Anda di halaman 1dari 28

STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur dalam Mata Kuliah Strategi


Pembelajaran Matematika
OLEH
Kelompok 7 :
1. Aditia Tri Wahyudi F1041171056
2. Irfan Zidny F1041171060
3. Muhammad Irfan F1041171039

Kelas : A1
Dosen Pengampu : Dr. Silvia Sayu, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul “Strategi Pembelajaran
Matematika” ini kami selesaikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi
Pembelajaran Matematika

Dalam penyusunan makalah ini, tentunya kami banyak mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini kami ucapkan
terima kasih kepada Ibu Dr. Silvia Sayu, M.Pd sebagai dosen mata kuliah Strategi
Pembelajaran Matematika.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak lain yang telah
membantu kami menyelesaikan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat, khususnya bagi
kami dan pembaca umumnya.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami
perlukan untuk penyusunan makalah-makalah selanjutnya.

Pontianak, 4 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
C. Tujuan .............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 2
A. Strategi Pembelajaran Dalam Ranah Motorik................................... 2
B. Strategi Pembelajaran Kretif Produktif, Pembelajaran Berbasis Proyek,
Dan Pembelajaran Kuantum ............................................................. 7
C. Strategi Pembelajaran Siklus, Pembelajaran Generative, Pembelajaran
Tuntas, Dan Pembelajaran Kooperatif .............................................. 14
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 23
A. Kesimpulan ...................................................................................... 21
B. Saran ............................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kegiatan belajar mengajar sering kita jumpai beberapa hal yang
menghambat dalam kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran di sekolah,
mulai dari pendidik (guru), peserta didik (siswa), dan sarana prasarana
pembelajaran. Hal ini, tentunya akan menghambat dalam setiap kegiatan
belajar mengajar atau proses pembelajaran apabila tidak segera diatasi.
Yang perlu ditekankan untuk mengatasi permasalahan dalam kegiatan
belajar mengajar atau proses pembelajaran adalah strategi yang perlu
diterapkan atau digunakan dalam kegiatan belajar mengajar atau proses
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai
strategi pembelajaran inovatif kontemporer yang merupakan suatu tinjauan
konseptual operasional untuk mengatasi hambatan kegiatan belajar mengajar
atau proses pembelajaran..
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi pembelajaran dalam ranah motorik?
2. Bagaimana strategi pembelajaran kretif produktif, pembelajaran berbasis
proyek, dan pembelajaran kuantum?
3. Bagaimana strategi pembelajaran siklus, pembelajaran generative,
pembelajaran tuntas, dan pembelajaran kooperatif.
C. Tujuan
1. Memahami dan menganalisis strategi pembelajaran dalam ranah motorik.
2. Memahami dan menganalisis strategi pembelajaran kretif produktif,
pembelajaran berbasis proyek, dan pembelajaran kuantum.
3. Memahami dan menganalisis strategi pembelajaran siklus, pembelajaran
generative, pembelajaran tuntas, dan pembelajaran kooperatif.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM RANAH MOTORIK


1. Strategi Pembelajaran Pelatihan Industri (Training Within Industry)
Nolker & Schoenfeldt (1983) menyebutkan untuk mengajarkan praktik
keterampilan dasar kejuruan perlu digunakan strategi tertentu agar siswa paham,
baik secara kognitif dan sekaligus secara motorik langkah-langkah dasar suatu
keterampilan kerja kejuruan. Menurut Nolker & Schoenfeldt (1983) salah satu
strategi pembelajaran untuk mengajarkan keterampilan dasar kejuruan adalah
strategi pembelajaran pelatihan industri (Training Within Industry/TWI) yang
terdiri atas 5 tahap kegiatan pembelajaran, yaitu :
1. Tahap persiapan
2. Tahap peragaan
3. Tahap peniruan
4. Tahap praktik
5. Tahap evaluasi

I. Tahap Pembelajaran & Penerapan di Kelas


a. Persiapan
Secara garis besar kegiatan guru dalam tahap ini adalah mempersiapkan lembar
kerja (job sheet), menjelaskan tujuan pembelajaran dan pelatihan, menjelaskan
arti pentingnya, membangkitkan minat siswa, menilai dan menetapkan
kemampuan awal siswa. Secara pokok kegiatan guru dalam tahap ini adalah
merencanakan, menata, dan memformulasikan kondisi pembelajaran dan
pelatihan sehingga ada kaitan secara sistematis dengan strategi yang akan
diterapkan.
b. Peragaan
Dalam tahap peragaan ini strategi penyampaian yang digunakan harus
disesuaikan dengan media pembelajaran dan pelatihan praktik yang tersedia.
c. Peniruan
Dalam melakukan kegiatan peniruan, siswa harus ditata dan diorganisasikan
kegiatan belajar praktiknya sehingga siswa betul-betul mampu memahami dan
melakukan kegiatan kerja sesuai dengan tujuan-tujuan pembelajaran dan
pelatihan praktik.
d. Praktik

2
Pada tahap ini siswa mengulangi aktivitas kerja yang baru dipelajari sampai
keterampilan kerja yang dipelajari betul-betul dikuasai sepenuhnya. Hal penting
yang perlu dilakukan dan diperhatikan guru dalam tahap ini adalah pengaturan
strategi pengelolaan dan pengorganisasian pembelajaran dan pelatihan praktik,
sehingga siswa betul-betul mampu melakukan kegiatan belajar praktik secara
optimal.
e. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir yang penting bagi setiap proses
pembelajaran dan pelatihan, terutama dalam pembelajaran dan pelatihan praktik
kejuruan. Dengan dilakukan evaluasi terhadap pembelajaran dan pelatihan
praktik, siswa akan mengetahui kemampuannya secara jelas sehinggga siswa
dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran dan pelatihannya

II. Hasil Penelitian


Hasil Penelitian Penelitian Ambibi dan Wena (2003) tentang penerapan
metode pembelajaran pelatihan industri menyimpulkan bahwa: 1) penerapan
strategi pembelajaran pelatihan industri pada matadiklat Praktik Kerja Kayu di
SMK secara signifikan dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, dan 2)
penerapan srategi pembelajaran pelatihan industri pada matadiklat Praktik
Kerja Kayu di SMK secara signifikan dapat meningkatkan efisiensi
pembelajaran.

