PENDAHULUAN
A. Definisi
Percutaneous Coronary Intervention (PCI) terdiri dari tiga kata
yakni Percutaneous yang artinya melalui kulit, Coronary adalah pada arteri koroner,
dan Intervention adalah tindakan yang dilakukan dalam rangka pengobatan pada
kelainan/penyakit jantung koroner.
Percutaneous coronary intervention (PCI) adalah intervensi atau tindakan non bedah
untuk membuka/dilatasi/melebarkan arteri koroner yang mengalami penyempitan agar
aliran darah dapat kembali menuju ke otot jantung.
Risiko minor seperti memar pada pergelangan tangan atau pangkal paha akibat
penusukan, reaksi alergi terhadap kontras, dan gangguan fungsi ginjal akibat zat kontras
yang berlebihan. Komplikasi yang lebih serius seperti stroke, gangguan irama yang fatal
seperti VT/VF, Infrak Miokard, Diseksi Aorta, dan kematian pada tindakan PCI atau PTCA
biasanya kecil (< 1%). Biasanya komplikasi lebih sering terjadi pada pasien dengan kondisi
penyakit yang berat, usia tua > 75 tahun, adanya penyakit penyerta seperti ginjal dan
kencing manis, penderita wanita, pompa jantung yang menurun, serta penyempitan yang
banyak dan berat.
C. Faktor Resiko
Penyempitan pembuluh darah dapat terjadi karena beberapa penyebab. Penyempitan ini
bisa dipicu oleh adanya atheroma. Atheroma merupakan plak ateromatosa yang terdiri atas
lesi fokal yang meninggi yang berawal di dalam intima, memiliki inti lemak ( terutama
kolesterol dan ester kolesterol) yang lunak, kuning dan grumosa serta dilapisi oleh selaput
fibrosa putih yang padat. Ukuran plak bervariasi dari garis tengah 0,3 sampai 1,5 cm, tetapi
kadang-kadang menyatu membentuk massa sebagian lingkaran dinding arteri dan
membentuk bercak-bercak yang tersebar di sepanjang pembuluh. Lesi aterosklerotik
awalnya bersifat fokal dan tersebar jarang, namun seiring dengan perkembangan penyakit
lesi bertambah banyak dan difus Aterosklerosis terutama mengenai arteri elastik. Di arteri
kecil, atheroma dapat menyumbat lumen, mengganggu aliran darah ke organ distal dan
menyebabkan jejas iskemik. Selain plak aterosklerotik dapat menyebabkan jejas iskemik.
Selain itu, plak aterosklerosis dapat mengalami kerusakan dan memicu terbentuknya
thrombus yang semakin menghambat aliran. Di arteri besar, plak bersifat destruktif,
menggerogoti tunika media di dekatnya dan memperlemah dinidng pembuluh yang terkena
menyebabkan aneurisma yang dapat pecah. Selain itu atheroma luas bersifat rapuh, sering
menghasilkan embolus ke sirkulasi distal.
Faktor-faktor yang turut berperan dalam penyempitan pembuluh darah tersebut
mempengaruhi penyempitan pembuluh darah pada pasien. Faktor risiko tersebut ada yang
dapat diintervensi dan ada juga yang tidak dapat diintervensi.
Faktor risiko tidak dapat diintervensi meliputi :
1. Usia
Usia memiliki pengaruh dominan, angka kematian akibat penyakit jantung iskemik
meningkat setiap dekade bahkan sampai lanjut usia. Penyempitan biasanya belum nyata
secara klinis sampai usia pertengahan atau lebih, saat lesi di arteri mulai mencederai
organ. Antara usia 40 dan 60 tahun, insiden infark miokardium meningkat lima kali
lipat.
2. Jenis kelamin
Bila faktor lain setara, laki-laki jauh lebih rentan terkena penyempitan pembuluh darah
dan akibatnya dibandingkan dengan Universitas Sumatera Utara perempuan. Infark
miokardium dan penyulit lain aterosklerosis jarang pada perempuan pramenopause,
kecuali mereka memiliki predisposisi diabetes, hiperlipidemia atau hipertensi berat.
Namun, setelah menopause insiden penyakit terkait aterosklerosis meningkat, mungkin
akibat menurunnya kadar estrogen alami.
3. Riwayat keluarga
Predisposisi familial terhadap aterosklerosis dan penyakit jantung iskemik
kemungkinan besar bersifat poligenik. Pada sebagian kasus, predisposisi tersebut
berkaitan dengan berkumpulnya sekelompok faktor risiko lain, misalnya hipertensi atau
diabetes, sedangkan pada yang lain, predisposisi tersebut berkaitan dengan kelainan
genetik dalam metabolisme lipoprotein yang menyebabkan kadar lemak darah sangat
tinggi, seperti hiperkolesterolemia familial.
b. Perubahan segmen ST yang dinamis ( depresi segmen > 0,1mv atau elevasi segmen
ST sementara
g. Diabetes mellitus
Kontraindikasi PCI
Kontraindikasi PCI yaitu:
1. CHF yang tidak terkontrol, BP tinggi, aritmia
2. Gangguan elekrolit
3. Infeksi ( demam )
4. Gagal ginjal
5. Perdarahan saluran cerna akut/anemia
6. Stroke baru (< 1 bulan)
7. Intoksikasi obat-obatan (seperti : Kontras )
8. Pasien yang tidak kooperatif
9. Usia kehamilan kurang dari 3 bulan
J. Prosedur Tindakan
o Perawat/teknisi membawa klien ke ruang kateterisasi (cath lab.)
