 64
Jumlah 86 100
Sumber : Data Primer (Diolah tahun 2018)
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 86 responden

ibu hamil yang berstatus ekonomi < Rp2.700.000 sebanyak 55

responden (64%).

e. Konsumsi Tablet Fe

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi Tablet Fe
Di Puskesmas Lhang Kabupaten Aceh Barat Daya
Tahun 2018

No Konsumsi tablet Fe Frekuensi Persentase (%)


1 Ya 26 30,2
2 Tidak 60 69,8
Jumlah 86 100
Sumber : Data Primer (Diolah tahun 2018)
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 86 responden

ibu hamil yang tidak mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 60 responden

(69,8%).
f. Konsumsi Kopi dan Teh

46
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi Kopi Dan
Teh Bersamaan Dengan Waktu Makan Di Puskesmas Lhang
Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2018

No Konsumsi kopi dan teh Frekuensi Persentase (%)


1 Ya 49 57
2 Tidak 37 43
Jumlah 86 100
Sumber : Data Primer (Diolah tahun 2017)
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 86 responden

ibu hamil yang mengkonsumsi kopi dan teh bersamaan dengan waktu

makan sebanyak 49 responden (57%).

2. Analisa Bivariat
a. Hubungan pengetahuan dengan kejadian anemia
Tabel 5.7
Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu
Hamil Di Puskesmas Lhang Kabupaten Aceh Barat Daya
Tahun 2018

Kejadian anemia
No Tidak Jumlah P
Pengetahuan Anemia
anemia Value
f % f % f %
1 Baik 5 23,8 16 76,2 21 100 0,001
2 Cukup 10 40 15 40 25 100
3 Kurang 29 72,5 11 27,5 40 100
Jumlah 44 51,2 42 48,8 86 100
Sumber : Data Primer (Diolah Tahun 2018)

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 40 responden

yang berpengetahuan kurang baik sebanyak 29 responden (72,5%)

yang mengalami anemia, sedangkan dari 25 responden yang

47
berpengetahuan cukup sebanyak 15 responden (40%) yang tidak

mengalami anemia. Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan Chi-

Square diketahui P Value = 0,001, maka ada hubungan antara

pengetahuan dengan kejadian anemia.

b. Hubungan status sosial ekonomi dengan kejadian anemia

Tabel 5.8
Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Kejadian Anemia Pada
Ibu Hamil Di Puskesmas Lhang Kabupaten Aceh
Barat Daya Tahun 2018

Kejadian anemia
No Status sosial Tidak Jumlah P
Anemia
ekonomi anemia Value
f % f % f %
1 ≥Rp.2.700.000 10 32,3 21 67,7 31 100 0,016
2 <Rp2.700.000 34 61,8 21 38,8 55 100
Jumlah 44 51,2 42 48,8 86 100
Sumber : Data Primer (Diolah Tahun 2018)

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 55 responden

yang berstatus ekonomi < Rp2.700.000 sebanyak 34 responden (61,8%)

yang mengalami anemia, sedangkan dari 31 responden yang berstatus

ekonomi ≥Rp.2.700.000 sebanyak 21 responden (67,7%) yang tidak

mengalami anemia. Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan Chi-

48
Square diketahui P Value = 0,016, maka ada hubungan antara status

ekonomi dengan kejadian anemia.

c. Hubungan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia


Tabel 5.9
Pengaruh Konsumsi Tablet Fe Terhadap Kejadian Anemia
Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Lhang Kabupaten
Aceh Barat Daya Tahun 2018
Kejadian anemia
No Konsumsi Tidak Jumlah P
Anemia
tablet Fe anemia Value
f % f % f %
1 Ya 6 23,1 20 76,9 26 100 0,001
2 Tidak 38 63,3 22 36,7 60 100
Jumlah 44 51,2 42 48,8 86 100
Sumber : Data Primer (Diolah Tahun 2018)

Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 60 responden

yang tidak mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 38 responden (63,3%)

yang mengalami anemia, sedangkan dari 26 responden yang

mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 20 responden (76,9%) yang tidak

mengalami anemia. Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan Chi-

Square diketahui P Value = 0,001, maka ada hubungan antara

konsumsi teblet Fe dengan kejadian anemia.

d. Hubungan konsumsi kopi dan teh bersamaan dengan waktu makan

dengan kejadian anemia


Tabel 5.10
Pengaruh Konsumsi Kopi Dan Teh Bersamaan Dengan Waktu
Makan Terhadap Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil
Di Puskesmas Lhang Kabupaten Aceh Barat Daya
Tahun 2018

