Anda di halaman 1dari 9

 Pegas (Spring)

Pegas berfungsi untuk menyerap kejutan yang diterima dari jalan dan getaran pada roda-
roda agar tidak sampai ke bodi. Pegas juga berfungsi untuk meningkatkan kemampuan
cangkeraman roda terhadap jalan.

 Shock Absorber (Peredam Kejut)

Shock absorber berfungsi untuk meredam atau melawan oskilasi (gerak naik turun)
yang disebabkan pegas saat menyerap kejutan dari permukaan jalan.

 Ball Joint

Berfungsi untuk menerima beban vertikal maupun lateral dan berfungsi juga sumbu
putara pada saat kendaraan berbelok. Ball joint ada dua upper ball joint dan lower ball
joint.

 Stabilizer Bar

Stabilizer Bar berfungsi untuk mengurangi traksi ban dan mengurangi kemiringan
kendaraan akibat gaya sentrifugal pada saat kendaraan berbelok.

 Strut Bar

Berfungsi untuk menahan lower arm agar tidak bergerak maju dan mundur pada saat
menerima kejutan dari permukaan jalan yang tidak rata, bergelombang atau dorongan
akibat terjadinnya pengereman. Ujung strut bar dipasang pada lower arm dan ujung
lainnya diikatkan pada cross member melalui bracket dan karet bantalan.

 Lateral Control Rod

Berfungsi untuk menahan axle pada posisinya terhadap beban dari arah samping.

 Bumper

Bumper terdiri dari bounding dan rebounding bumper yang dipasangang sebagai
pelindung frame, axle, shock absorber, dan lain lain pada waktu pegas mengerut dan
mengembang di luar batas maximumnya sehingga tidak terjadi kerusakan pada
komponen komponen tersebut. Bounding bumper bertugas pada saat kendaraan
mengerut, dan rebounding bumper bertugas pada saat kendaraan mengembang.

 Upper arm dan lower arm

Komponen ini berfungsi untuk menyangga pegas coil, pemasangan knuckle kemudi dan
memelihara letak geometris body dan roda-roda.
KEUNTUNGAN dan KELEMAHAN ELECTRONIC
FUEL INJECTION (EFI)

Bahan bakar diinjeksikan kedalam mesin menggunakan injektor dengan waktu


penginjeksian (injection duration and frequency) dikontrol secara elektronik.
Injeksi bahan bakar disesuaikan dengan jumlah udara yang masuk, sehingga campuran
ideal antara bensin dan udara akan terpenuhi sesuai dengan kondisi beban dan putaran
mesin.
Generasi terbaru EFI dikenal dangan sebutan Engine Management System (EMS), yang
mengontrol sistem bahan bakar sekaligus juga mengatur sistem pengapian (duration,
timing, and frequency of ignition).

Jenis-jenis suspensi yang terdapat pada kendaraan.

Masing masing mobil memiliki type suspensi yang berbeda beda tergantung pada jenis
mobilnya. Simaklah video di bawah ini.

KEUNTUNGAN

 Bahan bakar lebih hemat karena bensin terpakai sesuai dengan jumlah
kebutuhan ideal mesin,

 Akselerasi lebih responsive, pembakaran mesin berlangsung optimal pada semua


kondisi kerja mesin

 Dilengkapi fault code indicator (gambar mesin di dashboard) yang akan menyala
ketika ada kerusakan pada komponen EFI, sehinga kerusakan segera diketahui
dan di perbaiki

 Pembakaran lebih bersih, mesin lebih bertenaga, lebih awet dan emisi gas buang
lebih rendah, lebih presisi karena disesuaikan dengan kebutuhan mesin, tidak
terpengaruh oleh kondisi cuaca, suhu panas atau dingin, efisiensi tinggi,
sehingga mesin selalu mampu bekerja optimal setiap saat

KELEMAHAN

 Perawatan sangat spesifik, membutuhkan peralatan khusus dan mekanik yang


ahli.

 Rentan terhadap air karena banyaknya komponen kelistrikan.


 Sensitif terhadap interferensi gelombang elektromagnetik akibat rumitnya
wiring.

