Anda di halaman 1dari 10

HAMSTRING STRAIN INJURIES

1. Pengantar
Hamstring strain injuries (HIS) adalah cidera yang paling umum pada sepak bola Australia,
sepak bola Amerika,rugby union,Pemain sepak bola, dan pelari. HIS dikarakteristikan
sebagai pain akut pada paha posterior dengan gangguan fiber otot hamstring. Kisaran
keparahan HIS dilihat dari seberapa besar keparahan robekan dan hilangnya fungsi (grade
satu) sampai dengan rupture total pada otot Hamstring. Bicep Femoris (BF) adalah bagian
otot Hamstring yang sering terkena injurie bersama muscle tendon junction serta serat otot
yang berada di sekitarnya menjadi tempat gangguan yang paling umum.

Dalam banyak kasus, HSI menyebabkan kehilangan banyak waktu dalam pelatihan
dan kompetisi yang mengakibatkan kerugian finansial dan menurunkan performa atlet.
Cedera dapat mengeluarkan biaya lebih dari $74,4m pada klub liga inggris selama musim
1999-2000. Perkiraan serupa yang dibuat oleh penulis untuk klub sepakbola Australia
menunjukkan bahwa HSI dapat mengeluarkan biaya sekitar AUD$1,5m pada musim 2009,
yang termasuk 1,2% dari gaji di liga sepakbola Australia. Setelah itu, performa pemain
berkurang secara signifikan setelah mengalami HSI di liga sepakbola Australia.
Data epidemiologi dari football, sepak bola, dan rugby Australia yang didapatkan
dalam beberapa tahun menunjukkan bahwa tingkat insiden HSI belum menurun dalam
beberapa dekade terakhir. Hal ini sangat mengkhawatirkan melihat HSI mendapat banyak
perhatian dalam literatur. Selain itu, injury yang lain, seperti sprain ankle pada pemain
sepak bola dan PCL injury pada pemain football Australia, telah menunjukkan penurunan
tingkat insiden setelah penerapan langkah-langkah pencegahan yang efektif. Kurangnya
penurunan insiden HSI menunjukkan bahwa praktek untuk mencegah HSI perlu penelitian
lebih lanjut. Sejumlah faktor risiko HSI telah diidentifikasi, peran potensial sistem saraf
dalam etiologi strain injury telah diabaikan. Selain itu, etiologi HSI bersifat kompleks dan
multifaktoral, faktor-faktor ini sering dianggap terpisah. Review ini membahas penyebab
dan faktor risiko yang diteorikan terkait dengan HSI, juga untuk lebih memahami
bagaimana faktor-faktor ini dapat saling terkait, serta mempertimbangkan dampak dari
program intervensi pada variabel-variabel ini.

2. Literatur Search
Artikel ini ditinjau melalui pencarian MEDLINE dan SPORT Discus antara tahun 1966
dan April 2011. Kata kunci berikut dicari dalam kombinasi: hamstring, fleksor lutut,
ketegangan otot, muscle strain, cedera, mekanisme, faktor risiko dan pencegahan. Dari
abstrak, artikel ini dimasukkan untuk ditinjau jika terkait dengan insiden cedera hamstring,
penyebab, analisis faktor risiko atau pencegahan. Salinan teks lengkap yang dipilih dari
artikel kemudian sumber dan daftar referensi artikel ini dicari sendiri untuk
mengidentifikasi artikel potensial lainnya.
3. Tingkat Kejadian Hamstring Strain Injury dan Tingkat Kekambuhan

Satu kelompok telah melaporkan bahwa Hamstring Strain Injury (HSI) bertanggung
jawab atas 26% dari semua cedera yang sebagian besar terjadi pada pelari. Pengamatan
dari Australian football and soccer menunjukkan bahwa HSI bertanggung jawab atas 13-
15% (football) dan 12-14% (soccer). Angka ini dapat dibandingkan dengan laporan dari
American football training camp (12%) dan rugby union training (15%). Hsi juga menjadi
penyebab hilangnya waktu bermain di Australian footbal dan merupakan jenis cedera yang
menyebabkan absen berkepanjangan (>28 hari) dari latihan dan bermain sepak bola.
Bila dibandingkan dengan data sebelumnya dari Australian football, rugby union, and
soccer, menunjukkan bahwa HSI cenderung meningkat selama 2 dekade terakhir.
Selanjutnya data dari Laporan Cedera Tahunan Liga Sepak Bola Australia menunjukkan
tren yang meningkat dalam HSI selama 7 musim.
Selain tingkat kejadian yang tinggi dan kehilangan waktu yang signifikan, HSI juga
menunjukkan tingkat kekambuhan yang tinggi. Lebih dari 13 musim pengamatan, 27%
kasus HSI di Liga Sepak Bola Australia adalah akibat kekambuhan cedera HSI
sebelumnya. Tingkat kekambuhan HSI juga sama tinggi seperti yang dilaporkan seperti
American Football (32%), rugby union (21%), dan soccer (16%).

