Anda di halaman 1dari 42

PERCOBAAN I

I. Judul Praktikum : Kurva Spesies Area ( Luas minimum Area)


II. Tanggal Praktikum : 7 Mei 2018
III. Tujuan Praktikum : Untuk menentukan luas petak minimum yang
dapat mewakili tipe komunitas yang sedang
dianalisis.
IV. Dasar Teori :
Kurva spesies-area (species-area curve, SAC), dalam ekologi, adalah grafik
yang menggambarkan hubungan antara jumlah jenis dengan ukuran kuadrat (petak
ukur). Grafik itu biasanya menunjukkan pola pertambahan jumlah jenis yang
relative tajam pada ukuran kuadrat kecil sampai pada suatu titik tertentu dan
sesudah itu semakin mendatar seiring dengan peningkatan ukuran kuadrat. SAC
dapat digunakan untuk menentukan luas kuadrat tunggal minimum yang mewakili
suatu komunitas tumbuhan dari segi jenis penyusun.
Kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untuk
menganalisis vegetasi yang menggunakan petak contoh. Kurva spesies area
digunakan memperoleh luasan minimum petak contoh yang dianggap dapat
mewakili suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari.
Luasan petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keragaman jenis yang
terdapat pada areal tersebut. Makin beragam jenis yang terdapat pada areal
tersebut makin luas kurva spesies areanya.
Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas
minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah
minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur
yang mewakili jika menggunakan metode jalur. Caranya adalah dengan
mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat pada petak kecil, kemudian petak tersebut
diperbesar dua kali dan jenis-jenis yang ditemukan kembali didaftarkan. Pekerjaan
berhenti sampai dimana penambahan luas petak tidak menyebabkan penambahan
yang berarti pada banyaknya jenis. Luas minimun ini ditetapkan dengan dasar jika

1
penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-
10%.

V. Alat dan Bahan :


1. Alat
1. Tali rafia atau benang untuk menentukan luas petak
2. Patok atau tanda pembatas tiap petak contoh
3. Alat tulis, penggaris, penghapus
4. Perlengkapan untuk membuat herbarium
5. Kamera digital untuk mengambil gambar setiap sampel
6. Gunting tumbuhan untuk mengambil sampel
7. Kantung plastik untuk mengumpulkan hasil pengambilan sampel dari
lapangan
8. Buku identifikasi
2. Bahan
1. Suatu tipe komunitas tumbuhan tertentu sebagai objek praktikum
2. Bahan dalam pembuatan herbarium sperti : alkohol 70% dan kertas
koran sebagai pembungkus sampel
3. Kertas label dan lembaran data untuk proses pengumpulan data
VI. Cara Kerja :
1. Dipilih salah satu tipe vegetasi yang akan menjadi tempat kegiatan
dilakukan, kemudian ditentukan batas-batasnya
2. Ditentukan sebuah tempat di dalam vegetasi tersebut untuk membaut 1
petak contoh dengan ukuran 1x1 meter
3. Dicatat seluruh jenis dan jumlah tumbuhan yang ditemukan pada petak
contoh I dalam tabel lembaran data
4. Kemudian diperluas petak contoh I menjadi dua kali lipat semula, dan
menjadi petak contoh II. Dicatat petambahan jumlah jenis tumbuhan
yang ditemukan
5. Perluasan petak dilakukan seterusnya, sampai tidak terdapat penambahan
jumlah jenis tumbuhannya. Jika penambahan terus terjadi , maka
2
perluasan petak contoh dihentikan sampai penambahan jenis
tumbuhannya kurang dari 10%

VII. Hasil pengamatan :

Data Pengamatan Luas Minimum Area


Lokasi : Pulau Weh
Kelompok :7
Titik pengamatan :5
Kelembapan tanah : 95%
pH tanah :5
Suhu Udara : 30,7˚C
Kelembapan udara : 75%

No Plot Ke Nama Daerah Nama Ilmiah Jumlah


1 Ara Ficus racemosa 2
2 I Meranti Shorea sp. 1
3 Parakmeria yunnanensis 1
6 Bayur Pterospermum javanicum 1
7 Gaharu Aquilaria malaccensis 2
8 II Angsana Pterocarpus rohrii 1
9 Salam Syzygium polyanthum 1
10 Rotan Daemonorops longipes 3
11 Kulim Scorodocarpus 2
borneensis
12 III Meranti Shorea sp. 1
13 Bayur Pterospermum javanicum 1
16 Bayur Pterospermum javanicum 2
IV
17 Jelutung Dyera costulata 1
22 Ara Ficus carica L. 2
V
23 Bayur Pterospermum javanicum 1

VIII. Pembahasan :
3
Kurva spesies-area (species-area curve, SAC) adalah grafik yang
menggambarkan hubungan antara jumlah jenis dengan ukuran kuadrat (petak
ukur). Grafik itu biasanya menunjukkan pola pertambahan jumlah jenis yang
relative tajam pada ukuran kuadrat kecil sampai pada suatu titik tertentu dan
sesudah itu semakin mendatar seiring dengan peningkatan ukuran kuadrat. SAC
dapat digunakan untuk menentukan luas kuadrat tunggal minimum yang mewakili
suatu komunitas tumbuhan dari segi jenis penyusun.
Kurva spesies area digunakan untuk memperoleh luasan minimum petak
contoh yang dianggap dapat mewakili suatu tipe vegetasi pada suatu habitat
tertentu yang sedang dipelajari. Luasan petak contoh mempunyai hubungan erat
dengan keragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin beragam jenis
yang terdapat pada areal tersebut makin luas kurva spesies areanya.
Caranya adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat pada petak
kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-jenis yang ditemukan
kembali didaftarkan. Pekerjaan berhenti sampai dimana penambahan luas petak
tidak menyebabkan penambahan yang berarti pada banyaknya jenis.
Luas petak contoh pertama berukuran 1x1 meter, diperoleh sebanyak 6 jenis
semak yaitu Paspalum commersonii, Lygodium longifolium, Lygodium
circinnatum, Polystichum acrostichoides, Stachytarpheta jamaicensis dan Rumput
Kawat (Naleung janggoet jen). Pada luas petak 2x1 meter tidak terdapat spesies
baru hanya penambahan jumlah dari spesies yang telah ada, demikian juga pada
plot berukuran 2x2 meter. Pada plot 4x2 meter ditemukan 3 spesies baru yaitu
Imperata cylindrica, Centella asiatica dan Elephantropus sp. Tumbuhan semak
yang paling mendominasi yaitu rumput kawat dengan jumlah total 61 dan diikuti
oleh tumbuhan paku Polystichum acrostichoides dengan jumlah 42. Dengan
demikian penggunaan metode kurva spesies terlihatlah semakin luas areal maka
terjadi penambahan jumlah dan spesies.

IX. Kesimpulan :

4
1. Kurva spesies-area (species-area curve, SAC) adalah grafik yang
menggambarkan hubungan antara jumlah jenis dengan ukuran kuadrat
(petak ukur).
2. SAC dapat digunakan untuk menentukan luas kuadrat tunggal minimum
yang mewakili suatu komunitas tumbuhan dari segi jenis penyusun.
3. Luasan petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keragaman
jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin beragam jenis yang
terdapat pada areal tersebut makin luas kurva spesies areanya.
4. Caranya adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat pada
petak kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-jenis
yang ditemukan kembali didaftarkan.
5. Tumbuhan semak yang paling mendominasi yaitu rumput kawat dengan
jumlah total 61 dan diikuti oleh tumbuhan paku Polystichum
acrostichoides dengan jumlah 42.

