Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA
PERCOBAAN 6 : BOBOT JENIS

Disusun oleh,
Kelompok 5
Ashry Nurrachmah 31113007
Ina Lisnawati 31113021
Irfan Maulana 31113023
Novia Hergiani 31113035
Tia Sulistiani 31113049

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKes BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan
volume zat pada suhu tetentu (Biasanya 25oC). Sedangkan rapat jenis adalah
perbandingan antara bobot jenis suatu zat dengan bobot jenis air pada suhu tertentu
(biasanya dinyatakan sebagai 25o/25o, 25o/4o, 4o/4o). Untuk bidang farmasi, biasanya
25o/25o (Anonim,2006).
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat terhadap air dengan volume yang
sama ditimbang di udara pada suhu yang sama (Anonim,1979).
Menurut defenisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam
desimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama
kedua zat mempunyai temperature yang sama atau temperature yang telah diketahui.
Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau udara untuk gas.
Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air
merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat
dan mudah dimurnikan (Ansel H.C, 1989).
Ada beberapa alat untuk mengukur bobot jenis dan rapat jenis, yaitu
menggunakan piknometer, neraca hidrostatis (neraca air), neraca Reimann, neraca
Mohr Westphal (Sutoyo,1993).
Metode Piknometer . Pinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa
cairan dan penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer dilakukan
dengan menimbang air. Menurut peraturan apotek, harus digunakan piknometer yang
sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml dan suhu tetentu (20 oC). Ketelitian metode
piknometer akan bertambah sampai suatu optimum tertentu dengan bertambahnya
volume piknometer. Optimun ini terletak sekitar isi ruang 30 ml. Ada dua tipe
piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe pipet (Roth, Herman J, 1994).