4. Fungsi Hamstring Untuk Berlari dan Potensi Untuk Terkena Cedera Strain
Walaupun menendang, mengatasi, memotong, dan kecepatan peregangan diperlambat
dapat mengakibatkan HSI, menjalankan akun untuk mayoritas HSIs dalam sepak bola dan
ruby union, yang memberikan tuntutan untuk berlari penyebab terbesar HSIs.
Studi biomekanika tentang berlari telah menemukan jika hamtring aktif untuk seluruh
siklus berjalan dengan puncak dalam aktivasi selama ayunan terminal dan fase awal sikap.
selama fase swing termial hamstring diharuskan untuk berkontraksi dengan kuat sementara
pemanjangan untuk memperlambat lutut yang membentang dan melenturkan pinggul. Hal
ini juga dalam ayunan terminal jika hamstring mencapai panjang maksimum mereka. Dari
tiga otot hamstring biarticular, kepala panjang biceps femoris(BFL) mengalami peregangan
terbesar, mencapai hampir 110% dari panjang di tegak berdiri selama ayunan terminal
sementara semimembranosus (SM) dan semitendinosus (ST) mencapai 107,5% dan
108,2% masing-masing. Sebaliknya, torsi maksimum untuk extensi hip dan flexi knee
ditemukan terjadi selama kontak tanah di overground berlari.Selama fase ini hamstring
bertindak terutama konsentris untuk memperpanjang pinggul, namun telah dilaporkan
bahwa kontraksi eksentrik dari hamstring terjadi selama fase sikap akhir dari overground
berlari.
Kehadiran kekuatan tinggi kontraksi eksentrik selama fase sikap dan ayunan
mungkin memberikan kontribusi pada tingginya tingkat HSIs selama kecepatan maksimal
berlari. fase terminal ayunan dianggap yang paling berbahaya karena otot-tendon
hamstring berada pada posisi terpanjang dari siklus berjalan dan yang paling banyak
diaktifkan. kecurigaan ini telah didukung oleh dua obsevations kebetulan independen HSIs
akut selama biomekanik studi berlari, waktu yang konsisten dengan penghinaan yang
terjadi di terminal ayunan. Sementara fase sikap adalah periode yang lain mungkin
kerentanan terhadap HSI, karena ekstensi hip tinggi dan lutut fleksi torsi, melibatkan
banyak panjang hamstring yang lebih pendek dibandingkan dengan ayunan terminal.