PERCOBAAN II
5
I. Judul Praktikum : Metode Kuadrat
II. Tanggal Praktikum : 7 Mei 2018
III. Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui komposisi jenis, peranan,
penyebaran, dan struktur dari suatu tipe vegetasi
yang diamati.
IV. Dasar Teori :
Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis
suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai
dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan
pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi
tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada Metodologi-metodologi
yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu
metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Metode
kuadrat, bentuk percontohan atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran
yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan
bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Analisis yang
menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel
kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi. petak contoh lingkaran umumnya lebih
mudah dibuat dibandingkan bentuk lain, karena dalam pembuatannya yang
diperlukan hanya titik pusat petak dan jarij ari lingkaran, selain itu relatif lebih
mudah dalam mengatur pohon batas (borderline tree). Bentuk lingkaran
mempunyai ketelitian yang cukup tinggi dalam proses pembuatannya. Disamping
itu juga, petak bentuk lingkaran akan praktis kalau digunakan untuk komunitas
yang relatif seragam, seperti pada hutan tanaman, komunitas rumput/herba dan
semak belukar. Bentuk petak ukur empat persegi panjang atau bujur sangkar
mengundang peluang untuk terjadinya bias, karena pembuatan sudut yang benar-
benar tegak lurus di lapangan tidak mudah.
Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan
suatu luasan petak contoh. Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini adalah suatu
ukuran luas yang diukur dengan satuan kuadrat seperti m2, cm2 dan lain-lain.
Bentuk petak contoh pada metode kuadrat pada dasarnya ada tiga macam yaitu
6
bentuk lingkaran, bentuk bujur sangkar dan bentuk empat segi panjang. Dari
ketiga bentuk tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Metode kuadrat adalah metode analisa vegetasi yang menggunakan daerah
persegi panjang sebagai sampel, uniknya kerapatan ditentukan berdasarkan jumlah
individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area cuplikan (kuadarat).
Kesulitan dalam menentukan batasan individu tumbuhan pada beberapa keadaan
yaitu, kerapatan dapat ditentukan dengan cara pengolompokkan berdasarkan
kriteria tertentu (kelas kerapatan).
Teknik kuadrat umumnya dipergunakan untuk memperoleh keterangan
mengenai bentuk komposisi (susunan) komunitas tumbuh-tumbuhan darat.
Ukuran petak sampel ditentukan berdasarkan ukuran dan kerapatan tumbuh-
tumbuhan yang ditentukan, serta dapat mewakili semua individu yang terdapat
dalam lokasi penelitian.

V. Alat dan Bahan :


a. Alat
1. Tali rafia atau benang untuk menentukan luas petak
2. Patok untuk tanda pembatas setiap petak contoh
3. Alat tulis, penggaris, dan penghapus
4. Perlengkapan untuk pembuatan herbarium
5. Kamera digital untuk mengambil gambar setiap sampel
6. Gunting tumbuhan untuk mengambil sampel
7. Kantungplastik untuk megumpulkan hasil pengambilan sampel dari
lapangan
8. Buku identifikasi
b. Bahan
1. Suatu tipe komunitas tumbuhan tetentu sebagai objek praktikum
2. Bahan dalam pembuatan herbarium seperti alkohol 70% dan kertas
koran sebagai pembungkus sampel
3. Kertas label dan lembaran data untuk proses pengumpulan data

7
VI. Cara Kerja :
1. Ditentukan suatu areal tipe komunitas tumbuhan
2. Ditentukan luas areal penelitian dengan mencari luas minimum area
3. Bentuk petak contoh dapat berupa bujur snagkar atau lingkaran. Namun
yang sering digunakan yaitu bentuk bentuk petak contoh dalam bujur
sangkar.
4. Sehubungan dengan ukuran petak contoh, Oosting (1956) berpendapat
bahwa untuk tumbuhan herba cukup seluas 1m2, untuk sepling kurang
dari 3m cukup seluas 10-20m2 dan untuk pohon cukup seluas 100m2
5. Jumlah petak contoh tergantung dari ketersediaan waktu, tenaga, dana
dan dapat mewakili area.
6. Penentuan awal petak contoh dapat dilakukan secara acak atau
sistematis ataupun kombinasi keduanya
7. Dalam setiap petak contoh yang dibuat setiap individu tumbuhan yang
ditemui dicatat, dihitung jumlah jenisnya, difoto dan diambil sampelnya
untuk pembuatan herbarium
8. Setelah semua data terkumpul, dilanjutkan dengan mencari: kerapatan
mutlak (Km), Frekuensi mutlak (Fm) dan khusus untuk pohon
dilakukan analisis Dominasi mutlak (Dm). kerapatan adalah jumlah
individu setiap spesies yang dijumpai dalam petak contoh. Frekuensi
adalah jumlah kemunculan dari setiap spesies yang dijumpai dari
seluruh petak contoh yang dibuat. Dominansi adalah luas bidang dasar
pohon atau luas penutupan tajuk setiap spesies yang dijumpai dalam
petak contoh
9. Ditentukan besar Indeks Nilai Penting (INP) dari setiap spesies dengan
cara dijumlahkan frekuensi relatif, kerapatan relatif dan dominansi
relatifnya
10. Ditentukan perbandingan nilai penting (SDR), SDR ini menunjukkan
jumlah indeks nilai penting dibagi dengan besaran yang
membentuknya. SDR dipakai karena jumlahnya tidak lebih dari 100%,
sehingga mudah diinterprestasikan
8
11. Disusun sebuah laporan yang lengkap.

Analisis data

1. Kerapatan

Kr%

2. Frrekuensi

Fr

3. Dominansi

4. Nilai penting
NP = Kr + Fr + Dr
Ket: NP : Nilai penting
Kr : Kerapatan relatif
Fr : Frekuensi relatif
Dr : Dorminan relative

5. SDR (Some Dominance Ratio) / perbandingan nilai penting

9
VII. Hasil Pengamatan :

Data Pengamatan Luas Minimum Area


Lokasi : Pulau Weh
Kelompok :7
Titik pengamatan :5
Kelembapan tanah : 95%
pH tanah :5
Suhu Udara : 30,7˚C
Kelembapan udara : 75%

No Plot Ke Nama Daerah Nama Ilmiah Jumlah Luas Area Vegetasi


1 Ara Ficus racemosa 2 10x10 √
2 I Meranti Shorea sp. 1 10x10
3 Parakmeria yunnanensis 1 5x5
4 Bayur Pterospermum javanicum 1 10x10
5 Gaharu Aquilaria malaccensis 1 10x10
6 II Angsana Pterocarpus rohrii 2 10x10 √
7 Salam Syzygium polyanthum 1 5x5
8 Rotan Daemonorops longipes 2 1x1 √
9 Kulim Scorodocarpus borneensis 2 10x10 √
10 III Meranti Shorea sp. 1 10x10
11 Bayur Pterospermum javanicum 1 5x5
12 Bayur Pterospermum javanicum 2 10x10 √
IV
13 Jelutung Dyera costulata 1 10x10
14 Ara Ficus carica L. 2 10x10 √
V
15 Bayur Pterospermum javanicum 1 5x5

Herba ( Luas plot 1x1 meter)

Nama Jumlah kehadiran disetiap stasiun Kerapatan disetiap stasiun


No Fm Fr Km Kr Dm Dr NP SDR
Nama Daerah Nama Ilmiah i ii iii iv v vi vii viii total i ii Iii iv v vi vii Viii total
1 Rotan Daemonorops longipes √ √ √ √ 4 0,5 0,4 3 5 3 2 13 3,25 59,091 1,625 59,0909 118,58 58,996