Kejadian anemia
No Konsumsi Tidak Jumlah P
Anemia
kopi dan teh anemia Value
f % F % f %
1 Ya 32 65,3 17 34,7 49 100 0,005

49
2 Tidak 12 32,4 25 67,6 37 100
Jumlah 44 51,2 42 48,8 86 100
Sumber : Data Primer (Diolah Tahun 2018)

Berdasarkan tabel 5.10 menunjukkan bahwa dari 49 responden

yang ada mengkonsumsi kopi dan teh bersamaan dengan waktu

makan sebanyak 32 responden (65,3%) yang mengalami anemia,

sedangkan dari 37 responden yang tidak mengkonsumsi kopi dan teh

bersamaan dengan waktu makan sebanyak 25 responden (67,6%) yang

tidak mengalami anemia. Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan

Chi-Square diketahui P Value = 0,005, maka ada hubungan antara

konsumsi kopi dan teh bersamaan dengan waktu makan dengan

kejadian anemia.

B. Pembahasan
1. Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 responden yang

berpengetahuan kurang baik sebanyak 29 responden (72,5%) yang

mengalami anemia, sedangkan dari 25 responden yang berpengetahuan

cukup sebanyak 15 responden (40%) yang tidak mengalami anemia.

Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan Chi-Square diketahui P Value

= 0,001, maka ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian anemia.

Hasil penelitian ini di sejalan dengan penelitian Purbadewi (2012),

tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu

hamil di Puskesmas Induk Sleman Yogyakarta dengan hasil terdapat

50
hubungan antara pengetahuan dengan kejadian anemia dengan nilai P

Value (0,000).23
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Tarwoto (2013) yang

menyatakan bahwa anemia disebabkan karena kurangnya pengetahuan

tentang makanan yang mengandung banyak zat besi serta cara pengolahan

makanan yang benar. Selain itu pengetahuan ibu yang kurang tentang cara

memperlakukan bahan pangan dalam pengolahan dengan tujuan

membersihkan kotoran, tetapi sering kali dilakukan berlebihan sehingga

merusak dan mengurangi zat gizi yang dikandungnya.3


Pengetahuan gizi kehamilan sangat diperlukan oleh seorang ibu

hamil di dalam merencanakan menu makanannya, jika tanpa disadari oleh

pengetahuan ini, akan sulit mengatur makanan terutama untuk menangani

keluhan-keluhan kehamilan pada setiap trimesternya, misalnya pada

trimester awal kehamilan biasanya ada keluhan mual dan muntah. Hal ini

biasanya berdampak pada asupan makanannya karena selera makannya

pasti berkurang. Agar kebutuhan gizi tetap terpenuhi, ibu biasanya

menyiasati dengan makan sedikit-sedikit tetapi intensitasnya lebih sering.

Makanannya pun harus dipilih yang segar dan tidak mengandung lemak

karena akan merangsang mual dan muntah, dianjurkan untuk

mengkonsumsi buah segar atau dibuat jus, sayuran, kue kering dan

seafood.34
Kahamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi,

karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama

kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ

51
kandungan dan perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu, sehingga

jika kekurangan energi atau zat gizi tertentu menyebabkan janin tumbuh

tidak sempurna. Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal butuh

tambahan kira-kira 80.000 kalori selam kurang dari 280 hari, hal ini berarti

perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 200 kalori setiap hari selama

hamil.35

Menurut asumsi peneliti ibu hamil yang berpengetahuan kurang

tentang anemia cenderung mengalami anemia, hal ini disebabkan karena

ibu tidak mengetahui dengan benar tentang gizi selama kehamilan dan

tidak mengetahui bagaimana mengelola makanan dari cara memilih bahan

makanan yang bergizi, membersihkan bahan pangan yang baik dan benar

dan cara memasak yang benar sehingga zat gizinya tidak hilang serta

kurang mengetahui dalam mengatur menu seimbang yang bergizi,

kurangnya pengetahuan ibu disebabkan karena ibu berpendidikan dasar

dan tidak bekerja, sehingga pengetahuan ibu tentang anemia kurang dan

berakibat ibu mengalami anemia. Sebaliknya ibu yang berpengetahuan

baik cenderung tidak mengalami anemia karena ibu mengetahui dengan

benar bagaimana mengelola dan mengkonsumsi bahan pangan yang

mengandung gizi. Selain itu terdapat beberapa ibu hamil yang

berpengetahuan baik tetapi mengalami anemia hal ini disebabkan karena

ada faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor sosial ekonomi sehingga

ibu tidak dapat memenuhi semua makanan yang bergizi karena status

52
sosial ekonomi yang rendah dan sebaliknya terdapat beberapa ibu hamil

yang berpengetahuan kurang tetapi tidak mengalami anemia.

