Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbicara tentang pendidikan kaitannya dengan globalisasi, lebih-lebih di era


reformasi di semua bidang di Indonesia sekarang tentu saja kita juga harus
membicarakan mengenai “sosok guru ideal” yang diharapkan. Pendidikan kita
tentunya harus mendiskripsikan profil seorang guru yang relevan dengan konteks
globalisasi, sebagai landasan untuk mencapai tujuan ideal yang diharapkan.
Dari penjelasan tersebut guru membutuhkan pola-pola pembelajaran untuk
menunjang penyampaian materi kepada siswa dan diharapkan dari pola tersebut siswa
bisa menangkap apa yang diajarkan dari seorang guru, agar kelak siswa tersebut dapat
bersaing pada dunia global yang semakin lama semakin dituntut harus bisa
beradaptasi dengan lingkungan yang keras, untuk menunjang pola-pola tersebut maka
guru juga diharapkan menjadi guru yang profesional.
Teori pemrosesan informasi ini didasari oleh asumsi bahwa pembelajaran
merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan
merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses
informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan bentuk hasil belajar. Dalam
pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan
kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang
diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam
individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang
mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Pola Pembelajaran?
2. Apa Macam-macam Pola Pembelajaran?
3. Apa Pengertian Teori Pemrosesan Informasi?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Pengertian Dari Pola Pembelajaran.
2. Mengetahui Macam-macam Pola Pembelajaran.
3. Mengetahui Pengertian Teori Pemrosesan Informasi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pola Pembelajaran
Pada masa sekarang ini atau yang akan datang, peran pendidik tidak hanya
sebagai pengajar, tetapi ia harus mulai berperan director of learning, yaitu sebagai
pengelola belajar yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa/peserta didik melalui
pemanfaatan dan optimalisasi berbagai sumber belajar. Bahkan, bukan tidak
mungkin pada masa yang akan datang peran media sebagai sumber informasi
utama dalam kegiatan pembelajaran (pola pembelajaran bermedia), seperti halnya
penerapan pembelajaran berbentuk computer, peran pendidik hanya sebagai
fasilitator belajar saja. (Rusman, 2012).
Pola pembelaran merupakan cara yang digunakan oleh guru/pengajar dalam
menyampaikan materi pembelajaran pada proses perkuliahan atau proses belajar
mengajar.
Pola yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah proses pembelajaran yang
dilakukan guru dalam pengelolaan kelas yang menjadi tanggung jawabnya, hal ini
banyak dipengaruhi oleh motivasi dan pandangannya tentang konsep mengajar,
sehingga menjadi gaya atau teknik guru dalam melakukan interaksi dalam
pembelajaran.
Bab ini akan diuraian tiga pola dasar pembelajaran, yaitu pola terpisah, pola
berhubungan, dan pola pembelajaran aktif. (Disarian dari Sanjaya: 2012, 3-12)
1. Pola Terpisah
Pola terpisah adalah pola yang menggambarkan ketiadaan hubungan
antara peran yang dilakukan guru sebagai pengajar dengan peran siswa
sebagai pembelajar. Guru dan siswa berjalan sendiri seakan-akan tidak ada
hubungan komunikasi guru yang semestinya mengarahkan agar siswa
berupaya mencapai tujuan pembelajaran tidak terjadi. Misalnya ketika guru
sedang menyampaikan materi pelajaran, siswa tidak sepenuhnya
memperhatikan penjelasan guru. Ada siswa yang mengantuk, mengobrol atau
melakukan aktivitas lain yang tidak ada kaitannya dengan upaya pencapaian
tujuan pembelajaran, sebab tidak adanya keberhubungan antara tindakan guru
dan tindakan siswa.
Pada pola terpisah ini guru dan siswa berjalan sendiri-sendiri. Guru asyik
bicara didepan kelas dan siswa juga asyik dengan pekerjaannya masing-
masing. Ada beberapa ciri dari pola mengajar terpisah: (Wina Sanjaya, 2012:
3-5).
a. Guru menganggap mengajar adalah sekedar menyampaikan materi
pelajaran.
b. Tidak adanya kriteria yang jelas tentang keberhasilan guru mengajar.