2. Pembelajaran Praktik Kejuruan Berbasis Proyek


Menurut Nolker & Schoenfeldt (1983) terdapat persyaratan tertentu yang
harus dipenuhi agar strategi pembelajaran proyek dapat diterapkan, antara
lain:
a. Sasaran yang harus dicapai berupa penyelesaian suatu problem yang kompleks
b. Para peserta yang memiliki kebebasan seluas mungkin, untuk mengadakan
penentuan mengenaisubjek, perencanaan, pelaksanaan, serta penerapan proyek
c. Dalam proyek, keputusan diambil berdasarkan konsensus
d. Pengajar atau instruktur berintegrasi dalam kelompok proyek
e. Diadakan penelitian anatara teori dan praktik
f. Diperlukan keterampilan mengenai lebih dari satu bidang guna menyelesaikan
problem yang ditimbulkannya
g. Pekerjaan proyek dibagi dalam kelompok-kelompok
h. Sasaran proyek adalah menghasilkan sesuatu yang nyata dan berfaedah

 Strategi pembelajaran berbasis proyek terdiri atas tiga tahap utama, yaitu :

3
1. Tahap perencanaan pembelajaran proyek merupakan tahap yang sangat
penting dalam setiap proses pembelajaran. Agar proses pembelajaran dapat
berlangsung secara optimal, maka langkah-langkahperencanaan dirancang
sebagai berikut :
a. Merumuskan tujuan pembelajaran atau proyek
b. Menganalisis karakteristik siswa
c. Merumuskan strategi pembelajaran
d. Membuat lembar kerja
e. Merancang kebutuhan sumber belajar
f. Merancang alat evaluasi
2. Tahap pelaksanaan pembelajaran proyek merupakan proses yang akan
memberikan pengalaman belajar yang kompleks. Agar proses pelaksanaan
praktik kejuruan dengan menggunakan strategi berbasis proyek ini dapat
berjalan dengan baik, ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan :
a. Mempersiapkan sumber belajar yang diperlukan
b. Menjelaskan tugas proyek dan gambar kerja
c. Mengelompokkan siswa sesuai dengan tugas masing-masing
d. Mengerjakan proyek
3. Tahap evaluasi pembelajaran proyek merupakan tahap yang paling penting
dalam pembelajaran strategi proyek yaitu agar guru dapat mengetahui seberapa
jauh tujuan pembelajaran praktik dapat tercapai.

3. Strategi Pembelajaran Model Pelatihan (Training Model)


Modeling sering digunakan untuk memberi kemudahan, baik pada
pola tingkah laku yang jarang dilakukan, yang sering menyebabkan ketakutan dan
kecemasan maupun untuk melatih tingkah laku baru, seperti dalam pengembangan
bahasa dan keterampilan motorik (Joice and Weil, 1986).
Secara umum model pembelajaran pelatihan terdiri atas enam tahap, yaitu :
a. Penyampaian tujuan, langkah awal dari urutan pembelajaran praktik kejuruan
adalah merumuskan dan penyampaian tujuan yang ingin dicapai dalam proses
belajar praktik kejuruan. Seperti diungkapkan Degeng (1989:38) bahwa tugas
pembelajaran pada hakikatnya mengacu pada hasil yang ingin dicapai atau
diharapkan.
b. Penjelasan materi pendukung, materi pendukung praktik disajikan oleh
instruktur dengan menggunakan strategi ceramah dan dengan bantuan audio
visual.

4
c. Pendemonstrasian untuk kerja, siswa harus dapat mengerjakan sesuatu yang
sudah diperagakan. Untuk menghindari kesulitan dalam demonstrasi, ada empat
hal yang harus dilakukan guru, yaitu (1) mengatakan kepada siswa bahwa pada
giliran berikutnya ia juga harus melakukan keterampilan yang ditunjukkan; (2)
mengatakan pada siswa apa saja yang perlu dicatat dalam demonstrasi; (3)
mendemonstrasikan keterampilan dan memerikan setiap langkah sebelum
melakukan demonstrasi; (4) sebelum praktik, mengingatkan langkah-langkah
keterampilan yang penting (Joice & Weil,1986)
d. Latihan (praktik simulasi), melalui kegiatan praktiklah siswa pada lembaga
pendidikan kejuruan akan dapat menguasai keterampilan-keterampilan kerja.
e. Latihan pengalihan (training transfer), hal ini dilakukan dengan cara
: pertama, tugas yang diberikan lebih kompleks daripada tugas yang sudah
diajarkan tetapi tugas tersebut masih pada taraf latihan.Kedua, tugas yang
diberikan digantikan dengan pengerjaan benda yang sesungguhnya.
f. Kunjungan industri, dilihat dari bentuk belajar secara umum, bentuk-bentuk
perjumpaan antara pendidikan kejuruan dengan dunia kerja, terdapat tiga
bentuk utama (Nolker & Schoenfeldt, 1983), yaitu darmawisata, widyawisata,
dan praktikum pada dunia industri.

 Hasil Penelitian
Penelitian Djoko Trijanto dan Warno (2006) dengan judul Meningkatkan
Hasil Belajar Mahasiswa D3 Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang dalam
Matakuliah Praktik Beton melalui Penerapan Model Pembelajaran,
menyimpulkan bahwa: 1) penerapan metode pembelajaran pelatihan (training
model) dalam pembelajaran Praktik Beton, dapat meningkatkan efektivitas
pembelajaran. Hal ini terlihat dari kecermatan unjuk kerja, kecepatan unjuk
kerja, dan kualitas hasil kerja mahasiswa, 2) penggunaan metode pembelajaran
pelatihan lebih unggul dibandingkan metode praktik konvensional dalam
peningkatan keterampilan motorik mahasiswa.