TUJUAN ELECTRONIC FUEL INJECTION (EFI)


 Meningkatkan effisiensi penggunaan bahan bakar (fuel efficiency),
 Kinerja mesin lebih maksimal (optimal engine performance),
 Pengendalian/pengoperasian mesin lebih mudah (easy handling),
 Memperpanjang umur/lifetime dan daya tahan mesin (durability),
 Emisi gas buang lebih rendah (low emissions).

REM ABS (Anti-Lock Braking Sistem)

Nah sekarang bisa dibayangkan bagaimana kalau kita menggunakan ABS dan tau
akibat dari tidak menggunakan ABS……..????bagaimana ..karenan keselamatan
pengemudi dan penumpang adalah hal yang sangat berharga tidak
tergantikan…sehingga tidak perlu lai berpikir 2 kali untuk beralih ke
ABS…!!!!!!!!!!!!

Sistem rem anti terkunci atau anti-lock braking sistem (ABS) merupakan sistem
pengereman pada mobil agar tidak terjadi penguncian roda ketika terjadi pengereman
mendadak/keras.

Sistem ini bekerja apabila pada mobil terjadi pengereman keras sehingga salah sebagian
atau semua roda berhenti sementara mobil masih melaju, membuat kendaraan tidak
terkendali sama sekali. Ketika sensornya mendeteksi ada roda mengunci, ia akan
memerintahkan piston rem untuk mengendurkan tekanan, lalu mengeraskannya kembali
begitu roda berputar. Proses itu berlangsung sangat cepat, bisa mencapai 15 kali/detik.
Efeknya adalah mobil tetap dapat dikendalikan dan jarak pengereman makin efektif.

Manfaat Fitur ABS


Kesalahan persepsi pada fungsi rem menyebabkan rendahnya pemahaman konsumen
pada manfaat rem ABS (Anti-lock Braking System). Karena itu, tak heran bila masih
banyak konsumen mobil yang menganggap remeh fungsi fitur rem ABS. Padahal, fitur
ABS sangat besar manfaatnya bagi keselamatan berkendara, terutama saat pengereman
mendadak terlebih dilakukan di jalan yang licin.

Sampai saat ini pun banyak di antara pengemudi yang memahami rem sebagai
penghenti laju kendaraan. Padahal, fungsi rem hanyalah mengurangi putaran roda.
Cobalah Anda bayangkan, mengapa mobil yang berlari kencang masih meluncur ketika
rem sudah diinjak sedemikian dalamnya. Apalagi bila dilakukan dalam kondisi lintasan
basah atau berpasir.

Penyebab masih meluncurnya mobil setelah di rem bukan karena roda yang masih
berputar, tapi diakibatkan gaya sentrifugal. Semakin kencang pergerakan mobil maka
semakin besar potensi gaya sentrifugal yang diterimanya ketika dilakukan pengentian
mendadak. Pada mobil tanpa fitur ABS gaya sentrifugal yang besar bahkan mampu
menyeret ban yang terkunci oleh rem.

Efek dari gaya sentrifugal memang hanya melempar mobil lurus ke depan. Namun bisa
dibayangkan, bagaimana bila ketika gaya sentrifugal diterima mobil posisi roda depan
sedang dalam keadaan miring. Ya, mobil akan meluncur tak terkendali, bahkan paling
fatal mengakibatkan mobil terbalik.

Untuk mengurangi gaya sentrifugal itulah maka tercipta rem ABS. Namun jauh sebelum
ABS ditemukan para pembalap telah menerapkan prinsif kerja rem ABS secara manual.
Para pembalap biasanya melakukan pengereman dari kecepatan tinggi dengan cara
menekan pedal rem secara bertahap, dalam reflek tinggi dan bobot tekanan yang
berbeda-beda.

Pengemudi awam kerap memahami metode ini dengan melakukan tindakan


“mengocok” rem. Namun hampir sebagian besar dari mereka salah menerapkannya.
Alhasil, tak ada manfaat dari tindakannya itu.

Sebetulnya, yang dilakukan pembalap tempo dulu (sebelum ditemukan ABS) sama
dengan prinsip sederhana kerja fitur ABS. ABS melakukan pengurangan laju secara
gradual dengan pengereman bertahap. Metode kerjanya dikontrol secara mekanis.
Tujuannya, untuk menghindari roda terkunci, sehingga potensi gaya sentrifugal yang
akan mendorong mobil ikut terkurangi.