Oleh karena itu, pola mengajar terpisah banyak mengandung kelemahan.


kelemahan yang sangat mendasar adalah tidak adanya interaksi dan tida
berjalannya komunikasi antara guru dan siswa.

Pola mengajar yang hanya bertumpu pada aktivitas guru seperti apa yang
digambarkan pada pola terpisah ini berpengaruh terhadap rancangan/produksi
dan pemanfaatan media yang digunakan. Media dirancang dan dimanfaatkan
bukan untuk mempermudah belajar siswa, akan tetapi untuk mempermudah
guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Misalnya bagaimana guru
menyajikan semua materi pelajaran pada slide Powerpoint sehingga guru
tinggal menjelaskan dan mendiskusiannya.

2. Pola Berhubung

Pola berhubungan adalah pola mengajar guru yang berupaya agar siswa
memahami materi pelajaran sesuai dengan yang disampaikannya. Pola ini
merupakan pola yang banyak dilakukan oleh guru dewasa.

Misalnya, sebelum membahas materi pelajaran, Bu Cc terlebih dahulu


menyampaikan pokok-pokok materi pelajaran yang akan diuraikannya selama
dua jam kedepan. Setelah siswa mengerti materi yang harus dikuasainya,
maka mulailah Bu Cc menyampaikam materi pelajaran. Selama mengajar Bu
Cc berusaha untuk memantau kemampuan siswa dalam menguasai materi
pelajaran melalui Tanya jawab dengan seluruh siswa. kemudian Bu Cc
melakukan tes akhir untuk melihat keberhasilan tujuan pembelajaran.

Pada pola ini guru berperan sebagai pengajar dan siswa sebagai
pembelajar. Dikatakan pola berhubungan, sebab terjadi proses komunikasi
antara guru dan siswa, apa yang dilakukan guru direspons oleh siswa. ketika
guru menjelaskan materi pembelajaran, maka siswa menyimak penjelasan
tersebut sampai mereka benar-benar paham tentang apa yang di informasikan
guru. Komunikasi antara guru dan siswa dalam peristiwa semacam ini yang
dinamakan proses mengajar-belajar.

Pada pola ini guru memandang bahwa mengajar adalah proses


menanamkan pengetahuan atau keterampilan pada siswa, dan belajar bagi
siswa adalah menambah pengetahuan seperti yang disampaikan guru. Pola
kedua ini, Nampak lebih maju dibandingkan dengan pola pertama, sebab guru
dan siswa berjalan bersama menuju arah yang sama, yaitu penguasaan materi
pelajaran. Kriteria keberhasilan mengajar tidak lagi ditentukan oleh
tersampaikan atau tidaknya materi pelajaran, akan tetapi apakah materi yang
disampaikan itu dipahami oleh siswa atau tidak,

Berdasarkan uraian diatas, maka pola berhubungan memiliki beberapa


karakteristik diantaranya:

a. Proses belajar mengajar diorientasikan pada siswa sebagai subjek belajar.


Artinya mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran
akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dipahami oleh siswa. Maka,
dalam pengelolaan pengajaran factor siswa dijadikan salah satu
pertimbangan oleh guru.
b. Sumber materi pelajaran biasanya buku teks sesuai dengan kurikulum
yang berlaku.
c. Kriteria keberhasilan guru dalam mengajar diukur dari sejauh mana siswa
dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru.

Walaupun pola ini lebih baik dibandingkan dengan pola pertama, akan
tetapi ketika kita kritis ada beberapa kelemahan ditinjau dari sudut siswa itu
sendiri, yaitu:

a. Pola berhubungan hanya menuntut siswa untuk “menelan” secara


langsung berbagai pesan yang disampaian guru.
b. Pada Pola berhubungan ini guru tidak memperhatikan siswa sebagai
organism yang unik, organism yang memiliki perbedaan.
c. Guru menempatkan diri sebagai satu-satunya sumber belajar.

Kriteria keberhasilan mengajar bagi guru adalah sejauh mana siswa dapat
menguasai materi pelajaran. Belajar tidak hanya dianggap sebagai proses
menumpuk otak dengan materi pelajaran melalui proses menghafal, akan
tetapi belajar adalah proses perubahan perilaku yang menyeluruh melalui
proses berpengalaman. Itulah sebabnya, antara hasil dan proses belajar,
merupakan dua sisi yang sama pentingnya seperti seekor burung dengan dua
sayapnya yang sama kuatnya. seekor burung akan dapat terbang dengan
sempurna manakala kedua sayapnya berfungsi dengan baik, begitupula
sebaliknya.

