Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton merupakan bahan yang terdiri dari bermacam-
macam bahan, seperti: semen, pasir, krikil/batu pecah dan
air, yang menjadi satu kesatuan konstruksi yang sangat
bergunabagi manusia. Ditinjau dari segi manfaatnya,beton
lebih bermanfaat dibanding material lain untuk bahan
konstruksi. Untuk konstruksi gedung bertingkat, untuk
menara air, untuk tiang listrik, bahan beton lebih tahan
terhadap bahaya kebakaran, tidak memerlukan perawatan
yang banyak atau mahal serta bahan beton kuat untuk
menahan suatu konstruksi.
Bahan material beton seperti: pasir, kerikil, semen dan
air merupakan bahan yang banyak terdapat di alam
Indonesia. Sehingga bahan itu mudah didapat. Dipasaran
dan harganya terjangkau, sehingga untuk di Indonesia beton
merupakan bahan konstruksi yang serbaguna. Bahan beton
dan tulangan baja merupakan bahan yang dapat menyatu
dengan kuat dan dapat menahan beban tarik maupun tekan
secara bersama, beton lebih kuat untuk menahan gaya
tarik. Untuk mengetahui seberapa besar gaya yang dapat
ditahan oleh beton untuk menahan gaya tekan, maka dalam
proses pembuatan beton dibagi dalam kelas mutu beton,
seperti beton kelas Iuntuk pekerjaan non strukturil, tidak
perlu keahlian khusus dan beton kelas ini dinyatakan dengan
mutu BO. Untuk beton kelas II dibagi dengan standart BI,
K125, K225. Pengawasan terhadap mutu beton ini terdiri
dari pengawasan ketat dari bahan dan hasil beton dengan
kekuatan tekan karakteristik lebih tinggi dari 225 kg/cm2.

1|Laporan Praktikum Beton


Pelaksanaan memerlukan keahlian khusus dan harus
dilakukan dibawah pimpinan tenaga ahli. Disyaratkan
adanya laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap
yang dilayani oleh tenaga-tenaga ahli. Disyaratkan adanya
laboratorium yang melakukan pengawasan terhadap mutu
beton kelas III, dinyatakan dengan kuruf K dengan angka
dibelakangnya yang menyatakan kekuatan karakteristik
beton yang bersangkutan.Untuk menghasilkan mutu beton
sesuai dengan kekuatan rencana misalnya K125, K175, K225
atau mutu lebih tinggi dari K225 perlu adanya perjanjian
atau cara pembuatan atau prosedur mengenai concrete
mixe design agar bisa membantu bagaimana untuk
mencapai mutu yang diinginkan.Untuk mencapai itulah
seorang sarjana teknik sipil yang terjun dalam bidang
tersebut sangat perlu untuk mengerti dan dapat mendesign
mutu beton yang di kehendaki untuk pelaksanaan
dilapangan, sehingga praktikum laboratorium konstruksi
beton ini sangat diperlukan sekali untuk menunjang
pengetahuan dari mata kuliah konstruksi beton.

1.2 Pemeriksaan bahan-bahan.


Pengawasan bangunan dapat memerintahkan agar
diadakan pemeriksaan bahan-bahan atau pada campuran
bahan yang dipakai dalam pelaksanaan konstruksi beton
bertulang, untuk menguji apakah syarat-syarat mutu
dipenuhi. Pemeriksan bahan-bahan dan beton harus
dilakukan dengan cara-cara yang ditentukan dalam
peraturan ini. Hasil-hasil pemeriksaan demikian harus
dipelihara baik dan disimpan oleh pengawas ahli dan apabila
diminta harus dapat ditunjukkan kepada pengawas.
1.2.1 Semen

2|Laporan Praktikum Beton


Untuk konstruksi beton bertulang pada umumnya
dapat dipakai jenis-jenis semen yang memenuhi
ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang
ditentukannuntukn mutu BO, selain jenis-jenis semen
yang disebutkan di muka pendahuluan, dapat juga
dipakai semen tras kapur, untuk beton mutu K175 dan
mutu lebih tinggi, jumlah semen yang dipakai dalam
setiap campuran harus dientukan dengan ukuran berat.
Untuk beton mutu B1 dan K125, jumlah semen yang
dipakai dalam setiap campuran dapat ditentukan
dengan ukuran isi pengukur semen, tidak boleh
mempunyai kesalahan dlbih dari 2,5%
1.2.2 Agregat Halus (Pasir)
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir
alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-
batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh
alat-alat pemecah batu. Sesuai dengan syarat-syarat
pengawasan mutu agregat sebagai mutu beton.
Agregat halus terdiri dari butiran pasir yang tajam dan
keras. Agregat halus tidak boleh mengandung bagaian
yang lolos lebih dari45% pada suatu ukuran ayakan dan
bertahan pada ayakan berikutnya, modulus
kehalusannya tidak kurang dari 2,3mm dan tidak boleh
lebih dari 2,1mm.
1.2.3 Agregat Kasar (Kerikil dan Batu Pecah)
Agregat kasar untuk beton dapat berupa batu kali
sebagai hasil desintegasialami dari batuan-batuan atau
berupa batu pecah yang diperoleh pemecahan batu
pada umumnya, yang dimaksud agregat kasar adalah
agegat dengan besar butira lebih dari 5mm. sisa diatas
ayakan 40 harus 0% berat. Sisa diatas 4mm (4,75 ; 9,5 ;
19 ;dan no.25) harus berkisaran 90% dan 98%. Selisih