Pada mobil-mobil mahal, sistem ABS sudah dikontrol oleh teknologi komputer yang
cerdas. Beberapa mobil canggih bahkan bisa mengontrol besaran tekanan rem yang
dibutuhkan untuk masing-masing roda.

Namun terkadang, tanpa di sadari, banyak pengendara mobil berfitur ABS masih
memperlakukan gaya pengereman “mengocok”. Tindakan ini sama sekali tidak
dibutuhkan. Sebaliknya bila hal ini dilakukan maka hanya akan membingungka sensor
ABS yang pada ujungnya mengurangi sensitifitas pengereman.

Jadi, bila Anda ingin membeli mobil pikirkan manfaat fitur ABS. Lagi pula apa ruginya
menambah uang untuk sebuah sistem yang akan memberi keselamatan bagi Anda dan
keluarga?

Mercedes-Benz S-Class terbaru termasuk mobil yang menggunakan teknologi


pengereman ABS paling mutakhir.

Cara Kerja Rem ABS + Piranti Pendukung EBD

Ide dibalik teknologi ABS pada dasarnya sederhana. Biasanya saat rem diinjak secara
penuh, keempat roda kendaraan akan langsung mengunci. Setelah itu, mobil meluncur
lurus ke depan tak bisa dikendalikan dalam posisi membelok. Ketidakstabilan itulah
yang sering terjadi pada sistem rem nonABS. Hal seperti itu, tentu menimbulkan risiko
kecelakaan, apalagi bila di depannya ada rintangan.

Lain lagi dengan sistem ABS. Rem ini dirancang anti mengunci dengan tujuan untuk
mencegah selip. Selain itu, membantu pengemudi memantapkan kendali pada setir
dalam situasi pengereman mendadak. Dengan kata lain, ABS mencegah roda kendaraan
untuk mengunci, mengurangi jarak yang diperlukan untuk berhenti dan memperbaiki
pengendalian pengemudi di saat pengereman mendadak.

Proses kerja ABS, yaitu saat pengemudi menginjak rem, keempat roda langsung
mengunci. Namun, saat pengemudi tiba-tiba membelokkan setir ke kiri atau ke kanan,
komputer secara otomatis melepas roda yang terkunci. Dengan sistem itu, maka mobil
bisa dikendalikan dan dihentikan, sekaligus menghindari rintangan di depannya.

Cara kerja ABS adalah mengurangi tekanan tiba-tiba minyak/oli rem pada kaliper
kanvas yang menjepit piringan rem atau teromol. Tekanan minyak rem disalurkan
secara bertahap. Sehingga secara perlahan-lahan kendaraan dapat dihentikan saat
pengereman mendadak.

Dalam perkembangannya sistem ABS ternyata dianggap belum cukup, sehingga para
pakar otomotif pun mengembangkan teknologi pendukungnya. Piranti itu diberi nama
EBD yang dirancang dengan tujuan memperpendek jarak pengereman yaitu saat rem
diinjak sampai mobil benar-benar berhenti. EBD bekerja dengan memakai sensor yang
memonitor beban pada tiap roda. Proses kerjanya, jika rem diinjak, maka komputer
akan membagi tekanan ke setiap roda sesuai dengan beban yang dipikulnya.
Dampaknya jarak pengereman menjadi semakin pendek.

Kedua piranti ABS dan EBD saling bekerja sama untuk meningkatkan keselamatan.
Sensor yang berada pada setiap roda memonitor kapan roda terkunci saat pengereman.
Setiap sensor memberikan sinyal ke piranti EBD untuk mengatur kapan harus
melepaskan tekanan hidrolis atau memberi tekanan kembali dalam waktu singkat.
Ketika rem diinjak dan roda berputar lambat, unit EBD menentukan roda mana yang
akan mengunci. Unit EBD kemudian memberi sinyal untuk mengurangi tekanan
pengereman agar roda kembali berputar, hingga mencegah roda mengunci.

