Anda di halaman 1dari 13

1

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN


3.10 Patroli di Kawasan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)

Hari/tanggal : Selasa, 24 Juli 2019


Waktu : 08:30 WIB – 16:00 WIB
Lokasi Kegiatan : Desa Simpang Koje, Kecamatan Linggabayu, Kabupaten
Mandailing Natal.

3.10.1 Alat dan Bahan


Alat yang di gunakan pada kegiatan patrol di kawasan rehabilitasi hutan dan
lahan adalah parang, senjata api, kendaraan bermotor. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah air minum dan bahan bakar minyak

3.10.2 Metode Kegiatan


Dalam kegiatan patroli disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam
kegiatan patroli hutan. Dilakukan perjalanan dari camp menuju lokasi awal patroli
di kawasan RHL. Dilakukan kegiatan patroli di kawasan RHL. Dicatat informasi
yang ada di lokasi patrol. Dilakukan dokumentasi patroli

3.10.3 Hasil dan Pembahasan


Kegiatan patroli pencegahan dan pembatasan kerusakan hutan termasuk
kegiatan rutin yang harus dilaksanakan KPH Wilayah IX Panyabungan demi
menjaga keamanan dan kelestarian kawasan hutan. Tujuan dari kegiatan ini adalah
terciptanya kondisi hutan yang lestari dan untuk menekan terjadinya illegal
logging serta meningkatkan kinerja kepolisian kehutanan dalam rangka
memberantas illegal logging. Penertiban pengelolaan kawasan hutan sesuai
dengan aturan dan mekanisme yang berlaku untuk hutan menciptakan hutan yang
lestari. Melalui penindakan dan pemberian sanksi yang tegas sesuai dengan aturan
hukum yang berlaku sehingga dapat menimbulkan efek jera dan tidak mengulangi
lagi perbuatan yang sama oleh para pelaku atau tersangka. Upaya lain yang dapat
dilakukan untuk menjaga kelestarian hutan yaitu dengan cara melakukan
pendekatan kepada masyarakat desa yang berada di sekitaran hutan dengan
melakukan sosialisasi UU No 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perusakan Hutan, mengadakan patroli rutin dilapangan,
memeriksa kendaraan yang keluar masuk hutan dengan membawa kayu.
2

Kegiatan patroli di kawasan RHL Desa Simpang Koje, Kecamatan


Linggabayu, Kabupaten Mandailing Natal merupakan salah satu kegiatan yang
dilakukan oleh pihak KPH Wilayah IX Panyabungan dalam rangka perlindungan
dan pengamanan hutan. Hal ini dilatarbelakangi oleh maraknya aktivitas illegal
logging di kawasan desa tersebut. Daerah Simpang Koje merupakan kawasan
bekas hutan produksi yang pada saat ini telah dirubah menjadi kawasan RHL.
Kegiatan patroli di kawasan RHL ini dilakukan oleh 8 orang dari KPH Wilayah
IX Panyabungan. Ditempuh jarak ±20 km dari lokasi camp menuju lokasi patrol
menggunakan kendaraan. Dalam patrol di butuhkan waktu 1,5 jam, hal ini di
sebabkan keadaan jalan tanah yang becek dan bergrlombang ( gambar 3.28 )

Saat tiba di titikGambar 3.30 Kondisi


awal kegiatan patrolijalan di lokasidengan
dilanjutkan patroli berjalan sejauh

±4 km ke dalam hutan. Selama kegiatan patroli dilakukan banyak terdengar suara


mesin chainsaw di lokasi. Sebagai tindakan peringatan dibunyikan petasan untuk
menggertak pelaku illegal logging. Pada lokasi kegiatan illegal logging tersebut di
temukan beberapa pohon yang telah ditebang (gambar 3.29) dan ditemukan bukti
kegiatana illegal logging tersebut berupa 2 buah sepeda motor, bensin, air mineral
serta tumpukan log kayu (Gambar 3.30). Untuk mencegah kegiatan illegal
logging lebih lanjut dibawa ke camp bensin serta air mineral dan dibocorkan ban
kedua sepeda motor tersebut.

Gambar 3.28 Kondisi hutan bekas Gambar 3.29 Penampakan batang


tebangan liar pohon yang sudah ditebang secara
Para pelaku illegal logging melakukan penebanganillegal
pohon dengan cara
menggunakan takik rebah yang didesain sedemikian rupa pada bagian batang
pohon sehingga saat pohon pertama tumbang akibat terpaan angin akan
menumbangkan pohon-pohon disekitarnya.
3

3.10.4 Permasalahan
Kurangnya pembekalan sebelum dilakukan kegiatan patroli ditambah
dengan medan yang cukup ekstrim sehingga membutuhkan tenaga ekstra dalam
melakukan kegiatan tersebut. Minimnya peralatan dimana tim KPH Wilayah IX
Panyabungan hanya membawa 1 parang sehingga kegiatan patroli tersebut cukup
beresiko.