3|Laporan Praktikum Beton


antara sisa komulatif diatas dua ayakan yang berurutan
adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat.
Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang
dapat merusak beton, seperti zat reaktif Alkali, contoh
obat-obatan tanaman, besar butiran agregat maksimum
tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak terkecil
antara bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga
dari tebal plat atau tiga perempat dari jarak bersih
minimum diantara batang-batang atau berkas-berkas
tulangan agar menjamin tidak terjadinya sarang-sarang
terkecil.
1.2.4 Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak
boleh mengandung minyak, alkali, garam, bahan-bahan
organis lain atau zat kimia lain yang dapat merusak
beton dan bajatulangan. Dalam hal ini sebaiknya
dipakai air bersih atau yang dapat diminum. Jumlah air
yang dipakai dalam membuat adukan beton dapat
ditentukan dengan ukuran isi atau ukuran berat dan
harus dilakukan setepat-tepatnya.

BAB II
PEMERIKSAAN GRADASI PASIR

2.1Tujuan
untuk menetapkan/menentukan pembagian butir (Gradasi)
pasir.

2.2Bahan
Pasir asal sungai berantas seberat 1500 gram.

4|Laporan Praktikum Beton


2.3Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 0.20 gram
b. Talam-talam dan kuas
c. Satu set saringan / ayakan dengan ukuran 2,00mm,
1,18mm, 0,6mm,0,3 mm, 0,18mm, 0,15mm, 0,75 mm dan
kotak penampungan.
d. Motorrised dynamic sleve shaker

2.4Pelaksanaan
a. Pasir ditimbang seberat 1500 gram
b. Bahan diayak dengan ayakan yang tersusun yaitu dari
ukuran ayakan dengan ukuran 2,00mm, 1,18mm,
0,6mm,0,3 mm, 0,18mm, 0,15mm, 0,75 mm dan kotak
penampang.
c. Bahan diayak dengan menggunakan motorrised sleve
shaker selama 3 menit.
d. Pasir yang tertinggal diatas ayakan ditimbang dan dicatat.

2.5Daftar ayakan
Pasir yang diayak = 1500 gram
Prosesn Kumula Pasir
tase tif yang
No. Sisa ayakan (gr) pasir pasir lewat
Ayaka yang yang ayakan
n (cm) tertaha tertaha
Perc. Perc. Perc. Rata- (100%-
n n e%)
1 (a) 2 (b) 3 (c) rata (d)
(gr) (gr) (gr) (gr) ayakan
(%) ayakan
(%) (%)

5|Laporan Praktikum Beton


257, 256, 263,
2,36 258,93 17,26 17,26 82,74
5 2 1
214, 213, 150,
1,18 192,73 12,85 30,11 69,89
3 7 2
255, 253, 264,
0,60 257,70 17,18 47,29 52,71
2 2 7
615, 608, 636,
0,15 620,10 41,34 88,63 11,37
3 7 3
0,08 86,9 87,1 88,2 87,40 5,83 94,46 5,54
Pan 70,8 81,1 97,5 83,13 5,54 100,00 0,00
Jumla
1500 1500 1500 1500 100 377,75 222,25
h

200
Modulus halus butir pasir = = 2,00 % < 5% (kadar
100
lumpur ditetapkan terhadap berat kering). Bila melampaui 5%
agregat harus dicuci.
Pembahasan.
a+b+ c
 Jumlah = ( )
3
253+ 210,2+ 208,8
= = 224 gr
3
 Dalam % = ( c/1000) X 100%
= 224/1500X 100% = 14,93%
 Jumlah sisa ayakan = % tentukan + % jumlah
berikutnya misal
= 14,93% + 14,93% = 29,86%
 Jumlah lewat ayakan = (100% - d%)
= 100% - 14,93% = 85,07%

6|Laporan Praktikum Beton


2.6 Grafik Pemeriksaan Butiran Pasir
1. Zona 1

Gradasi Ayakan 1
100 95
90 82.74
80 70
69.89
70 60
60 52.71
Lolos %

50
40 34
30
30
20 11.37 15
10
10 5.54
0.00
0 0 0
0
Pan 0,08 0,15 0,6 1,8 2,36
Ukuran Mata Ayakan (Cm)

Bata s Atas Bata s Bawa h Pa si r

2. Zona 2

Gradasi Ayakan 2
120
100
100
85
82.74
80 69.89
Lolos %

60 52.71
35
40 30

20 11.37
5.54
0.00
0 0 0
0
Pa n 0,08 0,15 0,6 1,8 2,36
Ukuran Mata Ayakan (Cm)

Bata s Atas Bata s Bawah Pa si r

7|Laporan Praktikum Beton


3. Zona 3

Gradasi Ayakan 3
120
100
100 90
82.74
75
80 69.89
Lolos % 60
60 52.71

40

20 11.37
5.54
0.00
0 0 0
0
Pa n 0,075 0,15 0,6 1,8 2,36
Ukuran Mata Ayakan (cm)

Bata s Atas Bata s Bawah Pa si r

4. Zona 4

Gradasi Ayakan 4
120
95 100
100 90
80 82.74
80 69.89
Lolos %

60 52.71

40
20 11.37
5.54
0.00
0 0 0
0
Pa n 0,08 0,15 0,6 1,8 2,36
Ukuran Mata Ayakan (cm)

Bata s Atas Bata s Bawa h Pa si r

2.7. Pembahasan Agregat Halus (Pasir)


Syarat mutu agregat halus menurut PBBI 1971 pasal 3.4
mengenai agregat halus (pasir).
 Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam
sebagai hasil desintegrasi alami dari batu-batuan atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan
batu.