o Perawat memberikan obat melalui IV line untuk membantu klien rileks dan nyaman
selama prosedur tindakan
o Perawat membersihkan dan mensterilkan daerah kecil di pergelangan lengan atau lipat
paha klien (tergantung daerah yang akan digunakan). Daerah tersebut kemudian
ditutup dengan kain steril.
o Dokter akan menginjeksi obat anestesi lokal dilipat paha atau tangan klien. Digunakan
anestesi lokal karena klien harus tetap sadar selama pemeriksaan untuk mengikuti
instruksi dokter.
o Jarum akan ditusukkan ke dalam arteri yang digunakan kemudian guide wire akan
dimasukkan melalui jarum lalu jarum dilepas.
o Sheath kateter akan dimasukkan melalui guide wire, kemudian kateter dimasukkan
melalui pembuluh darah utama tubuh (Aorta), ke muara arteri koroner di jantung.
Kebanyakan orang tidak merasakan sakit selama pemeriksaan, karena tidak ada serabut
saraf dalam pembuluh darah, maka klien tidak dapat merasakan gerakan kateter dalam
tubuh.
o Dokter akan menginjeksikan kontras dengan melihat melalui gambaran x-ray. Klien
mungkin akan merasakan sensasi panas saat kontras diinjeksikan.
o Pantau keluhan/laporan klien tentang adanya nyeri dada atau perasaan tidak nyaman
selama posedur.
M. Komplikasi
1. Resiko pendarahan
2. Vasospasme arteri koroner
3. Resiko infeksi
4. Tamponade jantung
5. ALI
6. Hematoma
7. Contrast induce nefropathi (CIN)
8. Reaksi kontras menyebabkan alergi
9. Diseksi Aorta
10. Akut Myocar Infark (AMI)
11. Stroke
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PCI
Menurut NANDA (2012) konsep asuhan keperawatan pada PCI adalah:
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan informasi-informasi medis maupun non medis dari
klien, yaitu:
a. Riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit sekarang
b. Hasil resume dari angiografi
c. Tanda-tanda vital klien selama pre, intra, dan post prosedur PCI (tekanan darah, nadi,
pulsasi perifer, tingkat kesadaran, saturasi O2, perubahan gambaran EKG), serta
keluhan nyeri klien.
d. Pemeriksaan laboratorium, meliputi: Darah lengkap, GDS, ureum, kreatinin, PT,
APTT, dan elektrolit.
e. Pemeriksaan radiologi berupa rontgen thorax.
B. Diagnosa keperawatan
Ansietas b.d rasa takut, kurang pengetahuan tentang prosedur tindakan PCI.
Hasil yang diharapkan :
1. Tingkat kecemasan klien menurun.
2. Klien dapat mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi
3. penyebab, atau faktor yang mempengaruhinya.
4. Kooperatif terhadap tindakan.
5. Ekspresi wajah terlihat rileks.
Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan dan mekanisme koping klien
2. Bantu klien untuk mengekspresikan perasaan marah, kehilangan, dan takut.
3. Berikan penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan.
4. Jelaskan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan klien sebelum, selama, dan
setelah prosedur PCI.
5. Ajarkan teknik-teknik untuk mengurangi kecemasan (relaksasi, nafas dalam, dan
berpikiran positif).
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi penenang sesuai indikasi.
Resiko penurunan curah jantung b.d akibat penurunan alirah darah ke arteri koroner
Hasil yang diharapkan:
1. Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, saturasi oksigen, dan pernapasan) dalam batas
normal
2. Akral hangat, pulsasi perifer teraba kuat
3. Volume urine 0,5-1 cc/jam/kgBB
4. Tidak menunjukan tanda-tanda disritmia
Intervensi:
1. Kaji keluhan klien
2. Monitor tanda-tanda vital (1 jam pertama setiap 15 menit, satu jam kedua setiap 30
menit, dan satu jam selanjutnya setiap jam)
3. Monitor rekaman EKG dan pantau frekuensi jantung
4. Monitor intake dan output klien
5. Bantu aktivitas klien
6. Kolaborasi pemberian O2, pertahankan cara masuk heparin sesuai indikasi, pantau data
laboratorium enzim jantung, AGD, dan elektrolit
Resiko penurunan perfusi jaringan ginjal b.d efek samping penggunaan zat kontras
Hasil yang diharapkan:
1. Urine output 0,5-1 cc/jam/kgBB
2. Fungsi renal baik ditandai dengan hasil kreatinin kurang dari 1,2 mg/dl
Intervensi :
1. Kaji keluhan klien
2. Jelaskan tujuan pengukuran urine
3. Motivasi klien untuk banyak minum (kurang lebih 2 liter/12 jam setelah tindakan)
4. Berikan rehidrasi sebelum dan sesudah prosedur PCI, terutama bila terjadi peningkatan
nilai ureum dan kreatinin (rehidrasi 1cc/kgBB/jam selama 12 jam)
5. Monitor dan ukur intake dan output klien
6. Monitor dan catat hasil laboratorium fungsi renal (ureum dan kreatinin)
7. Monitor dan catat adanya tanda-tanda perdarahan pada area insersi
8. Monitor indikator koagulasi (ACT).
9. Berikan penjelasan kepada klien untuk mengistirahatkan area ekstremitas yang
dilakukan insersi