4. Strategi Pembelajaran Pelatihan Laboratorium (Laboratory Training)


Strategi pembelajaran pelatihan laboratorium awal mulanya dikembangkan oleh
Joice and Weil (1986), dan kini strategi ini telah banyak diterapkan pada
pembelajaran praktik pada bidang keteknikan/ilmu pengetahuan lainnya. Pada
dasarnya, ada dua dimensi pokok dari strategi ini, yaitu :
1. Prinsip Pembelajaran Pelatihan Laboratorium
Menurut Joice & Weil (1986), strategi pembelajaran pelatihan laboratorium
memiliki dua prinsip utama, yaitu :

5
a. Kerja kelompok
b. Menekankan pengembangan empat area kepribadian, yaitu (1)
intrapersonal, (2) interpersonal, (3) dinamisasi kelompok, dan (4)
pengarahan diri.
2. Prosedur pelaksanaan, yaitu :
a. Pengelompokan, merupakan langkah awal dari model pembelajaran ini,
disarankan setiap kelompok terdiri atas 2 sampai 4 orang siswa.
Pembentukan kelompok sangat penting artinya, karena melalui kelompok
siswa dapat saling belajar dan mengajar, dapat saling memberi dan
menerima.
b. Penyajian teori, merupakan tahap kedua dari metode ini, yang meliputi
kegiatan : (1) penyampaian tujuan pembelajaran, (2) penyampaian materi,
dan (3) diskusi dan tanya jawab, disertai balikan oleh pengajar.
c. Latihan/praktik, merupakan tahap ketiga dari strategi ini, di mana dalam
tahap ini siswa mulai melakukan praktik kerja sesuai dengan rancangan
pembelajaran yang telah direncanakan. Kegiatan ini masih dilakukan dalam
laboratorium kerja.
d. Latihan pada masalah nyata, merupakan tahap akhir dari strategi ini, di
mana dalam tahap ini siswa diajak untuk melakukan kerja sesungguhnya
terhadap masalah-masalah yang terjadi di dunia nyata, yang sesuai dengan
materi yang dibahas.
Dalam keempat tahap pembelajaran tersebut, pengajar harus mampu berperan
sebagai fasilitator dan motivator sehingga prinsip-prinsip pembelajaran pelatihan
laboratorium (intrapersonal, interpersonal, dinamisasi kelompok, dan pengarahan
diri) dapat tumbuh dan berkembang pada masing-masing siswa.

 Hasil Penelitian
Penelitian Pribadi dan Wahyo Hendarto (2004) dengan judul Meningkatkan
Hasil Belajar Mahasiswa Program D3 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Negeri Malang (UM) dalam Matakuliah Laboratorium Uji Bahan melalui
Penerapan Pembelajaran Laboratory Training menyimpulkan:
a. Penerapan Laboratory Training dapat meningkatkan efektivitas
pembelajaran.
b. Dibanding dengan pembelajaran ceramah bengkel, pembelajaran pelatihan
laboratorium lebih unggul dalam peningkatan hasil belajar dan motivasi
belajar mahasiswa.

6
B. STRATEGI PEMBELAJARAN KRETIF PRODUKTIF, PEMBELAJARAN
BERBASIS PROYEK, DAN PEMBELAJARAN KUANTUM
1. Strategi Pembelajaran Kreatif-Produktif
Menurut KBBI, Kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan atau daya
cipta. Menurut Shadiq (2010), pengertian kreatif adalah gagasan terhadap
konsep dan rencana untuk kemajuan, gagasan ini dibutuhkan dalam
pemikiran dan juga hasil karya seseorang di dalam memcahkan masalah-
masalah social yang sedang berkembang. Menurut KBBI, pengertian produktif
adalah sesuatu hal yang bersifat mampu dalam menghasilkan dalam jumlah
yang besar.
Menurut Asri Budiningsih (2005), pembelajaran kreatif dan produktif
adalah model yang dikembangkan dengan mengacu kepada berbagai
pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar. Strategi pembelajaran kreatif-produktif memiliki
beberapa karakteristik. Karakteristik strategi pembelajaran kreatif-produktif
antara lain sebagai berikut.
a. Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran.
b. Siswa didorong untuk menemukan/mengontruksi sendiri konsep yang
sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara
seperti observasi, diskusi atau percobaan.
c. Siswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas
bersama.
d. Pada dasarnya untuk menjadi kreatif seseorang harus bekerja keras,
berdedikasi tinggi, antusisas, serta percaya diri
Dengan mengacu kepada karakteristik tersebut, strategi pembelajaran
kreatif-produktif diasumsikan mampu memotivasi siswa dalam melaksanakan
35 berbagai kegiatan sehingga merasa tertantang menyelesaikan tugas-
tugasnya secara kreatif. Dalam Depdiknas (2005), terdapat 5 tahap strategi
pembelajaran kreatif-produktif, yaitu:
a. Orientasi
Tahap ini diawali dengan orientasi untuk menyepakati tugas dan langkah
pembelajaran. Dalam hal ini guru mengomunikasikan tujuan, materi, waktu,
langkah-langkah pembelajaran, hasil akhir yang diharapkan dari siswa, serta
nilai yang diterapkan. Menurut Borich (1988) tahap orientasi sangat penting
dilakukan pada awal pembelajaran, karena dapat memberi arah dan petunjuk
bagi siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Dalam tahap

7
ini terjadi negosiasi antara siswa dan guru tentang aspek-aspek tersebut,
namun pada akhirnya diharapkan terjadi kesepakatan.
b. Eksplorasi
Dalam tahap ini, siswa melakukan eksplorasi terhadap masalah atau konsep
yang dikaji. Eksplorasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti
membaca, melakukan observasi, wawancara, melakukan percobaan, browsing
lewat internet dan sebagainya. Melalui kegiatan eksplorasi siswa akan
dirangsang memacu kegiatan belajar selanjutnya (Black, 2003).
c. Interpretasi
Dalam tahap ini hasil eksplorasi diinterpretasikan melalui kegiatan analisis,
diskusi, tanya jawab atau bahkan berupa percobaan kembali, jika memnag hal
itu diperlukan kembali. Tahap interpretasi sangat penting dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran karena melalui tahap interpretasi siswa didorong untuk
berpikir tingkat tinggi (analisis, sintesis dan evaluasi) sehingga terbiasa dalam
memecahkan masalah meninjau dari berbagai aspek (Brooks & Brooks, 1993).
Pada akhir tahap ini diharapkan semua siswa sudah memahami
konsep/topik/masalah yang dikaji.
d. Re-aksi
Dalam tahap ini siswa ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu yang
mencerminkan pemahamannya terhadap konsep/topik/masalah yang dikaji
menurut kreasinya masing-masing. Menurut Clegg & Berch (2001) pada
setiap akhir suatu pembelajaran, sebaiknya siswa dituntut untuk mampu
menghasilkan sesuatu sehingga apa yang telah dipelajarinya menjadi
bermakna, lebih-lebih untuk memecahkan masalah yang sering dijumpai pada
kehidupan sehari-hari. Hasil re-kreasi merupakan produk kreatif sehingga
dapat dipresentasikan, dipajang atau ditindaklanjuti,
e. Evaluasi
Evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran.
Selama proses pembelajaran evaluasi dilakukan dengan mengamati sikap dan
kemampuan berpikir siswa. Hal-hal yang dinilai selama proses pembelajaran
adalah kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi, kemampuan berpikir
kritis dan logis dalam memberikan pandangan/argumentasi, kemampuan untuk
bekerja sama dan memikul tanggung jawab bersama. Sedangkan evaluasi pada
akhir pembelajaran ada;ah evaluasi terhadap produk kreatif yang dihasilkan
siswa.