Jumlah 1,25 1 22 5,5 100 2,75 100 201 100

10
Tiang (Luas plot 5x5 meter)

Nama Jumlah kehadiran disetiap stasiun Kerapatan disetiap stasiun


No Fm Fr Km Kr Dm Dr NP SDR
Nama Daerah Nama Ilmiah i ii iii Iv v vi vii viii total iii iii iv v Vi vii viii total
1 Mimba √ 1 0,125 0,125 2 2 0,08 9,09091 0,25 9,0909090 18,306818 9,10787
2 Sirih hutan Piper aduncum L. √ √ √ √ √ 5 0,625 0,625 2 1 1 4 7 15 0,6 68,1818 1,875 68,181818 136,98863 68,1536
3 Sirsak Annona muricata L. √ 1 0,125 0,125 4 4 0,16 18,1818 0,5 18,181818 36,488636 18,1536
4 Jeruk Perut Citrus hystrix Dc √ 1 0,125 0,125 1 1 0,04 4,54545 0,125 4,5454545 9,2159090 4,58503

Jumlah 1 1 22 0,88 0,88 100 2,75 100 201 100

11
Pohon (Luas plot 10x10 meter)

Nama Jumlah kehadiran disetiap stasiun Kerapatan disetiap stasiun


No Fm Fr Km Kr Dm Dr NP SDR
Nama Daerah Nama Ilmiah i ii iii iv v vi Vii viii total i ii iii iv v vi vii viii total
1 Pala Myristica fagrans √ √ √ √ √ √ √ 7 0,875 0,14894 21 2 1 13 8 2 9 56 0,56 43,75 1,25 13,69863 57,59757 28,6712
2 Pinang Areca catechu √ √ √ √ √ 5 0,625 0,10638 5 1 1 1 2 10 0,1 7,8125 2,875 31,506849 39,42573 19,6251
3 Cengkeh Sygyzium aromaticum √ √ √ √ 4 0,5 0,08511 16 2 3 2 23 0,23 17,96875 0,125 1,369863 19,42372 9,66864
4 Salak Salacca zalacca √ 1 0,125 0,02128 1 1 0,01 0,78125 0,25 2,739726 3,542253 1,76324
5 Jati Tectona grandis √ 1 0,125 0,02128 2 2 0,02 1,5625 1,125 12,328767 13,91254 6,92532
6 Jamblang Sygyzium cuminii √ √ √ 3 0,375 0,06383 2 6 1 9 0,09 7,03125 0,125 1,369863 8,464943 4,21364
7 Bak mane / pohon
Vivex pinnata √ 1 0,125 0,02128 1 1 0,01 0,78125 0,375 4,109589 4,912116 2,44513
laban
8 Jambu bol Sygyzium malaccensis √ √ √ 3 0,375 0,06383 1 1 1 3 0,03 2,34375 0,25 2,739726 5,147306 2,5622
9 Mangga Mangifera indica √ √ 2 0,25 0,04255 1 1 2 0,02 1,5625 0,375 4,109589 5,714642 2,84461
10 Pohon ara Ficus carica √ √ 2 0,25 0,04255 1 2 3 0,03 2,34375 0,5 5,4794521 7,865755 3,91538
11 Waru Hibiscus tiliaceus L. √ √ 2 0,25 0,04255 1 3 4 0,04 3,125 0,25 2,739726 5,907279 2,9405
12 Qweni Mangifera odorata √ √ 2 0,25 0,04255 1 1 2 0,02 1,5625 0,125 1,369863 2,974916 1,48084
13 Kelapa Cocos nucifera √ 1 0,125 0,02128 1 1 0,01 0,78125 0,125 1,369863 2,17239 1,08136
14 Toona sureni √ 1 0,125 0,02128 1 1 0,01 0,78125 0,125 1,369863 2,17239 1,08136
15 Jambu air Sygyzium sp. √ 1 0,125 0,02128 1 1 0,01 0,78125 0,125 1,369863 2,17239 1,08136
20 Jeruk Perut Citrus hystrix Dc √ 1 0,125 0,02128 1 1 0,01 0,78125 0,125 1,369863 2,17239 1,08136
21 Rambutan Nepheliumlappaceum L. √ 1 0,125 0,02128 1 1 0,01 0,78125 0,125 1,369863 2,17239 1,08136
22 Nangka Artocarpusheterophyllus √ 1 0,125 0,02128 1 1 0,01 0,78125 0,125 1,369863 2,17239 1,08136
23 Melinjo Gnetum gnemon √ 1 0,125 0,02128 1 1 0,01 0,78125 0,5 5,4794521 6,281979 3,12701
24 Belimbing wuluh Averrhoa balimbi √ 1 0,125 0,02128 4 4 0,04 3,125 0,125 1,369863 4,51614 2,24802
26 Angsana Pterocarpus indicus √ 1 0,125 0,02128 1 1 0,01 0,78125 0,125 1,369863 2,17239 1,08136

Jumlah 5,25 0,89362 128 1,28 100 9,125 100 200,8936 100

Keterangan :

Fm : Frekuensi mutlak
Fr : Frekuensi relatif
Km : Kerapatan mutlak
Kr : Kerapatan relatif
Dm : Dominansi mutlak
Dr : Dominansi relatif
NP : Nilai Penting
SDR : ( Some Dominance Ratio) / perbandingan nilai penting

12
VIII. Pembahasan :
Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu luasan petak contoh. Teknik kuadrat umumnya
dipergunakan untuk memperoleh keterangan mengenai bentuk komposisi (susunan) komunitas tumbuh-tumbuhan. Analisis yang
menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan (dominansi), dan frekuensi.
Kerapatan tumbuhan ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan didalam area tersebut,
kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Keragaman spesies dapat diambil
untuk menandai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh
spesies yang ada. Hubungan ini dapat dikatakan secara numeric sebagai indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas
penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil.
Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat menggunakan petak yang berupa segi empat dengan luas
area 1x1 meter untuk herba, 2x2 meter untuk semak, 5x5 meter untuk tiang dan 10x10 meter untuk pohon.
Hasil analisis akhir menunjukkan bahwa tumbuhan yang mendominasi Ujong Seureudong desa Sawang Bak ‘U dari kelompok
herba yaitu sambiloto dengan jumlah total 31 individu, semak didominasi oleh tanaman temiki/senggani (Melastoma candidum)
dengan jumlah total 13 individu, tiang didominasi oleh tumbuhan sirih hutan (Piper aduncum L.) dengan jumlah total 15 individu,
dan pohon didominasi oleh tumbuhan pala (Myristica fragrans) dengan jumlah total 56 individu.

13
IX. Kesimpulan :
1. Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu luasan petak contoh.
2. Petak yang digunakan berupa segi empat dengan luas area 1x1 meter untuk herba, 2x2 meter untuk semak, 5x5 meter untuk
tiang dan 10x10 meter untuk pohon.
3. Metode ini menggunakan analisis perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan (dominansi), dan frekuensi.
4. Tumbuhan yang mendominasi Ujong Seureudong desa Sawang Bak ‘U dari kelompok herba yaitu sambiloto dengan jumlah
total 31 individu.
5. Tumbuhan yang mendominasi Ujong Seureudong desa Sawang Bak ‘U dari kelompok semak didominasi oleh tanaman
temiki/senggani (Melastoma candidum) dengan jumlah total 13 individu.
6. Tumbuhan yang mendominasi Ujong Seureudong desa Sawang Bak ‘U dari kelompok tiang didominasi oleh tumbuhan sirih
hutan (Piper aduncum L.) dengan jumlah total 15 individu.
7. Tumbuhan yang mendominasi Ujong Seureudong desa Sawang Bak ‘U dari kelompok pohon didominasi oleh tumbuhan
pala (Myristica fragrans) dengan jumlah total 56 individu.

