Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN POST OPERATIF


CLOSE FRAKTUR TIBIA PLATEAU SINISTRA
DENGAN ORIF PLATTING
DI RUMAH SAKIT ORTHOPEDI & TRAUMATOLOGI SURABAYA

RISKY NOR HAFIFAH, A.Md. Kep

RS ORTHOPEDI & TRAUMATOLOGI SURABAYA


DEPARTEMENT KEPEGAWAIAN & DIKLAT SDM
TAHUN 2019
BAB 1
A. Latar Belakang Masalah
Fraktur tibia plateu merupakan fraktur yang terjadi sebagai akibat kompresi bagian
atas tibia terhadap femur, sehingga terjadi kerusakan pada satu sisi. (Helmi &
Zairin, 2012)
Operasi adalah tindakan pengobatan yang menggunakan cara tindakan
dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani
(Sjamsuhidajat & Jong, 2005). Prosedur operasi yang biasanya menggunakan
anestesi dapat menghambat kemampuan klien untuk merespon stimulus lingkungan
membantu klien untuk terhindar dari trauma pada tubuh. Pemulihan diperlukan
pada klien yang menjalani prosedur anestesi untuk mengembalikan fungsi tubuh
yang terganggu Masa pemulihan dari anestesia beragam, tergantung jenis anestesia
yang digunakan. Dosis dan respon individu (Kozier, 2010). Salah satu prosedur
pemulihan yang bisa dilakukan setelah operasi adalah latihan post operatif yaitu
ambulasi dini yang dilakukan segera pada pasien setelah operasi di mulai dari
bangun dan duduk disisi tempat tidur sampai pasien turun dari tempat tidur, berdiri
dan mulai belajar berjalan (Roper, 2005).
Masaalah yang sering terjadi ketika pasien merasa terlalu sakit atau nyeri
dan faktor lain yang menyebabkan pasien tidak mau melakukan mobilisasi dini dan
memilih untuk istirahat di tempat tidur (Black & Hawks, 2010). Banyak faktor-
faktor yang mempengaruhi pelaksanaan ambulasidini pasien paska operasi, seperti
kondisi kesehatan pasien, nutrisi, emosi, situasi, dan kebiasaan. keyakinan dan nilai
dukungan sosial, gaya hidup dan pengetahuan (Lewis, 2011).
Data study pendahuluan di rawat inap pada tanggal 30 September 2019 di
Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi Surabaya, ditemukan jumlah tindakan
operasi bedah tulang pada tanggal 30 September 2019 sebanyak 3 kasus. Peneliti
juga melakukan wawancara terhadap pasien tentang terjadinya post operasi
terhadap 1 orang pasien pasca operasi belum bisa melakukan latihan pernafasan
bahkan untuk mengangkat kedua tangannya yang tidak operasi masih terasa berat
hal ini dikarenakan masih ada efek dari obat anastesi. Saat observasi masa kritis
post operasi pasienmengalami rembesan pada luka operasi, rembesan tersebut di
beri lingkaran dengan bulpen guna untuk melihat sampai sejauh mana rembesan
dalam 24 jam sampai dokter visite.
Berdasarkan urain diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian Bagaimana
asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami Post Op ORIF (Fraktur Femur tibia
plateau) dengan tindakan orif plating di Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi
Surabaya .

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalah di atas, Bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien yang mengalami Post Operasi Fraktur Femur tibia plateau
dengan tindakan Orif Plating di Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi
Surabaya .

C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami Bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien yang mengalami Post Operasi Fraktur Femur tibia plateau
dengan tindakan Orif Plating di Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi Surabaya .

Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien yang mengalami Post Operasi
Fraktur Femur tibia plateau dengan tindakan Orif Plating di Rumah Sakit Orthopedi dan
Traumatologi Surabaya .

2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada pasien yang mengalami Post Operasi


Fraktur Femur tibia plateau dengan tindakan Orif Plating di Rumah Sakit Orthopedi dan
Traumatologi Surabaya .

3. Menyususn perencanaan keperawatan pada pasien yang mengalami Post Operasi


Fraktur Femur tibia plateau dengan tindakan Orif Plating di Rumah Sakit Orthopedi dan
Traumatologi Surabaya .

Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami Post Operasi


Fraktur Femur tibia plateau dengan tindakan Orif Plating di Rumah Sakit Orthopedi dan
Traumatologi Surabaya .
Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien yang mengalami Post Operasi
Fraktur Femur tibia plateau dengan tindakan Orif Plating di Rumah Sakit Orthopedi dan
Traumatologi Surabaya .