 Penerapan di Kelas
Secara Operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran
dapat dijabarkan sebagai berikut.

No. Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa


1. Orientasi Mengomunikasikan Menanggapi/mediskusikan
tujuan, materi, waktu, langkah-langkah
langkah-langkah pembelajaran, hasil yang
pembelajaran, hasil yang diharapkan dan penilaian.

8
diharapkan dan
penilaian,
2. Eksplorasi Fasilitator, motivator Membaca, melakukan
mengarahkan dan observasi, wawancara,
memberi bimbingan melakukan percobaan,
belajar. browsing lewat internet,
dan sebagainya.
3. Interpretasi Membimbing, fasilitator, Analisis, diskusi, tanya
mengarahkan. jawab atau berupa
percobaan kembali.
4. Re-kreasi Membimbing, Mengambil kesimpulan,
mengarahkan, memberi menghasilakn
dorongan, sesuatu/produk baru.
menumbuhkembangkan
daya cipta.
5. Evaluasi Melakukan evaluasi, Mendiskusikan hasil
memberi balikan. evaluasi.

(Wena,2009)

2. Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)


Menurut Thomas, dkk (1999) dalam Wena (2009) Pembelajaran berbasis
proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.
Kerja Proyek dapat dipandang sebagai bentuk open-ended contextual activity-
bases learning, dan merupakan bagian dari proses pembelajaran yang
memberi penekanan kuat pada pemecahan masalah sebagai suatu usaha
kolaboratif (Richmond & Striley, 1996).
Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada
petanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan menuntut siswa
untuk meancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan
kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerja secara mandiri (Thomas, dkk, 1999 dalam Wena, 2009).
Menurut Buck Institute for Education (1999) dalam Wena (2009), belajar
berbasis proyek memiliki karakteristik berikut.
a. Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja.
b. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya.
c. Siswa merancang proses untuk mencapai hasil.
d. Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi
yang dikumpulkan.
e. Siswa melakukan evaluasi secara kontinu.
f. Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan.
g. Hasil akhir serupa produk dan dievaluasi kualitasnya.
h. Kelas memiliki atmosfir yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan.

9
 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek
Menurut Thomas (2000) dalam Wena (2009), pembelajaran berbasis proyek
mempunyai beberapa prinsip, yaitu:
a. Prinsip Sentralis (centrality) menegaskan bahwa kerja proyek merupakan
esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran,
dimana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja
proyek. Dalam pembelajaran berbasis proyek, proyek adalah strategi
pembelajaran; siswa mengalami dan belajar konsep-konsep inti suatu disiplin
ilmu melalui proyek.
b. Prinsip Pertanyaan Pendorong/Penuntun (Driving Question) berarti bahwa
kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan” yang dapat
mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama
suatu bidang tertentu. Dalam hal ini, kerja sebagai external motivation yang
mampu mengunggah siswa (internal motivation) untuk menumbuhkan
kemandiriannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran (Clegg,2001)
c. Prinsip Investigasi Konstruktif (constructive investigation) merupakan
proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan
inkuriri, pembangunan konsep dan resolusi. Dalam investigasi memuat proses
perancangan, pembuatan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah,
discovery dan pembentukan model. Dalam hal ini guru harus mampu
merancang suatu kerja proyek yang mampu menumbuhkan rasa ingin
meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan maslah dan rasa ingin tahu yang
tinggi.
d. Prinsip Otonomi (Autonomy) dalam pembelajaran berbasis proyek dapat
diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakan proses
pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri bekerja dengan
minimal supervise dan bertanggung jawab. Dalam hal ini, guru berperan
sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya kemandirian
siswa.
e. Prinsip Realistis(Realism) berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang
nyata, bukan seperti di sekolah (Suhartadi, 2001). Pembelajaran berbasis
proyek harus dapat memberikan perasaan realistis kepada siswa, termasuk
dalam memilih topik, tugas dan peran konteks kerja, kolaborasi kerja, produk,
pelanggan, maupun standar produknya. Guru harus mampu menggunakan
dunia nyata sebagai sumber belajar bagi siswa. Kegiatan ini akan dapat
meningkatkan motivasi, kreativitas, sekaligus kemandirian siswa dalam
pembelajaran.

 Strategi pembelajaran berbasis proyek terdiri atas tiga tahap utama, yaitu :
1. Tahap perencanaan pembelajaran proyek merupakan tahap yang sangat
penting dalam setiap proses pembelajaran. Agar proses pembelajaran dapat
berlangsung secara optimal, maka langkah-langkahperencanaan dirancang
sebagai berikut :
a. Merumuskan tujuan pembelajaran atau proyek
b. Menganalisis karakteristik siswa

10
c. Merumuskan strategi pembelajaran
d. Membuat lembar kerja
e. Merancang kebutuhan sumber belajar
f. Merancang alat evaluasi
2. Tahap pelaksanaan pembelajaran proyek merupakan proses yang akan
memberikan pengalaman belajar yang kompleks. Agar proses pelaksanaan
praktik kejuruan dengan menggunakan strategi berbasis proyek ini dapat
berjalan dengan baik, ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan :
a. Mempersiapkan sumber belajar yang diperlukan
b. Menjelaskan tugas proyek dan gambar kerja
c. Mengelompokkan siswa sesuai dengan tugas masing-masing
d. Mengerjakan proyek
3. Tahap evaluasi pembelajaran proyek merupakan tahap yang paling
penting dalam pembelajaran strategi proyek yaitu agar guru dapat
mengetahui seberapa jauh tujuan pembelajaran praktik dapat tercapai.