8|Laporan Praktikum Beton


 Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dank
eras, butran-butiran agregat halus bersifat kekal,
artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.
 Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih
dari 5% ( ditentukan terhadap berat kering). Yang
diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang
dapat melalui ayakan 0.063 dan apabila kadar lumpur
melampaui 5% maka agregat halus dicuci.
 Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran yang
selalu beraneka ragam besarnya dan apabila diayak
dengan susunan ayakan yang ditentukan dalam pasal
3.5 ayat (1), harus memenuhi syarat-syarat berikut:
 Sisa diatas ayakan 4 mm harus minimal 2% berat
 Sisa diatas ayakan 1 mm harus minimal 10% berat
 Sisa diatas ayakan 0,25 mm harus berkisar antara
80% dan 95% berat
 Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus
untuk semua mutu beton kecuali dengan petunjuk-
petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan
yang di akui.

9|Laporan Praktikum Beton


BAB III
PEMERIKSAAN GRADASI KERIKIL

3.1 Tujuan
Untuk menentukan pembagian butir (gradasi) kerikil

3.2 Bahan
Krikil berasal dari sungai brantas seberat 20kg

3.3 Peralatan
a. Timbangan dengan ketelitian 1,0 gram.
b. Satu set ayakan dengan ukuran masing-masing 50 mm,
38mm, 25 mm, 19 mm, 12,5 mm, 9,5 mm dan kerikil
penampang.
c. Motorrised dynamic shaker.

3.4 Pelaksanaan
a. Menimbang bahan contoh seberat 2 x 20kg.
b. Menyusun ayakan masing-masing dari bawah keatas
mulai dari ukuran terbesar sampai terkecil dan kotak
penampung.
c. Kerikil kita masukkan sedikit demi sedikit, diayak dengan
ayakan yang digerakkan dengan motorrised dynamic
shaker.
d. Ayakan hampir penuh , ayakan diambil dan diganti
dengan ayakan untuk ayakan bahan yang belum
terayak, sampai bahan contoh dapat terayak seluruhnya.
e. Sisa yang tertinggal ditimbang dengan timbangan.

10 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
3.5 Daftar Ayakan
Kerikil yang diayak = 40000 gram
Prosesn Kumula Pasir
tase tif yang
No. Sisa ayakan (gr) pasir pasir lewat
Ayaka yang yang ayakan
n (cm) tertaha tertaha
Perc. Perc. Perc. Rata- (100%-
n n e%)
1 (a) 2 (b) 3 (c) rata (d)
(gr) (gr) (gr) (gr) ayakan
(%) ayakan
(%) (%)
2,36 1660 2480 3680 2070 5,18 5,18 94,83
4,75 1900 1200 1100 1550 3,88 9,05 90,95
1310 1430 1490
9,50 13700 34,25 43,30 56,70
0 0 0
1490 1210 1190
19 13500 33,75 77,05 22,95
0 0 0
25 7600 9200 9900 8400 21,00 98,05 1,95
Pan 840 720 640 780 1,95 100,00 0,00
Jumla 4000 4000 4000
40000 100,00 332,63 267,38
h 0 0 0

248,2
Modulus halus butir kerikil = =¿ 2,482
100
a+b
 Jumlah = ( )
2
0+0
= = 0gr
2
 Dalam % = ( c/20000) X 100%
= 0/20000X 100% = 0
 Jumlah sisa ayakan = % tentukan + % jumlah
berikutnya misal
= 0 + 1,50%= 1,50%
 Jumlah lewat ayakan = (100% - d%)
= 100% - 0% = 100%

11 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
3.6 Grafik Pemeriksaan Butiran Kerikil
1. Zona 1

Gradasi Kerikil 1
120
100
94.83 90.95
100 85
80
56.70
Lolos %

60 50

40
22.95
20 10
0 1.95 1.95 0.00
0
40 25 19 9,5 4,75 2,36 Pan
Ukuran Mata Ayaka (Cm)

Bata s Atas Bata s Bawah Keri ki l

2. Zona 2

Gradasi Kerikil 2
120
100 100 100
94.83 90.95 95
100

80
56.70 60
Lolos %

60

40 30
22.95
20 10
1.95
0 1.95 0.00
0
40 25 19 9,5 4,75 2,36 Pan
Ukuran Mata Ayakan (Cm)

Bata s Atas Bata s Bawah Keri ki l

12 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
3. Zona 3

Gradasi Kerikil 3
120
100 100
95
94.83 95
90.95
100

80 70
56.70
Lolos %

60
40
35
40
22.95
20 10
5
1.95 1.95
0 0.00
0
40 25 19 9,5 4,75 2,36 Pan
Ukuran Mata Ayakan (Cm)

Bata s Atas Bata s Bawah Keri ki l

3.7 Pembahasan Agregat Kasar (Kerikil)


Syarat mutu agregat kasar menurut PBBI 1971-NI-2
mengenai bahan-bahan pada pasal 3.4 tentang agregat
kasar (kerikil dan batu pecah).
 Agregat kasar untuk beton berupa kerikil sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa batu
pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.
 Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras
dan tidak berpori. Agregat kasar yang mengandung
butir-butir pipih hanya dapat dipakai apabila jumlah pipih
tidak melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya.
Butir harus bersifat kekal arinya tidak pecah / tidak
hancur oleh cuaca seperti terik matahari dan hujan.
 Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari
1% (ditentukan dalam berat kering) yang diartikan
dengan lumpur adalah bagaian yang dapat melalui
ayakan 0,063mm.