2. Hubungan Status Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu

Hamil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 55 responden yang

berstatus ekonomi < Rp2.700.000 sebanyak 34 responden (61,8%) yang

mengalami anemia, sedangkan dari 31 responden yang berstatus ekonomi

≥Rp.2.700.000 sebanyak 21 responden (67,7%) yang tidak mengalami

anemia. Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan Chi-Square diketahui

P Value = 0,016, maka ada hubungan antara status ekonomi dengan

kejadian anemia.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Yanti (2015) tentang faktor-faktor terjadinya anemia pada ibu

primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu Lampung, yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status sosial

ekonomi dengan kejadian anemia dengan nilai P value (0,000).24

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Adriani (2013) yang

menyatakan bahwa pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan

turut dipengaruhi oleh status sosial ekonomi, dimana orang dengan kelas

menengah kebawah atau orang miskin di desa tidak sanggup membeli

makanan seperti daging, buah dan sayuran yang mahal, pendapatan akan

membatasi seseorang untuk mengkonsumsi makanan yang mahal

harganya.36

53
Pengaturan gizi selama kehamilan mulai dari trimester pertama,

trimester kedua sampai trimester ketiga perlu diperhatikan, ibu hamil harus

memahami pentingnya pengaturan gizi selama kehamilan. Kebutuhan gizi

yang mendasar selama kehamilan menurut Wibisono (2009) yaitu

makanan yang mengandung karbohidrat kompleks seperti roti, serealia dan

nasi, karena kandungan seratnya dapat mencegah sembelit. Sumber protein

yang dikonsumsi sebaiknya dua pertiganya berupa pangan yang bernilai

biologi tinggi yakni protein yang mengandung semua jenis asam amino

esensial seperti daging, ikan, telur, susu dan hasil olahannya. Protein nabati

yang berasal dari tumbuhan nilai biologi lebih rendah dibandingkan

dengan protein hewani karena itu konsumsinya cukup sepertiga bagian.

Vitamin adalah zat gizi yang tidak bisa dibentuk dalam tubuh sehingga

harus dipenuhi dari makanan. Sumber vitamin adalah vitamin A, sumber

makanannya adalah hati, kuning telur, susu, mentega, wortel, daun

singkong, daun kacang, kangkung dan bayam., vitamin D, sumber

makanannya adalah lemak ikan, kuning telur, hati, minyak hati ikan,

vitamin E, sumber makanannya adalah kecambah, gandum, biji-bijian,

sayuran dan buah-buahan, vitamin K, sumber makanannya adalah kuning

telur, keju, sayuran hijau, kacang buncis, kacang polong, kol dan brokoli,

vitamin C, sumber makanannya adalah sayur dan buah seperti jeruk,

tomat, nanas, rambutan, brokoli, kubis, lobak dan kentang dan vitamin B,

sumber makanannya adalah daging, ikan, gandum, kacang-kacangan, biji-

bijian, susu, telur, hati, brokoli, kubis dan sayuran hijau.34

54
Menurut asumsi peneliti ibu hamil yang status sosial ekonomi

dibawah UMP cenderung mengalami anemia, hal ini disebabkan karena

ibu tidak dapat memenuhi semua kebutuhan pangan yang mengandung

gizi karena keterbatasan keuangan, dimana ibu yang status sosial ekonomi

dibawah UMP tidak dapat membeli buah, sayuran mahal seperti brokoli

dan susu serta menu yang disajikan bagi ibu adalah mengenyangkan tanpa

memperhatikan kandungan zat gizinya. Sebaliknya ibu yang status sosial

ekonomi diatas UMP cenderung tidak mengalami anemia karena ibu dapat

memenuhi semua kebutuhan makanan yang bergizi seperti susu dan buah.