Manfaat Penelitian
a. Manfaat Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian dapat memberikan masukan bagi rumah sakit untuk langkah-
langkah kebijakan dalam rangka peningkatan mutu keperawatan terutama yang
berkaitan dengan asuhan keperatawan Post Operasi Fraktur Femur tibia plateau
dengan tindakan Orif Plating di Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi
Surabaya .
b. Manfaat Bagi Peneliti.
1. Hasil penelitian dapat memberikan pengetahuan tentang pengalaman
merawat pasien Post Operasi Fraktur Femur tibia plateau dengan tindakan Orif
Plating sehinggah dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang
dihadapi.
2. Menambah wawasan dalam ilmu keperawatan mengenai peran perawat
dalam upaya memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
Fraktur Femur tibia plateau

BAB 2
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang
diabsorbsinya. Patah tulang terbuka atau disebut juga opened fracture adalah
keadaan patah tulang yang terjadi dengan adanya hubungan antara jaringan
tulang yang patah tersebut dengan lingkungan eksternal dari kulit.
B. fraktur Tibia Plateau
Fraktur tibia adalah fraktur yang terjadi pada bagian tibia sebelah kanan
maupun kiri akibat pukulan benda keras atau terjatuh (Smeltzer & Bare, 2003)
Menurut Mansjoer (2007), fraktur tibia (bumper fracture/fraktur tibia plateau)
adalah fraktur yang terjadi akibat trauma langsung dari arah samping lutut
dengan kaki yang masih terfiksasi ke tanah.
Fraktur tibia plateu merupakan fraktur yang terjadi sebagai akibat kompresi
bagian atas tibia terhadap femur, sehingga terjadi kerusakan pada satu sisi.
(Helmi & Zairin, 2012)
a. Etiologi

Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi

tiga, yaitu:

1. Cedera traumatic

a. Cedera langsung, berarti

pukulan langsung pada tulang

sehingga tulang patah secara

spontan

b. Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari benturan,

misalnya jatuh dengan tangan menjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.

c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras dari otot yang kuat.

2. Fraktur patologik (kelemahan abnormal pada tulang)

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal jika tulang itu lemah

(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit

paget). Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit, dimana dengan

trauma minor atau tanpa trauma mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada

keadaan : tumor tulang (jinak atau ganas), infeksi seperti osteomyelitis, rakhitis,
suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D yang

mempengaruhi semua jaringan skelet lain (Corwin, 2009)

b.. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala fraktur tibia umumnya sebagai berikut (Helmi & Zairin, 2012):

1. Nyeri

Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang dimobilisasi.

Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bidai alamiah yang dirancang

untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

2. Kehilangan fungsi

Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot

bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya otot.

3. Deformitas

Pergeseran fragmen pada fraktur menyebabkan deformitas yang terlihat ataupun

teraba.

4. Pemendekkan ekstremitas karena kontraksi otot

Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat

diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama

lain sampai 2,5-5 cm (1 sampai 2 inci).

5. Krepitasi

Teraba adanya derikan tulang atau krepitus akibat gesekan fragmen satu dengan

yang lain.
6. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit yang terjadi akibat

trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah

beberapa jam atau hari setelah cedera.

C. POST OPERASI TINDAKAN ORIF PLATING

a. Pengertian Tindakan Orif

Pengertian ORIF (Open Reduction Internal Fixation) Pasien yang memiliki masalah di bagian musculoskeletal

memerlukan tindakan pembedahan yang bertujuan untuk memperbaiki fungsi dengan mengembalikan

gerahan, stabilisasi, mengurangi nyeri, dan mencegah bertambah parahnya gangguan musculoskeletal.

Salah satu prosedur pembedahan yang sering dilakukan yaitu dengan fiksasi interna atau disebut juga

dengan pembedahan ORIF (Open Reduction Internal Fixation). Open Reduction Internal Fixation (ORIF)

adalah suatu jenis operasi dengan

pemasangan internal fiksasi yang dilakukan ketika fraktur tersebut tidak dapat direduksi secara cukup

dengan close reduction, untuk mempertahankan posisi yang tepat pada fragmen fraktur (John C. Adams,

1992 dalam Potter & Perry, 2005).

Fungsi ORIF untuk mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami

pergerakan. Internal fiksasi ini berupa intra medullary nail, biasanya digunakan untuk fraktur tulang panjang

dengan tipe fraktur transvers.Open Reduction Internal Fixation (ORIF) adalah sebuah prosedur bedah medis,

yang tindakannya mengacu pada operasi terbuka untuk mengatur tulang, seperti yang diperlukan untuk

beberapa patah tulang, fiksasi internal mengacu pada fiksasi sekrup dan piring untuk mengaktifkan atau

memfasilitasi penyembuhan (Brunner & Suddart, 2003).