13 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
 Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat
merusak beton seperti zat aktif alkali. Untuk membuat
beton dengan semen kadar alkalinya tinggi dihitung
sebgai setara dengan natrium oksida (NaO + 0,658 K2O)
tidak lebih dari 0,6 %.
 Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran yang
selalu beraneka ragam besarnya dan apabila diayak
dengan susunan ayakan yang ditentukan dalam pasal
3.5 ayat (1), harus memenuhi syarat-syarat berikut:
 Sisa diatas ayakan 31,5 mm harus minimal 0% berat
 Sisa diatas ayakan 44 mm harus berkisar antara 90%
dan 98% berat.
 Selisih antara sisa-sisa komulatif diantara dua ayakan
yang berurutan adalah maksimum10% berat.

14 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
15 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
BAB IV
CAMPURAN ADUKAN BETON

4.1 Tujuan
a. Menetapkan campuran adukan beton yang dapat
dikerjakan.
b. Menetapkan nilai slump
c. Menetapkan jumlah air yang keluar pada awal (selama 1
jam setelah campuran diberi air)

4.2 Bahan
a. Semen Portland gresik
b. Pasir asal sungai berantas
c. Kerikil asal sungai berantas
d. Air PAM

4.3 Peralatan
a. Corong kerucut kecil untuk penelitian SSD pasir beserta
tongkat penumbuknya.
b. Corong kerucut abram untuk menentukan nilai
slumpbeserta tongkat penumbuknya.
c. Cetakan kubus 15 x 15 x 15cm
d. Concrete mixer
e. Perlengkapan lainnya:
 Timbangan dengan ketelitian 0,12 gram
 Jangka ukur (caliper) dengan ketelitian 0.10gram
 Sendok semen, gelas ukur sendok perata, talam
tempat kerikil, pasir ember, plat kaca.

16 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
4.4 Pelaksanaan
a. Umum
1. Menyimpan seluruh perlengkapan/peralatan adukan
yaitumenimbang bahan pasir, keriki, semen yang
sudah memenuhi syarat, dengan berat.
 Semen Portland = 0,5 timba
 Pasir = 1 timba
 Kerikil = 1,5 timba
 Air = secukupnya
2. Menimbang cetakan, melumasi dengan oil, dan
mencatat hasil beratnya.
3. Menyimpan bak penampung, concrete mixer yang
sudah bersih, alat-alat pengaduk, sendok adukan,
tempat air, corong kerucut abrams dan tongkat
penusuk .
4. Molen dijalankan, pasir dan kerikil dimasukkan
kemudian semen dan air, molen berputar mengaduk
bahan-bahan selama ± 2menit, bila adukan sudah
rata dituangkan dengan memutar molen ke bak
penampungan adukan.
5. Adukan dimasukkan pada kerucut Abrams dibagi
menjadi 3 lapis masing masing lapis ditusuk dengan
tongkat penumbuk sebanyak 25 kali, sambil
menumbuk kerucut harus tidak boleh tergeser, maka
harus ditekan yang kuat.
6. Laisan yang akhir selesai ditunggu selama 30 detik,
brau kerucut diangkat maka adukan mengalami
penurunan ukur dengan dengan alat ukur untuk
mengetahui nilai slump.
7. Adukan yang memenuhi syarat slumpnya
dimasukkan dalam kotak kubus beton dengan 3 lapis,

17 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
masing-masing lapis ditumbuk 25 kali. Kubus penuh
diratakan bagaian tepi dibersihkan dan kemudian
ditimbang.
8. Peanmpung air yang keluar selama 1jam awal sejak
masukkan adonan kedalam kubus beton, air
dmasukkan dalam gelas ukur.
9. Setelah 2 jam awal sejak diberi air, permukaan beton
bagaian atasnya dilapisi dengan pasta semen
(capping).
10. Setelah 24 jam sejak pengisian beton dalam cetakan,
beton dikeluarkan dari cetakan disimpan dalam
udara yang lembab.
b. Detail
1. Membuat kerikil dari psir menjadi SSD
a. Membuat kerikil SSD
 Kerikil direndam dalam air selama 24 jam.
 Mengeluarkan dari dalam air dan dilap sampai
kering.
 Didapat kerikil SSD sehingga dapat dipakai.
b. Membuat pasir SSD
 Pasir basah dibalik-balik atau diangin-anginkan
selama 24 jam
 Pasir diuji denagn alat corong kerucut, pasir
diisikan pada corong lalu dimampatkan dengan
tongkat tinggi jatuh kurang lebih 5cm, diisi 3
lapis masing-masing dtumbuk 25 kali hingga
mampat.
 Corong kerucut diangkat perlahan-lahan dan
dilihat hasilnya sampai ketentuan dibawah ini:
 Pasir bentuknya tetep karena terlalu basah,
sehingga dikeringkan dulu.