5. Causes of HSIs

Selain cidera, reganan paha belakang juga dipengaruhi oleh tendinopathy, dan
cedera terkait yang disebut nyeri paha posterior. Cidera ini ditampilkan sebagai etiologi
karakteristik dengan demikian penyebabnya bervariasi. Tujuan pada bab ini fokus pada
HSI salama berjalan.
Ada beberapa perdebatan mengenai apakah ketegangan otot atau besarnya gaya
eksentrik adalah faktor penyebab cidera ketegangan otot. Pengamatan dari in-situ
menyarankan bahwa besarnya ketegangan otot adalah faktor penentu utama dalam
terjadinya cedera regangan. Banyak peneliti juga menyarankan bahwa in-vivo cedera
regangan otot berhubungan dengan kekuatan tinggi kontraksi eksentrik, dimana
pemanjangan pada otot melampaui batas mekanik jaringan. Pengamatan biomekanik
menunjukkan bahwa kontraksi eksentrik adalah kondisi yang diperlukan untuk HSI selama
menjalankan, dan klaim ini diperkuat dengan kurangnya cedera regangan di olahraga
konsentris(berenang dan bersepeda).
Hamstring strain biasanya terjadi akibat kerusakannya akumulasi otot mikroskopis
yg disebabkan dalam suatu peristiwa yang melebihi batas mekanik otot
Kerusakan sarkomer akibat dari pemanjangan yang tidak terkendali disebut sarcomere
popping dan diusulkan untuk menjadi langkah pertama terjadinya kerusakan otot
macroscopic otot seperti cidera regangan
Hipotesis Morgan tidak diterima secara universal. Dimana telah dikritik karena didasarkan
pada studi peregangan myofibril tunggal yang dilakukan secara in-vitro dan in-situ yang
melibatkan serat strain tidak dianggap dalam rentang fisiologis.
Butterfeld juga berpendapat bahwa harapan sarkomer tidak stabil memanjang pada
tungkai kurva length-tension cacat menngingat bahwa kurva lenth-tension ditentukan oleh
kondisi isometric, sementara pemanjangan otot terjadi selama kontraksi eksentrik dinamis.
Memang, ada bukti stabilitasinheren dari kurva length-tension selama pemanjangan
kontraksi yang dianggap disebabkan oleh karakteristik fisiologis titin. Bukti lebih lanjut,
juga membantah pernyataan bahwa sarkomer lebih lama panjang akan memanjang tak
terkendali ketika kontraksi eksentrik.
Pemahaman tentang HIS menunjukkan bahwa tingkat kekuatan eksentrik yang
tinggi dan ketegangan otot terlibat dalam etiologi cedera regangan, namun tidak jelas
apakah akumulasi kerusakan otot mikroskopis atau adanya cedera tunggal yang merugikan
biasanya bertanggung jawab atas cedera. Mungkin salah satu factor-faktor ini penyebab
utama HIS tergantung pada jenis aktivitas yang merugikan. Misalnya, strain otot mungkin
merupakan mekanisme utama dalam penyebab terjadinya HIS, sedangkan kontraksi
eksentrik yang kuat menjadi mekanisme utama dalam menjalankan HIS.

6. Anatomical Factors that Predispose Hamstrings to Strain Injury

Sifat biarticular didominasi dari hamstring memungkinkan untuk perpanjangan


simultan di pinggul dan fleksi di lutut selama konsentris kontraksi dan pemanjangan yang
signifikan selama fleksi pinggul dan ekstensi lutut bersamaan, seperti yang terlihat dalam
berlari dan menendang. Perpanjangan otot seperti itu dianggap mempengaruhi paha
belakang untuk strain injury karena pemanjangan mungkin melebihi batas mekanik otot
atau mengarah ke akumulasi kerusakan otot mikroskopis.