Mencermati uraian diatas, maka pada pola ini rancangan dan pemanfaatan
media pembelajaran ditekankan pada upaya agar informasi atau pesan yang
disampaikan oleh guru dapat dipahami oleh siswa. Dengan demikian, media
difungsikan bukan hanya untuk guru tetapi juga untuk siswanya.

3. Pola Pembelajaran Aktif


Pola pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa
yang ditandai oleh adanya interaksi dan kerja sama antara guru dan siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Misalnya, Pak Islam, guru materi kita akan mengajar zakat pada siswa-
siswanya. sebelum memulai pelajaran Pak Islam terlebih dahulu
menyampaikan pokok-pokok materi pelajaran sesuai dengan kopetensi dasar
yang diambil dari standar isi. Lalu Pak Islam meminta siswa-siswanya untuk
memikirkan apa yang ingin mereka ketahui tentang zakat.
Pada pola ini, siswa belajar sesuai dengan minat dan gaya belajarnya
sendiri. siswa tidak hanya dituntut untuk “menelan” yang sudah disampaikan
guru, akan tetapi juga “mengunyahnya” sebelum ditelan, sehingga terasa
benar “asam garamnya”. Dikatakan pola pembelajaran aktif sebab terjadi
interaksi yang aktif antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Guru
yang demikian, menyadari bahwa siswa bukan bejana kosong yang dapat diisi
apa saja. Siswa datang dengan pengalaman, kemanapun dan dengan gaya
belajar yang berbeda. Ketika guru ingin menyajikan materi pelajaran, maka
factor perbedaan ini harus benar-benar diperhatikan. Pola pembelajaran
seperti ini dirancang berpusat pada siswa (student center). Siswa didorong
untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya sendiri dengan memanfaatkan
lingkungan belajar, baik lingkungan yang didesain untuk keperluan belajar
maupun yang tidak didesain, namun dapat dimanfaatkan.
Dalam konteks ini mengajar tidak diartikan sebagai proses
menyampaikan informasi (transfer of knowledge), akan tetapi proses
mengolah sumber belajar dan lingkungan dengan tujuan agar siswa belajar,
dan belajar itu sendiri bukanlah hanya sekedar memenuhi otak dengan
informasi, akan tetapi proses mengfungsikan otak untuk mengubah perilaku
secara menyeluruh, baik aspek, kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Secara umum pola pembelajaran aktif memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a. Siswa memiliki kesempatan untuk menentukan arah dan tujuan
pembelajaran, sehingga mereka memahami tujuan pembelajaran yang
harus dicapainya.
b. Guru tidak menempatkan dirinya sebagai sumber utama dalam
pembelajaran. Siswa bias belajar dari mana saja tergantung pada gaya dan
minat siswa untuk belajar. peran guru adalah memfasilitasi siswa dan
mengarahkannya.
c. Guru menempatkan siswa sebagai objek belajar. Artinya siswa tidak
didorong sebagai objek yang harus menurut kepada pendapat guru dengan
cara menyimak informasi yang disampaikan guru, akan tetapi siswa
didorong untuk menemukan informasi sesuai dengan gaya belajarnya.
d. Tujuan pembelajaran bukan hanya sekedar menguasai informasi akan
tetapi kemampuan berpikir secara kritis dan analitis. Dengan demikian,
materi pelajaran bukan hanya sekedar untuk dipahami akan tetapi dikritisi
dan dianalisis dengan menggunakan potensi berpikir siswa. Guru tidak
menyajikan materi pelajaran yang sudah jadi, akan tetapi materi itu dicari
dan ditemukan sendiri oleh siswa. Sehingga kelas berfungsi sebagai
tempat menganalisis informasi yang diperoleh siswa.

Berpijak pada karakteristik di atas, maka pola pembelajaran aktif sangat


tergantung pada siswa itu sendiri. media dirancang dengan memperhatikan
sepenuhnya hal-hal yang berkaitan dengan diri siswa, baik minat, bakat,
kemampuan termasuk gaya dan kesempatan siswa untuk belajar.