3. Strategi Pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching)


Pembelajaran kuantum merupakan cara baru yang memudahkan proses
belajar, yang memadukan unsur seni dan pencapaian terarah, untuk segala
mata pelajaran. Pembelajaran kuantum adalah penggubahan belajar yang
meriah dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan, interaksi
dan perbedaan yang memasitikan momen belajar serta berfokus pada
hubungan dinamis dalam lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan
landasan dalam kerangka untuk belajar (DePorter, Hernacki, 2001 dalam
Wena, 2009)

 Asas Utama Pembelajaran Kuantum


Pembelajaran Kuantum bersandar pada suatu konsep, yaitu “bawalah
dunia siswa ke dunia guru, dan antarkan dunia guru ke dunia siswa”. Hal ini
berarti bahwa langkah pertama seorang guru dalam kegiatan PBM adalah
memahami atau memasuki dunia siswa, sebagai bagian kegiatan
pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengaitkan apa yang akan
diajarkan guru dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh
dari kehidupan rumah, social atletik, music, seni, rekreasi atau akademis
siswa (DePorter, Readon &Nourie, 2001). Setelah kaitan itu terbentuk, siswa
dapat dibawa ke dunia guru dan memberi siswa pemahaman tentang isi
pembelajaran (Wena, 2009).

 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kuantum


Menurut Deporter, Readon & Nourie (2001) dalam Wena (2009) model
pembelajaran ini memiliki lima prinsip, yaitu (1) segalanya berbicara, (2)

11
segalanya bertujuan, (3) pengalaman sebelum pemberian nama, (4) akui
setiap usaha, dan (5) jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan.
No Prinsip Penerapan di Kelas
1. Segalanya Berbicara: Guru dituntut untuk mampu merancang
segalanya dari lingkungan segala aspek yang ada di lingkungan
kelas hingga bahasa tubuh kelas maupun sekolah sebagai sumber
guru, dari kertas yang belajar bagi siswa
dibagikan hingga
rancangan pembelajaran,
semuanya mengirimkan
pesan tentang belajar
2. Segalanya Bertujuan: Dalam hal ini setiap kegiatan belajar
semuanya yang terjadi harus jelas tujuannya. Tujuan
dalam kegiatan PBM pembelajaran ini harus dijelaskan
mempunyai tujuan. kepada siswa
3. Pengalaman Sebelum Dalam mempelajari sesuatu harus
Pemberian Nama: proses dilakukan dengan cara memberi siswa
belajar paling baik terjadi tugas terlebih dahulu. Dalam hal ini
ketika siswa telah guru harus mampu merancang
mengalami informasi pembelajaran yang mendorong siswa
sebelum mereka untuk melakukan penelitian sendiri dan
memperoleh nama untuk berhasil menyimpulkan. Dalam hal ini
apa yang mereka pelajari. guru harus menciptakan simulasi
konsep agar siswa memperoleh
pengalaman
4. Akui Setiap Usaha: dalam Guru harus mampu memberi
setiap proses PBM siswa penghargaan/ pengakuan pada setiap
patut mendapatkan usaha siswa. Jika usaha siswa jelas
pengakuan atas prestasi salah, guru harus mampu memberi
dan kepercayaan dirinya pengakuan/ penghargaan walaupun
usaha siswa salah dan secara perlahan
membetulkan jawaban siswa yang salah
5. Jika Layak Dipelajari Dalam hal ini guru harus memiliki
Maka Layak Pula strategi untuk memberi umpan balik
Dirayakan: perayaan dapat posited yang dapat mendorong
memberikan umpan balik semangat belajar siswa
mengenai kemajuan dan
meningkatkan asosiasi
positif dengan belajar

 Model Pembelajaran Kuantum


Model pembelajaran kuantun dibagi atas dua kategori, yaitu konteks dan
isi (De Porter, Reardon & Nourie, 2001). Konteks meliputi (1) lingkungan,
(2) suasana, (3) landasan, dan (4) rancangan. Sedangkan isi mencakup
masalah penyajian dan fasilitas (yang mempermudah proses belajar).

12
No. Model Penerapan dalam PBM
Konteks
1. Lingkungan Hal ini terkait dengan penataan ruang kelas
sedemikian rupa sehingga mampu menumbuhkan
dan merangsang suasana belajar yang
menyenangkan dan kondusif dan memperhatikan
rasio jumlah siswa dengan luas ruangan belajar
yang harus seimbang. Apabila terlalu banyak siswa
dalam ruangan belajar akan sulit menciptakan
lingkungan belajar yang menyenangkan.
2. Suasana Hal ini terkait dengan penciptaan suasana batin
siswa saat belajar. Seorang guru harus mampu
menciptakan suasana kelas yang menyenangkan.
3. Landasan Kerangka belajar harus dibangun dan disepakati
bersama antara guru dengan siswa, mencakup
tujuan, prinsip, nilai-nilai, keyakinan kuat mengenai
belajar dan mengajar, serta kebijakan ataupun
peraturan kelas yang jelas (DePorter, Readon &
Nourie, 2001)
4. Rancangan Hal ini terkait dengan kemampuan guru untuk
mampu menumbuhkan dan meningkatkan minat
dan motivasi belajar siswa.

 Kerangka Rancangan Pembelajaran Kuantum


Pada dasarnya dalam pelaksanaan komponen rancangan pembelajaran
kuantum dikenal dengan singkatan “TANDUR” yang merupakan
kepanjangan dari: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi,
Rayakan (DePorter Readon & Nourie, 2001, dalam Wena, 2009).

No. Rancangan Penerapan dalam PBM


1. Tumbuhkan Pada awal kegiatan pembelajaran pengajar harus
berusaha menumbuhkan atau mengembangkan
minat siswa untuk belajar. Dengan tumbuhnya
minat belajar, siswa akan sadar manfaatnya
kegiatan pembelajaran bagi dirinya sendiri atau
bagi kehidupannya.
2. Alami Proses pembelajaran akan lebih bermakna jika
siswa mengalami secara langsung atau nyata
materi akan diajarkan. Pengalaman dapat
menciptakan ikatan emosional, menciptakan
peluang untuk pemberian makna, dan pengalaman
membangun keingintahuan siswa.
3. Namai Penamaan mampu memuaskan hasrat alami otak
untuk memberi identitas, mengurutkan dan
mendefinisikan. Mengajarkan konsep,
keterampilan berpikir dan strategi belajar.

13
4. Demonstrasikan Memberi peluang kepada siswa untuk
menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan
mereka ke dalam pembelajaran lain atau ke dalam
kehidupan mereka. Kegiatan ini dapat
meningkatkan hasil belajar siswa
5. Ulangi Proses ulangan dalam kegiatan pembelajaran dapat
memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa
tahu atau yakin terhadap kemampuan siswa.
Pengulangan harus dilakukan secara
multimodalitas dan multikecerdasan.
6. Rayakan Pemberian penghormatan pada siswa atas usaha,
ketekunan dan kesuksesannya. Hal ini dapat
memperkuat proses belajar selanjutnya.