7. Faktor risiko untuk cedera regangan hamstring


Sejumlah faktor risiko yang tidak dapat diubah dan dapat berubah telah diusulkan
untuk HSI, termasuk, Namun tidak terbatas pada, bertambahnya usia, [6, 15-16, 20, 73,
78-80] cedera sebelumnya, [6, 20, 73, 79-80] etnis, [9, 15, 20]ketidakseimbangan
kekuatan, [5, 32, 81-88] ekstrem fleksibilitas [77, 89-93] dan kelelahan. [32, 50, 94-95]
Ini Rincian studi yang prospektif yang telah diidentifikasi tidak dapat diubah dan dapat
faktor yang meningkatkan risiko seorang atlet yang mempertahankan HSI. Selain itu,
kedua intervensi dan uji coba terkontrol acak (RCT) yang bertujuan untuk mencegah
HSI Diperiksa memberikan pemahaman yang mendalam tentang faktor kausatif yang
dapat diubah bertanggung jawab untuk HSI.
7.2. Faktor resiko dapat berubah
7.2.1. Ketidakseimbangan kekuatan
Ketidakseimbangan kekuatan dari grup otot hamstring menjadi dugaan atas
penyebab HSI. Pada review ini menjelaskan bahwa ketidakseimbangan kekuatan otot dapat
mengakibatkan knee flexor weakness, kekuatan bilateral knee yang asimetris dan
rendahnya rasio dari knee flexor ke kekuatan knee extensor, atau dikenal sebagai hamstring
ke quadriceps atau H:Q rasio.
7.2.1.1. Kekuatan
Data eksperimen yang didapatkan dari model hewan telah menunjukkan bahwa otot
dapat sepenuhnya terangsang dan dapat menahan jumlah stress yang lebih besar dari
sebelum stretch-diinduksi dibandingkan dengan sebagian otot yang diaktifkan. Para
penulis menyatakan bahwa otot yang lebih kuat akan memberikan lebih besar perlindungan
dari cedera regangan dan kelemahan otot yang dapat menjadi resiko untuk cedera otot,
namun bukti yang mengaitkan kelemahan hamstring pada HSI pada manusia masih
bermacam-macam. Sementara itu ada satu studi prospektif yang telah menemukan bahwa
pemain bola Australia yang terluka menunjukkan kelemahan dari torsi konsentrik
hamstring pada pra masa uji isokinetik. Temuan ini tidak direplikasikan dalam jumalh yang
lebih besar tetapi sebaliknya mirip pada studi setahun kemudian. Data prospektif pada
pelari mendukung temuan Orchard dan rekan sebagai isometric knee flexion stretch yang
relative pada berat badan secara signifikan lebih rendah pada anggota tubuh yang terluka.
7.2.1.2. Asimetri bilateral
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa antara kekuatan hamstring yang asimetris
lebih besar dari 10% adalah faktor resiko dari cidera hamstring pada pemain bola di
Amerika dan juga pada atlet lapangan. Kemudian, ditemukan asimetris bilateral pada
pemain bola Australia sebanyak 8% atau lebih memiliki peningkatan resiko HSI, sementara
pemain sepak bola dengan asimetri ditemukan lebih dari 15% dapat meningkatkan resiko.
Sementara beberapa literature sampai saat ini tidak sepakat, sejumlah studi telah
mengidentifikasi bahwa hamstring asimetris bilateral mengarah pada peningkatan resiko
HSI dalam jumlah kohort atletik. Eksplorasi lebih lanjut terkait ketidakseimbangan antara
paha belakang dan otot-otot lainnya dari hip joint dibenarkan karena hal ini dapat
berdampak pada pembebanan hamstring terutama saat fase swing berjalan. Setiap
perubahan dalam biomekanika berjalan terkait dengan kekuatan hamstring asimetri juga
harus dieksplorasi untuk menentukan apakah pembebanan hamstring terpengaruh akibat
dari ketidakseimbangan.
7.2.1.3. Hamstring : Quadriceps strength rasio
Banyak dari studi ini terbatas karena ukuran sampel yang kecil, mereka yang
membuat penelitian untuk mendeteksi asosiai kecil antara H:Q dan resiko HSI yang sulit.
Studi yang paling kuat untuk memiliki dan meneliti hubungan antara H:Q rasio dan HSI
(n=462) menemukan bahwa tidak ada koreksi ketidakseimbangan kekuatan pada pemain
bola, yang termasuk H:Qconv bawah 0,45-0,47 dan H:Qfunc bawah 0,80-0,89 dikaitkan
dengan frekuensi secara signifikan lebih besar dari HIS dibandingkan dengan atlet tanpa
kekuatan ketidakseimbangan. Selanjutnya, koreksi kertidakseimbangan kekuatan,
termasuk normalisasi H:Q rasio, menyebabkan penurunan yang signifikan dalam frekuensi
HSI. Temuan ini memberikan bukti terkuat bahwa H:Q rasio yang seimbang dapat
melindungi atlet dari resiko HSI.
7.2.1.4 Sudut fleksi knee
Atlet yang memiliki sudut lutut yang lebih besar pada posisi fleksi knee konsentris
(atlet yang memiliki panjang otot lebih pendek) biasanya sangat rentan mengalami HSI
dikarenakan otot-otot yang pendek sangat rentan akan cidera ketika terjadinya gerakan
berlebih. Pada Atlet dengan riwayat cedera hamstring unilateral juga memiliki resiko tinggi
terkena HSI, Namun saat ini para peneliti belum menemukan apakah benar ada
hubungannya besaran sudut fleksi knee dengan HSI. Dalam artian, teori ini belum bisa
dibuktikan.