18 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
 Pasir bentuknya longsor / buyar karena
terlalu kering maka di basahi.
 Pasir diisi puncaknya longsor dalam keadaan
SSD.
c. Susunan adukan beton.
Dibuat adukan, 1:2:3 ( parbandingan berat
sedangkan perbandingan volume tidak dihitung)
d. Cara mengaduk beton
 Mula-mula dimasukkan pasir dan kerikil
kedalam concrete mixer dan mesin dihidupkan
setelah teraduk rata lalu semen dimasukkan,
adukan yang baik diberi air sedikit demi sedikit
sambil diaduk terus.
 Setelah adukan beton cukup plastis, dicoba
slumpnya, secara visual dapat diihat adukan
yang diinginkan.
e. Penentuan nilai slump
 Cetakan yang dipakai berupa kerucut terpasang
dengan diameter atasnya 10cm, bawah 20cm
dan tinggi 30cm.
 Tongkat pemadam (baja tahan karat) = 16mm,
panjang = 60cm ujung dibulatkan, serta plat
logam dengan permukaan yang kokoh dan
kedap air
 Cara menentukan sump sebagai berikut:
 Catatan dibasahi dengan kain basah.
 Meletakkan cetakan diatas plat, lalu cetakan
diisi penuh dengan adukan dalam 3 lapis
dengan tiap-tiap lapis ditusuk 25 kali. Pada
wakt penusukan tongkat harus tepat masuk
sampai lapisan bawah tiap lapisan lalu
diratakan dengan tongkat didiamkan

19 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
selama 30 detik sambil membersihkan
adukan disekitarnya.
 Cetakan diangkat lurus keatas perlahan-
lahan, meletakkan cetakan disamping
adukan dan mengukur slumpnya.
harga slump = penurunan dari puncak
adukan semula.
f. Cara membuat capping
 Bahan capping (bahan penutupbeton dalam
cetakan) adalah pasta semen dengan konstitusi
normal (Fas ± 0,30) menurut NI 8 yang diaduk
menjadi plastis, pengadukan dan pemberian air
dilakukan bersama-sama.
 Beton dalam cetakan (terhitung 2 jam seak
pemberian air pada adukan beton) didasarkan
permukaannya lalu diberi lapisan pasta semen
sebagai penutup beton dan diratakan
permukaan ditutup dengan plat kaca (yang
telah dilapisi minyak) sambil ditekan agar
merata kemudian diberi benda pemberat
diatasnya.
 Beton dalam cetakan dibiarkn mengeras dan
diletakkan dalam ruang lembab selama 24jam
terhitung sejak adukan dimasukkan dalam
cetakan.

20 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
4.5 Data Percobaan
1. Jumlah bahan dalam campuran
2. Semen Portland = ½ timba
3. Pasir = 1 timba
4. Kerikil = 1,5 timba
5. Air dengan Fas 0,6 = 1,2 liter

4.6 Hasil Percobaan


Hasil Slumptest :
- Diameter atas slump = 4cm
- Diameter bawah slump = 8cm
- Tinggi slump = 30 cm
- Harga slump = penurunan dari adukan
semula
- Tinggi penurunan = 12 cm
Sehingga:
Harga slump = tinggi slump – tinggi
penurunan
= 30 -12 = 18 cm

21 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
BAB V
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN

5.1 Tujuan
Untuk menentukan berat satuan kerikil
5.2 Bahan
Kerikil berasal dari sungai brantas
5.3 Peralatan
1. Timbangan
2. Tongkat tusuk baja
3. Kotak takar
5.4 Pelaksanaan
1. Menimbang ember kosong
2. Menimbang ember yang penuh air, dimana airnya sudah
diketahui volumenya
3. Mengisi masing-masing kotak takar dengan benda uji
kerikil dalam 3 lapisan sama tebal, tiap lapisan tusuk 25
kali.
4. Tongkat tusuk pang kurang lebih 60 cm diameter kurang
lebih ,60 cm cara ini disebut RONDDING
5. Meratakan muka bahan kerikil dengan ember sama
tinggi dengan mistar
6. Menimbang kotak takar dengan benda uji
7. Ember dikosongkan dan diisi lagi dengansingkup benda
uji kerikil dengan tinngi tidak lebih dari 5 cm diatas kotak
takar, cara ini dsebut SHOVELING
8. Meratakan benda uji dengan tangandan mistar setinggi 5
cm diatas muka ember yang ditimbang
5.5 Hasil Pengujian

22 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
1. Cara RONDDING : Berat satuan kerikil
2. Cara SHOVELING : Berat satuan kerikil
5.6 Pembahasan

5.7 Kesimpulan

PEMERIKSAAN BERAT SATUAN VOLUME

Bahan = Kerikil

Untuk = Percobaan

Ukuran takaran (ember) = L atas x 27 x L1 = 14 x h =19

Berat takaran + air (gram) = 5,12 kg = 5210 gram

Berat takaran (gram) = 222,4 gram

Volume takaran (Cc) = 6479,17

Rodded :Takaran diisi kerikil dalam 3 lapis , setiap lapis ditusuk 25 kali ,
kemudian diratakan.

