PANCASILA
Husniar1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Magister Akuntansi, Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan 10, Makassar, Sulawesi Selatan
Email: Husniarazis279@gmail.co
ABSTRAK
B. PEMBAHASAN
1. Konsep Deep Ecology dalam Akuntansi CSR
Konsep Deep Ecology Deep Ecology yang dilandasi filsafat ecosophy yang
menghendaki adanya perubahan kebijakan dalam mengatasi krisis atau darurat
lingkungan akibat eksploitasi sumber daya lingkungan yang mengabaikan aspek
kelestarian dan daya dukung lingkungan (didasarkan pada etika antroposentris),
memerlukan adanya hukum lingkungan sebagai wadah kebijakan pengelolaan
lingkungan yang memuat kaidah-kaidah hukum yang sesuai dengan prinsip-prinsip
Deep Ecology sebagai etika ekosentrisme. Hukum lingkungan yang dimaksud memuat
paradigma hukum yang berpihak kepada keberlanjutan lingkungan atau ekologi
(Satmaidi, 2015)
Mengamati implementasi penyajian informasi Corporate Social Responsibiliti yang
dilakukan perusahaan terhadap pihak internal perusahaan, ternyata tidak mencerminkan
realitas aktivitas yang sebenarnya terjadi, karena yang dipahami oleh mereka, kegiatan
Menurut (Ramdhan, 2009) definisi tersebut tentu saja harus dipersoalkan, karena
hanya menyangkut tanggungjawab sosial perusahaan yang dibatasi pada kemajuan
manusia, sehingga tanggungjawab sosial perusahaan kepada lingkungan terabaikan. Hal
tersebut menjadikan deep ecology sebagai konsep untuk membangun
pertangggungjawaban perusahaan terhadap perusahaan.
Namun aturan penerapan CSR, dillihat dari sudut pandang beberapa tahun terakhir.
Bahwa tidak ada perubahan yang tejadi pada lingkungan sekitar perusahaan. Hal ini
dapat dilihat, salah satu perusahaan tambang yang berada di Kalimantan. CSR sudah
diterapkan, namun lingkungan dan orang-orang di sekitar perusahaan tambang masih
tetap seperti itu. Masih banyak kerugian yang dialami oleh masyarakat akibat hasil
limbah dari tambang. Hal ini membuktikab bahwa, CSR hanyalah penerapan tanggung
C. KESIMPULAN
Dari pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa konsep Deep Ecology
sangatlah penting dalam penerapan CSR. Karena konsep Deep Ecology sebagai acuan
dalam melihat kondisi alam. CSR bukan hanya pelaporan pertanggungjawaban semata,
melainkan bentuk kesadaran atas apa yang telah dilakukan terhadap alam. Alam
bukanlah alat objektivitas, tapi konsep Deep Ecology menerangkan bahwa manusia,
alam, dan seluruh di jagad raya mempunyai posisi yang sama. Kemudian mengenai
konsep Deep Ecology ini tidak hanya berdiri sendiri tanpa turut andil oleh pemerintah.
Pancasila merupakan alat yang dapat digunakan sebagai pemersatu dalam menyusun
CSR. Di lihat dari beberapa definisi mengenai akuntansi dalam Pancasila yaitu untuk
sila pertama menggambarkan bahwa akuntansi dalam CSR merupakan suatu bentuk
pertanggungjawaban terhadap seluruh aspek, dan bentuk pertanggungjawaban terhadap
Tuhan demi keberlangsungan suatu perusahaan kelak mempengaruhi lingkungan sosial
dan lingkungan alam, sila kedua bahwa adab dan keadilan merupakan poin penting
akuntansi dalam mempertanggungjawabkan segala aspek yang perlakuan usahanya
demi keberlanjutan perusahaan, sila ketiga bahwa akuntansi berlandasan persatuan
Indonesia sebagai bentuk upaya menyatukan persaudaraan dengan berbagai jenis
perbedaan, sila keempat proses mengangkat derajat rakyat dalam segi aktivitas
Dinar. (2016). Konsep Akuntansi. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Keuangan (INFAK),
3(1).
Firdaus, A. (2017). Pancasila Enterprise Theory and Pancasila Bottom Line : Suatu
Kajian Mengakuisisi Akuntansi Ke-Indonesia-an dari Jeratan Kapitalisme.
Industrial Research Workhsop and National Seminar, 330–331.
Hotman, J., & Sitorus, E. (2015). Membawa pancasila dalam suatu definisi akuntansi.
Universitas Brawijaya, 254–271.
Makki, M., Ali, S. H., & Vuuren, K. Van. (2015). The Extractive Industries and Society
‘ Religious identity and coal development in Pakistan ’: Ecology , land rights and
the politics of exclusion. Biochemical Pharmacology.
https://doi.org/10.1016/j.exis.2015.02.002
Musgrave, J., & Woodward, S. (2016). Ecological systems theory approach to corporate
social responsibility: Contextual perspectives from meeting planners. Event
Management, 20(3), 365–381.
https://doi.org/10.3727/152599516X14682560744712
Ramdhan, M. I. (2009). Tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam perspektif filsafat
pancasila. Jurnal Legilasi Indonesia, 6(1), 183–192.