7.2.2 Fleksibilitas
Latihan fleksibilitas dinilai efektif untuk pencegahan cedera lutut pada atlet
meskipun belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan hal ini. Fleksibilitas yang lebih
besar dinilai dapat mencegah cidera lutut pada atlet dikarenakan otot dan tendon dapat
menyerap energi yang lebih besar dalam berolahraga sehingga lebih dapat mengontrol
pergerakan pada lutut. Studi prosfektif yang dilakukan di Australia pada pemain bola dan
pelari membuktikan bahwa latihan fleksibilitas sangat efektif mengurangi cidera lutut
karena didapati hasil pertahanan lutut lebih stabil daripada yang tidak melakukan latihan
fleksibilitas saat berolahraga.
7.2.3 Kelelahan
Kelelahan sering disebut juga sebagai faktor dari beberapa cidera lutut pada atlet.
Dikarenakan saat otot pengal kelelahan, otot hanya memiliki sedikit energy untuk
pergerakan lutut yang lebih besar dan otot tidak dapat menerima tekanan besar dari
pergerakan luar yang dilakukanatletsaatberolahraga. Dalam eksperimen yang dilakukan
para peneliti, sesuai dengan fungsi otot manusia, otot yang mengalami kelelahan juga akan
mengalami ketegangan otot saat berolahraga yang menyebabkan banyaknya cidera otot
yang diakibatkan oleh kelelahan otot. Studi juga membuktikan bahwa otot yang
kelalahanhanya dapat menyerap sedikit energi saat dilakukan stimulasi listrik.
7. 3 Mengatasi faktor risiko untuk mengurangi risiko cedera hamstring
7.3.1 latihan kekuatan Eksentrik
Latihan Hamstring Nordic
Dua RCT dan satu studi intervensi telah meneliti manfaat Nordic Latihan hamstring
(NHE) pada tingkat HSI. NHE adalah latihan berat badan yang membutuhkan atlet untuk
mulai dalam posisi berlutut dan untuk secara bertahap menurunkan tubuh bagian atas
mereka terhadap tanah dengan memperluas di lutut sementara tertular fleksor lutut
eksentrik untuk memperlambat keturunan. Selama latihan pergelangan kaki atlet biasanya
ditekan oleh pasangan. NHE telah terbukti meningkatkan eksentrik hamstring torsi dan
menggeser T-JA. Pelaksanaan NHE gagal mengurangi tingkat HSI di kohort Australia
pemain amatir dan pemain sepak bola professional. namun sesuai dengan keduaprogram
intervensi adalah sangat rendah. Engebretsen dan rekan juga melaporkan bahwa hanya
21% dari pemain dilakukan 20 atau lebih dari 30 sesi yang direncanakan NHEs. Selain itu,
penggunaan volume yang sangat tinggi danfrekuensi rendah (sekali per dua sampai tiga
minggu) pelatihan hamstring di salah satu Intervensi tidak konsisten dengan praktik
pendingin konvensional. Sebaliknya, tim sepak bola elit yang memilih untuk melaksanakan
NHE sebagai bagian dari pra-musim mereka dan di musim program pengkondisian
ditampilkan pengurangan dalam HSI dibandingkan dengan tim yang tidak.
Pelatihan Flywheel
Pelatihan pada ergometer roda gila, yang dirancang untuk meningkatkan jumlah
eksentrik torsi diperlukan selama kinerja ikal kaki berbohong, telah dilaporkan untuk
meningkatkan kekuatan hamstring eksentrik dan mengurangi tingkat HSI.
Pertimbangan untuk seleksi latihan
Saat ini literatur yang berkaitan dengan manfaat dari latihan kekuatan eksentrik
pada pengurangan Insiden HSI tidak meyakinkan. Sementara sejumlah faktor, termasuk
kurangnya kepatuhan untuk intervensi latihan kekuatan eksentrik, dapat berkontribusi
untuk ini, seleksi latihan mungkin juga menjadi faktor.
7.3.2 Kekuatan koreksi ketidakseimbangan
Sebuah penelitian kohort skala besar (n = 462) kekuatan hamstring isokinetic di pemain
sepak bola elit menemukan bahwa koreksi defisit kekuatan (baik asimetri konsentris atau
eksentrik atau rendah H: rasio Q) menyebabkan tingkat yang sama HSI dibandingkan
dengan atlet tanpa defisit kekuatan. Peserta yang memiliki defisit kekuatan tetapi tidak
menjalani rehabilitasi isokinetic atau yang melakukan menjalani rehabilitasi isokinetic
tetapi tidak melakukan pengujian pasca-intervensi menunjukkan tingkat signifikan lebih
tinggi dari HSI.
7.3.3 Fleksibilitas pelatihan
Sebuah studi intervensi yang dilakukan pada pemain sepak bola elit menemukan
bahwa kontrak diresepkan bersantai protokol pelatihan fleksibilitas dilakukan selama
pemanasan tidak mengurangi tingkat HIS dibandingkan dengan tim-tim yang tidak
memasukkan pelatihan fleksibilitas. Demikian pula RCT yang melibatkan pelari tingkat
rekreasi, yang menyelesaikan intervensi tanpa pengawasan 16-minggu yang terdiri dari
pemanasan dan prosedur pendinginan dan peregangan menunjukkan tidak ada perbedaan
dalam tingkat HIS dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pertimbangan harus,
bagaimanapun, diberikan kepada potensi yang intervensi mungkin telah memadai untuk
meningkatkan fleksibilitas karena durasi singkatlatihan peregangan (10 detik).
8. Hamstring Strain Recurrence and Neuromuscular Inhibition
Sementara ada daftar ekstensif faktor risiko untuk HSI yang telah diperiksa melalui
sejumlah desain metodologis yang berbeda, data epidemiologis menunjukkan bahwa
tingkat HSI pertama dan berulang dalam olahraga tidak menurun. Ini menunjukkan bahwa