Berat kerikil + takaran (gram) = 7,7 kg = 7700 gram

Berat takaran (gram) = 222,4 gram

Berat kerikil (gram) = 7477,6 gram

Berat satuan kerikil (gram / cm 3 ) = 1,154 gram

Shoveled :Takaran diisi kerikil dari tinggi 2” dari permukaan, kemudian


diratakan.

Berat kerikil + takaran (gram) = 9,6 kg = 9600 gram

Berat takaran (gram) = 222,4 gram

Berat kerikil (gram) = 9377,6 gram

23 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
Berat satuan kerikil (gram / cm 3 ) = 1,447 gram

1
π xt( R2 x R x r + r 2 )
3

1
x 3,14 x 19 ( 13,52 + 13,6 x 7 + 72 )
3

19,89 ( 182,25 + 94,5 + 49 )

19,89 x 325,75 = 6479 ,17

KUBUS

Satu Adukan ( Kubus ) = 3 Cetakan

 Satu Adukan : Semen : ½ Ember = 50 kg


Pasir : 1 Ember = 9,8 kg
Kerikil : 1,5 Ember = 13,5 kg
Air : 1,2 Liter

Jadi , 3,5 kali adukan menghasilkan 10 cetakan kubus yamg tertuang dibawah ini;

Material Jumlah (kg ) Prosentase (%)


Semen 175 67,14
Pasir 34,3 13,16
Kerikil 47,25 18,12
Air 4,2 1,63
Jumlah 260,75 100

SILINDER

Satu Adukan ( Kubus ) = 3 Cetakan

 Satu Adukan : Semen : ½ Ember = 50 kg


Pasir : 1 Ember = 9,8 kg
Kerikil : 1,5 Ember = 13,5 kg

24 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
Air : 1,2 Liter

Jadi , 4,5 kali adukan menghasilkan 10 cetakan silinder yamg tertuang


dibawah ini;

Material Jumlah (kg ) Prosentase (%)


Semen 225 67,12
Pasir 44,1 13,13
Kerikil 60,75 18,13
Air 5,4 1,62
Jumlah 335,25 100

Jadi , Prosentase keseluruhan ( Kubus + Silinder = x/2 ) :

Semen : 67,14 + 67,12 = 134,26/2 = 67,13 %

Pasir : 13,16 + 13,13 = 26,29/2 = 13,145 %

Kerikil : 18,12 + 18,13 = 36,25/2 = 18,125 %

Air : 1,63 + 1,62 = 3,25/2 = 1,625 %

25 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
BAB VI
PERCOBAAN KUAT DESAK BETON
6.1 Tujuan
a. Menentukan batas sebanding.
b. Menentukan kuat desak beton.
c. Menetapkan batas tenggang 0,01 (pada 0,01% offset).
d. Menetapkan modulus elastis awal dan modulus kenyal.
e. Menetapkan berat sendiri beton.
f. Menetapkan modulus elastis tekan pada tegangan
tertentu.
g. Menetapkan nilai sebanding kuat desak kubus.

6.2Bahan
Sebuah kubus standart 15 x 15 x 15 cm3

6.3 Peralatan
a. Hammer tester
b. Compressemeter (alat ukur perpendekan)
c. Caliper concrete micrometer
d. Universal testing machine
e. Timbangan

6.4 Pelaksanaan
a. Mencatat untuk masing- masing bahan uji, jenis, asal
bahan disusun, perbandinagn berat fas, slump, tanggal
pembuatan, tanggal penguji, cara penyimpanan dan
mesin.
b. Menetapkan ukuran-ukuran, panjang rata-rata, lebar
rata-rata, dengan ketelitian sampai 0,1mm kemudian
ditimbang.
c. Mengamati cara kerjahydraulic hand pump dengan
memutar tuas katup (valve) ke arah kanan, maka secara

26 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
perlahan mesin akan turun menekan beton sampai
dengan kekuatan maksimum beton.
d. Setelah beton hancur didapat, mencatat beton hancur,
kemudian kubus beton diturunkan dengan memakai
handle.
e. Mencatat sket bidang kubus beton hancur dengan 6
bidang.

6.5 Data Pengamatan


Dengan universal testing method:
a. Bahan susun
- Portland semen gresik.
- pasir asal sungai brantas.
- kerikil asal sungai brantas.
b. Perbandinngan berat 1pc : 2ps : 3kr
c. Faktor air semen
d. Berat masing-masing bahan susunan.
- Portland cement
- Pasir
- Kerikil
- Air
e. Tanggal pembuatan dan tanggal pengujian
f. Cara penyimpanan
g. Berat benda uji khusus beton
h. Ukuran kubus dan luas penampang
i. Sket benda uji setelah diuji
j. Jenis kehancuran

6.6Pengolahan Data
a. Data pengaman uji desak beton
b. Tanggal pengecoran
c. Tanggal pengujian

27 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
6.7 Tabel Hasil Uji Tekan Beton
Benda Uji Kubus
Panja
Umur Berat Lebar Luas
ng Uji tekan Uji tekan
No Permukaan
( Cm (kN) (kg)
(hari) (kg) ( Cm ) (cm2)
)
1 7 7,9 15 15 225 400 40000
2 7 8 15 15 225 550 55000
3 7 8,1 15 15 225 580 58000
4 14 8 15 15 225 650 65000
5 14 8,03 15 15 225 720 72000
6 14 7,9 15 15 225 610 61000
7 28 7,8 15 15 225 790 79000
8 28 8,1 15 15 225 680 68000
9 28 7,9 15 15 225 735 73500
10 28 8,1 15 15 225 650 65000