B. Tujuan Percobaan
Untuk mengatahui bobot jenis dari suatu zat cair dengan menggunakan alat
piknometer.
C. Prinsip Percobaan
Menetukan kerapatan dan bobot jenis cairan
Penentuan bobot jenis dengan menimbang piknometer kosong dan piknometer yang
telah diisi sampel, lalu selisih penimbangan dibagi dengan volume piknometer yang
ditentukan sebagai bobot jenis lalu dibandingkan dengan bobot jenis air suling untuk
mendapatkan rapat jenisnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang
volumenya sama pada suhuyang sama dan dinyatakan dalam desimal. Penting untuk
membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa per satuan
volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya,satu mililiter raksa berbobot
13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah13,6 g/mL. Jikakerapatan dinyatakan
sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan bilanganabstrak.
Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap sebagian
besarperhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00. Sebagai
perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,25 , artinya bobot gliserin 1,25 kali bobot
volume air yang setara, dan bobot jenis alkohol adalah 0,81 , artinya bobot jenis
alkohol 0,81 kali bobot volume air yang setara. (Ansel,2006)
Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih ringan daripada
air.Zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,00 lebih berat daripada air.Bobot
jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka di belakang koma sebanyak
akurasiyang diperlukan pada penentuannya. Pada umumnya, dua angka di belakang
koma sudahmencukupi. Bobot jenis dapat dihitung, atau untuk senyawa khusus dapat
ditemukan dalam UnitedStates Pharmacopeia (USP) atau buku acuan lain. (Ansel,
2006)
Bobot jenis suatu zat dapatdihitung dengan mengetahui bobot dan volumenya,
melalui persamaan berikut (Ansel, 2006)
Dalam persamaan ini, penting untuk menggunakan satuan bobot yang sama
untuk pembilang danpenyebut, umumnya gram, sehingga satuan akan hilang dan
hasilnya akan berupa bilangan abstrak. Selain itu, penting disadari bahwa karena 1 mL air
dianggap berbobot 1 g, maka “bobot sejumlah volume air yang setara” pada penyebut adalah angka
numerik yang sama dalam mililiter dan gram. Dengan demikian , jika 25 ml suatu zat berbobot 30
g, maka “volume air yang setara” (25 mL) berbobot 25 g dan bobot jenis zat ini dapat
dihitung sebagai (Ansel, 2006) Dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, bobot
volumenya atau volume bobotnya dapat ditentukandengan menggunakan persamaan
diatas. Misalnya, jika suatu zat mempunyai bobot jenis 0,80 ,maka bobot dari 200
mL dapat dihitung sebagai (Ansel, 2006) Jika suatu zat memiliki bobot jenis 1,20 ,
volume 100 g dapat dihitung sebagai: (Ansel, 2006)120
Karena air merupakan zat baku dalam perhitungan boboott jenis dan 1 mL air
dianggap berbobot 1g, persamaan berikut ini dapat digunakan untuk menghitung
volume dan bobot (Ansel, 2006) :
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu.
Sifat ini merupakansalah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus
merupakan salah satu sifat fisika yangpaling definitive, dengan demikian dapat
digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat (Martin,1993).
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan
bobot molekul suatukomponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat
karakteristik “pemadatan” (“PackingCharacteristic”). Dalam sistem matriks kerapatan diukur
dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau gram/cm2 (Martin, 1993).
Kerapatan dan berat jenis Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran
pengukuran ini apabilamengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan
adalah turunan besaran karenamenyangkut satuan massa dan volume. Batasannya
adalah massa per satuan volume padatemperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan
dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik(gram/cm3) (Martin, 1993).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi,
yang dapat diubahmenjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat
jenis didefinisikan sebagaiperbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan
air, harga kedua zat itu ditentukan padatemperatur yang sama, jika tidak dengan cara
lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat daridefinisinya, sangat lemah, akan lebih
cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif (Martin,1993).
Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai
perbandingan massa darisuatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama
pada suhu 4oC atau temperatur lain yangtertentu. Notasi berikut sering ditemukan
dalam pembacaan berat jenis: 25oC/25oC, 25oC/4oC, dan4oC/4oC.
Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara di mana zat ditimbang;
angka dibawah garis miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-buku
farmasi resmimenggunakan patokan 25oC /25oC untuk menyatakan berat jenis
(Martin, 1993).
Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer,
neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain. Pengukuran dan perhitungan
didiskusikan di buku kimiadasar, fisika dan farmasi (Martin, 1993).Rapatan
diperoleh dengan membagi massa suatu obyek dengan volumenya. (Martin, 1993)
Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang
diselidiki disebut sifatekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat
ekstensif. Suatu sifat tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan
yang merupakan perbandingan antara massa danvolume, adalah sifat intensif. Sifat-
sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah karena
tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti. (Petrucci, 1985)
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu
(Lachman, 1994) :
1. Bobot jenis sejati
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka
dan tertutup.
2. Bobot jenis nyata
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka,
tetapi termasuk pori yang tertutup.
3.Bobot jenis efektif
Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka dan tertutup.
Seperti titik lebur, titikdidih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif
merupakan besaran spesifik zat. Besaran inidapat digunakan untuk
pemeriksan konsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu
dansediaan farmasi. (Lachman, 1994)
Metode penentuan untuk zat cairan (Ansel ; 466) :
a. Metode Piknometer.
Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan
ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk
menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer
akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan
bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar
isi ruang 30 ml.
b. Metode Neraca Hidrostatik.
Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang
dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume
cairan yang terdesak.
c. Metode Neraca Mohr-Westphal.
Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang
ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disitimbangkan dengan bobot lawan.
Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah
penggunan waktu yang singkat dan mudah dlaksanakan.
d. Metode areometer.
Penentuan kerapatan dengan areometer berskala (timbangan benam,
sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas
tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan
pelelehan.

