EKOLOGI TUMBUHAN
OLEH :
KELOMPOK : 7
2018
Lembaran Pengesahan
EKOLOG TUMBUHAN
Oleh:
Kelompok : 7
Dosen Pembimbing
Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan kita kenikmatan,
berapa kesehatan maupun pengetahuan. Selawat beserta salam selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga, para sahabat, dan para pengikut beliau
yang selalu berpengang teguh serta menyebarkan islam yang dibawanya hingga
hari kiamat.
Rasa syukur kami panjatkan kepada Allah karena dengan izinnya
kamitelah dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum Ekologi Tumbuhan ini.
Tentu dalam kami menyelesaikan laporan akhir ini tidak lepas dari bantuan orang
lain, baik itu rujukan dasar teori, dosen pembimbing, kakak/abang asisten, staf
laboratoriumserta para teman-teman yang ikut memberikan saran yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan laporan akhir ini. Atas bantuannya kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.
Dalam menyelesaikan laporan akhir ini tentu kami memiliki kekurangan
dan kesalahan, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat membantu
dalam penyempurnaan laporan akhir kami untuk yang akan datang. Kami
berharap semoga laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
kami selaku anggota kelompok tujuh.
Kelompok 7
PERCOBAAN I
____________
1
Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium
Ekologi. Fakultas Kehutanan. Institut P ertanian Bogor, Bogor. h. 211.
2
Kusmana, C, 1997. Metode Survey Vegetasi. PT. Penerbit Institut Pertanian Bogor.
Bogor. h. 125.
diperbesar dua kali dan jenis-jenis yang ditemukan kembali didaftarkan. Pekerjaan
berhenti sampai dimana penambahan luas petak tidak menyebabkan penambahan
yang berarti pada banyaknya jenis. Luas minimun ini ditetapkan dengan dasar jika
penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-
10%. 3
____________
3
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB. Hal. 27-28.
3. Dicatat seluruh jenis dan jumlah tumbuhan yang ditemukan pada petak
contoh I dalam tabel lembaran data
4. Kemudian diperluas petak contoh I menjadi dua kali lipat semula, dan
menjadi petak contoh II. Dicatat petambahan jumlah jenis tumbuhan
yang ditemukan
5. Perluasan petak dilakukan seterusnya, sampai tidak terdapat penambahan
jumlah jenis tumbuhannya. Jika penambahan terus terjadi , maka
perluasan petak contoh dihentikan sampai penambahan jenis
tumbuhannya kurang dari 10%
Kelembaban Kelembaban
No. Suhu pH Intensitas cahaya
tanah udara
1 30,7o C 5 75 % 5
2 30,7o C 5 75 % 5
3 30,7o C 5 75 % 5
4 30,7o C 5 75 % 5
5 30,7o C 5 75 5
VIII. Pembahasan :
IX. Kesimpulan :
1. Kurva spesies-area (species-area curve, SAC) adalah grafik yang
menggambarkan hubungan antara jumlah jenis dengan ukuran kuadrat
(petak ukur).
2. SAC dapat digunakan untuk menentukan luas kuadrat tunggal minimum
yang mewakili suatu komunitas tumbuhan dari segi jenis penyusun.
3. Luasan petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keragaman
jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin beragam jenis yang
terdapat pada areal tersebut makin luas kurva spesies areanya.
4. Caranya adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat pada
petak kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-jenis
yang ditemukan kembali didaftarkan.
5. Tumbuhan yang paling mendominasi di kawasan hutan Desa Iboih
yaitu Ficus racemosa.
PERCOBAAN II
____________
4
Anonymous, Ekologi Tumbuhan. (Malang: UMM Press,2001), h. 12
5
Charles, Tumbuhan Berguna Indonesia III, (Jakarta: Yayasan Wana Jaya, 1992), h. 52.
6
Hasan, AnalisisPertumbuhanTanaman, (Yogyakarta: UGM press, 1993), h. 35.