3.10.5 Pemecahan Masalah


Digunakan petasan untuk memberi peringatan terhadap pelaku illegal
logging agar menimbulkan efek jera. Diperlukan pengamanan yang lebih ketat di
lokasi tersebut untuk meminimalisir kegiatan-kegiatan illegal kedepannya.

3.10.6 Kesimpulan
Kegiatan patroli di daerah RHL tersebut merupakan kegiatan penting
dalam rangka pengamanan dan perlindungan kawasan KPH Wilayah IX
Panyabungan. Kegiatan ini sebaiknya sering dilakukan karena masih maraknya
kegiatan illegal di kawasan RHL tersebut.

PERENCANAAN HUTAN/MENEJEMEN HUTAN


3.11 Pelatihan Penerbangan Drone
Hari / Tanggal : Kamis, 01 Agustus 2019
Waktu : Pukul 10.00 WIB - Selesai
Lokasi Kegiatan : Kantor UPT KPH Wilayah IX Panyabungan

1.11.1 Alat dan Bahan


Alat
Alat yang di gunakan pada kegiatan pelatihan penerbangan drone adalah
kamera, drone, remote, Hp, dan baterai drone

3.11.2 Metode Kegiatan


Dalam kegiatan penerbangan drone disiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan. Kemudian ditetuntukan lokasi penerbangan drone yang tepat.
Dilakukan pemasangan bagian sayap dan baterai pada drone dan di hunungkan ke
hp dengan aplikasin drone. Dilakukan penerbangan di sekitar wilayah KPH
Wilayah IX Panyabungan dan dilakukan dokumentasi.

3.11.3 Hasil dan Pembahasan


4

Drone merupakan salah satu alat yang saat ini mulai banyak digunakan
dalam pekerjaan lapangan, seperti pemantauan, monitoring, penginderaan jarak
jauh. Drone juga sering disebut sebagai pesawat tanpa awak atau dalam bahasa
inggris disebut (Unmanned Aerial Vehicle - UAV). UAV merupakan
sistem tanpa awak (Unmanned System), yaitu sistem berbasis
elektro-mekanik yang dapat melakukan misi-misi terprogram
(Department of Defence, dalam Wikantika, 2009).
Dalam bidang kehutanan drone merupakan alat yang sangat membantu
dalam mengambil data, contoh dalam bidang budidaya drone digunakan untuk
mengambil gambar anak mangrove, contohnya lagi dalam bidang konservasi
mitigasi bencana lingkungan drone dapat digunakan untuk memantau dari atas
seperti Gambar 3.31 penampakan suatu lahan maupun kawasan dari dampak
kebakaran.

Gambar 3.31 Drone terbang di


sekitar KPH IX Panyabungan

Untuk memulai penerbangan drone, ada beberapa langkag-langkah yang


harus dilakukan terlebih dahulu seperti persiapan bagian-bagian drone yaitu
baterai, baling-baling, joystik, dan smartphone. Setelah bagian drone sudah
tersedia, kemudian langkah pertama yang harus di lakukan adalah pasang baterai
pada badan drone, setelah itu pasang baling-baling dan hubungkan smartphone
pada joystik atau remote kontrol. Untuk menghidupkan tekan kendali pada joystik
atau remote kontrol secara bersamaan, untuk menaikkan dan menurunkanv drone
dorong kendali naik turun pada romote kontrol sama halnya untuk membuat drone
bergerak kekanan dan kekiri, untuk mengambil gambar dapat dilakukan
mematikan drone sama dengan cara menghidupkan drone yaitu dengan menekan
bagian kendali secara bersamaan. Pada drone dapat dilakukan pengambilan
5

gambar dari atas (gambar 3.32) dengan menekan tombol tangkap gambar pada
layar smartphone atau pada joystick

Gambar 3.32 Hasil potret


menggunakan drone

3.11.4 Permasalahan

Masih ada beberapa bagian yang belum dipelajari dalam pengoperasian


drone dilapangan.

3.11.5 Pemecahan Masalah


Pemanfaatan konten youtube sebagai sarana pembelajaran penerbangan
drone dan asistensi dari pembimbing.
3.11.6 Kesimpulan
Dalam kegiatan pelatihan penerbangan drone dilakukam secara sederhana
sehingga dapat dipahami oleh mahasiswa PKL tanpa ada kendala yang berarti.
Fungsi dari drone yaitu dapat memantau struktur bentang alam yang sangat
kompleks, seperti bentang alam perladangan berpindah dan bentang alam hutan,
atau tempat dengan fragmentasi habitat dan plot-plot pertanian kecil yang intens.
Dalam bidang kehutanan drone merupakan alat yang sangat membantu dalam
mengambil data, contoh dalam bidang budidaya drone digunakan untuk
mengambil gambar anak mangrove, contohnya lagi dalam bidang konservasi
mitigasi bencana lingkungan drone digunakan untuk memantau seberapa besar
dampak kebakaran suatu lahan maupun kawasan.