B. Uraian Bahan
1. Aqudes ( Farmakope Indonesia edisi III, 96)
Nama resmi : Aqua Destilata
Nama lain : Aquadest, air suling
RM : H2O
Bobot jenis : 0,997 g/ml (250C)
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai
rasa
Penyimpanan : Dalam wadah terutup baik
Kegunaan : Sebagai larutan uji, sebagai pelarut

2. Klorofom (Roger Walker,2011)


Nama resmi : Chloroform
Nama lain : Formyl trichloride
RM : CHCl3
Bobot jenis : 1,48 (200C)
Pemerian : mudah menguap pada suhu kamar dan berbau khas,tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam alkohol atau eter
Penyimpanan : disimpan dalam stor bahan kimia karena beracun
Kegunaan : sebagai obat bius
3. Alkohol (FI III, 1979)
Nama resmi : AethanolumSinonim : Alkohol, etanol, ethyl alkohol
Rumus molekul : C2H6O
Berat molekul : 46,07
Bobot Jenis : 0,8119
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak; bau khas rasa panas, mudah terbakar dan memberikan nyala biruyang
tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam
eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar daricahaya, ditempat
sejuk jauh dari nyala api.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan, juga dapat membunuh kuman.

4. Sampel Fruitea
Nama : Minuman Fruit Tea Apple 200ml
Merk : Fruit Tea
Tipe : Minuman
Satuan Kemasan : botol
Informasi Isi :
a. Dimensi : -
b. Berat : 200ml
c. Rasa : Apel
Informasi Tambahan :
Fruit Tea Sosro adalah minuman teh dengan konsentrat buah berbahan baku asli
& alami. Komposisi : air, gula, ekstrak the, asam sitrat, natrium sitrat, asam
askorbat, konsentrat sari buah dan perisa

5. Gotri (Peluru)
Merupakan Bola kecil, bulat, dan marmer berukuran bijih besi diproduksi sebagai
pakan untuk blast furnace. Arti dari gotri menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah: got.ri
Berasal dari bahasa Jawa Nomina (kata benda): (1) mimis kecil; (2) logam
bulat kecil (seperti kelereng kecil)
6. Lilin
Lilin merupakan bahan terbuat dari parafin, mudah mencair jika dipanaskan,
dapat dipakai sebagai pelita dan/atau untuk membatik; bahan yg mengandung
lemak, lekat, mengental, mencair jika dipanaskan, dicetak dl berbagai bentuk
untuk alat penerang (dng diberi sumbu di tengahnya) atau benda mainan; Dalam
pengertian awam bisa berupa bahannya ( malam atau wax), bisa pula berarti yang
digunakan sebagai penerangan maupun upacara (candle). Lilin bahan adalah zat
lemak yang banyak digunakan untuk menyalut permukaan sebagai pelindung
agar tahan terhadap udara, air dan perubahan kimia. Kebanyakan lilin padat pada
suhu kamar, namun melunak bila dipanasi. Dikenal 3 macam lilin : hewani,
mineral dan nabati. Kebanyakan jenis jenis lilin ini dicampur untuk memperoleh
kualitas yang diinginkan misalnya lilin gereja terbuat dari paraffin (60%) , asam
stearate (35%) dan malam lebah (5%). Lilin hewani misalnya malam (lilin lebah ,
mirisil 1 palmitat) lilin wol (lanolin), spermaseti ( lemak dari kepala ikan paus
sperm, setil palmitat digunakan dalam kosmetika dan obat-obatan)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum kelarutan ini berlangsung pada hari Senin tanggal 13 dan 20 April 2015 di
Laboratorium Farmakologi Farmasi STIKes BTH Tasikmlaya.

B. Alat Dan Bahan


Alat : Bahan:
 Piknometer 10 ml Aquades
 Cawan petri Etanol
 Neraca analitik Kloroform
 Bekerglass 200 ml Sampel (Fruite)
 Pipet tetes Zat padat
 Termometer Zat padat

C. Prosedur Percobaan
a. Penentuan volume piknometer pada suhu percobaan

Timbang piknometer yang kering dan bersih isi air hingga penuh

Tutup biarkan terbuka tutup kembali

Rendam dalam air es Timbang Piknometer


b. Zat padat yang kerapatannya lebih besar daripada air
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Pengamatan