14
PERCOBAAN III

I. Judul Praktikum : Metode Transek


II. Tanggal Praktikum : 7 Mei 2018
III. Tujuan praktikum : Untuk mengetahui komposisi jenis, peranan,
penyebaran dan struktur dari suatu tipe vegetasi
yang diamati.
IV. Dasar teori :
Transek adalah penampang melintang atau pandangan samping dari suatu
wilayah. Transek merupakan salah satu tekhnik untuk memberikan gambaran
informasi kondisi biofisik suatu wilayah kajian. Arti harfian dai transek itu sendiri
adalah gambaran irisan muka bumi. Pada walanya, transek diperguankan oleh
apra ahli lingkungan untuk mengenali dan mengamati wilayah-wilayah ekologi,
yaitu pembagian wilayah lingkungan alam berdasarkan sifat khusus keadaanya.
Pembuatan transek bertujuan untuk mengetahui hubungan perubahan
vegetasi dan perubahan lingkungan. Ada dua macam transek yaitu belt transek
(transek sabuk) dan line transek (transek garis).

Metode belt transect, biasanya digunakan untuk mempelajari suatu


kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara juga
paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan
tanah, tofografik, dan elevensi. Transek dibuat memotong garis garis tofografi,
dari tepi laut ke pedalaman, memotong sungai atau menaiki gunung dan menuruni
lereng pengunungan.

Line transek, dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot).
Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali tecatat atau
dijumpai. Pada metode ini, sistem analisi melalui variabel-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan indeks nilai penting
(INP) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi.

Metode transek biasa digunakan untuk mengetahui vegetasi tertentu seperti


padang rumput dan lain lain atau suatu vegetasi yang sifatnya masih homogeny,
15
terdapat beberapa metode transek. Metode line intercept( line transect), biasanya
digunakan oleh para ahli ekologi untuk mempelajari komunitas padang rumput.
Dalam cara ini terlebih dahulu ditentukan titik sebagai pusat garis transek.

V. Alat dan bahan :

a. Alat

1. Tali rapia atau benang untuk menentukan luas petak

2. Patok untuk tanda pembatas setiap petak contoh

3. Alat tulis, penggaris, penghapus

4. Perlengkapan untuk pembuatan herbarium

5. Kamera digital untuk mengambil gambar setiap sampel

6. Gunting tumbuhan untuk mengambil sampel

7. Gunting tumbuhan untuk mengambil sampel

8. Kantung plastic untuk mengumpulkan hasil pengambilan sampel dari


lapangan

9. Buku identifikasi

b. Bahan

1. Suatu tipe komunitas tumbuhan tertentu sebagai objek praktikum

2. Bahan dalam pembuatan herbarium seperti: alkohol 70% dan kertas


koran sebagai pembungkus sampel

3. Kertas label dan lembaran data untuk proses pengumpulan data

16
VI. Cara kerja :

1. Tentukan suatu areal tipe komunitas tumbuhan pada sebuah hutan.

2. Dibuat transek sesuai dengan jalan yang dilalui) pada vegetasi yang
diamati.

3. Ukuran transek yaitu 10 m ke kanan dan ke kiri dari jalan transek dan
panjang jalan 100 m.

4. Dilakukan pengamatan pada seluruh tiang dan pohon yang ditemukan


pada areal yang sudah ditentukan.

5. Parameter yang diukur yaitu jumlah dan jenis pohon, keliling pohon
(DBH), tinggi pohon dan dominansinya.

6. Cari indeks nilai penting dan SDRnya.

7. Buatlah laporan yang lengkap sesuai dengan data yang diperoleh dari
lapang

Analisis data

1. Kerapatan

Kr%

2. Frrekuensi

Fr

3. Dominansi

17
18
4. Nilai penting

NP = Kr+ Fr+ Dr
Ket: NP : Nilai penting
Kr : Kerapatan relatif
Fr : Frekuensi relatif
Dr : Dorminan relative

5. SDR (Some Dominance Ratio) / perbandingan nilai penting

19
VII. Hasil Pengamatan :

Data Pengamatan Metode Transek

Lokasi : Pulau Weh


Kelompok :7
Titik pengamatan :5
Kelembapan tanah : 95%
pH tanah :5
Suhu Udara : 30,7˚C
Kelembapan udara : 75%

No Plot Ke Nama Daerah Nama Ilmiah Jumlah Luas Area Vegetasi


1 Ara Ficus racemosa 2 10x10 √
2 I Meranti Shorea sp. 1 10x10
3 Parakmeria yunnanensis 1 5x5
4 Bayur Pterospermum javanicum 1 10x10
5 Gaharu Aquilaria malaccensis 1 10x10
6 II Angsana Pterocarpus rohrii 2 10x10 √
7 Salam Syzygium polyanthum 1 5x5
8 Rotan Daemonorops longipes 2 1x1 √
9 Kulim Scorodocarpus borneensis 2 10x10 √
10 III Meranti Shorea sp. 1 10x10
11 Bayur Pterospermum javanicum 1 5x5
12 Bayur Pterospermum javanicum 2 10x10 √
IV
13 Jelutung Dyera costulata 1 10x10
14 Ara Ficus carica L. 2 10x10 √
V
15 Bayur Pterospermum javanicum 1 5x5

No Nama Daerah Nama Ilmiah DBH (cm) Luas Tutupan Tajuk (m) Tinggi Pohon (m)
1 Ara Ficus racemosa 34 Ka = 1,5 Ki = 1,5 14
2 Meranti Shorea sp. 33 Ka = 1 Ki = 1 12
3 Kulim Scorodocarpus borneensis 20 Ka = 1 Ki = 1 15
4 Meranti Shorea sp. 71 D = 1,5 B = 1,5 7
5 Bayur Pterospermum javanicum 40 D=1 B=1 16
6 Ara Ficus carica L. 41 D=1 B=1 16
7 Bayur Pterospermum javanicum 39 Ka = 0,5 Ki = 0,5 17
8 Pohon ara Ficus carica 158 Ka = 3 Ki = 3 19
9 Pohon kuda-kuda Stachytrpheta jamaicensis 29 Ka = 2 Ki = 2 7
10 Pohon tampu Baccaurea macrocarpa 20 Ka = 1 Ki = 1 13
11 Cengkeh Syzygium aromaticum 20 Ka = 3 Ki = 3 10
20
12 Kuini Mangifera odorata 53 Ka = 2 Ki = 2 25
13 Waru Hibiscus tiliaceus 125 Ka = 2 Ki = 2 7
14 Jamblang Syzygium cuminii 30 Ka = 2 Ki = 2 19
15 Sirih hutan Piper caudatum 23 Ka = 1 Ki = 1 15
16 Jati Tectona grandis 30 Ka = 1,5 Ki = 1,5 13
17 Angsana Pterocarpus indicus 53 Ka = 1 Ki = 1 15
18 Laban Vivex pinnata 61 Ka = 2 Ki = 2 17
19 Sirsak Annona muricata 30 Ka = 2 Ki = 2 9
20 Jerut perut Citrus hystrix 25 Ka = 1 Ki = 1 9
21 Bak Iboh Pigafetta elata 20 Ka = 2 Ki = 2 6
22 Jambu kelutuk Psidium guajava 15 Ka = 1 Ki = 1 5
23 Kapuk randu/ Panjo/Kapas Ceiba pentandra 81 Ka = 1,5 Ki = 1,5 15
24 Langsat Lansium domesticum 39 Ka = 2 Ki = 2 20
25 Delima Punica granatum 60 Ka = 1 Ki = 1 18
26 Bulus Amida cartilangea 73 Ka = 1 Ki = 1 18
27 Salak Salacca zalacca 21 Ka = 1 Ki = 1 8
28 Mangga Mangifera indica 18 Ka = 2 Ki = 2 6
29 Jeruk nipis Citrus aurantiifolia 65 Ka = 1,5 Ki = 1,5 19
30 Rambutan Nephelium lappaceum 120 Ka = 1 Ki = 1 18
31 Nangka Artocarpus heterophyllus 90 Ka = 1 Ki = 1 21
32 Jambu botol Syzygium malaccensis 65 Ka = 1,5 Ki = 1,5 15
33 Mahoni Swietenia mahagoni 70 Ka = 2 Ki = 2 15
34 Jambu Air Syzigium aqueum 70 Ka = 2 Ki = 2 12