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam proses mengajar tidak selamanya


dapat menimbulkan pembelajaran. pembelajaran adalah proses kerja sama dan
komunikasi antara siswa dan guru atau dengan lingkungannya untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Hal ini berarti mengajar hanya salah satu
factor penyebab timbulnya pembelajaran. Dengan demikian, media tidak
hanya berfungsi untuk menyajikan materi pelajaran, akan tetapi dirancang
untuk merangsang siswa beraktivitas, melakukan berbagai kegiatan untuk
memperoleh pengalaman sesuai dengan tujuan pembelajaran.
B. Teori Pemrosesan Informasi

Teori ini menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali


pengetahuan dari otak. Peristiwa mental diuraikan sebagai transformasi informasi
dari input (stimulus) ke ouput (respon). Model pemrosesan informasi dapat
digambarkan sebagai kumpulan kotak-kotak yang dihubungkan dengan garis.
Kotak itu menggambarkan fungsi atau keadaan sistem., dan garis menggambarkan
transformasi yang terjadi dari satu keadaan ke keadaan yang lain (Dahar, 1988:40
dalam buku Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan Kontekstual).

1. Pentingnya Pengetahuan Awal


Sering seorang pembelajar (siswa, mahasiswa) mengalami kesulitan
dalam memahami suatu pengetahuan tertentu, yang salah satu penyebabnya
karena pengetahuan baru yang diterima tidak terjadi hubungan dengan
pengetahuan yang sebelumnya, atau mungkin pengetahuan awal sebelumnya
belum dimiliki. Dalam hal ini, maka pengetahuan awal menjadi syarat utama
dan menjadi sanget penting bagi pembelajar untuk dimilikinya.
pengetahuan awal (prior knowledge) adalah sekumpulan pengetahuan dan
pengalaman individu yang diperoleh sepanjang perjalanan hidup mereka, dan
apa yang ia bawa kepada suatu perjalanan belajar baru (Nur, 2000:11 dalam
buku Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan Kontekstual).
Mosenthal et al. (1985) dalam Nur (2000: 12) menggambarkan
keberartian pengetahuan awal dalam suatu studi menarik yang secara khusus
menghubungkan kemampuan siswa memproduksi teks naratif.

2. Register Pengindraan
Register pengindraan menerima sejumlah besar informasi dari indra
( penglihatan, pendengaran, peraba, pembau, dan pengecap). Register
Pengindraan disimpan dalam waktu yang sangat singkat ( tidak lebih dari dua
detik). Bila tidak terjadi proses terhadap informasi yang disimpan dalam
register pengindraan itu, maka dengan cepat informasi itu akan hilang.
Keberadaan register pengindraan mempunyai dua implikasi penting dalam
pendidikan. Pertama, orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi
bila informasi itu harus diingat. Kedua, seseorang memerlukan waktu untuk
membawa suatu informasi yang dilihat dalam waktu singkat masuk kedalam
kesadaran.
Register pengindraan ini, mengalami pemrosesan awal dengan melalui:
a. Resepsi, suatu interpretasi seseorang terhadap rangsangan. Persepsi
dipengaruhi oleh status mental, pengalaman masa lalu, dan motivasi.
b. Psikologi Gestalt, suatu persepsi yang dipandang keseluruhan dari suatu
sensasi yang dimiliki makna yang lebih dari bagian-bagian sensasi itu.
Prinsip ini mengilustrasikan dengan prinsip closure (melengapi) sehingga
persepsi menjadi sederhana dan logis.
c. Perhatian, merupakan suatu sumber daya terbatas. Cara untuk
memperoleh perhatian siswa dengan menggunakan isyarat dengan ucapan
(mengeraskan), pengulangan, atau mengatur posisi untuk
mengomunikasikan pesan penting.

Seluruh informasi yang masuk, sebagian kecil yang disimpan oleh otak
untuk selanjutnya diteruskan ke memori jangka pendek, sedangkan selebihnya
hilang dari sistem.