Teknologi rem berkembang semakin canggih. Rem tidak lagi hanya berfungsi pada saat
pengemudi menginjak pedal. Teknologi itu disebut electronic stability program (ESP),
atau traction control.
Sensor khusus dipasang untuk mengontrol perputaran tiap-tiap roda. Jika sebuah roda
mengalami spin (berputar lebih cepat karena roda tidak menapak di permukaan jalan/
tanah), maka rem akan segera menghentikan roda itu. Selanjutnya torsi dipindahkan ke
roda-roda yang menapak lebih baik, sampai roda yang mengalami spin berfungsi
kembali. Rem juga akan berfungsi saat mobil mengalami understeer (terlambat
menikung sehingga mobil keluar jalur) atau oversteer (menikung terlalu cepat sehingga
melintir).

Pengereman ABS VS Non-ABS: Waspadai jarak pengereman

Release Date : Jumat, 17 April 2009


Media : Autobild, at page 58-59, size 2200 mmk
Journalist : Trybowo Laksono, Ariel Junor

Jarak pengereman dalam kondisi jalan kering dan basah tentu berbeda. Kami pun
mencari tahu sejauh apa perbedaannya dengan mobil ber-ABS dan tanpa sistem rem
pintar ini…

KITA tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di jalan. Kewaspadaan pengemudi tentu
menjadi poin utama dalam mengemudi. Sehingga ketika menghadapi kondisi yang tidak
terduga, Anda pun sudah siap merespons.

Namun selain waspada ketika mengemudi, mengenali mobil Anda juga penting. Seperti
mengetahui sistem rem yang digunakan di mobil dan karakter mobil ketika mengerem.

Umumnya mobil saat ini dilengkapi rem cakram di kedua roda depan dan teromol di
belakang. Ada pula yang menggunakan rem cakram di keempat rodanya. Selain itu
perlu juga diketahui, apakah mobil yang Anda gunakan sudah mengaplikasi Anti Lock
Braking System (ABS) atau tidak.

Perbedaan-perbedaan ini membuat jarak pengereman setiap mobil menjadi berbeda.


Selain itu, ada beberapa faktor lain yang juga berpengaruh pada pengereman. Yaitu
bobot kendaraan termasuk beban yang diangkut, kecepatan kendaraan, bentuk dan profil
ban, kondisi jalan, serta teknik pengereman.

Nah, kami tertarik untuk membuktikan perbedaan jarak pengereman aktual pada kondisi
kering dan basah dengan kecepatan 50 km/jam dan 80 km/jam. Untuk menunjukkan
perbedaan hasil pengereman ini kami juga menggunakan dua mobil yang berbeda.
Unit pertama adalah Toyota Vios G dengan rem ber-ABS dan bobot kosong 1.050 kg.
Sementara satu lagi adalah Toyota Yaris J untuk mobil tanpa ABS yang memiliki bobot
kosong 1.040 kg. Agar hasil pengukuran ini akurat, kami menggunakan alat ukur
Vericom VC3000 dan pengetesan kami lakukan di Bridgestone Proving Ground di
Karawang, Jawa Barat.

REM BER-ABS
PERANTI ABS (Anti-lock Braking System) berguna untuk meminimalkan
kemungkinan roda mengunci ketika melakukan pengereman keras. Dengan begitu mobil
masih bisa diarahkan untuk manuver menghindar.

Sistem rem ABS ini terintegrasi dengan komputer. Ketika pengemudi menginjak penuh
pedal rem, sensor kecepatan ABS di setiap roda akan membaca apakah ban mengunci
atau tidak.

Karena berfungsi untuk mencegah roda tidak terkunci, komputer akan mengatur tekanan
hidraulis yang diterima oleh piston di kaliper rem. Itu sebabnya Anda akan merasakan
tendangan balik pada pedal rem saat pengereman mendadak (panic brake) pada mobil
ber-ABS.

Dari kecepatan 50 km/jam di jalan kering, jarak pengereman hingga berhenti total yang
dibutuhkan Vios adalah 9,6 meter dengan waktu 1,36 detik. Sementara jarak
pengereman dari kecepatan 80 km/jam memerlukan 26,7 meter dalam 2,18 detik.

Pada pengerema di jalan basah, Vios membutuhkan jarak 10,5 meter dengan 1,73 detik
untuk berhenti total dari kecepatan 50 km/jam. Ini berarti lebih jauh 0,9 meter dari
kondisi kering.