Nama Jumlah kehadiran disetiap stasiun Kerapatan disetiap stasiun


No Fm Fr Km Kr Dm Dr NP SDR
Nama Daerah Nama Ilmiah i ii iii iv v vi vii viii Total i ii iii iv v vi vii viii total
1 Belimbing Averrhoa balimbi √ √ √ √ √ √ 5 0,625 0,0588235 2 0 0 2 9 2 12 4 31 0,0155 6,1876248 3,875 6,30081301 12,547261 6,3017
2 Kakao Theobroma cacao √ √ 2 0,25 0,0235294 2 0 0 0 3 0 0 0 5 0,0025 0,998004 0,625 1,01626016 2,0377936 1,02346
3 Kelapa Cocos nucifera √ √ 2 0,25 0,0235294 16 0 0 0 7 0 0 0 23 0,0115 4,5908184 2,875 4,67479675 9,2891445 4,66536
4 Ketapang Terminalia cattapa √ √ √ 3 0,375 0,0352941 2 0 0 1 1 0 0 0 4 0,002 0,7984032 0,5 0,81300813 1,6467054 0,82704
5 Mengkudu Morinda citrifolia √ √ √ 3 0,375 0,0352941 3 0 8 0 0 0 0 1 12 0,006 2,3952096 1,5 2,43902439 4,8695281 2,44566
6 Pala Myristica fragrans √ √ √ √ √ √ √ 7 0,875 0,0823529 20 15 0 9 36 41 53 27 201 0,1005 40,11976 25,125 40,8536585 81,055772 40,7092
7 Pinang Areca catechu √ √ √ √ √ √ 7 0,875 0,0823529 5 4 3 0 12 0 22 1 47 0,0235 9,3812375 5,875 9,55284553 19,016436 9,55077
8 Pohon ara Ficus carica √ √ √ √ √ 5 0,625 0,0588235 3 5 0 2 5 0 0 3 18 0,009 3,5928144 2,25 3,65853659 7,3101745 3,67144
Pohon ara Ficus carica √ √ √
9 3 0,375 0,0352941 1 0 0 1 2 0 0 0 4 0,002 0,7984032 0,5 0,81300813 1,6467054 0,82704
Stachytrpheta
Pohon kuda-kuda jamaicensis √ √
10 2 0,25 0,0235294 1 0 0 0 1 0 0 0 2 0,001 0,3992016 0,25 0,40650407 0,8292351 0,41647
Pohon tampu Baccaurea macrocarpa
√ √ √ √ √
11 5 0,625 0,0588235 0 5 0 2 1 0 2 5 15 0,0075 2,994012 1,875 3,04878049 6,101616 3,06446
Cengkeh Syzygium aromaticum √ √ √
12 3 0,375 0,0352941 0 6 0 5 0 0 3 0 14 0,007 2,7944112 1,75 2,84552846 5,6752338 2,85032
21
Kuini Mangifera odorata √ √ √ √ √
13 5 0,625 0,0588235 0 8 5 4 0 1 0 9 27 0,0135 5,3892216 3,375 5,48780488 10,93585 5,49239
Waru Hibiscus tiliaceus √ √ √
14 3 0,375 0,0352941 0 7 5 1 0 0 0 0 13 0,0065 2,5948104 1,625 2,64227642 5,2723809 2,64799
Jamblang Syzygium cuminii √ √ √ 0 5
15 3 0,375 0,0352941 0 0 1 2 0 0 8 0,004 1,5968064 1 1,62601626 3,2581168 1,63635
Sirih hutan Piper caudatum √ √ 5
16 2 0,25 0,0235294 0 0 0 0 0 0 4 9 0,0045 1,7964072 1,125 1,82926829 3,6492049 1,83277
Jati Tectona grandis √ 0 7
17 1 0,125 0,0117647 0 0 0 0 0 0 7 0,0035 1,3972056 0,875 1,42276423 2,8317345 1,4222
Angsana Pterocarpus indicus √ √ √ √ 0 4
18 4 0,5 0,0470588 8 5 0 0 0 17 34 0,017 6,7864271 4,25 6,91056911 13,744055 6,90278
Laban Vivex pinnata √ √ 0
19 2 0,25 0,0235294 0 0 0 3 0 1 0 4 0,002 0,7984032 0,5 0,81300813 1,6349407 0,82113
Sirsak Annona muricata √ 0
20 1 0,125 0,0117647 0 0 0 2 0 0 0 2 0,001 0,3992016 0,25 0,40650407 0,8174704 0,41056
Jerut perut Citrus hystrix √ 0 0
21 1 0,125 0,0117647 0 0 1 0 0 0 1 0,0005 0,1996008 0,125 0,20325203 0,4146175 0,20824
Bak Iboh Pigafetta elata √ √ 0 0
22 2 0,25 0,0235294 0 0 1 0 0 1 2 0,001 0,3992016 0,25 0,40650407 0,8292351 0,41647
23 Jambu kelutuk Psidium guajava √ √ 2 0,25 0,0235294 0 0 0 0 3 1 0 0 4 0,002 0,7984032 0,5 0,81300813 1,6349407 0,82113
Kapuk randu/ Ceiba pentandra
Panjo/Kapas √
24 1 0,125 0,0117647 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0,0005 0,1996008 0,125 0,20325203 0,4146175 0,20824
Langsat Lansium domesticum √
25 1 0,125 0,0117647 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0,001 0,3992016 0,25 0,40650407 0,8174704 0,41056
Delima Punica granatum √
26 1 0,125 0,0117647 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0,0005 0,1996008 0,125 0,20325203 0,4146175 0,20824
Bulus Amida cartilangea √
27 1 0,125 0,0117647 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0,0005 0,1996008 0,125 0,20325203 0,4146175 0,20824
Salak Salacca zalacca √ √
28 2 0,25 0,0235294 0 0 0 0 0 0 2 3 5 0,0025 0,998004 0,625 1,01626016 2,0377936 1,02346
Mangga Mangifera indica √
29 1 0,125 0,0117647 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0,0005 0,1996008 0,125 0,20325203 0,4146175 0,20824
Jeruk nipis Citrus aurantiifolia √
30 1 0,125 0,0117647 0 0 0 0 0 0 2 0 2 0,001 0,3992016 0,25 0,40650407 0,8174704 0,41056
Rambutan Nephelium lappaceum √
31 1 0,125 0,0117647 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0,0005 0,1996008 0,125 0,20325203 0,4146175 0,20824
Artocarpus
Nangka heterophyllus √
32 1 0,125 0,0117647 0 0 1 1 0,0005 0,1996008 0,125 0,20325203 0,4146175 0,20824
Jambu botol Syzygium malaccensis √
33 1 0,125 0,0117647 0 0 1 1 0,0005 0,1996008 0,125 0,20325203 0,4146175 0,20824
Mahoni Swietenia mahagoni √
34 1 0,125 0,0117647 0 0 1 1 0,0005 0,1996008 0,125 0,20325203 0,4146175 0,20824