No Penimbangan Zat Hasil Penimbangan


1. Piknometer Kosong 12, 56 g
2. Piknometer + Air 23,18 g
3. Piknometer + Sampel (Fruitea) 23,59 g
4. Piknometer + Etanol 21,36 g
5. Piknometer + Kloroform 28,53 g
6. Piknometer + peluru+air 27,29 g
7. Piknometer + lilin+peluru+air 25,73 g

B. Perhitungan
1. Penentuan volume piknometer pada suhu percobaan
Bobot piknometer + air = 23,18 g
Bobot piknometer kosong = 12,56 g
Bobot air = ((Berat piknometer + air) – Berat piknometer kosong)
= 23,18 g -12,56 g
= 10,62 gram
Kerapatan air = 0,996 g/ml
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑖𝑟(𝑔𝑟𝑎𝑚)
Volume piknometer (Vp) = 𝑝 𝑎𝑖𝑟 (𝑔/𝑚𝑙)
10,62
= = 10,662 ml
0,996

2. Penentuan kerapatan dan berat jenis sampel (Fruitea)


Bobot fruitea + piknometer = 23,59 g
Bobot piknometer kosong = 12,56 g
Berat Sampel (Fruitea) = (Berat piknometer + sampel – Berat
piknometer kosong)
= 23,59 gram – 12,56 gram
= 11,03 gram
Volume piknometer = 10,662 ml
Kerapatan air = 0,996
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 11,03
Kerapatan Sampel (ρ) = = 10,662 = 1,0345 g/ml
𝑉𝑝
𝜌 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 1,0345
Berat jenis sampel (d) = = = 1,0386
𝜌 𝑎𝑖𝑟 0,996

3. Penentuan kerapatan dan berat jenis Etanol


Bobot etanol + piknometer = 21,36 g
Bobot piknometer kosong = 12,56 g
Berat Etanol = (Berat piknometer + etanol – Berat
piknometer kosong)
= 21,36 gram – 12,56 gram
= 8,8 gram
Volume piknometer = 10,662 ml
Kerapatan air = 0,996
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 8,8
Kerapatan Etanol (ρ) = = 10,662 = 0,825 g/ml
𝑉𝑝
𝜌 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 0,825
Berat jenis Etanol (d) = = = 0,828
𝜌 𝑎𝑖𝑟 0,996
𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚−𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟𝑒
Penyimpangan = 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟𝑒
0,828−0,8119
= 𝑥 100% = 1,98 %
0,8119

4. Penentuan kerapatan dan berat jenis Kloroform


Bobot kloroform + piknometer = 28,53 g
Bobot piknometer kosong = 12,56 g
Berat Etanol = (Berat piknometer + kloroform – Berat
piknometer kosong)
= 28,53 gram – 12,56 gram
= 15,97 gram
Volume piknometer = 10,662 ml
Kerapatan air = 0,996
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 15,97
Kerapatan Kloroform (ρ) = = 10,662 = 1,497 g/ml
𝑉𝑝
𝜌 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 1,497
Berat jenis Kloroform (d) = = = 1,503
𝜌 𝑎𝑖𝑟 0,996
𝑃𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘𝑢𝑚−𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟𝑒
Penyimpangan = 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟𝑒
1,503−1,48
= 𝑥 100% = 2,3 %
1,48
5. Penentuan Kerapatan Peluru
Pikno + air (a+b) = 27,18 g
Pikno kosong (a) = 14,34 g
Berat Peluru (x) = 0,61 g
Pikno+peluru+air (d) = 27,29 g
Massa air yang tumpah = d-x-a
= 27,29 – 0,61 – 14,34 = 12,34 g
Volume peluru (Vp) = b- (d-x-a)
= 12,84 – 12,34
= 0,5
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑃𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢
Kerapatan Peluru (ρ) = 𝑉𝑝
0,61
= = 1,22 g/mL
0,5