Benda Uji Silinder


Panja
Umur Berat Lebar Luas
ng Uji tekan Uji tekan
No Permukaan
( Cm (kN) (kg)
(hari) (kg) ( Cm ) (cm2)
)
1 7 12,4 15 30 176,625 385 38500
2 7 12,5 15 30 176,625 560 56000
3 7 12,2 15 30 176,625 325 32500
4 14 12,4 15 30 176,625 325 32500
5 14 12,5 15 30 176,625 545 54500
6 14 12 15 30 176,625 615 61500
7 28 12,5 15 30 176,625 290 29000
8 28 12,5 15 30 176,625 560 56000
9 28 12,5 15 30 176,625 680 68000
10 28 12,2 15 30 176,625 450 45000

28 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
6.8Mencari Tegangan Hancur
Tegangan Tekan
Ϭb =
K x Luas
ΣϬb
Ϭbm =
n

 Beton Kubus
Tegangan Tegangan Tegangan
Umur Luas
No K Tekan Hancur {ϭb} Hancur
(hari) (cm2) (Kg) (Kg/cm2) (Kg/cm2)
1 7 0,7 225 40000 253,97
2 7 0,7 225 55000 349,21 323,81
3 7 0,7 225 58000 368,25
4 21 0,88 225 65000 328,28
5 21 0,88 225 72000 363,64 333,33
6 21 0,88 225 61000 308,08
7 28 1 225 79000 351,11
8 28 1 225 68000 302,22
317,22
9 28 1 225 73500 326,67
10 28 1 225 65000 288,89
Total 3240,32 974,37

-Tata Cara Pengolahan Data

Luas Kubus = sisi x sisi


= 15 x 15
= 225 cm2
Tegangan Tekan
Ϭb = K x Luas
40000
= 0,7 x 225
40000
= 157,5
= 253,97 Kg/cm2

29 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
Σ Ϭb 323,81+333,33+317,22
Ϭbm = =
n 3
= 324,79 Kg/cm2
Total Teg. Hancur rata-rata (σbm)
Σbm = ∑ σbmhari7 +∑ σbm hari 14+ ∑ σbm hari 28
Σbm = 323,81 + 333,33 + 317,22 = 974,37

σbm
( )
σbmakhir = 3
0,83
974,37
( ) 324,79
σbmakhir = 3 = = 391,311 Kg/cm2
0,83
0,83

6.9 Perhitungan Ϭbk


 Beton Kubus

Umur P {σb} bm (σb - σbm) (σb - σbm)2 Teg. Hancur


No
(hari) (kg) (kg/cm2) (Kg/cm2) (Kg/cm2) (sbm)
1 7 7,9 82237,34 -71,002 5041,25 253,97
2 7 8 113076,3 24,236 587,40 349,20
3 7 8,1 119244,1 43,284 1873,50 368,25
4 21 8 109427,6 3,313 10,98 328,28
5 21 8,03 121212,1 38,666 1495,09 363,64
6 21 7,9 102693,6 -16,889 285,25 308,08
7 28 7,8 111380 63,89 4081,93 351,11
8 28 8,1 95871 15 225 302,22
9 28 7,9 103627 39,45 1556,30 326,67
10 28 8,1 91642,4 1,67 2,79 288,89
Total 15159,48

Pengerjaan :
(σb - σbm) = 253,97 – 324,79 = -70,82 Kg/cm2
−71,002
(σb - σbm)2 = ¿ = 5041,25 Kg/cm2
¿
¿

30 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
Σ(σb - σbm)2 = 5041,25 + 587,40 + 1873,50 + 10,97 + 1495,09 +
+ 4081,93 + 225 + 1556,30 + 2,79
Σ(σb - σbm)2 = 15159,48 Kg/cm2

S=
√ Σ(σb−σbm )2
n−1
=
√ 15159,48
10−1
= 41,04
Maka, mutu beton kubus :
δbk = σbm - 1,645 x S
= 324,79 – 1,645 x 41,04
= 257,28 Kg/cm2
Jadi, Mutu K kubus = K-257
 Mencari Tegangan Hancur
 Beton Silinder
X
Tegangan Tegangan Tegangan
Umur Luas Hancur Hancur
No K Tekan
{ϭb} rata-rata
(hari) (cm2) (Kg) (Kg/cm2) (Kg/cm2)
1 7 0.7 176.63 38500 311.39
2 7 0.7 176.63 56000 452.92 342.39
3 7 0.7 176.63 32500 262.86
4 21 0.96 176.63 32500 191.67
5 21 0.96 176.63 54500 321.41 291.92
6 21 0.96 176.63 61500 362.69
7 28 1 176.63 29000 164.19
8 28 1 176.63 56000 317.05
280.25
9 28 1 176.63 68000 384.99
10 28 1 176.63 45000 254.77
Total 3023.93 914.56
-Tata Cara Pengolahan Data
Luas Silinder = π r2
= 3,14 x (7,5x7,5)
= 176,625 cm2
Tegangan Tekan
Ϭb =
K x Luas