22
Jumlah 10,625 1 504 0,2505 100 61,5 100 199,10948 100

Keterangan :

Fm : Frekuensi mutlak
Fr : Frekuensi relatif
Km : Kerapatan mutlak
Kr : Kerapatan relatif
Dm : Dominansi mutlak
Dr : Dominansi relatif
NP : Nilai Penting
SDR : ( Some Dominance Ratio) / perbandingan nilai penting

23
VIII. Pembahasan :

Transek yaitu metode yang biasa digunakan untuk mengetahui vegetasi


tumbuhan, metode ini bisa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan
yang luas dan kodisinya belum diketahui. Cara ini paling efektif untuk
mempelajari perubahan keadaan vegetasi atau mengetahui vegetasi tumbuhan
yang berada di area tersebut.

Pengamatan dilakukan dengan cara menentukan lokasi tipe komunitas


tumbuhan. Kemudian ditentukan titik nol dan ditarik garis transek sepanjang 100
meter dengan lebar samping kiri dan kanan 10 meter. Dengan berjalan
disepanjang garis transek, dicatat tumbuhan yang berada disepanjang garis transek
tersebut, bagi tumbuhan yang belum diketahui spesiesnya, sampel tumbuhan
dipotong salah satu bagian untuk diidentifikasi dilaboratorium dan selanjutnya
jenis tumbuhan yang di dapat dicatat jenis, keliling pohon, tinggi pohon dan
dominansinya.

Tumbuhan yang paling mendominasi pada vegetasi dilakukan penelitian


adalah tanaman pala (Myristica fragrans), karena daerah tersebut merupakan
daerah perkebunan milik masyarakat disekitar gampoeng Sawang Bak ‘U
kecamatan Sawang. Selain Pala, Tumbuhan yang paling banyak terdapat pada
vegetasi tesebut adalah pohon kelapa (Cocos nucifera). Hal ini disebabkan
vegetasi tersebut terletak didekat pantai yang merupakan daerah paling cocok
untuk pertumbuhan kelapa. Tumbuhan lain yang terdapat pada vegetasi tesebut
antara lain pohon ara, pohon ketapang, pohon tampu, pohon pinang dan pohon
mengkudu.

IX. Kesimpulan :

1. Transek yaitu metode yang biasa digunakan untuk mengetahui vegetasi


tumbuhanmetode ini bisa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok
hutan yang luas dan belum diketahui sebelumnya.
24
2. Cara ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi atau
mengetahui vegetasi tumbuhan yang berada di area tersebut.

3. Pengamatan ini dilakukan dengan cara menentukan lokasi tipe komunitas


tumbuhan kemudian diukur luas lokasi transek dengan panjang 100 meter,
lebar samping kanan 10 meter.

4. Jenis tumbuhan yang di dapat dicatat jenis, keliling pohon, tinggi pohon
dan dominansinya..

5. Tumbuhan yang paling mendominasi vegetasi yaitu tanaman pala


(Myristica fragrans) dan kelapa (Cocos nucifera).

25
26
PERCOBAAN: V

I. Judul Praktikum : Profil Hutan


II. Tanggal praktikum : 7 Mei 2018
III. Tujuan praktikum : Untuk memperoleh gambaran komposisi
dari suatu vegetasi, sehingga dapat memberikan
informasi mengenai struktur
stratifikasi pohon dan kondisi ekologisnya
IV. Dasar teori :

Indonesia merupakan rumah dari hutan hujan terluas di seluruh Asia,


meski Indonesia terus mengembangkan lahan-lahan tersebut untuk
mengakomodasi populasinya yang semakin meningkat serta pertumbuhan
ekonominya. Sekitar tujuh belas ribu pulau-pulau di Indonesia membentuk
kepulauan yang membentang di dua alam biogeografi - Indomalayan dan
Australasian - dan tujuh wilayah biogeografi, serta menyokong luar biasa
banyaknya keanekaragaman dan penyebaran spesies. Dari sebanyak 3.305 spesies
amfibi, burung, mamalia, dan reptil yang diketahui di Indonesia, sebesar 31,1
persen masih ada dan 9,9 persen terancam. Indonesia merupakan rumah bagi
setidaknya 29.375 spesies tumbuhan vaskular, yang 59,6 persennya masih ada.

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh


pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di
wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon
dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta
pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.
Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat
menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di
dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.
Hutan merupakan suatu kumpulan tetumbuhan, terutama pepohonan atau
tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas.

27
Diameter merupakan satu parameter pohon yang mempunyai arti penting
bagi pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan pengelolaan,
kerena keterbatasan akar yang tersedia. Sering kali pengukuran keliling yang
dilakukan baru kemudian di konversikan diameter dengan rumus D=k/h.

V. Alat dan bahan :

a. Alat

1. Tali rapia atau benag untuk menetukan luas petak

2. Patok untuk tanda pembatas setiap petak contoh

3. Alat tulis, penggaris, penghapus

4. Kamera digital untuk mengambil gambar setiap sampel

5. Gunting tumbuhan untuk mengambil sampel

6. Kantung plastic untuk mengumpulkan hasil sampel dari lapangan

7. Meteran

8. Buku identifikasi

b. Bahan

1. Suatu tipe komunitas tumbuhan tertentu sebagai objek praktikum

2. Bahan dalam pembuatan herbarium seperti alcohol 70 % dan kertas


Koran sebagai pembungkus sampel.

3. Kertas label dan lembaran data untuk pengumpulan data

4. Peta vegetasi dan foto udara

VI. Cara kerja :

28
1. Ditentukan lokasi yang akan diamati. Diusahakan dalam bentuk transek
yang tegak lurs dengan jalan yang dilewati.

2. Dibuat petak contoh pada lokasi dengan ukuran 10x50 m secara tegak
lurus.

3. Diproyeksikan ukuran 10m dengan y dan 50m dengan x.

4. Ditandai semua pohon dan tiang yang ada dalam petak contoh,
kemudian dicatat nama jenis tumbuhan serta proyeksi X dan Y, keliling
pohon setinggi dada(Dbh), tinggi pertama seta luas tajuknya.

5. Dibuat grafik secara vertical dan horizontal diatas kertas millimeter


dengan skala tertentu yang disesuaikan dengan ukuran dilapangan.

6. Dari hasil grafik, ditentukan species tumbuhan yang termasuk pohon


yang sama dating. Masa kini dan masa lampau.

7. Untuk melengkapi factor factor lingkungan seperti kelembapan, suhu,


udara, ketinggian dan intessitas cahaya jiga diukur.

8. Dibuat laporan lengkap sesuai dengan ukuran gambar dan hasil


lapangan yang diperoleh.