C. STRATEGI PEMBELAJARAN SIKLUS, PEMBELAJARAN GENERATIF,


BELAJAR TUNTAS,DAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
1. Strategi Pembelajaran Siklus (Learning Cycle)
Pembelajaran siklus merupakan salah satu model pembelajaran dengan
pendekatan kontruktivis. Model pembelajarnan siklus pertama kali diperkenalkan
oleh Robert Karplus dalam Science Curicullum Improvement Study/SCIS. Siklus
belajar merupakan salah satu model pembelajarn dengan pendekatan kontruktivis
yang pada mulanya terdiri atas tiga hal. Yaitu :
1. Eksplorasi (exploration)
2. Pengenalan konsep(concept introduction) dan
3. Penerapan konsep (concept application)
Pada proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami tiga
pengembangan. Tiga siklus tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap
(Lorsbach,2002) yang terdiri atas tahap (a) pembangkitan minat (engagement),
(b)eksplorasi (exploration), (c)penjelasan (explanation). (d) elaborasi
(elaboration/extention) , (e) evaluasi (evaluation)

1. Tahap Pembelajaran
a. Pembangkitan Minat
Pada tahap ini, guru berusaha menbangkitkan dan mengembangkan
minat dan keingintahuan (curiosity) siswa tentang topic yang diajarkan. Hal
ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan dengan proses faktual
dalam kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topika
pembahasan). Dengan demikan siswa akan memberikan respons/jawaban,
kemudian jawaban siswa tersebut dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk
mengatahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan.
b. Eksplorasi

14
Pada tahap eksoplorasi dibentuk kelompok-kelompok kecil anatara 2-4
siswa, kemudian diberikan kesempatan untuk bekerja sama dalam
kelompok kecil anpa pembelajaran langsung dari guru. Dalam kelompok ini
siswa didorong untuk menguji hipotesis dan atau membuat hipotesis baru,
mencoba altenatif pemecahannya dengan teman sekelompok , melakukan
dan mencatat pengamatan serta ide idea tau pendapat yang berkembang
dalam diskusi. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilisator dan
motivator.
c. Penjelasan
Penjelasan merupakan tahap ketiga siklus belajar. Pada tahap
penjelasan, guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep
dengan kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas
penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antar siswa
atau guru. Dengan adanya diskusi tersebut, guru memberi definisi dan
penjelasan tentang konsep yang dibahas dengan memakai penjelasan siswa
terdahulu sebagai dasar diskusi.
d. Elaborasi
Pada tahap ini siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah
dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda. Dengan demikian
, siswa akan dapat belajar secara bermakna, karna telah dapat menerapkan/
mengaplikasikan konsep yang baru dipelajarinya dalam situasi baru.
e. Evaluasi
Pada tahap ini guru dapat mengamati pengetahuan dan pemahaman
saiwa dalam penarapan konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri
dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang
menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya.
Hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagia bahan evaluasi tentang
proses penerapan metode siklus belajar yang sedang diterapkan, apakah
sudah berjalan dengan sangat baik, cukup baik, atau masih kurang.
Demikian pula melalui evaluasi diri, siswa akan dapat mengetahui
kekurangan atau kemajuan dalam proses pembelajaran yang sudah
dilakukan.

2. Penerapan di Kelas
a. Tahap Pembangkitan Minat
Guru membangkitkan minat dan keingintahuan (curiosity) siswa dan
mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari
(yang berhubungan dengan topik bahasan). Siswa mengembangkan
minat/rasa ingin tahu terhadap topik bahasan dan memberikan respons
terhadap pertanyaan guru.

15
b. Tahap Eksplorasi
Guru membentuk kelompok, meberi kesempatan untuk bekerja sama
dalam kelompok kecil secara mandiri. Siswa membentuk kelompok dan
berusaha bekerja dalam kelompok.
c. Tahap Penjelasan
Guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat
mereka sendiri. Siswa mencoba memberi penjelasan terhadap konsep yang
ditemukan.
d. Tahap Elaborasi
Guru mengingatkan siswa pada penjelasan alternafi dan
mempertimbangkan data/bukti saat mereka mengekplirasi situasi baru..
Siswa menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan
menggunakan label dan definisi.
e. Tahap Evaluasi
Guru mengamati pengatahuan atau pemahaman siswa dalam hal
penerapan konsep baru. Siswa mengevaluasi belajarnya sendiri dengan
mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan
observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya.

2. Strategi Pembelajaran Generatif (Generative Learning)


Pembelajaran generative pertama kali diperkenalkan oleh Osborne dan
Kosgrove (dalam sutarman dan swasono,2003). Pembelajaran generative terdiri
atas empat tahap, yaitu
a. Pendahuluan atau disebut tahap eksplorasi
b. Pemfokusan
c. Tantangan atau tahap pengnalan konsep, dan
d. Penerapan konsep

1. Tahap Pembelajaran
a. Ekplorasi
Tahap pertama yaitu tahap eksplorasi yang disebut juga tahap
pendahuluan. Pada tahap ini guru membimbing siswa untuk melakukan
eksplorasi terhadap pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang diperoleh
dari pengalaman sehari-harinya atau diperoleh dari pembelajaran pada
tingkat kelas sebelumnya. Untuk mendorong siswa agar mampu melakukan
ekplorasi, guru dapat memberikan stimulasi berupa beberapa
aktivitas/tugas-tugas seperti melalui demonstrasi/penelusuran terhadap
sesatu permasalahan yang dapat menunjukan data dan fakta yang terkait
dengan konsepsi yang akan dipelajari.
b. Pemfokusan

16
Tahap pemfokusan atau tahap pegenalan konsep atau intervensi. Pada
tahap ini siswa melakukan pengujian hipotesis melalui kegiatan
laboratorium atau dalam model pembelajaran yang lain. Pada tahap ini guru
bertugas sebagai fasilisator yang menyangkit kebutuhan sumber, member
bimbingan dan arahan dengan demikian para siswa dapat melakukan proses
sains.
c. Tantangan
Tahap tantangan disebut juga tahap pengenalan konsep. Setelah siswa
memperoleh data selanjutnya menyimpulkan dan menulis dalam lembar
kerja. Para siswa diminta mempersentasikan temuanya melalui diskusi
kelas. Melalui diskusi kelas akan terjadi proses tukar pengalaman diantara
siswa. Dalam tahap ini siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik,
berdebat, menghargai pendapat teman dan menghargai adanya perbedaan di
antara pendapat teman. Pada saat diskusi, guru berperan sebagai moderator
dan fasilitator agar jalannya diskusi dapat terarah.
d. Penerapan
Pada tahap ini, siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan
menggunakan konsep barunya atau konsep benar dalam situasi baru yang
berkaitan dengan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pemberian
tugas rumah atau tugas proyek yang dikerjakan siswa di luar jam pertemuan
merupakan bentuk penerapan yang baik untuk dilakukan (Sutarman dan
Swasono, 2003).