V. Alat dan Bahan :
a. Alat
1. Tali rafia atau benang untuk menentukan luas petak
2. Patok untuk tanda pembatas setiap petak contoh
3. Alat tulis, penggaris, dan penghapus
4. Perlengkapan untuk pembuatan herbarium
5. Kamera digital untuk mengambil gambar setiap sampel
6. Gunting tumbuhan untuk mengambil sampel
7. Kantungplastik untuk megumpulkan hasil pengambilan sampel dari
lapangan
8. Buku identifikasi
b. Bahan
1. Suatu tipe komunitas tumbuhan tetentu sebagai objek praktikum
2. Bahan dalam pembuatan herbarium seperti alkohol 70% dan kertas
koran sebagai pembungkus sampel
3. Kertas label dan lembaran data untuk proses pengumpulan data
Kerapatan
Frrekuensi
Dominansi
Nilai penting
NP = Kr + Fr + Dr
Kr : Kerapatan relative
Fr : Frekuensi relative
Dr : Dorminan relative
____________
7
M. Michael, Program Metode Ekologi (Jakarta: UI, 1994), h. 65.
8
Swanarmo, dkk, Pengantar Ilmu Lingkungan, (Malang: Universitas Muhammadyah,
1996), h. 78
Metode kuadran terdiri dari dua macam, yaitu Point-quarter dan Wandering-
quarter. Point-quarter merupakan metode yang penentuan titik-titik terlebih
dahulu ditentukan di sepanjang garis transek. Jarak satu titik dengan lainnya dapat
ditentukan secara acak atau sistematis. Wandering-quarter merupakan suatu
metode dengan cara membuat suatu garis transek dan menetapkan titik sebagai
titik awal pengukuran.9
9
Simanung, Analisis Vegetasi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), h.47
3. Dari titik A ditariklah tali rafia dengan ukuran (10 m untuk pohon0
tegak lurus dengan arah transek. Dengan ukuran yang sama tari kembali
tali rafia ke arah kanan tegak lurus dngan arah transek (membentuk
sudut 90 derjat), kemudian ke arah belakan (membentuk sudut 180
derajat), dan terakhir ke arah kiri (membentuk sudut 270 derajat),
sehingga membentuk 4 kuadrat
4. Pada setiap kuadrat dilakukan pengamatan terhadap satu pohon atau
tiang yang terdekat dengan titik A. Parameter yang diukur yaitu jarak
dari titik A ke pohon/tiang terdekat, diamter pohon setinggi dada
(DBH) dan juga luas penutupan tajuknya (dominasi)
5. Kemudian ditentukan titik pengamatan berikut (lokasi II) dengan cara
bergerak searah dengan garis transk dengan jarak dari titik pengamatan
harus lebih besar dari dua kali jarak terjauh antara pohon dengan titik
pengamatan (bisa 100 m)
6. Dilakukan kembali proses pengukuran pada lokasi II seperti pada lokasi
pengamatan I
7. Dicari indeks nilai penting dan SDRnya.
Kerapatan
Frrekuensi
Dominansi
dominansi mutlak spesies i
Dm = jumlah total luas petak contoh
Nilai penting
NP = Kr + Fr + Dr
Kr : Kerapatan relative
Fr : Frekuensi relative
Dr : Dorminan relative
IX. Pembahasan
Metode kuadran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuadran jenis point-quarter dimana dalam metode ini ditentukan titik-titik terlebih
dahulu disepanjang garis transek. Jarak satu titik dengan lainnya dapat ditentukan
secara acak atau sistematis. Masing-masing titik dianggap sebagai pusat dari arah
kompas, sehingga setiap titik didapat empat buah kuadran. Pada masing-masing
kuadran inilah dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan satu pohon
yang terdekat dengan pusat titik kuadran. Selain itu diukur pula jarak antara
pohon terdekat dengan titik pusat kuadran.
Kuadran yang dibuat dalam penelitian ini terdiri atas empat kuadran dan
ditiap masing-masing kuadran terdapat jenis-jenis tumbuhan yang berbeda.
Kuadran pertama ditemukan tumbuhan Ficus racemosa, Shorea sp. dan
Parakmeria yunnanensis. Kuadran kedua terdapat tumbuhan Scorodocarpus
borneensis, Pterospermum javanicum dan Aquilaria malaccensis. Kuadran ketiga
dan keempat ditemukan tumbuhan Pterospermum javanicum, Aquilaria
malaccensis, Pterocarpus rohrii, Syzygium polyanthum, dan Dyera costulata.
X. Kesimpulan
1. Metode kuadran terbagi menjadi dua macam, yakni metode Point-
quarter dan Wandering-quarter.
2. Metode yang penentuan titik-titik terlebih dahulu ditentukan di
sepanjang garis transek disebut dengan metode Point-quarter.
3. Wandering-quarter adalah suatu metode dengan cara membuat suatu
garis transek dan menetapkan titik sebagai titik awal pengukuran.
4. Kuadran pertama ditemukan tumbuhan Ficus racemosa, Shorea sp. dan
Parakmeria yunnanensis.
5. Kuadran ketiga dan keempat ditemukan tumbuhan Pterospermum
javanicum, Aquilaria malaccensis, Pterocarpus rohrii, Syzygium
polyanthum, dan Dyera costulata.
PERCOBAAN IV
11
Heddy S., Kurniati M.,. Prinsip-prinsipDasar Ekologi. (Jakarta:Raja Grafindo Persada,
1996), hal. 80
cm ke atas menggunakan plot berukuran 10 x10 m, sedangkan subplot yang
digunakan untuk tumbuhanbawah berukuran 2 x 2 m. Parameter yang diukurdi
lapangan meliputi nama jenis, jumlah individu tiap jenis,diameter, tinggi, dan
tinggi bebas cabang. Parameter ini diukur untuk menghitung nilai frekuensi relatif
(FR),kerapatan relatif (KR), dan dominansi relatif (DR) sehinggadiperoleh indeks
nilai penting (INP). Pada tingkat pohonINP = FR + KR + DR, sedangkan
tumbuhan bawah(semai)INP = FR + KR.12
Frekuensi lokal adalah jumlah sub petak contohyaitu: setiap jenis pohon
hadir di setiap petak contoh dibagijumlah seluruh sub petak dalam setiap petak
contoh.Frekuensi adalah jumlah petak contoh dimana setiap jenispohon hadir
dibagi jumlah seluruh petak contoh. Untuk jenistumbuhan yang belum
teridentifikasi dibuat herbariumnya, dicocokkan dengan koleksi herbarium yang
dimiliki Satuan Kerja CAPP. 13
____________
12
Lily Ismaini, dkk., Analisis Komposisi dan Keanekaragaman Tumbuhan di Gunung
Dempo, Sumatera Selatan, Jurnal Pros Sem Nas Masy Biodiv Indonesia, Vol. 1, No.6, (2015), hal.
1397
13
Agung Kurniawan, Persebaran Jenis Pohon di Sepanjang Faktor Lingkungan di Cagar
Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat, JurnalBiodiversitas, Vol.9, No. 4, (2008), hal. 276
b. Bahan
1. Tumbuh-tumbuhan yang ada di hutan Ibioh Sabang
2. Alkohol 70%
3. Kertas lebel
4. Lembaran data
Transek kanan
Luas Tinggi
Nama DBH
No Nama Ilmiah Tutupan Pohon
Daerah (cm)
Tajuk (m) (m)
Ka = 1,5
1 Ara/loa Ficus racemosa 34 Ki = 14
1,5
Ka = 1
2 Meranti Shorea sp. 33 12
Ki = 1
Parakmeria
3 71 D = 1,5 B = 1,5
10
yunnanensis
Scorodocarpus Ka = 1
4 Kulim 20 15
borneensis Ki = 1
Pterospermum D=1
5 Bayur 40 16
javanicum B=1
Aquilaria Ka = 1
6 Gaharu 20 13
malaccensis Ki = 1
D=1
7 Ara Ficus carica L. 41 16
B=1
Ka = 0,5
8 Jelutung Dyera costulata 39 Ki = 17
0,5
Ka = 3
9 Kapuk Ceiba Pentandra 158 19
Ki = 3
10 Angsana Pterocarpus rohrii 20 10
Syzygium Ka = 2
11 Salam 53 25
polyanthum Ki = 2
Transek kiri
Pterospermum Ka = 2
1. Bayur 30 19
javanicum Ki = 2
Aquilaria Ka = 1
2. Gaharu 23 15
malaccensis Ki = 1
Ka = 1,5
3. Angsana Pterocarpus rohrii 30 13
Ki = 1,5
Ka = 1
4. Jelutung Dyera costulata 53 15
Ki = 1
Daemonorops Ka = 2
5. Rotan 61 17
longipes Ki = 2
Syzygium Ka = 2
6. Salam 30 9
polyanthum Ki = 2
Data analisis metode transek
VIII. PEMBAHASAN
IX. Kesimpulan
1. Metode transek merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
mengetahui jenis-jenis vegetasi dalam hutan,
2. Pada pengamatan yang dilakukan di Sabang ditarik garis lurus dari tiik
nol/ titik awal pengamatan sejauh 100 meter kedepan, ke kiri 10 meter
dan ke kanan 10 meter.
3. Metode transek line, garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman
yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/
dijumpai.
4. Pengamatan dan identifikasi yang dihitung pada pohon tersebut adalah
tinggi pohon, diameter pohon dan kanovi pohon.
5. Pengamatan di Sabang metode transek digunakan untuk mengetahui
komposisi jenis,tumbuhan,peranan,penyebaran,dan struktur pohon dari
vegetasi hutan yang diamati
LAMPIRAN
PERCOBAAN V
____________
14
Syafei., Ilmu Ekologi, (Jakarta : Erlangga. 2009), hal. 85.
Hasanuddin, , “Model Arsitektur Pohon Hutan Kota Banda Aceh Sebagai Penunjang
15
b. Bahan :
1. Suatu tipe komunitas tumbuhan tertentu sebagai objek praktikum
2. Bahan dalam pembuatan herbarium seperti : alcohol 70 % dan kertas
Koran sebagai pembungkus sampel
3. Kertas label dan lembaran data untuk proses pengumpulan data
4. Peta vegetasi dan foto udara.
____________
19
Hilmi, E dan Kusmana, C., Model Pendugaan Potensi Karbon Flora Bakau, (Bogor:
Fahutan IPB, 2008), hal. 50
20
Khiatudin, M, Melestarikan Sumber Daya Air dan Teknologi Rawa Buatan,
(Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press, Cetakan ke-2, 2003), hal. 73
Stok karbon diestimasi dari biomassanya dengan mengikuti aturan 46%
biomassa adalah karbon, adapun metode estimasi biomassa salah satunya adalah
metode elometrik . estimasi dilakukan dengan cara mengukur diameter batang
pohon setinggi dada (diameter at breast height, DBH), yang terdapat pada plot
penelitian. Kemudian DBH digunakan sebagai variabel bebas dari persamaan
alometrik yang menghubungkan biomassa sebagai variabel terikat dan DBH
sebagai variabel bebas.21
Kandungan karbon tanaman dihitung berdasarkan nilai karbon (C) pada
setiap organ tanaman (batang, daun dan pelepah) kemudian dijumlahkan untuk
setiap pohon. Pengukuran kandungan karbon pada organ tanaman dilakukan
secara langsung yakni dengan menggunakan metode karbonisasi atau
pengarangan. Komponen pohon yang terdiri atas batang, cabang, ranting/ daun
dan buah yang telah dilakukan pengukuran berat kering, diambil sampel dengan
berat tertentu untuk dilakukan proses pengarangan atau karbonasi dengan
menggunakan retort listrik pada suhu akhir 500oC selama ± 4 jam.22
____________
Aufa Ilmiyana, “Estimasi Stok Karbon pada Tegakan Pohon Rhizopora stylosa di Pantai
21
____________
23
Husna, dkk, “Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Rizosfer Ricopsis Mooniana (Thw.)
Thw. di Sulawesi Tenggara”, Berita Biologi, Vol.13, No. 03 2014, h. 263.
kelembaban yang ekstrim, meningkatkan produksi hormon pertumbuhan dan zat
pengatur tumbuh lainnya seperti auksin, cytokinin, giberalin, dan vitamin terhadap
tanaman inangnya24
Mikoriza mampu meningkatkan katahanan terhadap serangga patogen
akar, misalnya dengan menghasilkan selubung akar atau antibiotik. Mikoriza juga
dapat meningkatkan resistensi terhadap kekeringan, terutama pada daerah yang
kurang hujan. Pertumbuhan tanaman pada tanah yang tercemar logam berat dapat
ditingkatkan ketahanannya jika dikolonisasi oleh mikoriza, misalnya pada daerah
pertambangan. Mikoriza juga mampu menyesuaikan diri pada lingkungan yang
ekstrim, terutama pada tanah yang marginal seperti daerah kering, pH rendah,
tanah masam, dan lainnya.25
____________
24
Nuhamara, S.T., Peranan mikoriza untuk reklamasi lahan kritis. (Program Pelatihan
Biologi dan Bioteknologi Mikoriza, 1994).
25
Killham, K. and R. Foster, Soil Ecology. (Cambridge University Press, 1995).
2. Bahan
1. Aquadest
2. Gliserol
3. Tanah
2. Pengolahan sampel
Sampel diambil sebanyak 250 gram dan dimasukkan kedalam saringan
bertingkat untuk disaring
hasilnya dimasukkan kedalam gelas ukuran 3000 ml (perlakuan ini
diulang beberapa kali)
hasil sampel terakhir dimasukkan kedalam botol sampel dan
ditambahkan aquadest sebanyak 20 ml.
Ditambahkan gliserol 50 % kedalam botol sampel sebanyak 20 ml.
Dilakukan sentrifuse selama 5 menit pada suhu 20- 25 c dengan
kecepatan 500 rpm
Diambilah bagian tengah dari hasil sentrifuse dan masukkan dalam
saringan yang paling kecil dan bilas dengan air
sisa sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi dengan air hingga 40
ml.
3. Menghitung dan identifikasi
Sampel didalam tabung diambil dengan pipet tetes sebanyak 100
mikron liter,
dimasukkan kedalam petridisk yang dialasi dengan ketras milimeter dan
letakkan di mikroskop.
Dihitunglah dengan membedakan warna (hitam, coklat, oranye, kuning
dan putih/ transparan)
Sampel di dokumentasikan dan diidentifikasi spesiesnya
H’ = - ∑(Pi)(Lnpi)
Keterangan:
H’ = Indeks Keanekaragaman
ni = jumlah individu ke i
Dengan kriteria:
25
20
15
10
IX. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kawasan hutan Desa Iboih,
Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang ditemukan dua genus spora fungi mikoriza
arbuskula, yaitu genus Glomus dan genus Acaulospora. Genus Glomus yang
terdiri dari 7 spesies diantaranya Glomus constrictum, Glomus coronatum,
Glomus constritum, Glomus deserticola, Glomus intraradices, Glomus margarita,
Glomus versiforme dan genus Acaulospora yang terdiri dari satu spesies, yakni
Acaulospora gedanensis.
Jumlah seluruh individu fungi mikoriza arbuskula adalah 86 individu dengan
8 spesies yang berbeda-beda antara lain Acaulospora gedanensis terdiri dari 8
individu, Glomus constrictum terdiri dari 3 individu, Glomus coronatum terdiri
dari 9 individu, Glomus constritum terdiri dari 27 individu, Glomus deserticola
terdiri dari 3 individu, Glomus intraradices terdiri dari 7 individu, Glomus
margarita terdiri dari 12 individu dan Glomus versiforme terdiri dari 3
individu17.
Berdasarkan data Tabel 1.1. menunjukkan Glomus merupakan genus yang
umum dijumpai, sementara genus Acaulospora ditemukan pada lokasi tertentu
saja, sehingga secara umum hasil penelitian yang diperoleh ialah genus Glomus
merupakan genus yang paling dominan. Hal ini berhubungan dengan spesies
Glomus yang lebih banyak dibandingkan dengan genus lain. Glomus juga
mempunyai tingkat adaptasi yang cukup tinggi terhadap lingkungan baik pada
kondisi tanah yang masam maupun netral.
Menurut Tushardan Satish (2013) menyatakan faktor yang memengaruhi
kolonisasi fungi mikoriza arbuskular, yaitu pH tanah, kelembapan, temperatur,
dan intensitas cahaya. Kondisi pH tanah asam (pH <7) jumlah kerapatan spora
tinggi, sedangkan tanah alkali (pH >7) kerapatan spora rendah. Jumlah sporapada
musim panas lebih sedikit,sedangkan pada musim penghujan spora lebih banyak,
karena pada saat tersebut tanah di sekitar pohon lembap.26
Berdasarkan tabel analisis data (tabel 1.2) mengenai tingkat keanekaragaman
fungi mikoriza arbuskula yang dihitung dengan menggunakan indeks Shanon
Wiener (H’= -∑(Pi) (LnPi)) dan indek keanekaragaman yang diperoleh adalah
1,854408922, sehingga dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman fungi mikoriza
arbuskula di kawasan hutan Desa Iboih, Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang
dikategorikan sedang.
____________
26
Eka Sukmawaty, dkk,“Identifikasi Cendawan Mikoriza Arbuskula dari Perakaran
Tanaman Pertanian”, Jurnal Biogenesis, Vol. 0 4, No. 01 (2016), h. 19.
X. Kesimpulan
1. Fungi mikoriza arbuskula (FMA) merupakan simbion akar yang
bersimbiosis dengan mayoritas tumbuhan tingkat tinggi dan umumnya
ditemukan pada ekosistem terestrial.
2. Mikoriza yang ditemukan di kawasan hutan Desa Iboih, Kecamatan
Sukakarya, Kota Sabang ditemukan dua genus spora fungi mikoriza
arbuskula, yaitu genus Glomus dan genus Acaulospora.
3. Genus Glomus yang terdiri dari 7 spesies diantaranya dan genus
Acaulospora yang terdiri dari satu spesies.
4. Glomus merupakan genus yang paling dominan karena Glomus
mempunyai tingkat adaptasi yang cukup tinggi terhadap lingkungan
baik pada kondisi tanah yang masam maupun netral.
5. Keanekaragaman fungi mikoriza arbuskula di kawasan hutan Desa
Iboih, Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang dikategorikan sedang.
LAMPIRAN
PERCOBAAN VIII: PENGUKURAN LAJU INFILTRASI
____________
27
Arsyad, Kajian Infiltrasi dan Permeabilitas Tanah Beberapa Model Tanaman, (Surabay :
USM, 2011). h. 42
28
Marina, Pengukuran Laju Infiltrasi pada Lahan yang Berbeda, (Medan, USUPress, 2008),
h.106
29
Januardi, “Pengamtan Tanah dan Air”, Jurnal Penelitian, Vol.1. No. 2 (2003). h. 106
30
Widy, “Jenis-Jenis Tanah”’, Jurnal Hutan. Vol.2, No.3 (2010), h.11
V. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Double ring infoltremeter
2. Stop watch
3. Penggaris
4. Palu besi
5. Ember dan gayung
6. Buku catatan dan alat tulis
7. Kalkulator
b. Bahan
1. Air secukupnya
____________
31
Sri Mekar Diah, dkk.,Seri Buku Informasi dan Potensi Taman Nasional Alas Purwo,
(Banyuwangi: Balai Taman Nasional Alas Purwo, 2011), h. 8
32
Eka Fitriah, Et all.,”Studi Analisis Pengelolaan Hutan Mangrove Kabupaten Cirebon”, Jurnal
Scientiae Educatia, Vol. 2, No. 2, (2013), 1-5.
oleh periode pasang surut laut pemasukan air permukaan yang masuk melalui sungai,
sehingga akan terjadi perbedaan salinitasi di kawasan mangrove. Secara fisik hutan
mangrove berfungsi sebagai peredam hempasan gelombang.33
Sistem perakarannya dapat berperan sebagai perangkap sediment dan pemecah
gelombang. Hal ini dapat terjadi apabila didukung oleh formasi hutan mangrove yang
belum terganggu atau kondisinya masih alami. Kerapatan hutan mangrove yang
cenderung menurun maka fungsinya sebagai peredam gelombang juga akan cenderung
menurun sistem perakaran mangrove dapat mengikat dan menstabilkan substrat di garis
pantai sehingga garis pantai tetap stabil, akibatnya badan pantai akan terus meninggi,
(ghufran, 2012)34
2. Bahan
1. Alkohol 70%
____________
33
Warsidi dan Sri Endayani, “Komposisi Vegetasi Mangrove di Teluk Balikpapan Provinsi
Kalimantan Timur”, Jurnal Agrifor, Vol. 16, No. 1, (2017), h. 118.
34
Yostan Lahabu, Et all.,”Kondisi Ekologi Mangrove di Pulau Mantehage Kecamatan Wori
Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara”, Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, Vol. 2, No. 1,
(2015), h. 45.
VI. Cara Kerja :
1. Ditentukan luas area yng diteliti sepanjang garis transek. Mengukur setiap
jarak di sepanjang 1 m garis transek. Menandai tiap-tiap transek sebagai titik
cuplikan tiap kelompok.
2. Tiap kelompok mengambil setiap titik sebanyak 4 kali dengan cara memasang
plot kuadrat ukuran 1x1 m2
3. Pada masing-masing plot kuadrat, dihutung jumlah populasi manggrove yang
ada pada tiap plot dan mnghitung berapa jenis spesies yang ada pada tiap plot
4. Diidentifikasi spesies pada setiap plot kuadrat
5. Diambil daun atau bagian dari pohon tersebut untuk dibuat herbarium agar
mempermudah melakukan identifikasi
6. Diidentifikasi pohon tersebut dengan menggunakan buku identifikasi
7. Diukur faktor fisik lingkungan
Kerapatan
Frrekuensi
Dominansi
Nilai penting
NP = Kr + Fr + Dr
Kr : Kerapatan relative
Fr : Frekuensi relative
Dr : Dorminan relative
Keanekaragaman: H’ = - ∑(Pi)(LnPi)
VII. Hasil pengamatan :
Data pengamatan vegetasi manggrove
Regnum : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
IX. Kesimpulan :
1. Kegiatan pengumpulan data vegetasi mangrove dilakukan di titik 9 dengan
panjang total transek 40 m dan dibagi menjadi 4 plot kuadrat dengan luas
masing-masing yaitu 1010 m.
2. Jenis mangrove yang diperoleh dari hasil pengamatan dan identifikasi diperoleh
2 jenis mangrove, yaitu jenis bakau (Rhizophora sp.), dan tanjang (Brugeiera
sp.).
3. Jumlah total individu yang diperoleh adalah 22 individu dengan jumlah 17
keseluruhan spesies Rhizopora sp dan jumlah 5 keseluruhan Brugeiera sp
4. Berdasarkan analisis perhitungan indeks keanekaragaman diperoleh nilai H’=
1,621911003 sehingga indeks keanekaragamannya berada di kategori sedang
karena 1<H’<3.
5. Uji faktor fisika-kimia yang diperoleh yaitu tingkat salinitas berada pada kisaran
30 ppt, pH tanah berkisar 7,5-7,8, suhu udara berkisar 33C-35C, suhu air
berkisar 29C-30C, dan kelembapan berkisar 58%-82%
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, 2011, Kajian Infiltrasi dan Permeabilitas Tanah Beberapa Model Tanaman,
(Surabay : USM.
Eka Fitriah, Et all., 2013, ”Studi Analisis Pengelolaan Hutan Mangrove Kabupaten
Cirebon”, Jurnal Scientiae Educatia, Vol. 2, No. 2.
Januardi, 2003, “Pengamtan Tanah dan Air”, Jurnal Penelitian, Vol.1. No. 2.
Kusmana, C, 1997. Metode Survey Vegetasi. PT. Penerbit Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Marina, 2008. Pengukuran Laju Infiltrasi pada Lahan yang Berbeda, (Medan,
USUPress.
Sri Mekar Diah, dkk., 2011, Seri Buku Informasi dan Potensi Taman Nasional Alas
Purwo, (Banyuwangi: Balai Taman Nasional Alas Purwo.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB. Hal. 27-28.
Aufa Ilmiyana, “Estimasi Stok Karbon pada Tegakan Pohon Rhizopora stylosa di Pantai
Camplong, Sampang-Madura”, Jurnal Biologi, Vol. 1, No. 2 (2010).
Charles, Tumbuhan Berguna Indonesia III, (Jakarta: Yayasan Wana Jaya, 1992).
Dhany Yuniati, “Persamaan Allometrik Biomassa dan Karbon untuk Pendugaan
Simpanan Karbon dalam Mendukung Upaya Konservasi Savana Corypha
Utan”, Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, Vol. 10, No. 2, (2013),
Hasanuddin, , “Model Arsitektur Pohon Hutan Kota Banda Aceh Sebagai Penunjang
Pratikum Morfologi Tumbuhan”, Jurnal Edubio Tropika,Vol.1.No.1, 2013.
Hilmi, E dan Kusmana, C., Model Pendugaan Potensi Karbon Flora Bakau, (Bogor:
Fahutan IPB, 2008).
Husna, dkk, “Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Rizosfer Ricopsis Mooniana (Thw.)
Thw. di Sulawesi Tenggara”, Berita Biologi, Vol.13, No. 03 2014, h. 263.
Michael, P., Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang, (Yogyakarta : UGM. 1995),
Nuhamara, S.T., Peranan mikoriza untuk reklamasi lahan kritis. (Program Pelatihan
Biologi dan Bioteknologi Mikoriza, 1994).
Simanung, Analisis Vegetasi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), h.47