29
VII. Hasil Pengamatan

Lokasi : Pulau Weh


Kelompok :7
Titik pengamatan :5
Kelembapan tanah : 95%
pH tanah :5
Suhu Udara : 30,7˚C
Kelembapan udara : 75%

No Nama Daerah Nama Ilmiah Koordinat Tinggi Tinggi DBH Gambaran Luas tutupan tajuk (m)
cabang pohon (cm) Percabang
X Y pertama (Hi) an Ki Ka D B
(Ht)
1 Pohon ara Ficus carica 2 2 3 14 34 Prevost 1,5 1,5 - -
2 Pohon kuda- Stachytrpheta 3 4 4 12 33 Prevost 1 1 - -
kuda jamaicensis
3 Baccaurea 5 7 3,3 15 20 Prevost 1 1 - -
Pohon tampu macrocarpa
4 Cengkeh Syzygium aromaticum 6 9 2 7,5 71 Prevost - - 1,5 1,5
5 Kuini Mangifera odorata 1 20 2,5 16 40 Koriba - - 1 1
6 Waru Hibiscus tiliaceus 3 25 1,5 16 41 Prevost - - 1 1
7 Jamblang Syzygium cuminii 5 29 4 17 39 Attims 0,5 0,5 - -
8 Sirih hutan Piper caudatum 10 30 8 19 158 Attims 3 3 - -

30
9 Jati Tectona grandis 7 26 10 7 29 Attims 2 2 - -
10 Angsana Pterocarpus indicus 3 42 5 13 20 Prevost 1 1 - -
11 Laban Vivex pinnata 5 45 9,5 10 20 Prevost 3 3 - -
12 Sirsak Annona muricata 9 49 3 25 53 Prevost 2 2 - -
13 Jerut perut Citrus hystrix 6 47 3 7 125 Prevost 2 2 - -
14 Bak Iboh Pigafetta elata 3 64 3 19 30 Koriba 1 1 - -
15 Jambu kelutuk Psidium guajava 5 67 6 15 23 Koriba 1 1 - -
16 Kapuk randu/ Ceiba pentandra 8 70 5,3 13 30 Koriba 1,5 1,5 - -
Panjo/Kapas
17 Langsat Lansium domesticum 4 82 6 15 53 Prevost 1 1 - -
18 Delima Punica granatum 9 87 7 17 61 Prevost 2 2 - -
19 Bulus Amida cartilangea 6 83 5 9 30 Prevost 2 2 - -
20 Salak Salacca zalacca 2 11 3 9 25 Prevost 1 1 - -
21 Mangga Mangifera indica 4 15 6 6 50 Prevost 2 2 - -
22 Jeruk nipis Citrus aurantiifolia 5 32 1,5 5 15 Prevost 1 1 - -
23 Nephelium 7 39 3,3 15 81 Prevost 1,5 1,5 - -
Rambutan lappaceum
24 Artocarpus 2 30 2 20 39 Prevost 2 2 - -
Nangka heterophyllus
25 Jambu botol Syzygium malaccensis 3 54 3 18 60 Prevost 1 1 - -
26 Mahoni Swietenia mahagoni 6 57 4 18 73 Prevost 1 1 - -
27 Jambu Air Syzigium aqueum 2 73 8 8 21 Prevost 1 1 - -
28 Pohon ara Ficus carica 5 77 4 6 18 Prevost 2 2 - -
29 Pohon kuda- Stachytrpheta 6 95 6 19 65 Prevost 1,5 1,5 - -
kuda jamaicensis
31
32
VIII. Pembahasan :

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh


pepohonan dan tumbuhan lainnya. Pengamatan profil hutan diawali dengan
menarik garis dengan menentukan garis titik koordinat X dan Y. kemudian
diamati pohon dan diukur titik koordianat dimana pohon itu berada.

Profil hutan dibuat pada petak contoh di lokasi dengan ukuran 10 x 50


meter secara tegak lurus. Di proyeksikan ukuran 10 meter dengan Y dan 50 meter
dengan X. Ditandai semua pohon dan tiang yang ada dalam petak contoh
kemudian dicatat nama jenis tumbuhan serta proyeksi X dan Y, keliling pohon
setinggi dada (DBH), tinggi pertama serta luas tajuknya.

Data yang telah dikumpulkan digambarkan pada kertas grafik


menggunakan proyeksi sumbu X dan Y, sehingga terlihat bentuk profil hutan
yang menyerupai gambaran aslinya dilapangan. Terdapat dua gambar proyeksi
pada kertas grafik, gambar pertama menunjukkan lebar tutupan tajuk / kanopi dari
tiap pohon secara vertikal yang saling tumpang tidih. Penggambaran ini
menggunakan data panjang dari tiap cabang terluar sebelah kiri, kanan, depan dan
belakang. Gambar kedua menunjukkan lebar tutupan tajuk / kanopi, tinggi cabang
pertama serta tinggi pohon (penampakan secara horizontal).

Tumbuhan yang menyusun kanopi hutan Ujoeng seureudong desa Sawang


bak ‘U didominasi oleh tumbuhan kelapa ( Cocos nuccifera), hal ini disebabkan
lokasi penelitian bersisian langsung dengan tepi pantai yang merupakan tempat
paling cocok untuk tumbuhan kelapa tumbuh. Selain itu tumbuhan pala (Myristica
fragrans) juga ikut mendominasi vegetasi tersebut karena daerah tersebut
merupakan lahan warga sekitar berkebun pala.

33
IX. Kesimpulan :

1. Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh


pepohonan dan tumbuhan lainnya

2. Pengamatan profil hutan diawali dengan menarik garis dengan


menentukan garis titik koordinat X dan Y.

3. Profil hutan dibuat pada petak contoh di lokasi dengan ukuran 10 x 50


secara tegak lurus.

4. Data yang telah dikumpulkan digambarkan pada kertas grafik


menggunakan proyeksi sumbu X dan Y, sehingga terlihat bentuk profil
hutan yang menyerupai gambaran aslinya dilapangan.

5. Tumbuhan yang menyusun kanopi hutan Ujoeng seureudong desa Sawang


bak ‘U didominasi oleh tumbuhan kelapa ( Cocos nuccifera), hal ini
disebabkan lokasi penelitian bersisian langsung dengan tepi pantai

6. Tumbuhan pala (Myristica fragrans) juga ikut mendominasi vegetasi


tersebut karena daerah tersebut merupakan lahan warga sekitar berkebun
pala.

34
35
PERCOBAAN : VI

I. Judul Praktikum : Biomassa


II. Tanggal Praktikum : 7 Mei 2018
III. Tujuan praktikum : 1.Untuk mengetahui akumulasi karbon organik
pada tumbuhan (serasah, herba dan pohon).
2. Untuk mengetahui hubungan karbon absolut
dalam biomassa (tumbuhan pada waktu
tertentu).
IV. Dasar teori :

Dalam ekologi, biomassa adalah massa organisme biologis hidup di suatu


area atau ekosistem pada suatu waktu tertentu. Biomassa pada ekologi dapat
mengacu pada biomassa spesies, yang merupakan massa dari satu atau lebih
spesies, atau biomassa komunitas yang merupakan massa dari seluruh spesies
pada suatu komunitas. Massa dapat mencakup mikroorganisme, tumbuhan, dan
hewan hidup. Nilai massa ini dapat diekspresikan sebagai massa rata-rata per unit
luas, atau total massa dari suatu komunitas.

Biomassa merupakan istilah untuk bobot hidup, biasanya dinyatakan


sebagai bobot kering, untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme, populasi, atau
komunitas. Biomassa tumbuhan merupakan jumlah total bobot kering semua
bagian tumbuhan hidup. Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan
menyerap karbondioksida (CO2) dari udara dan mengubah zat ini menjadi bahan
organik melalui proses fotosintesis.

Ahli-ahli ekologi tertarik pada produktivitas karena bila bobot kering suatu
komunitas dapat ditentukan pada waktu tertentu dan laju perubahan bobot kering
dapat diukur, data itu dapat diubah menjadi perpindahan energi melalui suatu
ekosistem. Ekosistem yang berbeda dapat dibandingkan dengan menggunakan
informasi ini dan efisiensi nisbi untuk perubahan penyinaran matahari menjadi
bahan organik dapat dihitung.

