Anda di halaman 1dari 1

BAB 9

PEMASARAN

Kebijaksanaan Pemerintah

Perkembangan pertambangan Bahan Galian Industri (BGI) di Indonesia relatif lambat,


bahkan dapat dikatakan hanya “berjalan di tempat” dan tertinggal jauh bila dibandingkan
dengan pertambangan mineral logam, meskipun permintaan pasar saat ini baik kapasitas
maupun jenisnya untuk BGI tersebut di dalam negeri cukup besar. Ini terlihat dari beberapa
hal sebagai berikut:
1. Nilai impor berbagai BGI pada tahun 1991 mencapai US$ 350 juta lebih dan selalu
meningkat setiap tahun, padahal BGI yang impor tersebut sebenarnya ada di Indonesia.
2. Total nilai produksi BGI di Indonesia relatif sangat kecil, yaitu US$ 200 juta lebih pada
tahun 1989 (nilai produksi mineral logam pada tahun yang sama mencapai US$ 1.200
juta)

Keadaan ini yang tidak menggembirakan tersebut timbul akibat produksi BGI di dalam
negeri yang belum dapat memenuhi persyaratan akan kualitas, kuantitas dan kesinambungan
pemasokan yang dibutuhkan oleh industri pemakai. Pada umumnya pengusaha BGI di dalam
negeri masih menggunakan teknologi yang sederhana (tradisional) dan menghasilkan produk
tambang yang belum diproses lebih lanjut sehingga tidak dapat secara langsung digunakan
oleh industri. Hal ini selain disebabkan karena biaya investasi yang cukup tinggi juga karena
lemahnya penguasaan teknologi pengolahan untuk menghasilkan berbagai produksi BGI
yang siap pakai untuk keperluan industri.

Pemasaran Batu Granit

Hasil produksi batu granit oleh PT. Aditya Buana Inter umumnya untuk memenuhi
kebutuhan lokal. Batu granit yang diproduksi dijual ke perusahaan kontraktor yang bergerak
dibidang pembangunan dan supplier/distributor yang menjual material bangunan. Umumnya
sarana angkutan pemasaran hasil produksi dari lokasi perusahaan ke pihak konsumen yaitu
kendaraan milik pembeli (konsumen) yang langsung datang sendiri dengan jenis kendaraan
bervariasi antara lain truck fusoQ (20 ton) dan colt diesel (6 ton).

Anda mungkin juga menyukai