Selain itu terdapat beberapa ibu hamil yang status sosial ekonomi diatas

UMP tetapi mengalami anemia hal ini disebabkan karena ada faktor lain

yang mempengaruhi seperti faktor pengetahuan, dimana ibu dapat

memenuhi semua makanan bergizi tetapi ibu tidak mengetahui bagaimana

cara yang benar dalam mengelola makanan karena kurangnya pengetahuan

ibu tentang gizi selama kehamilan dan sebaliknya terdapat beberapa ibu

hamil yang status sosial ekonomi dibawah UMP tetapi tidak mengalami

anemia, hal ini disebabkan karena ibu mengetahui bagaimana cara

mengelola dan memilih makanan yang bergizi, dimana ibu tidak dapat

membeli daging karena harganya yang mahal maka ibu memilih tahu dan

tempe serta telur untuk mengganti daging.


3. Hubungan Konsumsi Tablet Fe Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu

Hamil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 responden yang tidak

mengkonsumsi tablet Fe sebanyak 38 responden (63,3%) yang mengalami

55
anemia, sedangkan dari 26 responden yang mengkonsumsi tablet Fe

sebanyak 20 responden (76,9%) yang tidak mengalami anemia.

Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan Chi-Square diketahui P Value

= 0,001, maka ada hubungan antara konsumsi teblet Fe dengan kejadian

anemia.

Hasil penelitian ini di sejalan dengan penelitian Meldafia (2010),

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Lubuk Bergalung Padang dengan hasil terdapat hubungan

antara konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia dengan nilai P Value

(0,009).25
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Sibagariang (2010) yang menyatakan bahwa manfaat zat besi bagi

kehamilan adalah dapat mencegah anemia, mencegah gangguan atau

hambatan pada pertumbuhan sel-sel otak, keguguran, lahir sebelum

waktunya, berat badan lahir rendah dan perdarahan sebelum dan selama

persalinan. Kebutuhan zat besi dapat dipenuhi dengan tambahan pil besi

yang dapat mencegah anemia kehamilan, kelahiran bayi premature dan

berat badan lahir rendah (BBLR).13


Menurut Asumsi peneliti ibu hamil yang tidak mengkonsumsi

tablet Fe cenderung mengalami anemia dibandingkan dengan ibu hamil

yang ada mengkonsumsi tablet Fe, hal ini disebabkan karena tablet Fe

sangat penting dikonsumsi ibu selama hamil minimal 90 butir selama

kehamilan untuk mencegah terjadinya anemia, karena pada saat kehamilan

kebutuhan zat gizi besi ibu meningkat untuk pertumbuhan janin.

56
4. Hubungan Konsumsi Kopi dan Teh Bersamaan Dengan Waktu

Makan Terhadap Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 49 responden yang ada

mengkonsumsi kopi dan teh bersamaan dengan waktu makan sebanyak 32

responden (65,3%) yang mengalami anemia, sedangkan dari 37 responden

yang tidak mengkonsumsi kopi dan teh bersamaan dengan waktu makan

sebanyak 25 responden (67,6%) yang tidak mengalami anemia.

Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan Chi-Square diketahui P Value

= 0,005, maka ada hubungan antara konsumsi kopi dan teh bersamaan

dengan waktu makan dengan kejadian anemia.

Hasil penelitian ini di sejalan dengan penelitian Elsy (2012),

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu

hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingi Kota Padang dengan hasil

terdapat hubungan antara konsumsi kopi dan teh dengan anemia dengan

nilai P Value (0,005). 26


Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Tarwoto (2013) yang menyatakan bahwa faktor lain yang dapat

menyebabkan anemia adalah kebiasaan mengkonsumsi kopi dan teh, hal

ini disebabkan karena kopi dan teh menghambat penyerapan zat besi. Hal

ini disebabkan karena teh dan kopi mengandung zat tanin (catechin dan

bioflavonoid) yang dapat menghambat penyerapan zat besi sehingga tubuh

mengalami kekurangan gizi. 3


Menurut asumsi peneliti terdapat hubungan antara konsumsi kopi

dan teh bersamaan dengan waktu makan terhadap terjadinya anemia pada

57
ibu hamil, hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana ibu hamil yang

mengkonsumsi kopi dan teh bersamaan dengan waktu makan lebih banyak

yang mengalami anemia dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak

mengkonsumsi kopi dan teh, dimana kopi dan teh memiliki zat yang

disebut dengan tanin yang dapat menghambat penyerapan zat besi dari

makanan yang dikonsumsi ibu hamil sehingga ibu hamil berisiko

mengalami anemia karena kekurangan zat besi.

58

Anda mungkin juga menyukai