36
Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap karbondioksida
(CO2) dari udara dan mengubah zat ini menjadi bahan organik melalui proses
fotosintesis. Berbeda dengan hewan, tumbuhan membuat makanannya sendiri
yang disebut dengan produktivitas primer yang terbagi atas produktivitas primer
bersih dan produktivitas primer kotor.

V. Alat dan Bahan :

a. Alat :

1. Patok untuk tanda pembatas setiap petak contoh


2. Alat tulis, penggaris, penghapus
3. Kamera digital untuk mengambil gambar setiap sampel
4. Gunting tumbuhan untuk mengambil sampel
5. Meteran

b. Bahan :

1. Tali Rapia
2. Objek, tipe komunitas tumbuhan dan serasah.
3. Kantung Plastik
VI. Cara kerja :

1. Ditentukan lokasi yang akan diamati pada peta


2. Ditentukan lokasi di lapangan dan ditentukan intensitas sampling
3. Dibuat plot besar yang berukuran 20x 10 / 10x10 meter untuk pohon
DBH > 30
4. Di dalam plot besar tersebut dibuat plot berukuran 5 x40/ 2x20 meter.
Untuk pohon DBH 5< DBH< 30 meter
5. Di dalam plot 5x40 / 2x20 meter dibuat plot 1 x 1 meter untuk stok
karbon understorey (herba, perdu, dan anakan pohon DBH < 5 cm)

37
6. Dibuat 0,05 x 0,5 meter untuk serasah (daun-daun yang sudah gugur/ jatuh
di tanah) di dalam plot 1x1 meter.
7. Dicatat jumlah pohon di dalam plot berdasarkan DBH yang telah
ditentukan.
8. Pada plot berukuran 20x100 / 10x50 meter dan 5 x 40/ 2x20 meter diambil
ranting / cabang / daun kemudian ditimbang perpohon.
9. Kemudian serasah dicuci untuk menghilangkan partikel tanah, dijemur,
ditimbang berat totalnya, diambil subsampel sebanyak 100 gram dan
dikeringkan dalam open hingga beratnya konstan.
10. Dilakukan pengukuran ketinggian dan mendekteksi lokasi pengamatan
dengan GPS.
11. Untuk memperoleh nilai stok karbon pada folt yang dilakukan estimasi,
maka stok karbon pohon dengan persamaan : W= 0,188 DBH2,53, khusus
untuk hutan dengan curah hujan 1500-4000 mm.

38
VII. Hasil Pengamatan :

Nama Tinggi Berat Berat


Keliling Diameter (cm) Jari-jari Stok Karbon
No r² pohon basah kering V=π.r².T BJ=BK/V W=0.11.BJ.D².62
Nama Lokal Nama Ilmiah (cm) (D=K/3,14) (r=D/2) (CS=Wx0,46)
(cm) (gr) (gr)
1 Pala Myristica fragrans 62 19,74 9,87 97,46 1600 100 37,5 489681,5 7,66E-05 2,E-02 0,009602374
2 Cengkeh Syzygium aromaticum 46 14,64 7,32 53,65 1450 100 68 244283,4 0,000278 3,E-02 0,015967438
3 Jati Tectona gandis 57 18,15 9,07 82,38 1700 100 64 439753,2 0,000146 3,E-02 0,014640569
4 Jambu Botol Syzygium malacensis 59 18,78 9,39 88,26 1200 100 64 332579,6 0,000192 5,E-02 0,021189048
5 Mengkudu Morinda citrifolia 34 10,82 5,41 29,31 600 100 62 55222,93 0,001123 6,E-02 0,029170364
6 bak Mane Vivex pinnata 231 73,56 36,78 1353,02 2200 100 36 9346672 3,85E-06 3,E-02 0,015153178
jumlah 0,105722971

39
VIII. Pembahasan :

Biomassa merupakan istilah untuk bobot hidup, biasanya dinyatakan


sebagai bobot kering, untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme, populasi, atau
komunitas. Biomassa tumbuhan merupakan jumlah total bobot kering semua
bagian tumbuhan hidup.Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan
menyerap karbondioksida (CO2) dari udara dan mengubah zat ini menjadi bahan
organik melalui proses fotosintesis. Sedangkan stok karbon merupakan
kandungan karbon absolut dalam biomassa (tumbuhan) pada waktu tertentu
dengan proporsi terhadap biomassa total sebesar 40 %. Stok karbon merupakan
hasil akumulasi dari proses konversi karbondioksida menjadi karbon dalam proses
fotosintesis. Sebagian karbon organik terakumulasi di tumbuhan sedangkan
sebagian lainnya terakumulasi serasah dan materi organik tanah.

Dari hasil pengamatan dapat diperoleh informasi bahwa cadangan karbon


yang tersimpan di hutan ujoeng seureudong adalah 0,105722971 g/pohon/seratus
gram berat basah. Jumlah cadangan karbon tersimpan terbanyak terdapat pada
jenis cengkeh (Syzygium aromaticum) yaitu 0,015967438 g/pohon/seratus gram
berat basah.

IX. Kesimpulan :

1. Biomassa merupakan istilah untuk bobot hidup, biasanya dinyatakan


sebagai bobot kering, untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme,
populasi, atau komunitas.

2. Biomassa tumbuhan merupakan jumlah total bobot kering semua bagian


tumbuhan hidup.

40
3. Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap
karbondioksida (CO2) dari udara dan mengubah zat ini menjadi bahan
organik melalui proses fotosintesis.

4. Stok karbon merupakan kandungan karbon absolut dalam biomassa


(tumbuhan) pada waktu tertentu dengan proporsi terhadap biomassa
total sebesar 40 %. Stok karbon merupakan hasil akumulasi dari proses
konversi karbondioksida menjadi karbon dalam proses fotosintesis.

5. Cadangan karbon yang tersimpan di hutan ujoeng seureudong adalah


0,105722971 g/pohon/seratus gram berat basah.

6. Jumlah cadangan karbon tersimpan terbanyak terdapat pada jenis


cengkeh (Sygyzium aromaticum) yaitu 0,015967438 g/pohon/seratus
gram berat basah.

41
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous., Ekologi Tumbuhan. Malang: UMM Press 2001.


Charles., TumbuhanBergunaIndonesiaIII. Jakarta: Yayasan Wana Jaya. 1992.

Hasan., AnalisisPertumbuhanTanaman. Yogyakarta: UGM press. 1993.


Herawati.,Tanaman Budidaya Lingkungan.Jakarta: UI Press. 1991.

Michael., Program Metode Ekologi. Jakarta: UI. 1994.


Michael., Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.
Jakarta: UI Press. 1995.
Melati., Hutan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. 2001.
Rahardjanto., Ekologi Tumbuhan. Malang: UMM Press. 2001.
Rochman dan Wayan., Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan, Malang: JICA,
2001.
Samingan., Dasar Dasar Ekologi Tumbuhan. Bandung: IPT Press, 1996.
Simon., Manual Inventore Hutan. Jakarta: UI Press. 1987.
Subiyanto., PerananEkologiTumbuhan. Malang: Dwipersada. 1997.
Syafei, Eden Surasana., Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB. 1990.
Wirakusuma., Dasar-dasar Ekologi Menompang Pengetahuan Ilmu-Ilmu
Lingkungan. Jakarta. UI Press. 2003.
Zoer’aini., Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: PT UGM press. 2004.

42

Anda mungkin juga menyukai