6. Penentuan Kerapatan Lilin


Pikno + air (a+b) = 27,18 g
Pikno kosong (a) = 14,34 g
Berat Peluru (x) = 0,66 g
Peluru + lilin (y) = 0,71
Pikno+peluru+lilin (d) = 25,73 g
Massa Lilin (ML) = (y-x)
= 0,71 - 0,66 = 0,05
Massa air yang tumpah = (d-x-a)
= 25,73 – 0,66 – 14,34 = 10,73 g
Volume lilin = b- (d-x-a)
= 12,84 – 10,73
= 2,11
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐿𝑖𝑙𝑖𝑛
Kerapatan Peluru (ρ) = 𝑉𝑝
0,05
= 2,11 = 0,023 g/mL
C. Pembahasan
Berat jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding
dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya pada suhu 25ºC), sedangkan rapat
jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara bobot zat pada suhu tertentu (
dalam bidang farmasi biasanya digunakan 25º/25º). Berat jenis didefenisikan sebagai
perbandingan kerapatan suatu zat terhadap kerapatan air. Harga kedua zat itu
ditentukan pada temperatur yang sama, jika dengan tidak cara lain yang khusus. Oleh
karena itu, dilihat dari defenisinya, istilah berat jenis sangat lemah. Akan lebih cocok
apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif. Berat jenis adalah perbandingan relatif
antara massa jenis sebuah zat dengan massa jenis air murni. Air murni bermassa jenis
1 g/cm³ atau 1000 kg/m³. Berat jenis merupakan bilangan murni tanpa dimensi (Berat
jenis tidak memiliki satuan), dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan
rumus yang cocok.
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan
digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan
senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat
terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut
suatu zat.
Kerapatan merupakan perbandingan mass per volume suatu zat pada suhu
yang dikehendaki. Kerapatan dilambangkan dengan  dengan satuan g/ml. Adapula
guna menghitung nilai kerapatan yaitu untuk menghitung kemurnian suatu zat.
Berbeda halnya dengan berat jenis, berat jenis merupakan perbandingan kerapatan
suatu zat dengan kerapatan air tanpa pmenghasilkan suatu satuan. Pada praktikum ini
praktikan diharapkan mengetahui perbndingan masing-masing kerapatan antar zat
cair, padat, dan semi padat.
Pada dasarnya kerapatan dipengaruhi oleh volume dan massa. Semakin
besar massa benda maka semakin besar pula kerapatan yang dimiliki, sedangkan
semakin besar nilai volumenya maka semakin kecil kerapatan yang dimiliki. Bobot
jenis dipengaruhi oleh besar atau kecilnya nilai kerapatan, semakin besar kerapatan
maka berat jenis juga semakin besar.
Pada percobaan ini, penentuan kerapatan dan bobot jenis dilakukan dengan
menggunakan piknometer. Sampel yang digunakan
adalah aquades, klorofom, etanol, sampel minuman, gotri (peluru) dan lilin
Pengukuran dengan menggunakan piknometer, sebelum digunakan harus
dibersihkan dan dikeringkan hingga tidak ada sedikitpun titik air di dalamnya. Hal ini
bertujuan untuk memperoleh bobot kosong dari alat. Jika masih terdapat titik air di
dalamnya, dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh. Pada pengisiannya dengan
sampel, harus diperhatikan baik-baik agar di dalam alat tidak terdapat gelembung
udara, sebab akan mengurangi bobot sampel yang akan diperoleh.
Keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer
adalah mudah dalam pengerjaan. Sedangkan kerugiannya yaitu berkaitan dengan
ketelitian dalam penimbangan. Jika proses penimbangan tidak teliti maka hasil yang
diperoleh tidak sesuai dengan hasil yang ditetapkan literatur. Disamping itu
penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer memerlukan waktu yang
lama.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah :
1. Suhu ,pada suhu yang tinggi bahan yang diukur berat jenisnya dapat menguap
seperti halnya pada etanol 70%, sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya
dan kerapatan meningkat. Oleh karena itu, digunakan suhu dimana biasanya
senyawa stabil pda suhu 25°C (suhu kamar).
2. Volume, jika volume besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh pada massa
zat itu sendiri. Dimana ukuran partikel dari zat,bobot molekulnya serta
kekntalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
3. Tekanan, jika tekanan tinggi maka volume yang ditumpahkan pada zat
didinding luar piknometer meningkat dan volume yang ada didalamnya
menjadi lebih sedikit.
4. Konsentrasi, dalam suhu zat tinggi dalam kerapatannya pun meningkat dan
menghasilkan bobot jenis yang lebih meningkat.
5. Kekentalan/viskositas sutau zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya.