2. Penerapan Dikelas
a. Pendahuluan
Guru memberikan aktivitas melalui demonstrasi/contoh-contoh yang
dapat merangsang siswa untuk melakukan eksplorasi. Siswa
mengeksplorasi pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang diperoleh dari
pengalaman sehari-hari atau diperoleh dari pembelajaran pada tingkat
kelas sebelumnya.
b. Pemfokusan
Guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk menetaokan konteks
permasalahan berkaitan dengan ide siswa yang kemudian dilakukan
pengujian. Siswa menetapkan konteks permasalahan, memahami,
mencermati permasalahn sehingga siswa menjadi familier terhadap bahan
yang digunakan untuk mengeksplorasi konsep.
c. Tantangan
Guru mengarahkan dan memfasilitasi agar terjadi pertukaran ide antar
siswa. Menjamin semua ide siswa dipertimbangkan dan membuka diskusi
mengusulkan melakukan demonstrasi jika diperlukan.
d. Aplikasi

17
Guru membimbing siswa merumuskan permasalahan yang sangat sederhana.
Dan membawa siswa mengklarifikasi ide baru. Siswa menyelesaikan problem
prakti dengan menggunakan konsep dalam situasi yang baru dan menearapka
konsep yang baru dipelajari dalam berbagai konteks yang berbeda.

3. Belajar Tuntas (Mastery Learning)


Model pembelajaran ini dikembangkan oleh John B.Caroll (1971) dan
Benjamin Bloom (1971). Belajar tuntas menyajikan suatu cara yang menarik dan
ringkas untuk meningkatkan unjuk kerja siswa ketingkat pencapaian sesuatu pokok
bahasan yang lebih memuaskan (Joice and Weil, 1995).
1. Tahap Pembelajaran
a. Orientasi
Pada tahap ini dilakukan penetapan suatu kerangka isi pembelajaran.
Selama tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, tugas-tugas yang
akan dikerjakan dan mengembangkan tanggung jawab siswa.
b. Penyajian
pada tahap ini guru menjelaskan konsep-konsep atau ketterampilan baru
disertai dengan contoh-contoh. Penggunaan media pembelajaran baik visual
maupun audio visual sangat disarankan dalam mengajarkan konsep atau
keterampilan baru. Dalam tahap ini perlu diadakan evaluasi seberapa jauh
siswa telah paham dengan konsep atau keterampilan baru yang baru
diajarkan. Dengan demikan, siswa tidak akan mengalami kesulitan pada
tahap latihan berikutnya.
c. Latihan Terstruktur
Dalam tahap ini guru member siswa paraktik penyelesaian masalah,
berupah langkah-langkah penting secara bertahap dalam penyelesaian
sesuatu masalah/tugas
d. Latihan Terbimbing
Pada tahap ini guru memberi kesempatan pada siswa untuk latuhan
menyelesaikan sesuatu permasalahan, tetapi masih dibawah bimbingan.
Dalam tahap ini guru member beberapa tugas/permasalahan yang harus
dikerjakan siswa, namun tetap diberi bimbingan dalam menyelesaikanya.
e. Latihan Mandiri
Tahap latihan mandiri merupakan inti dari strategi ini. Latihan mandiri
dilakukan apabila siswa telah mencapai sekor unjuk kerja antara 85 % - 90%
dalam tahap latihan terbimbing. Peran guru dalam tahap ini adalah menilai
hassil kerja siswa setelah selesai mengerjakan tugas secara tuntas. Jika perlu
atau masih ada keslahan, guru perlu memberi umpan balik . perlu diberikan
beberapa tugas untuk diselesaikan oleh siswa sehingga dapat
memprtahankan daya ingat siswa.

18
2. Penerapan di Kelas
a. Orientasi
Guru menetapkan isi pembelajaran dan meninjau ulang pembelajaran
sebelumnya. Siswa bertanya tentang isi pembelajaran dan mengingat
kembali pembelajaran sebelumnya.
b. Penyajian
Guru menjelaskan/memeragakan konsep/keterampilan baru. Siswa
memerhatikan dan bertanya.
c. Latihan Terstruktur
Guru memberikan contoh langkah-langkah penting dalam
menyelesaikan tugas/soal. Siswa memerhatikan, bertanya maupun
mendiskusikannya.
d. Latihan Terbimbing
Guru memberikan tugas dan mengawasi semua siswa secara merata.
Siswa mengerjakan tugas dengan semi bimbingan.
e. Latihan Mandiri
Guru memberikan tugas, memeriksa dan jika perlu memberikan umpan
balik atas hasil kerja siswa. Siswa mengerjakan tugas di kelas/ di rumah
secara mandiri dan mencermati umpan balik dari guru, jika ada hal yang
belum jelas bertanya lagi pada guru.

A. PEMBELAJARAN KOOPERATIF (KOOPERATIF LEARNING)


1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
kelompok yang memiliki aturan aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran
kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan dan saling mengajar
sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran ini siswa
pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa
yang kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenagkan
karena banyak yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya
terbiasa pasif setelah mengunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa
berpartisipassi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.

2. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif


Ada berbagai elemen-elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam
pembelajaran kooperatif yaitu:
a. Saling ketergantungan positif
Dalam sistem pembelajran kooperatif, guru dituntut untuk mampu
menciptakan suasana belajar yang mendorong agar siswa merasa saling
membutuhkan. Siswa yang satu membutuhkan siswa yang lain, demikian
pula sebaliknya. Hubungan yang saling membutuhkan antara siswa satu

19
dengan siswa yang lain inilah yang disebut dengan saling ketergantungan
positif. Suasana saling ketergantungan tersebut dapat diciptakan melalui
berbagai strategi, yaitu sebagai berikut.
1) Saling ketergantungan dalam pencapaian tujuan
2) Saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas
3) Saling ketergantungan bahan atau sumber belajar
4) Saling ketergantungan peran
5) Saling ketergantungan hadiah
b. Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok saling
bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya
dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa (Nurhadi & Senduk, 2003).
Jadi dalam hal ini, semua anggota kelompok berinteraksi saling berhadapan,
dengan menerapkan keterampilan bekerja sama untuk menjalin hubungan
sesama anggota kelompok.
c. Akuntabilitas individual
Untuk mencapai tujuan kelompok (hasil belajar kelompok), setiap
siswa (individu) harus bertanggung jawab terhadap penguasaan materi
pembelajarn secara maksimal, karena hasil belajar kelompok didasari atas
rata-rata nilai anggota kelompok.
d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi.
Pembelajaran kooperatif dituntut untuk membimbing siswa agar dapat
berkolaborasi, bekerja sama dan bersosialisasi antara anggota kelompok.
Dengan demikian, dalam pembelajaran kooperatif, keterampilan sosial
seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan
bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis dan
sebagainya.