pemahaman peneliti saat ini tentang apa yang meningkatkan risiko HSI di masa depan
belum memperhitungkan semua faktor yang berkontribusi atau bahwa peneliti tidak dapat
menyelesaikan faktor yang sebelumnya diidentifikasi secara efektif. Meskipun HSI
sebelumnya secara konsisten diidentifikasi sebagai salah satu faktor risiko utama untuk
maladaptasi HSI masa depan yang terkait dengan HSI, terutama fungsi sistem saraf,
sebagian besar telah diabaikan. Sejumlah maladaptasi yang dilaporkan terkait dengan HSI
sebelumnya dapat dijelaskan oleh mekanisme neurologis umum sebagai respon terhadap
cedera sebelumnya.
Kelemahan setelah cedera muskuloskeletal yang menyakitkan biasanya dimediasi
oleh adaptasi otot dan saraf. Misalnya, setelah cedera lutut traumatis yang melibatkan
ruptur ACL aktivasi volunter maksimal quadriceps berkurang secara signifikan, bahkan
bertahun-tahun setelah cedera terjadi dan masih dalam pemulihan stabilitas lutut. Dalam
kasus HSI, sedikit penanganan yang diberikan pada kemungkinan defisit yang
berkepanjangan dalam aktivasi berkontribusi pada tingkat cedera berulang yang tinggi. Ini
mengejutkan mengingat bahwa hubungan kecepatan torsi hamstring yang cedera
sebelumnya adalah karakteristik inhibisi neuromuskular dalam arti bahwa mereka
menunjukkan defisit yang lebih besar dalam kekuatan eksentrik daripada kekuatan
konsentrik. Inhibisi neuromuskular yang berkepanjangan pada long muscle length setelah
HSI berpotensi menjelaskan pengamatan kelemahan eksentrik, atrofi persisten otot yang
sebelumnya terluka dan perubahan sudut torsi puncak flexor knee, yang semuanya
merupakan faktor risiko untuk HSI dan telah diamati pada atlet setelah rehabilitasi
‘berhasil’ dan kembali ke full competition dan training.
Pengurangan kapasitas sistem saraf untuk mengaktifkan otot yang terluka mungkin
merupakan strategi untuk menurunkan jaringan yang rusak dan dengan demikian
mengurangi rasa sakit pada periode pemulihan akut. Karena rasa sakit terbesar setelah
hamstring strain biasanya dirasakan pada panjang otot yang lebih panjang. Inhibisi,
terutama selama tindakan eksentrik dan panjang otot lebih lama, juga dapat menghambat
proses rehabilitasi dengan membatasi adaptasi dalam otot yang sebelumnya cedera.
Tahap awal dan tengah pengobatan untuk HSI ditandai dengan menghindari
stretching berlebihan untuk mencegah pembentukan bekas luka lebih lanjut dan latihan
submaksimal dilakukan melalui rentang gerak terbatas dan dengan gerakan terkendali hip
joint terutama ke bidang frontal. Dengan demikian, pada saat atlet dalam tahap akhir
rehabilitasi, otot-otot hamstring mereka mungkin diharapkan telah melepaskan sarkomer
seri dan telah berhenti berkembang. Memiliki lebih sedikit sarkomer seri diharapkan dapat
menggeser puncak kurva sudut sendi flexor knee ke panjang otot yang lebih pendek dan
menciptakan kelemahan yang lebih besar pada panjang otot yang lebih panjang daripada
atrofi saja. Fungsi hamstring seperti itu merugikan karena berlari membutuhkan kekuatan
pada panjang otot yang relatif panjang untuk memperlambat flexi hip dan extensi knee
selama terminal swing.
Kembalinya berlari dengan kecepatan yang semakin cepat dan penggunaan
strengthening exercise yang lebih intens di kemudian hari dalam rehabilitasi harus
meningkatkan eksposur pada tindakan eksentrik yang kuat pada panjang otot yang relatif
panjang dan karena itu mungkin diharapkan untuk mengembalikan otot ke ukuran semula
dan fasikula ke panjang sebelum cedera. Namun, setiap inhibisi neuromuskular yang tersisa
akan menghindarkan otot hamstring yang sebelumnya cedera dari aktivasi signifikan
selama tindakan eksentrik panjang lebar dan karena itu akan membatasi atau mencegah
hipertrofi dan sarkerogenisis. Bukti atrofi persisten pada BFL yang sebelumnya cedera
dengan hipertrofi kompensasi simultan BFS yang tidak cedera pada atlet tingkat rekreasi,
5-23 bulan setelah HSI dan setelah kembali penuh ke training dan competition konsisten
dengan hipotesis inhibisi spesifik otot yang berkepanjangan.
Investigasi tambahan diperlukan untuk memastikan apakah atlet yang sebelumnya
cedera memperlihatkan level inhibisi neuromuskular yang jauh lebih besar pada kaki yang
sebelumnya cedera dibandingkan dengan anggota tubuh kontralateral tanpa cedera dan
apakah inhibisi dibatasi khusus untuk otot yang terluka. Akhirnya untuk mengidentifikasi
inhibisi neuromuskular sebagai faktor penyebab HSI berulang, studi prospektif dan RCTs
perlu dilakukan untuk menentukan apakah inhibisi mengikuti HSI menghasilkan
peningkatan risiko cedera ulang dan apakah memperbaiki defisit neurologis ini mengurangi
kejadian HSI berulang. Teknik seperti surface electromyography, twitch interpolation dan
electrical stimulation telah digunakan sebelumnya untuk menilai aktivasi otot volunter dan
semua harus dipertimbangkan untuk pekerjaan di masa depan dalam bidang ini. Pekerjaan
lebih lanjut juga perlu dilakukan untuk secara ketat menentukan tingkat penuh maladaptasi
fisiologis terkait dengan perubahan fungsi saraf setelah HSI.
9. Conclusion