Dengan kecepatan lebih tinggi yaitu 80 km/jam, Small Sedan ini membutuhkan jarak
28,48 meter dan waktu 2,44 detik, atau berselisih 1,78 meter dari kondisi kering. Hasil
lainnya, sistem ABS membuat mobil tidak terindikasi membuang atau melintir baik di
lintasan basah maupun kering.

REM NON-ABS
PENGEREMAN mendadak pada mobil yang tidak menggunakan ABS lebih
membutuhkan pengendalian dari pengemudi ketimbang rem ber-ABS. Dengan cara
pengereman yang sama, baik pada kondisi kering maupun basah, kami mengerem kuat
sambil menjaga agar roda tidak mengunci. Metode pengereman ini disebut threshold.

Hasil tes kami di lintasan kering menunjukkan jarak pengereman terbaik Yaris yang
kami dapatkan dari kecepatan 50 km/jam adalah 13,4 meter dengan waktu 1,49 detik.
Sedangkan untuk berhenti dari kecepatan 80 km/jam, jarak yang dibutuhkan adalah 28,9
m dalam 2,33 detik.
Sementara pengereman pada kecepatan 50 km/jam di lintasan basah, Yaris masih bisa
menjaga posisi badan lurus. Jarak pengereman terbaiknya adalah 14,4 meter dalam 1,96
detik atau lebih jauh 1 meter dari pengereman di jalan kering.

Namun ketika kecepatan kami tingkatkan menjadi 80 km/jam, jarak pengereman terbaik
Yaris mencapai 31,3 meter dalam 2,64 detik atau lebih jauh 2,4 meter.

Sebagai data pembanding, kami juga melakukan pengereman dari kecepatan 80 km/jam
hingga ban mengunci. Ternyata selain gerakan bodi Yaris membuang ke arah kanan,
jarak pengeremannya juga lebih jauh 8,8 meter dengan 40,1 meter.

KESIMPULAN
PENGETESAN yang kami lakukan ini dapat memberi gambaran kondisi berkendara
sehari-hari dan bukan untuk membandingkan data yang didapat Vios dan Yaris.

Dengan demikian ada beberapa hal yang dapat dijadikan patokan. Seperti pentingnya
mengatur jarak aman dengan kendaraan di depan, dengan melihat dibutuhkannya jarak
pengereman untuk membuat mobil berhenti dari kecepatan tertentu.

Selain itu juga tak kalah penting adalah mengetahui sistem rem yang digunakan agar
kita bisa menyesuaikan teknik pengereman sesuai kebutuhan. Masih ada faktor lain
yakni reaksi pengemudi terhadap situasi darurat yang berkisar antara 0,5-1 detik.

Begitu pula dengan pengaturan kecepatan ketika hujan yang lebih rendah ketimbang
kondisi kering. Soalnya jarak pengereman yang dicapai di lintasan basah terbukti lebih
jauh dari lintasan kering.

Jadi, pengaturan jarak aman dengan kendaraan di depan di jalan bebas hambatan sekitar
3 detik sudah cukup memadai untuk
1. Sebagai dudukan dari semua komponen transmisi
2. Shift Fork berguna untuk menjadi garfu pemindah gigi
3. Input Shaft berfungsi meneruskan putaran yang terjadi dari kopling menuju
transmisi atau counter gear.
4. Counter Gear adalah komponen yang dapat meneruskan putaran input shaft
menuju gigi percepatan.
5. Gigi Percepatan adalah yang dapat mengubah momen hasil dari mesin yang
menyesuaikan dengan keperluan seperti kondisi jalan dan beban mesin.
6. Hub Sleave adalah komponen yang berfungsi untuk mengkunci singkromes
dengan gigi percepatan jadi dapat memberikan output shap dapat berputar dan
juga berhenti.
7. Sinkronizer ring atau singkromes adalah komponen transmisi yang dapat
melakukan perpindahan gigi.
8. Reverse Gear adalah gear yang berfungsi untuk mengubah arah putaran output
shaft untuk dapat bergerak ke belakang atau mundur.
9. Main Bearing adalah komponen yang berfungsi untuk menjadi dudukan output
shaft.
10. Output Shaft adalah komponen yang bertugas untuk meneruskan putaran dari
transmisi ke propeller shaft.
11. Extension Housing merupakan penutup output shaft dan menjadi dudukan
tongkat persneling.

Anda mungkin juga menyukai