3. Beberapa Model Pembelajaran Kooperatif


a. Model STAD (Student Teams Achievement Division)
Pembelajaran kooperatif model STAD dikembangkan oleh Robert
Slavin dari Universitas John Hopkins USA.
b. Model Jigsaw
Pembelajaran kooperatif model jigsaw dikembangkan oleh Elliot
Aronso dari Universitas Texas USA.
c. Model GI (Group Investigation)
Pembentukan kelompok dalam model pembelajaran ini didasari atas
minat anggotanya. Pembelajaran dengan metode GI menuntu melibatkan
siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk
mempelajari melalui investigasi (Nurhadi, Yasin dan Senduk, 2004).

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dalam program pendidikan pada sekolah kejuruan pada dasarnya
pembelajaran taktik kejuruan meliputi tiga tahap, yaitu: pembelajaran
praktik dasar kejuruan yang umumnya dilakukan sekolah; praktik
keterampilan kejuruan dengan strategi proyek, yang umumnya dilaksanakan
di sekolah; pembelajaran praktik keterampilan kejuruan dengan strategi
praktik industry yang harus dilakkan di industry/dunia kerja.
2. Strategi pembelajaran pelatihan industri terdiri atas 5 tahap kegiatan
pembelajaran, yaitu: (1) tahap persiapam; (2) tahap peragaan; (3) tahap
peniruan; (4) tahap praktik; (5) tahap evaluasi.
3. Sama prinsipnya seperti pembelajaran pada umumnya, strategi
pembelajaran berbasis proyek terdiri atas 3 tahap utama, yaitu: perencanaan
pembelajaran proyek; pelaksanaan pembelajaran proyek; evaluasi
pembelajaran proyek.
4. Secara umum model pembelajaranpelatihan memiliki lima komponen,
yaitu: penyampaian tujuan;penjelasan meteri pendukung; pendemonstrasian
untuk kerja; latihan;latihan pengalihan;kajian industry
5. Strategi pembelajaran latihan laboratorium memiliki empat prosedur, yaitu:
pengelompokan; penyajian teori;latihan’ latihan pada masalah nyata.
6. Pembelajaran kreatif dan produktif adalah model yang dikembangkan
dengan mengacu kepada berbagai pendekatan pembelajaran yang
diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar
7. Karakteristik strategi pembelajaran kreatif-produktif antara lain sebagai
berikut: Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam
pembelajaran; Siswa didorong untuk menemukan/mengontruksi sendiri
konsep yang sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan
berbagai cara seperti observasi, diskusi atau percobaan; Siswa diberi
kesempatan untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas bersama; Pada

21
dasarnya untuk menjadi kreatif seseorang harus bekerja keras, berdedikasi
tinggi, antusisas, serta percaya diri.
8. Strategi pembelajaran kreatif produktif terdapat 5 tahap, yaitu:
orientasi;eksplorasi; interpretasi; re-kreasi; evaluasi.
9. Pembelajaran berbasis proyek mempunyai beberapa prinsip, yaitu:
sentralistis; pertanyaan pendorong/penuntun; investigasi konstruktif;
otonomi; realistis.
10. Belajar berbasis proyek memiliki karakteristik berikut:
a. Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja.
b. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya.
c. Siswa merancang proses untuk mencapai hasil.
d. Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi
yang dikumpulkan.
e. Siswa melakukan evaluasi secara kontinu.
f. Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan.
g. Hasil akhir serupa produk dan dievaluasi kualitasnya.
h. Kelas memiliki atmosfir yang memberi toleransi kesalahan dan
perubahan.
11. Model pembelajaran Kuantum memiliki lima prinsip, yaitu (1) segalanya
berbicara, (2) segalanya bertujuan, (3) pengalaman sebelum pemberian
nama, (4) akui setiap usaha, dan (5) jika layak dipelajari maka layak pula
dirayakan.
12. Siklus belajar merupakan salah satu model pembelajarn dengan pendekatan
kontruktivis yang pada mulanya terdiri atas tiga hal, yaitu : Eksplorasi
(exploration); Pengenalan konsep(concept introduction); dan Penerapan
konsep (concept application).
13. Tiga siklus tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap yang terdiri
atas tahap (a) pembangkitan minat (engagement), (b)eksplorasi
(exploration), (c)penjelasan (explanation). (d) elaborasi
(elaboration/extention) , (e) evaluasi (evaluation).
14. Pembelajaran generative terdiri atas empat tahap, yaitu: Pendahuluan atau
disebut tahap eksplorasi; Pemfokusan; Tantangan atau tahap pengnalan
konsep; dan Penerapan konsep.
15. Belajar Tuntas memiliki beberapa tahap, yaitu: orientasi; penyajian; latihan
terstruktur; latihan terbimbing; latihan mandiri.
16. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
kelompok yang memiliki aturan aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran
kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan dan saling
mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.

22
17. Beberapa Model Pembelajaran Kooperatif
a. Model STAD (Student Teams Achievement Division)
b. Model Jigsaw
c. Model GI (Group Investigation)

B. Saran

Setelah membaca makalah ini, penulis berharap pembaca dapat lebih


memahami tentang strategi pembelajaran inovatif kontemporer yang
merupakan suatu tinjauan konseptual opersional terutama dalam kaitannya
dengan strategi pembelajaran bagi anak sekolah dasar.

23
DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta


Prijosaksono

Joyce, B & Weil, M. 1986. Methods of Teaching. Englewood Cliffs:Prentice-Hall,


Inc.
Made Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta:Bumi
Aksara.
Nolker, H. dan Schoenfeldt,E. 1983. Pendidikan Kejuruan : Pembelajaran,
Kurikulum dan Perencanaan. Jakarta:Gramedia.

24
25

Anda mungkin juga menyukai