HSIs tetap menjadi cidera utama di sejumlah olahraga, HSIs disini telah
menunjukkan tingkat pengulangan cidera yang tinggi dan akan memberikan dampak
negative pada perorangan terutama pada performa dan kelayakan club olahraga. Penyebab
HSIs bersifat multifaktoral, dalam pembahasan disini mengintegrasikan peranan hamstring
dalam proses berlari, anatomi hamstring dan faktor resiko setra intervensi untuk mengatasi
HSIs, oleh karena itu praktisi kedokteran olahraga dan peneliti cidera olahraga perlu
megetahui bahwa belum ada pendekatan tunggal sebagai standar untuk pencegahan
rehabilitasi HSIs. Misalnya berfokus pada kekuatan eksentrik dan fleksibilitas untuk
menghindari cidera ini. Biomekanik berlari dan anatomi paha belakang/hamstring dan
faktor resiko ada yang dapat diubah dan tidak dapat diubah seperti usia, cidera yang didapat
sebelumnya, etnisitas, ketidakseimbangan fleksibilitas dan kelelahan menjadikannya
pertimbangan, faktor dan dampak intervensi yang dapat dilaporkan untuk pencegahan
HSIs. Pemahaman tentang penyebab utama HSIs masih sulit dipahami, tetapi seperti
muscle strain, high force, eccentric contraction, dan single injury semuanya memerlukan
pertimbangan untuk menjadi strategi pencegahan dari HSIs. HSIs sebelumnya merupakan
faktor resiko utama untuk cidera dimasa depan. Kami mengusulkan kerangka kerja tentang
bagaimana neuromuscular persisten yang dapat berakibat pada maladaptasi dimasa depan
yang akan berpengaruh terhadap peningkatan faktor HSIs dimasa depan karena hal ini
menjadi focus penelitian dimasa mendatang karena tingginya HSIs selama beberapa tahun
dalam sejumlah olahraga.

Anda mungkin juga menyukai