Hal yang pertama dilakukan adalah penimbangan piknometer. Piknometer


yang digunakan adalah piknomiter dengan kapasitas 10 ml. Pada penimbangan
pikonemeter ini harus dilakukan secara teliti sebab apabila kurang teliti maka akan
mempengaruhi kesalahan dalam perhitungan kerapatan maupun bobot jenis suatu zat.
Kesalahan akibat penimbangan bisa disebabkan karena timbangan yang digunakan
berganti-ganti. Sehingga hasil penimbangan antara timbangan yang satu dengan yang
lain belum tentu sama.
Kemudian langkah selanjutnya adalah mengisi piknometer dengan air lalu
menutupnya dengan pelan. Cara penutupan piknometer yang terlalu cepat juga dapat
menyebabkan air yang tumpah terlalu banyak sehingga tentu mempengaruhi berat
pada penimbangan. Pada saat memegang piknometer sebaiknya menggunakan tissue
atau kain, jangan menggunakan tangan secara langsung, karena dikhawatirkan lemak
yang terdapat pada tangan akan menempel di piknometer sehingga akan menambah
berat piknometer.
Piknometer dimasukkan kedalam air es agar volume air yang berada dalam
piknometer bertambah sehingga lebih akurat dalam menimbang massa air. Pengaruh
perubahan suhu yang terlalu cepat dapat menyebabkan cairan di dalam piknometer
memuai/menyusut dengan tidak semestinya, sehingga pada waktu ditimbang zat
tersebut memberikan hasil yang berbeda dengan yang telah ditentukan. Pada saat
pengukuran suhu diharapkan penurunan/kenaikan suhu diperhatikan dengan
seksama, karena jika suhu turun/naik melebihi dari yang telah ditentukan, tentu saja
hasil yang diberikan akan menyimpang. Piknometer yang belum kering dan bersih,
piknometer yang demikian belum bisa digunakan untuk penentuan kerapatan dan
bobot jenis, karena masih ada cairan/kontaminan yang tertinggal di dalamnya
sehingga tentu saja akan mempengaruhi hasil akhir. Volume air yang dimasukan ke
dalam piknometer harus tepat dengan yang telah ditentukan, karena jika terlalu
banyak atau terlalu sedikit maka akan mempengaruhi hasil akhir.
Pada penentuan kerapatan bobot jenis zat cair, zat cair yang digunakan adalah
etanol, kloroform dan sampel minuman merk Fruitea. Sampel zat cair tersebut diuji
kerapatan dan bobot jenisnya menggunakn piknometer. Sebelumnya dilakukan
penentuan volume piknometer pada suhu percobaan, dimana dihasilkan Vp sebesar
10,662 ml. Volume piknometer tersebut nantinya digunakan untuk mementukan
kerapatan suatu zat cair.
Adapun hasil pengukuran kerapatan dan bobot jenis sampel minuman merk
fruitea didapat hasil berturut-turut adalah 1,0345 g/ml dan 1,0386. Hal tersebut
menandakan bahwa minuman merk fruitea mempunyai kerapatan dan bobot jenis
