PENDAHULUAN
1
DEFINISI
Fugue berasal dari bahasa latin fugure, yang berarti “melarikan diri”. Kata
fugitive (pelarian/buronan) memiliki asal kata yang sama. Fugue sama seperti
amnesia “dalam pelarian”. Dalam fugue disosiatif sebelumnya disebut fugue
psikogenik, si penderita melakukan perjalanan secara tiba-tiba dan tanpa diduga
sebelumnya dari rumah atau tempat kerjanya, ia tidak mampu mengingat kembali
informasi personal yang sudah-sudah, dan menjadi bingung akan identitasnya atau
mengasumsikan identitas yang baru. Bila orang dengan amnesia tampak berjalan-
jalan tanpa tujuan, orang dalam fugue bertindak lebih bertujuan. 1,3
Pada fugue orang itu tiba-tiba berubah kesadarannya dan dalam keadaan
ini identitasnya berubah, ia berbuat lain dari pada biasa, mungkin pergi ke tempat-
tempat yang jauh. Sesudahnya terdapat amnesia, ia lupa segala hal yang telah
terjadi sewaktu ia dalam keadaan fugue itu. 1,6
ETIOLOGI
Etiologi dari fugue disosiatif diduga psikologis. Faktor predisposisinya adalah: 1,4
1. Keinginan untuk menarik diri dari pengalaman yang menyakitkan secara
emosional.
2
2. gangguan mood dan gangguan kepribadian tertentu (seperti gangguan
ambang, histrionik, dan schizoid)
3. Berbagai stresor dan faktor pribadi, seperti finansial, perkawinan,
pekerjaan, atau peperangan,
4. Depresi,
5. Usaha bunuh diri,
6. Riwayat penyalahgunaan alkohol berat.
EPIDEMIOLOGI
GAMBARAN KLINIS
3
DIAGNOSIS
4
PENATALAKSANAAN
1. Psikofarmakoterapi
Wawancara psikiatrik saja atau wawancara psikiatrik yang diawali
dengan pemberian obat, mungkin dapat mengungkapkan adanya
stressor psikologik yang memicu (mempresipitasi) timbulnya episode
fugue. Pemberian barbiturate intravena jangka pendek atau menengah
seperti thiopental (pentothal) dan sodium amobarbital serta
benzodiazepine dapat membantu pasien untuk memulihkan ingatannya
yang terlupakan. 1,4
Efek utama barbiturate adalah depresi SSP. Semua tingkat depresi
dapat dicapai, mulai dari sedasi, hypnosis, dan koma. Efek hipnotik
meningkatkan total lama tidur dan mempengaruhi tingkatan tidur yang
bergantung kepada dosis. 8
Benzodiazepine tidak mampu menghasilkan tingkat depresi saraf
sekuat golongan barbiturate. Kerja benzodiazepine terutama
merupakan interaksinya dengan reseptor penghambat neurotransmitter
yang diaktifkan oleh Asam Gamma Amino Butirat (GABA). Reseptor
GABA merupakan protein yang terikat pada membrane dan dibedakan
dalam dua bagian besar subtipe, yaitu reseptor GABAA dan reseptor
GABAB. Benzodiazepine bekerja pada reseptor GABAA yang berperan
pada sebagian besar neurotransmitter di SSP. 1,8
2. Psikoterapi
Setelah pasien dapat mengingat memori yang hilang dilakukan
psikoterapi untuk memasukkan ingatan tersebut dalam kesadaran
mereka. Psikoterapi untuk fugue disosiatif adalah psikoterapi
supportif - ekspresif. 1,4
5
Cara psikoterapi suportif antara lain:
a. Ventilasi
Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi hati
dan keluhan sehingga pasien merasa lega.6
b. Konseling
Memberi pengertian kepada pasien tentang penyakitnya agar
pasien memahami kondisi dirinya.6
c. Hipnoterapi (narkoterapi )
Dilakukan dengan pemberian obat yang diatas (barbiturate IV
jangka pendek atau menengah serta barbiturat), dan dalam keadaan
setengah tidur pasien diwawancarai, konflik dianalisa, lalu
disintesa. Hipnoterapi juga dapat dilakukan untuk relaksasi. 4,6
KESIMPULAN
6
bencana alam). Identitas baru sering berkaitan dengan nama, rumah, pekerjaan
bahkan karakteristik personalitas yang baru. Di kehidupan yang baru, individu
bisa sukses walaupun tidak mampu untuk mengingat masa lalu. Recovery
biasanya lengkap dan individu biasanya tidak ingat apa yang terjadi selama
fugue.1,2,5
Penanganan dari fugue disosiatif dilakukan dengan cara wawancara
psikiatrik, wawancara dengan bantuan obat dapat membantu mengungkapkan
tentang stressor psikologis yang mencetuskan episode fugue. Psikoterapi
umumnya diindikasikan untuk membantu pasien dapat menerima stressor dan
menyelesaikan dengan cara yang lebih sehat. Pengobatan terpilih adalah
psikoterapi psikodinamik suportif-ekspresif. 1,4
7
DAFTAR PUSTAKA