Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalah di atas, Bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien yang mengalami Post Operasi Fraktur Femur tibia plateau
dengan tindakan Orif Plating di Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi
Surabaya .
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami Bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien yang mengalami Post Operasi Fraktur Femur tibia plateau
dengan tindakan Orif Plating di Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi Surabaya .
Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien yang mengalami Post Operasi
Fraktur Femur tibia plateau dengan tindakan Orif Plating di Rumah Sakit Orthopedi dan
Traumatologi Surabaya .
Manfaat Penelitian
a. Manfaat Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian dapat memberikan masukan bagi rumah sakit untuk langkah-
langkah kebijakan dalam rangka peningkatan mutu keperawatan terutama yang
berkaitan dengan asuhan keperatawan Post Operasi Fraktur Femur tibia plateau
dengan tindakan Orif Plating di Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi
Surabaya .
b. Manfaat Bagi Peneliti.
1. Hasil penelitian dapat memberikan pengetahuan tentang pengalaman
merawat pasien Post Operasi Fraktur Femur tibia plateau dengan tindakan Orif
Plating sehinggah dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang
dihadapi.
2. Menambah wawasan dalam ilmu keperawatan mengenai peran perawat
dalam upaya memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
Fraktur Femur tibia plateau
BAB 2
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang
diabsorbsinya. Patah tulang terbuka atau disebut juga opened fracture adalah
keadaan patah tulang yang terjadi dengan adanya hubungan antara jaringan
tulang yang patah tersebut dengan lingkungan eksternal dari kulit.
B. fraktur Tibia Plateau
Fraktur tibia adalah fraktur yang terjadi pada bagian tibia sebelah kanan
maupun kiri akibat pukulan benda keras atau terjatuh (Smeltzer & Bare, 2003)
Menurut Mansjoer (2007), fraktur tibia (bumper fracture/fraktur tibia plateau)
adalah fraktur yang terjadi akibat trauma langsung dari arah samping lutut
dengan kaki yang masih terfiksasi ke tanah.
Fraktur tibia plateu merupakan fraktur yang terjadi sebagai akibat kompresi
bagian atas tibia terhadap femur, sehingga terjadi kerusakan pada satu sisi.
(Helmi & Zairin, 2012)
a. Etiologi
tiga, yaitu:
1. Cedera traumatic
spontan
b. Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari benturan,
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal jika tulang itu lemah
(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit
paget). Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit, dimana dengan
trauma minor atau tanpa trauma mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada
keadaan : tumor tulang (jinak atau ganas), infeksi seperti osteomyelitis, rakhitis,
suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D yang
Tanda dan gejala fraktur tibia umumnya sebagai berikut (Helmi & Zairin, 2012):
1. Nyeri
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang dimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bidai alamiah yang dirancang
2. Kehilangan fungsi
Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
3. Deformitas
teraba.
Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat
diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama
5. Krepitasi
Teraba adanya derikan tulang atau krepitus akibat gesekan fragmen satu dengan
yang lain.
6. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit yang terjadi akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah
Pengertian ORIF (Open Reduction Internal Fixation) Pasien yang memiliki masalah di bagian musculoskeletal
memerlukan tindakan pembedahan yang bertujuan untuk memperbaiki fungsi dengan mengembalikan
gerahan, stabilisasi, mengurangi nyeri, dan mencegah bertambah parahnya gangguan musculoskeletal.
Salah satu prosedur pembedahan yang sering dilakukan yaitu dengan fiksasi interna atau disebut juga
dengan pembedahan ORIF (Open Reduction Internal Fixation). Open Reduction Internal Fixation (ORIF)
pemasangan internal fiksasi yang dilakukan ketika fraktur tersebut tidak dapat direduksi secara cukup
dengan close reduction, untuk mempertahankan posisi yang tepat pada fragmen fraktur (John C. Adams,
Fungsi ORIF untuk mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami
pergerakan. Internal fiksasi ini berupa intra medullary nail, biasanya digunakan untuk fraktur tulang panjang
dengan tipe fraktur transvers.Open Reduction Internal Fixation (ORIF) adalah sebuah prosedur bedah medis,
yang tindakannya mengacu pada operasi terbuka untuk mengatur tulang, seperti yang diperlukan untuk
beberapa patah tulang, fiksasi internal mengacu pada fiksasi sekrup dan piring untuk mengaktifkan atau
2. Mengurangi nyeri.
3. Klien dapat melakukan ADL dengan bantuan yang minimal dan dalam lingkup keterbatasan klien.
4. Sirkulasi yang adekuat dipertahankan pada ekstremitas yang terkena
1. Fraktur yang tidak stabil dan jenis fraktur yang apabila ditangani dengan metode terapi lain, terbukti tidak
3. Fraktur avulsi mayor yang disertai oleh gangguan signifikan pada struktur otot tendon
3. Terdapat infeksi
6. Pasien dengan fraktur yang parah dan belum ada penyatuan tulang
perawatan fraktur.
1. Setiap anastesi dan operasi mempunyai resiko komplikasi bahkan kematian akibat dari tindakan tersebut.
2. Penanganan operatif memperbesar kemungkinan infeksi dibandingkan pemasangan gips atau traksi.
4. Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak, dan struktur yang sebelumnya tak
mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi.
Dilakukan utnuk meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan pada bagian yang sakit. Dapat dilakukan
dengan cara:
3. Mengontrol kecemasan dan nyeri (biasanya orang yang tingkat kecemasannya tinggi, akan merespon
4. Latihan otot
Pergerakan harus tetap dilakukan selama masa imobilisasi tulang, tujuannya agar otot tidak kaku dan
5. Memotivasi klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap dan menyarankan keluarga untuk selalu
BAB 3
A. ASUHAN KEPERAWATAN
.Pengkajian
Pengkajian awal dilakukan tanggal 30 September 2019 jam 15.00 di Rawat Inap RS Orthopedi dan
Nama :Ny. A,
Umur : 37 tahun,
Pendidikan : SMA
Agama : Islam,
Diagnosamedis : Post Sectio Caesaria atas indikasi Letak SungsangIdentitas Penanggung jawab.