3. Memori Jangka Pendek


Sistem penyimpanan memori jangka pendek, dalam jumlah yang
terbatas dan dalam waktu yang terbatas (beberapa detik). Menurut Miller
seperti yang dikutip dalam Nur ( 1998:9 dalam buku Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual), memori jangka pendek
mempunyai kapasitas 5-9 bits informasi.

Proses mempertahankan suatu butir informasi dalam memori jangka


pendek dengan cara mengulang-ulang, menghafal (rehearshal). Menghafal
sangat penting dalam belajar, karena semakin lama suatu butir tinggal di
dalam memori jangka pendek, semakin besar kesempatan butir itu akan
ditransfer ke memori jangka panjang.

4. Memori Jangka Panjang


Memori jangka panjang adalah tempat di mana pengetahuan disimpan
secara permanen, untuk dipanggil lagi kemudian apabila ingin digunakan
(Arends, 1997: 251). Memori ini mempunyai kapasitas yang sangat besar
untuk menyimpan sejumlah informasi. Memori jangka panjang merupakan
bagian dari sistem memori di otak, sebagai tempat penyimpanan informasi
untuk periode waktu yang panjang.

Tulving (1985) seperti yang dikutip oleh Nur (1998: 13 dalam buku
Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual).
Membagi memori jangka panjang menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Memori episodik, memori yang menyimpan gambaran atau bayangan


mental yang dilihat atau didengar dari pengalaman pribadi. Informasi
disimpan dalam bentuk gambaran atau bayangan yang diorginasikan
berdasarkan waktu peristiwa itu terjadi. Memori episodik sering sulit
untuk dipanggil kembali, karena sebagian besar episode dalam kehidupan
kita ber-ulang-ulang.
b. Memori semantik, menyimpan fakta atau pengetahuan umum atau
generalisasi informasi yang diketahui, konsep, prinsip, atau aturan dan
bagaimana menggunakannya, serta keterampilan memecahkan masalah.
Informasi disimpan dalam bentuk jaringan hubungan yang saling
berkaitan yang disebut skemata. Implementasi dari teori skemata adalah
bahwa informasi baru yang cocok masuk ke dalam suatu skema yang
telah dikembangkan dengan baik terserap jauh lebih cepat daripada
informasi yang tidak cocok masuk ke dalam suatu skema.
c. Memori prosedural, kemampuan untuk mengingat bagaimana
melakukan sesuatu, khususnya tugas fisik. Memori ini disimpan dalam
sederetan pasangan stimulus-respon yang kompleks.

Memori jangka panjang ini dapat diperkuat dengan beberapa cara:

a. Tingkat pemrosesan, semakin menarik perhatian secara detail suatu


stimulus, maka semakin banyak pemrosesan mental yang harus dilakukan
terhadap stimulus sehingga semakin banyak mengingat stimulus itu.
b. Kode ganda, informasi yang disajikan baik secara visual maupun verbal
diingat lebih baik daripada informasi yang hanya disajikan dengan salah
satu cara.
c. Pemrosesan transfer-cocok, memori lebih kuat dan bertahan lebih lama
jika kondisi kerjanya serupa dengan kondisi saat informasi itu dipelajari.
Kekuatan dan keawetan memori tidak hanya tergantung pada kedalaman
pemrosesan, tetapi juga kesamaan antara kondisi materi itu dipelajari dan
kondisi materi itu diperlukan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pola pembelaran merupakan cara yang digunakan oleh guru/pengajar
dalam menyampaikan materi pembelajarn pada proses perkuliahan atau
proses beajar mengajar.
Dalam pola pembelajaran terdapat tiga macam pola pembelajaran,
yaitu pola terpisah, pola berhubungan, dan pola pembelajaran aktif.
Teori pemrosesan informasi ini menjelaskan pemrosesan,
penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Peristiwa
mental diuraikan sebagai transformasi informasi dari input (stimulus) ke
ouput (respon). Model pemrosesan informasi dapat digambarkan sebagai
kumpulan kotak-kotak yang dihubungkan dengan garis.
DAFTAR PUSTAKA

Zainiyati, Husniyatus Salamah. 2017. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis


ICT. Jakarta: KENCANA.
Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. 2015. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,
Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: KENCANA.
Rusli, Muhammad.dkk. 2017. Multimedia Pembelajaran yang Inovatif. Yogyakarta:
Andi.

Anda mungkin juga menyukai