lebih besar daripada air.
Pada pengukuran kerapatan dan bobot jenis etanol diperoleh hasil secara
berturut-turut yaitu 0,825 g/ml dan 0,828. Nilai bobot jenis etanol pada literature
adalah 0,8119. Sehingga dilakukan perhitungan penyimpangan dari hasil sesuai
literature. . Adapun hasil penyimpangannya sebesar 1,98 %. Artinya nilai tersebut
masih sedikit diberi toleransi karena hasilnya tidak jauh berbeda dengan nilai yang
ada pada literature. Sedangkan pada pengukuran kerapatan dan bobot jenis kloroform
diperoleh hasil secara berturut-turut yaitu 1,497 g/ml dan 1,503. Nilai bobot jenis
kloroform pada literature adalah 1,48. Sama dengan etanol, dilakukan perhitungan
penyimpangan dari hasil asli pada literature. Adapun hasil penyimpangannya sebesar
2,3 %. Nilai tersebut masih sedikit diberi toleransi karena hasilnya tidak jauh berbeda
dengan nilai yang ada pada literature.
Pada penentuan kerapatan zat padat yang kerapatannya lebih besar daripada
air, digunakan zat atau bahan yaitu gotri (peluru). Gotri merupakan bola kecil, bulat,
dan marmer berukuran bijih besi diproduksi sebagai pakan untuk blast furnace.
Peluru tersebut dimasukkan kedalam piknometer lalu diisi penuh dengan aquades dan
kemudian ditutup.
Sebuah peluru memiliki berat jenis yang lebih besar dibandingkan zat cair
lainnya. Hal ini dikarenakan berat peluru besar dibandingkan volume peluru sehingga
didapat kerapatan yang besar. Kemudian kerapatan tersebut dibandingkan dengan
kerapatan yang dimiliki oleh air ternyata lebih besar. Sehinggan dapat disimpulkan
bahwa semakin berat suatu zat maka kerapatan zat semakin besar sedangkan semakin
besar kerapatan maka semakin besar berat jenis zat.
Pada percobaan terakhir yaitu penentuan kerapatan zat padat yang
kerapatannya lebih kecil daripada air. Zat atau bahan yang digunakan adalah lilin.
Secara fisik, lilin ketika dimasukkan dalam air akan mengapung, untuk itu diperlukan
suatu pemberat agar lilin tersebut bisa tenggelam dan dihitung kerapatannya. Untuk
itu, digunakan gotri (peluru) yang sama seperti pada percobaan sebelumnya. Lilin
terlebih dahulu dicairkan dengan cara pemanasan. Dan kemudian dibalutkan pada
peluru hingga mengeras, sehingga lilin yang menempal pada peluru yang akan
ditentukan kerapatannya. Sama dengan perlakuan sebelumnya bobot air yang
ditumpahkan oleh adanya peluru dan lilin dalam piknometer sama dengan volume
lilin, sehingga dapat dihitung kerapatannya. Adapaun hasil kerapatan yang diperoleh
pada percobaan adalah 0,023 g/mL. Artinya nilai tersebut sudah benar karena nilai
kerapatan lilin ini lebih kecil daripada air.