2.1.3 Tujuan ORIF (Open Reduction Internal Fixation)

Ada beberapa tujuan dilakukannya pembedahan Orif, antara lain:

1. Memperbaiki fungsi dengan mengembalikan gerakan dan stabilitas

2. Mengurangi nyeri.

3. Klien dapat melakukan ADL dengan bantuan yang minimal dan dalam lingkup keterbatasan klien.
4. Sirkulasi yang adekuat dipertahankan pada ekstremitas yang terkena

5. Tidak ada kerusakan kulit

2.1.4 Indikasi dan Kontraindikasi ORIF (Open Reduction Internal Fixation)

Indikasi tindakan pembedahan ORIF:

1. Fraktur yang tidak stabil dan jenis fraktur yang apabila ditangani dengan metode terapi lain, terbukti tidak

memberi hasil yang memuaskan.

2. Fraktur leher femoralis, fraktur lengan bawah distal, dan fraktur

intraartikular disertai pergeseran.

3. Fraktur avulsi mayor yang disertai oleh gangguan signifikan pada struktur otot tendon

Kontraindikasi tindakan pembedahan ORIF:

1. Tulang osteoporotik terlalu rapuh menerima implan

2. Jaringan lunak diatasnya berkualitas buruk

3. Terdapat infeksi

4. Adanya fraktur comminuted yang parah yang menghambat rekonstruksi.

5. Pasien dengan penurunan kesadaran

6. Pasien dengan fraktur yang parah dan belum ada penyatuan tulang

7. Pasien yang mengalami kelemahan (malaise)

2.1.5 Keuntungan dan Kerugian ORIF (Open Reduction Internal Fixation)

Keuntungan dilakukan tindakan pembedahan ORIF:

1. Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.

2. Ketelitian reposisi fragmen-fragmen fraktur.

3. Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf di sekitarnya.

4. Stabilitas fiksasi yang cukup memadai dapat dicapai

5. Perawatan di RS yang relatif singkat pada kasus tanpa komplikasi.


6. Potensi untuk mempertahankan fungsi sendi yang mendekati normal serta kekuatan otot selama

perawatan fraktur.

Keuntungan dilakukan tindakan pembedahan ORIF:

1. Setiap anastesi dan operasi mempunyai resiko komplikasi bahkan kematian akibat dari tindakan tersebut.

2. Penanganan operatif memperbesar kemungkinan infeksi dibandingkan pemasangan gips atau traksi.

3. Penggunaan stabilisasi logam interna memungkinkan kegagalan alat itu sendiri.

4. Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak, dan struktur yang sebelumnya tak

mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi.

2.1.6 Perawatan Post Operasi ORIF (Open Reduction Internal Fixation)

Dilakukan utnuk meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan pada bagian yang sakit. Dapat dilakukan

dengan cara:

1. Mempertahankan reduksi dan imobilisasi.

2. Meninggikan bagian yang sakit untuk meminimalkan pembengkak.

3. Mengontrol kecemasan dan nyeri (biasanya orang yang tingkat kecemasannya tinggi, akan merespon

nyeri dengan berlebihan)

4. Latihan otot

Pergerakan harus tetap dilakukan selama masa imobilisasi tulang, tujuannya agar otot tidak kaku dan

terhindar dari pengecilan massa otot akibat latihan yang kurang.

5. Memotivasi klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap dan menyarankan keluarga untuk selalu

memberikan dukungan kepada klien..

BAB 3

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN

.Pengkajian
Pengkajian awal dilakukan tanggal 30 September 2019 jam 15.00 di Rawat Inap RS Orthopedi dan

Traumatologi Surabaya dan diperolehdata sebagai berikut :

1.Biodata Identitas pasien

Nama :Ny. A,

Umur : 37 tahun,

Jenis kelamin : Perempuan,

Pendidikan : SMA

,Pekerjaan : Ibu rumah tangga,

Suku bangsa : Jawa Indonesia,

Alamat :Kalirejo RT1/ RW1 Kangkung,

Status perkawinan : Kawin,

Agama : Islam,

Tanggal masuk 23 April 2011 jam 20.10,

No. register : 93925 ,

Diagnosamedis : Post Sectio Caesaria atas indikasi Letak SungsangIdentitas Penanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai