Anda di halaman 1dari 24

Nama : Nurul Huda

Nim : 150207030
Prodi : Pendidikan Biologi

ULUMUL QURAN

1. Pengertian Ulumul Quran

Al-Qur’an diturunkan Allah SWT kepada manusia sebagai petunjuk

mencapai keselamatan, kebahagiaan dunia dan akhirat. Pada masa Nabi, masalah-

masalah yang timbul selalu dapat diselesaikan dengan mudah, dengan bertanya

langsung kepada beliau. Namun perkembangan selanjutnya tidaklah demikian.

Dalam upaya menggali dan memahami isi Al-Qur’an, umat islam perlu kepada

alat untuk membedakannya. Mereka perlu ilmu untuk memahami Al-Qur’an. Ilmu

atau alat yang diperlukan tidak cukup satu, tetapi sangat banyak, maka muncul

istilah ‘ulum Al-Qur’an (ilmu-ilmu Al-Qur’an).1

Ulumul al-Quran merupakan kata majemuk (idhafah) dari kata ‘ulum dan al-

Quran. ‘Ulum adalah bentuk jamak dari ‘ilm yang artinya ilmu atau pengetahuan.

Ilmu dalam pengertian umum adalah informasi-informasi yang valid dalam suatu

objek dan tujuan, baik dalam bentuk deskriptif ataupun analitik. Secara sederhana,

gabungan kata ‘ulum dan al-Quran bermakna ilmu-ilmu yang berhubungan

dengan al-Quran. Adapun secara terminologis, ulum al-Quran adalah

pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan al-Quran dari aspek turunnya,

____________
1
Amroeni Drajat, Ulumul Qur’an: Pengantar Ilmu-Ilmu Al-Quran, (Medan: Kencana,
2017), h. 11
penyusunannya, i’jaznya, nasikh dan mansukhnya, dan menjelaskan hal-hal yang

samar di dalamnya.2

Ulumul Qur’an merupakan ungkapan kata yang berasal dari bahasa Arab,

terdiri dari dua kata yakni ulum dan Al-Qur’an. Kata Ulum adalah bentuk jamak

dari kata `ilm yang berarti ilmu-ilmu. Sedang Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Sebagai pedoman hidup manusia, bagi

yang membacanya merupakan suatu ibadah dan mendapatkan pahala. Dalam

kajian Islam ungkapan Ulumul Qur’an ini telah menjadi nama bagi suatu disiplin

ilmu, dan secara bahasa artinya ilmu-ilmu Al-Qur’an.3

Adapun mengenai definisi Ulumul Quran secara istilah, para ulama telah

merumuskan diantaranya : 4

1. Menurut Manna al-Qaththan: Ulumul Quran adalah ilmu yang mencakup

pembahasan yang berkaitan dengan al-Quran dari sisi informasi tentang

asbab al-nuzul (sebab-sebab turunya al-Quran), kodifikasi dan tertib

penulisan al-Quran, ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah (Makkiyah) dan

ayat-ayat yang diturunkan di Madinah (Madaniyah), dan hal-hal lain yang

berkaitan dengan al-Quran”.

2. Menurut al-Zarqani : Ulumul Quran adalah beberapa pembahasan yang

berkaitan dengan al-Quran dari sisi turun, urutan penulisan, kodifikasi, cara

____________
2
Muhammad Zaini, ‘Ulumul Qur’an Suatu Pengantar, (Banda Aceh: Yayasan Pena,
2005), h. 1
3
Oom Mukarromah, Ulumul Quran, (Depok: Rajagrafindo, 2013), h. 4
4
Syamsu Nahar, Studi Ulumul Quran, (Medan: Perdana Publishing, 2015), h. 1-2
membaca, kemukjizatan, nasikh, mansukh, penolakan hal-hal yang dapat

menimbulkan keraguan terhadapnya serta hal lainnya”.

3. Menurut Abu Syahbah: Ulumul Quran adalah ilmu yang memiliki objek-

objek pembahasan yang berhubungan dengan al-Quran, mulai dari proses

penurunan, urutan penulisan, penulisan, kodifikasi, cara membaca,

penafsiran, kemukjizatan nasikh-mansukh, muhkammutasyabih, serta

pembahasan lainnya.

4. Menurut Ash-Shabuny: Ulumul Quran adalah seluruh pembahasan yang

berhubungan dengan al-Quran al-Karim yang abadi, baik dari segi

penyusunannya, pengumpulannya, sistematikanya, perbedaan antara surat

Makiyah dan Madaniyah, pengetahuan tentang nasikh dan mansukh,

pembahasan tentang ayat-ayat yang muhkamat dan mutasyabihat, serta

pembahasan lain yang berhubungan dengan al-Quran al-Majid”.

Berdasarkan defenisi-defenisi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan Ulumul Qur’an (‘Ulûm Al-Qur’an) adalah ilmu-ilmu yang membahas

segala sesuatu tentang alqur’an, mulai dari pengertian Al-Qur’an, pengertian

wahyu, sejarah turunnya Al-Qur’an, sejarah pengumpulan Al-Qur’an, makkiyah

dan madaniyah, latar belakang turunnya ayat atau kelompok ayat tertentu kisah-

kisah dalam Al-Qur’an, mukjizat Al-Qur’an dan lain sebagainya sampai kepada

pembahasan tentang tafsir Al-Qur’an. 5

____________
5
Yunahar, Kuliah Ulumul Quran, (Yogyakarta: Itqa Publishing, 2014), h. 1
2. Ruang Lingkup Ulumul Quran

Ruang lingkup pembahasan Ulum Al-Quran itu jumlahnya sangat banyak.

Bahkan menurut Abu Bakar Al-Arabi, ilmu-ilmu Al-Quran itu mencapai 77.450.

Hitungan ini diperoleh dari hasil perkalian jumlah kalimat Al-Quran dengan

empat, karena masing-masing kalimat mempunyai makna zhahir, batin, hadd, dan

mathla. Jumlah itu akan semakin bertambah jika melihat urutan kalimat di dalam

Al-Quran serta hubungan antara urutan itu. Jika sisi itu yang dilihat, ruang lingkup

pembahasan Ulum Al-Quran tidak akan dapat dihitung (tak terhingga) lagi.

Berkenaan dengan persoalan ini, M. Hasbi Ash-Shiddiedy berpendapat bahwa

ruang lingkup pembahasan Ulum Al-Quran terdiri dari enam hal pokok berikut

ini:6

1. Persoalan Turunnya Al-Quran (Nuzul Al-Quran)

Persoalan ini menyangkut tiga hal:

 Waktu dan tempat turunnya Al-Quran (auqt nuzul wa mawathin an-

nuzul)

 Sebab-sebab turunnya Al-Quran (asbab an-nuzul)

 Sejarah turunya Al-Quran (tarikh al-nuzul)

2. Persoalan Sanad (Rangkaian Para Periwayat)

Persoalan ini menyangkut enam hal:

 Riwayat mutawatir

 Riwayat ahad

 Riwayat syadz
____________
6
Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 14
 Macam-macam qira’at nabi

 Para perawi dan penghafal al-quran

 Cara-cara penyebaran riwayat (tahammul)

3. Persoalan Qira’at (Cara Pembacaan Al-Quran)

Persoalan ini menyangkut hal-hal berikut ini:

 Cara berhenti (waqaf)

 Cara memulai (ibtida’)

 Imalah

 Bacaan yang diperpanjangkan (madd)

 Meringankan bacaan hamzah

 Memasukkan bunyi huruf yang sukun kepada bunyi sesudahnya (idgam)

4. Persoalan Kata-Kata Al-Quran

Persoalan ini menyangkut beberapa berikut ini:

 Kata-kata al-quran yang asing (gharib)

 Kata-kata al-quran yang berubah-ubah harakat akhirnya (mu’rab)

 Kata-kata al-quran yang mempunyai makna serupa (homonim)

 Padanan kata-kata al-quran (sinonim)

 Isti’arah

 Penyerupaan (tasybih)

5. Persoalan Makna-Makna Al-Quran Yang Berkenaan Dengan Hukum

Persoalan ini menyangkut hal-hal berikut:

 Makna umum (‘am) yang tetap dalam keumumannya

 Makna umum (‘am) yang dimaksudkan makna khusus


 Makna umum (‘am) yang maknanya dikhususkan sunnah

 Nash

 Makna lahir

 Makna global (mujmal)

 Makna yang diperinci (mufashshal)

 Makna yang ditunjukkan oleh konteks pembicaraan/makna yang

berdasarkan pengutaraan (manthuq)

 Makna yang dapat dipahami dari konteks pembicaran/makna yang

berdasarkan pemahaman (mahfhum)

 Nash yang petunjukknya tidak melahirkan keraguan (muhkam)

 Nash yang muski ditafsirkan karena terdapat kesamaran di dalamnya

(mutsyabih)

 Nash yang maknanya tersembunyi karena suatu sebab yang terdapat pada

kata itu sendiri (musykil)

 Ayat yang “menghapus” dan yang “dihapus” (nasikh-mansukh)

 Yang didahulukan (muqaddam)

 Yang diakhirkan (mu’akhakhar)

6. Persoalan Makna-Makna Al-Quran Yang Berpautan Dengan Kata-Kata

Al-Quran

Persoalan ini menyangkut hal-hal berikut:

 Berpisah (fashl)

 Bersambung (washl)

 Uraian singkat (i’jaz)


 Uraian panjang (ithnab)

 Uraian seimbang (musawah)

 Pendek (qashr)

C. Cabang-cabang (Pokok Bahasan) ‘Ulumul Quran

Diantara cabang-cabang (pokok bahasan) Ulumul Quran adalah sebagai

berikut.7

1. Ilmu Adab Tilawat Al-Quran, yaitu ilmu-ilmu yang menerangkan aturan-

aturan dalam pembahasan Al-Quran.

2. Ilmu Tajwid, yaitu ilmu yang menerangkan cara-cara membaca Al-Quran,

tempat memulai, atau tempat berhenti (waqaf)

3. Ilmu Mawathin An-Nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan tempat-tempat,

musim, awal, dan akhir turun ayat.

4. Ilmu Tawarikh An-Nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan dan masa dan urutan

turun ayat, satu demi satu dari awal hingga akhir turunnya.

5. Ilmu Asbab An-Nuzul, yaitu ilmu yang menerangkan sebab-sebab turun ayat.

6. Ilmu Qira’at yaitu, ilmu yang menerangkan ragam qira’at (pembacaan al-

quran) yang telah diterima Rasulullah SAW. Qira’at ini apabila dikumpulkan

terdiri atas sepuluh macam, ada yang sahih dan ada pula yang tidak sahih.

7. Ilmu Gharib Al-Quran, yaitu ilmu yang menerangkan makna kata-kata yang

ganjil yang tidak terdapat dalam kitab-kitab konvensional, atau tidak terdapat

____________
7
Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 16
dalam percakapan sehari-hari, Ilmu ini menerangkan kata-kata yang halus,

tinggi, dan pelik.

8. Ilmu I’rab Al-Quran yaitu ilmu yang menerangkan harakat Al-Quran dan

kedudukan sebuah kata dalam kalimat.

9. Ilmu Wujuh wa An-Nzhar’r yaitu ilmu yang menerangkan kata-kata Al-

Quran yang mempunyai makna lebih dari satu.

10. Ilmu Ma’rifat Al- Muhkam wa Al-Mutasyabih yaitu ilmu yang menerangkan

ayat-ayat yang dipandang muhkam dan yang dipandang mutasyabih.

Muhkam adalah ayat yang tidak ada tafsiran dan arti lainya selain dari apa

yang tertulis, sedangkan mutasyabih adalah ayat yang mempunyai tafsiran,

takwilan dan arti lainnya.8

11. Ilmu Nasikh wa Al-Mansukh yaitu ilmu yang menerangkan ayat-ayat yang

dianggap mansukh oleh sebagaian mufassir.

Nasikh adalah mengangkat (menghapuskan) hukum syara’ dengan dalil

hukum syara’ yang lain (yang datang kemudian). kandungan hukum yang

dibatalkan disebut dengan mansukh, sedangkan yang membatalkan disebut

dengan nasikh.9

12. Ilmu Badai’u Al-Quran yaitu ilmu yang mnenerangkan keindahan susunan

bahasa Al-Quran.

____________
8
Muhammad Zaini, Ulumul Quran Suatu Pengantar, (Banda Aceh: Yayasan Pena, 2005),
h. 55
9
Muhammad Zaini, Ulumul Quran Suatu Pengantar, (Banda Aceh: Yayasan Pena, 2005),
h. 63
13. Ilmu I’jaz Al-Quran yaitu ilmu yang menerangkan segi-segi kekuatan Al-

Quran sehingga dipandang sebagai suatu mukjizat dan dapat melemahkan

penantang-penantangnya.

14. Ilmu Tanasub Ayat Al-Quran yaitu ilmu yang menerangkan persesuaian

antara suatu ayat dengan ayat sebelum dan sesudahnya.

15. Ilmu Aqsam Al-Quran yaitu ilmu yang menerangkan arti dan maksud-

maksud sumpah Allah yang terdapat di dalam Al-Quran.

16. Ilmu Amtsal Al-Quran yaitu ilmu yang menerangkan perumpamaan-

perumpamaan Al-Quran yakni menerangkan ayat-ayat perumpamaan yang

dikemukan Al-Quran.

17. Ilmu Jadal Al-Quran yaitu ilmu yang menerangkan macam-macam

perdebatan yang telah dihadapkan Al-Quran kepada segenap kaum musyrikin

dan kelompok lainnya.

D. Sejarah Perkembangan Ulumul Quran

Sejarah pertumbuhan dan perkembangan Ulumul Quran menjadi penting

dibahas agar aktivitas para ulama dalam menggali berbagai ilmu tentang Al-Quran

beserta karya-karya mereka dapat diketahui. Sejarah perkembangan Ulumul

Quran dapat dikelompokkan ke dalam beberapa periode adalah sebagai berikut.10

1. Fase Sebelum Kondifikasi (Qabl ‘Ashr At-Tadwin)

Fase sebelum fase kodifikasi, Ulumul Quran telah dikenal para sahabat

sejak masa Nabi. Hal itu dapat dilihat dari antusias para sahabat untuk
____________
10
Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 17
mempelajari Al-Quran dengan semangat yang tinggi. Apabila mereka

menemui kesulitan dalam memahami Al-Quran, mereka bertanya langsung

kepada Nabi SAW. Hanya kepada Nabi mereka menanyakan segala sesuatu

yang tidak mereka pahami termasuk makna atau pengertian ayat-ayat

Al-Quran.

Berikut beberapa riwayat yang membuktikan adanya penjelasan Nabi

kepada para sahabat menyangkut penafsiran Al-Quran.

a. Riwayat yang dikeluarkan oleh Ahmad, Tirmidzi, dan yang lainnya dari

‘Adi bin Hayyan, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: “Yang dimaksud dengan orang-orang yang dimurkai Allah

adalah orang-orang Yahudi, sedangkan yang dimaksud dengan orang yang

tersesat adalah orang-orang Nasrani.”

b. Riwayat yang disampaikan oleh At-Tirmidzi dan Ibn Hibban, di dalam shahih-

nya, dari Ibn Mas’ud yang mengatakan bahwa rasulullah SAW bersabda

Artinya: yang dimaksud dengan shalat wustha adalah sahalat ashar.

c. Riwayat yang disampaikan oleh Ahmad, Al-Bukhari, Muslim dan

yang lainnya dari Ibnu Mas’ud yang menceritakan bahwa ketika

turun ayat:

Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman

mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan

dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al-

An’am: 82)
Para sahabat merasa kebingungan dan bertanya kepada Rasulullah,

“Ya Rasulullah, siapa diantara kami yang tidak pernah menzalimi diri

sendiri? Beliau menjawab, “Hal itu bukan seperti yang kalian kira. Bukankah

kalian pernah mendengar perkataan Luqman Al-Hakim bahwa kemusyrikan

itu merupakan kezaliman yang besar? Itulah maksudnya”

d. Contoh-contoh penafsiran Nabi lainnya yang menjadi materi pokok dan

landasan utama kitab-kitab tafsir yang menjadi materi pokok dan

landasan utama kitab-kitab tafsir bi al-ma’tsur.

Riwayat-riwayat penafsiran dan ilmu-ilmu Al-Quran yang diterima

oleh ara sahabat dari Nabi kemudian diterima oleh para tabiin dengan

jalan periwayatan.

Dapat dijelaskan di sini bahwa para perintis Ulum Al-Quran pada abad

I (atau sebelum kodifikasi) adalah sebagai berikut:

a. Dari kalangan sahabat: Khulafa’ al-Rasyidin, Ibn ‘Abas, Ibn Mas’ud, Zaid

bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Abu Musa al-‘Asy’ari, dan Abdullah bin

Zubair.

b. Dari kalangan tabi’in : Mujahid, atha bin yasar, Ikrimah, Qatadah, Al-

Hasan Al- Bashri, Sa’id bin Jubair, Zaid bin Aslam.

c. Dari kalangan tabi’ut tabi’in: Malik bin Anas.

e. Periode sebelum kodifikasi sekaligus menjelaskan perkembangan ulum

al-quran pada abad I H.


2. Fase Kodifikasi

Pada fase sebelum kodifikasi, Ulum Al-Quran juga ilmu-ilmu lainnya belum

dikodifikasikan dalam bentuk kitab atau mushaf. Satu-satunya yang sudah

dikodifikasikan saat itu hanyalah kitab Al-Quran. Fenomena itu terus

berlangsung sampai ketika Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu Al-Aswad Ad-

Da’uli untuk menulis ilmu nahwu. Perintah Ali inilah yang membuka gerbang

pengodifikasian ilmu-ilmu agama dan bahasa arab. Pengkodifikasian ini

semakin berkembang ketika kejayaan islam berada dibawah pemerintahan Bani

Umayyah dan Bani Abbasiyah pada periode-periode awal pemerintahannya.

a. Periode Perkembangan Ulumul Qur’an Abad II H

Tentang masa penyusunan ilmu-ilmu agama yang dimulai sejak permulaan

abad II H, para ulama memberikan prioritas atas penyusunan tafsir sebab tafsir

merupakan induk ‘ulumul Al-Qur’an. Diantara abad II H yang menyusun tafsir

adalah:

 Syu’bah Al Hajjaj (wafat 160 H)

 Sufyan bin ‘Uyainah (wafat 198 H)

 Sufyan Ats-Tsauri (w. 161 H)

 Waqi’ bin Al-Jarrh (123-197 H)

 Muqatil bin Sulaiman (wafat 150 H)

 Ibn Jarir Ath-Thabari (w. 310 H). tafsir yang dituliskan, Yakni Jami’ Al-

Bayan Fi Tafsir Al-Quran. Dipandang sebagai kitab tafsir yang terbaik karena

penulisannya adalah orang yang pertama kali menyajikan tafsir dengan

mengemukan berbagai pendapat yang disertai pula dan proses tarjih. Kitab ini
dipandang sebagai kitab yang pertama kali mencampuradukkan antara tafsir

bi al-ma’tsur dengan tafsir bi ar-ra’yi.

b. Periode Perkembangan Ulumul Qur’an Abad III H

Pada abad III H selain tafsir dan ilmu tafsir, para ulama mulai menyusun pula

beberapa ilmu Al-Quran (Ulumul Quran), diantaranya :

1. Ali bin Al-Madini (w. 234 H) gurunya imam Al- Bukhari, yang menyusun

ilmu asbab an-nuzul

2. Abu Ubaid Al Qasimi bin Salam (w. 224 H) yang menyusun Ilmu Nasikh wa

Al-Mansukh, Ilmu Qiraat dan Fadha’il Al-Quran.

3. Muhammad bin ayyub adh-dhurraits (w. 294 H) yang menyusun Ilmu Makki

wa Al-Madani

4. Muhammad bin khalaf al-marzuban (w. 309 H) yang menyusun kitab Al-

Hawi fi ‘Ulum Al-Quran

c. Perkembangan Ulumul Al-Quran Abad IV H

Pada abad IV H mulai disusun Ilmu Gharib Al-Quran dan beberapa kitab

Ulum Al-Quran dengan memakai istilah Ulum Al-Quran. Diantara ulama yang

menyusun ilmu-ilmu itu adalah :

 Abu Bakar As-Sijistani (w. 330 H) yang menyusun kitab Gharib Al-Quran

 Abu Bakar Muhammad bin Al-Qasim Al-Anbari (w. 328 H) yang menyusun

kitab ‘Aja-Ib Ulum Al-Quran. Di dalam kitab itu ia menjelaskan perihal tujuh

huruf (sab’ah ahruf), penulisan mushaf, jumlah bilangan surat, ayat-ayat dan

surat-surat dalam Al-Quran.


 Abu Al-Hasan Al-Asy’ari (w. 324 H) yang menyusun kitab Al-Mukhtazan fi

Ulum Al-Quran

 Abu Muhammad Al-Qassab Muhammad bin Ali Al-Kurkhi (w. 360 H) yang

menyusun kitab Nukat Al-Quran Ad Dallah ‘ala Al Bayan fi Anwa ‘Al-Ulum

wa Al-Ahkam Al-Munbi’ah ‘an Ikhtilaf Al-Anam

 Muhammad bin Ali Al-Adfawi (w. 388 H) yang menyusun kitab Al-Istighna’

fi Ulum Al-Quran (20 jilid)

d. Perkembangan Ulumul Quran Abad V H

Pada abad ke V H mulai disusun Ilmu I’rab Al-Quran dalam satu kitab. Di

samping itu, penulisan kitab-kitab Ulum Al-Quran masih terus dilakukan oleh

ulama masa ini. Diantara ulama yang berjasa dalam pengembangan Ulum Al-

Quran pada masa ini adalah:

 Ali bin Ibrahim bin Sa’id Al-Hufi (w. 430 H) selain memelopori penyusunan

I’rab Al-Quran, ia pun menyusun kitab Al-Burhan Fi Ulum Al-Quran. Kitab

ini selain menafsirkan Al-Quran seluruhnya, juga menerangkan ilmu-ilmu Al-

Quran yang ada hubungannya dengan ayat-ayat Al-Quran yang ditafsirkan.

Karena itu, ilmu-ilmu Al-Quran tidak tersusun secara sistematis dalam kitab

ini, sebab ilmu-ilmu Al-Quran diuraikan secara terpencar-pencar, tidak

terkumpul pada bab-bab berdasarkan judulnya. Namun, demikian kitab ini

merupakan karya ilmiah yang besar dari seorang ulama yang telah merintis

penulisan Ulum Al-Quran secara lengkap.

 Abu ‘amr ad-dani (w. 444 H) yang menyusun kitab At-Taisir fi Qira’at As-

Sab’i dan kitab Al-Muhkam fi An-Naqth.


e. Perkembangan Ulumul Quran Abad VI H

Pada abad VI H di samping terdapat ulama yang meneruskan pengembangan

Ulum Al-Quran, juga terdapat ulama yang mulai menyusun Ilmu Mubhamat Al-

Quran diantaranya adalah:

 Abd Qasim bin Aburrahman As-Suhaili (w. 581 H), yang menyusun kitab

Mubhamat Al-Qur`an. Kitab ini menjelaskan maksud kata-kata Al-Quran

yang “tidak jelas”, apa atau siapa yang dimaksudkan

 Ibnu Al-Jauzi ( w. 597 H), yang menyusun kitab Funun al-Afnan fi ‘Ajaib ‘ib‘

al-quran dan kitab Al-Mujtaba fi ‘Ulum Tata’allaq bi al-Quran.

f. Perkembangan Ulumul Quran Abad VII H

Pada abad VII H, ilmu-ilmu AL-Quran terus berkembang dengan mulai

tersusunnya Ilmu Majaz Al-Quran dan Ilmu Qira’at. Diantara ulamA abad VII

yang benar perhatiannya terhadap ilmu-ilmu ini adalah:

 Alamuddin As-Sakhawai (w. 643 H). Kitabnya mengenai Ilmu Qira’at

dinamai Hidayat Al-Murtab fi Mutasyabih. Kitab ini terkenal pula mengenai

ilmu ini. Kitabnya itu bernama Jamal Al-Qurra

 Ibn ‘Abd As-Salam yang terkenal dengan nama Al-‘Izz (w. 660 H) yang

memelopori penulisan Ilmu Majaz Al-Quran dalam satu kitab

 Abu Syamah (w. 655 H) yang menyusun kitab al-mursyid al-wajiz fi ulum al-

quran tata’allaq bi al-quran al-aziz.


g. Perkembangan ulumul quran abad VIII H

Pada abad VIII H, muncullah beberapa ulama yang menyusun ilmu-ilmu baru

tentang Al-Quran, sedangkan penulisan kitab-kitab tentang Ulum Al-Quran terus

berjalan. Diantara mereka adalah:

 Ibn Abi Al-Isba’ yang menyusun Ilmu Badai’i Al-Quran, suatu ilmu yang

membahas macam-macam badi’ (keindahan bahasa dan kandungan Al-

Quran) dalam al-quran.

 Ibn Al-Qayyim (w. 752 H) yang menyusun Ilmu Aqsam Al-Quran, suatu

ilmu yang membahas sumpah-sumpah yang terdapat dalam Al-Quran.

 Najmuddin Ath-Thufi (w. 716 H) yang menyusun Ilmu Hujaj Al-Quran atau

Ilmu Jadal Al-Quran, suatu ilmu yang membahas bukti-bukti atau Ilmu Jadal

Al-Quran, suatu ilmu yang membahas bukti-bukti atau argumentasi-

argumentasi yang dipakai Al-Quran untuk menetapkan sesuatu.

 Abu Al-Hasan Al-Mawardi, yang menyusun Ilmu Amtsal Al-Quran, suatu

ilmu yang membahas perumpamaan-perumpamaan yang terdapat di dalam

Al-Quran

 Badruddin Az-Zarkasyi (745-794 H) yang menyusun kitab Al-Burhan fi Ulum

Al-Quran. Kitab ini telah diterbitkan oleh Ustadz Muhammad Abu Al-Fadhi

Ibrahim (4 jilid). Kitab ini memuat 47 macam persoalan Ulum Al-Quran.

 Taqiyuddin Ahmad bin Taimiyah Al-Harrani (w. 728 H) yang menyusun

kitab Ushul Al-Tafsir.


h. Perkembangan Ulumul Quran Abad IX Dan X H

Pada abad IX dan permulaan abad X H, makin banyak kalangan yang ditulis

ulama tentang Ulum Al-Quran. Pada masa ini, perkembangan Ulum Al-Quran

mencapai kesempurnaannya. Diantara ulama yang menyusun Ulum Al-Quran

pada masa ini adalah:

 Jalaluddin Al-Bulqini (w 824 H) yang menyusun kitab Mawaqi Al-Ulum min

Maawaqi’ Al-Nujm. Al-Bulqini ini dipandang Asy-Suyuti sebagai ulama yang

memelopori penyusunan kitab Ulum Al-Quran yang lengkap. Dan di dalam

kitabnya itu telah dimuat 59 macam persoalan Ulum Al-Quran. Di dalam

muqaddimah kitabnya, ia bercerita, “Dahulu tatkala berbicara di depan salah

seorang khalifah Bani Abbas, Asy-Syafi’i pernah menyebutkan sebagian

macam-macam ilmu-ilmu Al-Quran, yang karenanya pula saya memperoleh

informasi banyak darinya... Dan saya bermaksud menulis kitab yang

berkaitan dengan Al-Quran sebatas pengetahuan yang saya miliki”

 Muhammad bin Sulaiman Al-Kafiyaji (w. 879 H) yang menyusun kitab Al-

Taisir fi Qawa’id At-Tafsir. Karya itu sebagaimana dikatakan penulisnya,

berbeda dari karya-karya sebelumnya. Kitab ini sangat tipis, terdiri dari dua

bab dan penutup. Bab pertama menjelaskan syarat-syarat penafsiran bi al-

ra’yi yang dapat diterima, sedangkan khatimahnya berisi etika-etika guru dan

murid.

 Jalaluddin Abdurrahman bin Kamaluddin As-Suyuthi (849-911 H) yang

menyusun kitab Ath-Tahbir fi Ulum At-Tafsir. Penyusunan kitab ini selesai

pada tahun 872 H dan merupakan kitab Ulum Al-Quran yang paling lengkap
karena memuat 102 macam ilmu-ilmu Al-Quran. Namun, Imam Asy-Suyuthi

masih belum puas atas karya ilmiahnya yang hebat itu. Ia kemudian

menyusun kitab Al-Itqan fi Ulum Al-Quran (2 juz) yang membahas sejumlah

80 macam ilmu-ilmu Al-Quran secara sistematika dan padat isinya. Kitab Al-

Itqan ini belum ada yang menandingi mutunya dan kitab ini diakui sebagai

kitab standar dalam mata pelajaran Ulum Al-Quran. Setelah Asy-Suyuthi

wafat pada tahun 911 H, perkembangan ilmu-ilmu Al-Quran seolah-olah

telah mencapai puncaknya dan berhentinya kegiatan para ulama dalam

mengembangkan ilmu-ilmu Al-Quran. Keadaan semacam ini terjadi sejak

wafat Asy-Suyuthi (911 H) sampai akhir abad XIII H.

i. Perkembangan Ulumul Quran Abad XIV H

Setelah memasuki abad XIV H bangkitlah kembali perhatian ulama dalam

penyusunan kitab-kitab yang membahas Al-Quran dari berbagi segi. Kebangkitan

ini di antaranya dipicu oleh kegiatan ilmiah di Universitas Al-Azhar Mesir,

terutama ketika univesitas ini membuka jurusan-jurusan bidang studi yang

menjadikan tafsir dan hadis sebagai salah satu jurusannya.

Ada sedikit pengembangan tema pembahasan yang dihasilkan para ulama

abad ini dibandingkan dengan abad-abad sebelumnya. Pengembangan itu di

antaranya berupa penerjemahan al-quran ke dalam bahasa-bahasa Ajam. Pada

abad ini, perkembangan Ulum Al-Quran pun diwarnainya oeh usaha-usaha

menebarkan keraguan di seputar Al-Quran yang dilakukan oleh kalangan

orientalis atau oleh orang islam sendiri yang dipengaruhi oleh orientalis. Salah

satunya adalah Thaha Husein dalam karyanya Asy-Syi’ri Al-Jahii. Di dalam karya
itu, Husein menebarkan keraguan di seputar Al-Quran. Bantahan terhadapnya

telah dilakukan umpamanya oleh Ustadz Syekh Muhammad Al-Khidr Husein,

salah seorang Syekh Al-Azhar.

Diantera karya-karya ulum al-quran yang lahir pada abad ini adalah:

1. Syekh Thahir Al-Jazairi yang menyusun kitab At-Tibyan fi Ulum Al-Quran

yang selesai pada tahun 1335 H

2. Jamaluddin Al-Qasimy (w. 1332 H) yang menyusun kitab Mahasin Al-

Ta’wil. Juz pertama kitab ini dikhususkan untuk pembicaraan Ulum Al-Quran

3. Muhammad ‘Abd Al-Azhim Az-Zarqani yang menyusun kitab Manahil Al-

‘Irfan fi Ulum Al-Quran (2 jilid)

4. Muhammad ‘Ali Salamah yang menyusun kitab Manhaj Al-Furqan fi Ulum

Al-Quran

5. Syeikh Tanthawi Jauhari yang menyusun kitab Al-Jawahir fi Tafsir Al-Quran

dan Al-Quran wa Ulum Ashriyyah

6. Musthafa Shadiq Ar-Rafi’i yang menyusun kitab I’jaz Al-Quran

7. Ustadz Sayyid Quthub yang menyusun kitab At-Tashwir Al-Fani Fi Al-Quran

8. Ustadz Malik bin Nabi yang menyusun kitab Az-Zhahirah Al-Quraniyah.

Kitab ini sangat penting dan banyak berbicara megenai wahyu

9. Sayyid Imam Muhammad Rasyid Ridha yang menyusun kitab Tafsir Al-

Quran Al-Hakim yang terkenal pula dengan nama Tafsir Al-Manar. Di

dalamnya banyak juga penjelasan tentang Ulum Al-Quran

10. Syeikh Muhammad ‘Abdullah Darraz yang menyusun kitab An-Naba’

Alazhim ’an Al-Quran Al-Karim: Nazharat Jadidah fi Al-Quran.


11. DR. Subhi As-Salih, guru besar Islamic Studies dan Fiqhu Lugah pada

Fakultas Adab Universitas Libanon, yang menyusun kitab Mabahits fi Ulum

Al-Quran. Kitab ini selain membahas Ulum Al-Quran, juga menanggapi

secara ilmiah pendapat-pendapat orientalis yang dipandang salah mengenai

berbagai masalah yang berhubungan dengan Al-Quran.

12. Syeikh Mahmud Abu Daqiqi yang menyusun kitab Ulum Al-Quran

13. Syeikh Muhammad Ali Salamah, yang menyusun kitab Manhaj Al-Furqan fi

Ulum Al-Quran

14. Ustadz Muhammad Al-Mubarak yang menyusun kitab Al-Manhal Al-Khalid

15. Muhammad Al-Ghazali yang menyusun kitab Nazharat Fi Al-Quran

16. Syeikh Muhammad Musthafa Al-Maraghi yang menyusun sebuah risalah

yang menerangkan kebenaran kita menerjemahkan Al-Quran. Ia pun menulis

kitab Tafsir Al-Maraghi.

E. Tokoh dan Karya Ulumul Quran

Beikut ini beberapa karya dari para ulama yang menggali berbagai ilmu

tentang Al-Quran.11

1. Ibn Jarir Ath-Thabari (w. 310 H). tafsir yang dituliskan, yaitu Jami’ Al-Bayan

Fi Tafsir Al-Quran

2. Ali bin Al-Madini (w. 234 H) menyusun ilmu asbab an-nuzul

3. Abu Ubaid Al Qasimi bin Salam (w. 224 H) Ilmu Nasikh wa Al-Mansukh,

Ilmu Qiraat dan Fadha’il Al-Quran.


____________
11
Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 17-25.
4. Muhammad bin ayyub adh-dhurraits (w. 294 H) menyusun Ilmu Makki wa

Al-Madani

5. Muhammad bin khalaf al-marzuban (w. 309 H) menyusun kitab Al-Hawi fi

‘Ulum Al-Quran

6. Abu Bakar As-Sijistani (w. 330 H) menyusun kitab Gharib Al-Quran

7. Abu Bakar Muhammad bin Al-Qasim Al-Anbari (w. 328 H) menyusun kitab

‘Aja-ib Ulum Al-Quran

8. Abu Al-Hasan Al-Asy’ari (w. 324 H) menyusun kitab Al-Mukhtazan fi Ulum

Al-Quran

9. Abu Muhammad Al-Qassab Muhammad bin Ali Al-Kurkhi (w. 360 H)

menyusun kitab Nukat Al-Quran Ad Dallah ‘ala Al Bayan fi Anwa ‘Al-Ulum

wa Al-Ahkam Al-Munbi’ah ‘an Ikhtilaf Al-Anam

10. Muhammad bin Ali Al-Adfawi (w. 388 H) menyusun kitab Al-Istighna’ fi

Ulum Al-Quran (20 jilid)

11. Ali bin Ibrahim bin Sa’id Al-Hufi (w. 430 H) memelopori penyusunan I’rab

Al-Quran dan menyusun kitab Al-Burhan Fi Ulum Al-Quran.

12. Abu ‘amr ad-dani (w. 444 H) menyusun kitab At-Taisir fi Qira’at As-Sab’i

dan kitab Al-Muhkam fi An-Naqth.

13. Abd Qasim bin Aburrahman As-Suhaili (w. 581 H), menyusun kitab

Mubhamat Al-Qur`an.

14. Ibnu Al-Jauzi ( w. 597 H), menyusun kitab Funun al-Afnan fi ‘Ajaib ‘ib‘ al-

quran dan kitab Al-Mujtaba fi ‘Ulum Tata’allaq bi al-Quran.


15. Alamuddin As-Sakhawai (w. 643 H). menyusun kitab Hidayat Al-Murtab fi

Mutasyabih dan kitab Jamal Al-Qurra

16. Ibn ‘Abd As-Salam yang terkenal dengan nama Al-‘Izz (w. 660 H) yang

memelopori penulisan Ilmu Majaz Al-Quran dalam satu kitab

17. Abu Syamah (w. 655 H) menyusun kitab al-mursyid al-wajiz fi ulum al-quran

tata’allaq bi al-quran al-aziz.

18. Ibn Abi Al-Isba’ yang menyusun Ilmu Badai’i Al-Quran, suatu ilmu yang

membahas macam-macam badi’ (keindahan bahasa dan kandungan Al-

Quran) dalam al-quran.

19. Ibn Al-Qayyim (w. 752 H) menyusun Ilmu Aqsam Al-Quran, suatu ilmu

yang membahas sumpah-sumpah yang terdapat dalam Al-Quran.

20. Najmuddin Ath-Thufi (w. 716 H) menyusun Ilmu Hujaj Al-Quran atau Ilmu

Jadal Al-Quran, suatu ilmu yang membahas bukti-bukti atau argumentasi-

argumentasi yang dipakai Al-Quran untuk menetapkan sesuatu.

21. Abu Al-Hasan Al-Mawardi, yang menyusun Ilmu Amtsal Al-Quran, suatu

ilmu yang membahas perumpamaan-perumpamaan yang terdapat di dalam

Al-Quran

22. Badruddin Az-Zarkasyi (745-794 H) menyusun kitab Al-Burhan fi Ulum Al-

Quran.

23. Taqiyuddin Ahmad bin Taimiyah Al-Harrani (w. 728 H) menyusun kitab

Ushul Al-Tafsir.

24. Jalaluddin Al-Bulqini (w 824 H) menyusun kitab Mawaqi Al-Ulum min

Maawaqi’ Al-Nujm.
25. Muhammad bin Sulaiman Al-Kafiyaji (w. 879 H) menyusun kitab Al-Taisir fi

Qawa’id At-Tafsir. berisi etika-etika guru dan murid.

26. Jalaluddin Abdurrahman bin Kamaluddin As-Suyuthi (849-911 H) menyusun

kitab Ath-Tahbir fi Ulum At-Tafsir, kitab Al-Itqan fi Ulum Al-Quran (2 juz)

27. Syekh Thahir Al-Jazairi menyusun kitab At-Tibyan fi Ulum Al-Quran

28. Jamaluddin Al-Qasimy (w. 1332 H) menyusun kitab Mahasin Al-Ta’wil.

29. Muhammad ‘Abd Al-Azhim Az-Zarqani menyusun kitab Manahil Al-‘Irfan fi

Ulum Al-Quran

30. Muhammad ‘Ali Salamah menyusun kitab Manhaj Al-Furqan fi Ulum Al-

Quran

31. Syeikh Tanthawi Jauhari menyusun kitab Al-Jawahir fi Tafsir Al-Quran dan

Al-Quran wa Ulum Ashriyyah

32. Musthafa Shadiq Ar-Rafi’i menyusun kitab I’jaz Al-Quran

33. Ustadz Sayyid Quthub menyusun kitab At-Tashwir Al-Fani Fi Al-Quran

34. Ustadz Malik bin Nabi menyusun kitab Az-Zhahirah Al-Quraniyah. Kitab ini

sangat penting dan banyak berbicara megenai wahyu

35. Sayyid Imam Muhammad Rasyid Ridha menyusun kitab Tafsir Al-Quran Al-

Hakim yang terkenal pula dengan nama Tafsir Al-Manar.

36. Syeikh Muhammad ‘Abdullah Darraz menyusun kitab An-Naba’ Alazhim ’an

Al-Quran Al-Karim: Nazharat Jadidah fi Al-Quran.

37. DR. Subhi As-Salih, menyusun kitab Mabahits fi Ulum Al-Quran.

38. Syeikh Mahmud Abu Daqiqi menyusun kitab Ulum Al-Quran


39. Syeikh Muhammad Ali Salamah menyusun kitab Manhaj Al-Furqan fi Ulum

Al-Quran

40. Ustadz Muhammad Al-Mubarak menyusun kitab Al-Manhal Al-Khalid

41. Muhammad Al-Ghazali menyusun kitab Nazharat Fi Al-Quran

42. Syeikh Muhammad Musthafa Al-Maraghi menyusun kitab Tafsir Al-

Maraghi.

F. Referensi

Amroeni Drajat, 2017, Ulumul Qur’an: Pengantar Ilmu-Ilmu Al-Quran, Medan:


Kencana.

Muhammad Zaini, 2005, ‘Ulumul Qur’an Suatu Pengantar, Banda Aceh: Yayasan
Pena.

Oom Mukarromah, 2013, Ulumul Quran, Depok: Rajagrafindo.

Rosihon Anwar, 2012, Ulum Al-Quran, Bandung: Pustaka Setia.

Syamsu Nahar, 2015, Studi Ulumul Quran, Medan: Perdana Publishing.

Yunahar, 2014, Kuliah Ulumul Quran, Yogyakarta: Itqa Publishing.

Anda mungkin juga menyukai