A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
2. Etiologi
1
fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon
biasa. Semua ini akan mempermudah timbulnya apendisitis.
3. MANIFESTASI KLINIK
Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul
sebagai akibat dari apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak
apendiks ketika meradang. Berikut gejala yang timbul tersebut.2,4
2
Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih,
dapat terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya
dindingnya.
Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit
dilakukan diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada
waktunya, sehingga biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi.
Berikut beberapa keadaan dimana gejala apendisitis tidak jelas dan tidak
khas.
1. Pada anak-anak
Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Seringkali
anak tidak bisa menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam kemudian
akan terjadi muntah- muntah dan anak menjadi lemah dan letargik.
Karena ketidakjelasan gejala ini, sering apendisitis diketahui setelah
perforasi. Begitupun pada bayi, 80-90 % apendisitis baru diketahui
setelah terjadi perforasi.
Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari
separuh penderita baru dapat didiagnosis setelah terjadi perforasi.
3. Pada wanita
3
lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan
tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih ke regio lumbal kanan.
4. Komplikasi
Perforasi
Peritonitis
4
Massa Periapendikuler
5. Patofisiologi
5
yang timbul pun semakin meluas dan mengenai peritoneum setempat,
sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini
disebut dengan apendisitis supuratif akut.1
6
6. Penatalaksaan
7
Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di
daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan. Bila diagnosis
klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan merupakan satu-satunya pilihan yang
baik adalah apendiktomi. Hal ini disebabkan perforasi dapat terjadi dalam waktu <
24 jam setelah onset appendicitis. Penundaan tindakan pembedahan ini dapat
mengakibatkan terjadinya abses atau perforasi.
Appendectomi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara terbuka
dan laparoscopi. Dengan cara terbuka dilakukan insisi di abdomen kanan bawah
kemudian ahli bedah mengeksplorasi dan mencari appendix yang meradang.
Setelah itu dilakukan pengangkatan appendix, dan abdomen ditutup kembali.
8
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat
b. Pola Gordon
Pola eliminasi
Pasien bisa mengalami konstipasi dan bisa juga karena pasien sering
menahan BAB akhirnya fesesnya itu mengeras dan susah untuk
dikeluarkan.
9
Pola tidur dan istirahat
Disini tidur pasien terganggu bisa karena nyerinya dan pasien juga terlihat
meringis kesakitan setelah di operasi sehingga pasien susah untuk tidur
dan istirahat
c. Pemeriksaan Fisik
Akan didapatkan nyeri kuadran kanan pada jam 9-12. Pada appendicitis pelvika
akan didapatkan nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur.
10
Tanda-Tanda Khusus
1. Psoas Sign
2. Rovsing Sign
Perut kiri bawah ditekan, akan terasa sakit pada perut kanan bawah
3. Obturator Sign
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam
urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis
banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala
klinis yang hampir sama dengan appendicitis.
11
3. USG : Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan
USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG
dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan
ektopik, adnecitis dan sebagainya
2. Diagnosis Banding
3. Peradangan pelvis: Tuba Fallopi kanan dan ovarium terletak dekat appendix.
Radang kedua oergan ini sering bersamaan sehingga disebut salpingo-ooforitis
atau adnecitis. Untuk menegakkan diagnosis penyakit ini didapatkan riwayat
12
kontak sexsual. Suhu biasanya lebih tinggi daripada appendicitis dannyeri perut
bagian bawah lebih difus. Biasanya disertai dengan keputihan. Pada colok
vaginal jika uterus diayunkan maka akan terasa nyeri.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadsyah dan Kartono. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Guyton, AC dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed: ke-9 .
Jakarta: EGC.
Mansjoer, A., Suprohaita., Wardani, W.I., Setiowulan, W., editor., “Bedah Digestif”,
dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, Cetakan Kelima. Media
Aesculapius, Jakarta, 2005, hlm. 307-313.
Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., “Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan
Anorektum”, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005,hlm.639-645.
Zeller, J.L., Burke, A.E., Glass, R.M., “Acute Appendicitis in Children”, JAMA,
http://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/298/4/482, 15 Juli 2007, 298(4): 482.
14