31 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
Σ Ϭb 342,39+ 291,92+280,25
Ϭbm = =
n 3
= 304,85 Kg/cm2
Total Teg. Hancur rata-rata (σbm)
Σbm = ∑ σbm hari7 +∑ σbm hari 14+∑ σbm hari 28
Σbm = 342.39 + 291.92 + 280.25 = 914,56

Tegangan Tekan
Ϭb = K x Luas
38500
= 0,7 x 176,63
11000
= 123,64
= 311,39 Kg/cm2
 Perhitungan Ϭbk
 Beton Silinder
(σb - (σb - Teg.
Umur P {σb} bm
XNo σbm) σbm)2 Hancur
(hari) (kg) (kg/cm2) (Kg/cm2) (Kg/cm2) {ϭb}
1 7 12 127.38 6.54 42.71 311.39
2 7 11.9 127.38 148.07 21925.97 452.92
3 7 11.9 127.38 -41.99 1763.35 262.86
4 21 11.8 139.57 -113.18 12810.36 191.67
5 21 11.7 139.57 16.56 274.27 321.41
6 21 11.8 139.57 57.84 3345.84 362.69
7 28 11.5 149.09 -140.66 19786.64 164.19
8 28 11.6 149.09 12.20 148.77 317.05
9 28 11.5 149.09 80.14 6421.71 384.99
10 28 11.9 149.09 -50.08 2508.02 254.77
Total 69027.62

Pengerjaan :
(σb - σbm) = 311.39 – 304,85 = 6,54 Kg/cm2
6,54
(σb - σbm)2 = ¿ = 42,71 Kg/cm2
¿
¿

32 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
Σ(σb - σbm)2 = 42,71 + 21925,97 +1763,35 + 12810,36 +
274,27 + 3345,84 + 19786,64 + 148,77 +
6421,71 + 2508,02
Σ(σb - σbm)2 = 69027,62 Kg/cm2

S=
√ Σ(σb−σbm )2
n−1
=
√ 69027,62
10−1
= 87,58

Maka, mutu beton Silinder :


δbk = σbm - 1,645 x S
= 304,85 – 1,645 x 87,58
= 160,79 Kg/cm2
Jadi, Mutu K silinder = K-160
Maka mutu beton dari kedua jenis beton ialah :
K akhir = (δbk Kubus + δbk Silinder) / 2
=( 257 + 160 )/2
= 208,5 Kg/cm2

Jadi, Mutu akhir Percobaan uji kekuatan beton : K-208,5

33 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
BAB VII

PENUTUP

5.8 Kesimpulan
1. Pada hasil percobaan analisis ayakan agregat halus,
setelah dimasukkan dalam grafik pasir ternyata
memenuhi syarat ASTM, hal ini menunjukkan bahwa
pasir yang digunakan sudah memenuhi syarat untuk
pembuatan beton pada Zona 2
2. Pada percobaan analisis ayakan agregat kasar,
setelah dimasukkan dalam grafik kerikil ternyata
hanya masuk separuh pada grafik ASTM, hal ini
disebaabkan ukuran kerikil terlalu besar, untuk itu
harus ditambah kerikil yang lebih kecil pada Zona 2.
3. Setelah dilakukan uji kuat tekan beton berbentuk
kubus dan silinder didapatkan beton dengan mutu K-
208,5.

34 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
4. Campuran adukan prosentase Kubus:
1. Semen = 67,14 %
2. Pasir = 13,16 %
3. Kerikil = 18,12 %
4, Air = 1,63 %
Campuran adukan prosentase Silinder :
1. Semen = 67,12 %
2. Pasir = 13,13 %
3. Kerikil = 18,13 %
4, Air = 1,62 %
Jadi , Prosentase keseluruhan ( Kubus + Silinder = x/2 ) :

Semen : 67,14 + 67,12 = 134,26/2 = 67,13 %

Pasir : 13,16 + 13,13 = 26,29/2 = 13,145 %

Kerikil : 18,12 + 18,13 = 36,25/2 = 18,125 %

Air : 1,63 + 1,62 = 3,25/2 = 1,625 %

7.2 Saran
1. Faktor penyebab turunnya mutu beton diantaranya
adalah:
 Pasir atau kerikil yang digunakan sebagai bahan
campuran pada waktu percobaan mempunyai
mutu yang rendah.
 Pada saat percobaan tersebut terdapet
kesalahan baik pada pembacaan alat ataupun
faktor lain misalnya tidak setabilnya peralatan
yang kita gunakan.
2. Kesalahan yang terjadi pada saat pencampuran
material (Portland Cement, pasir, kerikil dan air)
akan mengakibatkan tidak sesuainya mutu beton

35 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
yang diharapkan, krena banyak rongga yang belum
terpenuhi atau perbandingan semen dengan air
lebih banyak air.

36 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
LAMPIRAN

37 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
Proses mengambil kerikil sebelum di masukkan mesin molen

Menambahkan air secukupnya di mesin molen setelah kerikil, pasir, semen


dimasukkan sebelumnya yg sudah di takar

38 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
Setelah campuran di mix sampai rata, campuran tadi di tuangkan ke wadah yang
telah disediakan

di lakukan uji slump test pada campuran tersebut

39 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
Menyiapkan cetakan beton

Mengolesi cetakan beton dengan oli

40 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n
Memasukkan campuran ke dalam cetakan sambil di tumbuk agar campuran bisa
tertata padat

41 | L a p o r a n P r a k t i k u m B e t o n

Anda mungkin juga menyukai