Pada saat praktikum penentuan kerapatan dan bobot jenis zat-zat tersebut
sering terjadi penyimpangan sehingga memberikan hasil yang berbeda dengan yang
seharusnya (sesuai ketentuan di Farmakope Indonesia).
Penyimpangan-penyimpangan ini antara lain disebabkan oleh karena berbagai
kesalahan pada saat melakukan praktikum. Kesalahan penimbangan, cara penutupan
piknometer yang salah, pengaruh perubahan suhu yang terlalu cepat, piknometer
belum benar-benar kering dan bersih, volume air yang di masukkan ke dalam
piknometer tidak tepat, kebersihan, sampel yang terkontaminasi, dan juga karena
pengenceran etanol yang kurang tepat.
1. Penimbangan
Kesalahan akibat penimbangan ini bisa disebabkan karena timbangan yang
digunakan berganti-ganti. Sehingga hasil penimbangan antara timbangan yang
satu dengan yang lain belum tentu sama.
2. Cara penutupan piknometer yang salah
Cara penutupan piknometer yang terlalu cepat dapat menyebabkan air yang
tumpah terlalu banyak sehingga tentu mempengaruhi berat pada penimbangan.
3. Pengaruh perubahan suhu
Perubahan suhu yang terlalu cepat dapat menyebabkan cairan di dalam
piknometer memuai/menyusut dengan tidak semestinya, sehingga pada waktu
ditimbang zat tersebut memberikan hasil yang berbeda dengan yang telah
ditentukan.
4. Piknometer yang belum kering dan bersih
Piknometer yang demikian belum bisa digunakan untuk penentuan kerapatan dan
bobot jenis, karena masih ada cairan/kontaminan yang tertinggal di dalamnya
sehingga tentu saja akan mempengaruhi hasil akhir.
5. Volume air yang tidak tepat
Volume air yang dimasukan ke dalam piknometer harus tepat dengan yang telah
ditentukan, karena jika terlalu banyak atau terlalu sedikit maka akan
mempengaruhi hasil akhir.
6. Sampel yang terkontaminasi
Sampel yang terkontaminasi tentu saja akan memberikan hasil yang
menyimpang, karena kemurnian zat tersebut sudah berbeda dengan zat yang
masih murni.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang di lakukan maka dapat di tarik kesimpulan berat
jenis semua bahan dan kerapatn yang diperoleh dengan metode piknometer adalah
sebagai berikut :
1. Kerapatan merupakan perbandingan mass per volume suatu zat pada suhu
yang dikehendaki. Berbeda halnya dengan berat jenis, berat jenis merupakan
perbandingan kerapatan suatu zat dengan kerapatan air.
2. Kerapatan dipengaruhi oleh volume dan massa. Semakin besar massa benda
maka semakin besar pula kerapatan yang dimiliki, sedangkan semakin besar
nilai volumenya maka semakin kecil kerapatan yang dimiliki.
3. Bobot jenis dipengaruhi oleh besar atau kecilnya nilai kerapatan, semakin
besar kerapatan maka berat jenis juga semakin besar.
4. Penyimpangan dapat terjadi karena beberapa faktor di antaranya, kesalahan
penimbangan, cara penutupan piknometer yang salah, pengaruh perubahan
suhu yang terlalu cepat, piknometer belum benar-benar kering dan bersih,
volume air yang di masukkan ke dalam piknometer tidak tepat, kebersihan,
dan sampel yang terkontaminasi.
B. Saran
Sebaiknya selama praktikum, praktikan harus menjaga kebersihan laboratorium.
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya, lebih mengefektifkan waktu dengan
membagi beberapa praktikum kepada masing-masing kelompok. Alat-alat
laboratorium agar segera dilengkapi untuk menunjang jalannya praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howart C . 1989 . Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Jakarta : Universitas


Indonesia.

Lachman, Leon. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jilid III.Edisi III. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia.

Ditjen POM . 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan
RI,.
Anief, M . 2003 . Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik . Yogyakarta : UGM-Press.

R. Voight . 1994 . Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi Kelima . Yogyakarta :


Gadjah Mada University Press.

Roth, Hermann, J . 1988 . Analisis Farmasi . Yogyakarta : UGM-Press

Parrot, Eugene L. 1968. Pharmaceutical Technology . Penerbit Burgess Publishing


Company Iowa.

Ansel C. Howard.1989 . Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Universitas


Indonesia Press.

Martin, Alfred . 1990 . Farmasi Fisika Edisi I . Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Agoes, G. 2006. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit ITB

Jones, D. 2008. FASTtrack: Pharmaceutics – Dosage Form and Design. London:


Pharmaceutical Press.

Kurniawan, D. W. 2009. Teknologi Sediaan Farmasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Langley, C. 2008. FASTtrack: Pharmaceutical Compounding and Dispensing. London:


Pharmaceutical Press.

Perrie, Y. 2010. FASTtrack: Pharmaceutics - Drug Delivery and Targeting. London:


Pharmaceutical Press.

Anda mungkin juga menyukai