3.12 Inhouse Training/Lokalatih Pengelolaan Lestari untuk Tenaga


Lapangan KPH Wilayah IX Panyabungan

Hari/tanggal : Jumat, 02 Agustus 2019


6

Waktu : Pukul 10.00 WIB - Selesai


Lokasi Kegiatan : Hotel Abara

3.12.1 Alat dan Bahan


Alat yang di gunakan pada kegiatan inhouse training/lokalatih pengelolaan
lestari untuk tenaga lapangan kph wilayah ix panyabungan adalah alat tulis,
laptop, kamera, proyektor dan kendaraan. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah materi yang disampaikan oleh narasumber.

3.12.2 Metode Kegiatan


Dalam kegiatan inhouse training/lokalatih pengelolaan lestari untuk tenaga
lapangan kph wilayah ix panyabungan disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
Kemudian menuju lokasi dan membenahi lokasi inhouse training. Disiapkan
rangkaian acara yang akan dilakukan. Pada saat waktu yang telah ditentukan acara
di buka dan dilakukan diskusi bersama narasuber.
3.12.3 Hasil dan Pembahasan
Inhouse training staf KPH terkait dengan pengelolahan hutan lestari oleh
tenaga lapangan KPH. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pembekalan
kepada tim KPH dalam melaksanakan kegiatan di lapangan. Narasumber Inhouse
Training ini adalah consorsium JMT PEKAT, Supporting Unit KPH, dan Kepala
Tata Usaha KPH Wlayah IX Panyabungan (gambar 3.33).

Gambar 3.33 Penyampaian materi

Lokalatih ini merupakan “Kolaborasi para pihak dalam penyelamatan


bentang alam Angkola di Kabupaten Panyabungan, Provinsi Sumatera Utara yang
disampaikan oleh JMT Indonesia (Jaringsn Monitoring Tambang Indonesia).
Diketahui bahwa perubahan tutupan lahan di wilayah Provinsi Sumatera Utara
pada tahun 1982 mencapai lebih dari 3 juta ha. Hutan dataran rendah Angkola
terletak di Kabupaten Panyabungan dan Tapanuli Selatan, Sumatera. Wilayah
7

otoritas berada di tangan KPH Wilayah IX Panyabungan dan BBTNBG, dan


didapati bahwa perubahan tutupan lahan selama 6 tahun (2009 – 2015) sangat
signifikan. Terdapat cukup banyak ditemuan illegal logging dan illegal mining di
dekat wilayah KPH IX, yang dikhawatirkan dapat merambah ke wilayah KPH IX
juga.
Permasalahan terhadap Kawasan Hutan Dataran Rendah Angkola :
1. Perkebunan illegal
2. Pertambangan Ilegal
3. Pembalakan Liar
4. Migrasi Lahan (pendatang dari Nias yang tidak terdata di catatan sipil)
5. Jual beli lahan
6. Konflik satwa
7. Koordinasi dan sinergritas antar instansi
8. Tumpang tindih regulasi.
Kolaborasi Parapihak dalam Penyelamatan Bentang Alam Angkola di
Kabupaten Panyabungan dan Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara,
diantaranya bertujuannya yaitu mendukung KPH dalam mengelola kawasan di
Lanscape KPH.Berkurangnya kegiatan destruktif di kawasan Lanscape Angkola
dan adanya model ekonomi alternative yang dapat dikembangkan di Lanscape
Angkola.Kegiatan yang akan dilakukan yaitu Penguatan Kelembagaan :
1. Sosialisasi
2. Fokus grup diskusi
3. Pembuatanprofil desa dan potensi desa di 10 desa di 5 kecamatan
4. Desiminasi hasil kajian ditingkat pemerintah
5. Joint monitoring
Tim konsultasi FPIP II yaitu Forest Project yang langsung dari Kemenhlk
dimana ada 10 KPH yang didampingi. Fungsinya yaitu mengawasi projek agar
berjalan lancar, memberikan bantuan teknis, dan mengawasi secara langsung dan
mencermati control langsung. Kegiatan Inhouse Training/Lokalatih Pengelolaan
Lestari untuk Tenaga Lapangan KPH Wilayah IX Panyabungan ditutup dengan
acara fotobersama antara narasumber dan peserta seminar (gambar 3.34).

Gambar 3.34 Foto bersama


Pemateri
3.12.4 Permasalahan
8

Kurangnya operator dan masalah teknis berupa labtop yang kurang


memadai.

3.12.5 Pemecahan Masalah


Digunakan laptop lain dan ditunjuk operator lain untuk membantu
kelancaran acara lokalatih.

3.12.6 Kesimpulan
Inhouse training staf KPH terkait dengan pengelolahan hutan lestari oleh
tenaga lapangan KPH. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pembekalan
kepada tim KPH dalam melaksanakan kegiatan di lapangan.Manajemen hutan
lestari perlu memperhatikan beberapa aspek, yaitu keutuhan fungsi ekosistem,
yaitu interaksi, harmoni, keanekaragaman, dan keberlanjutan ekosistem,
memperhatikan dampak pembangunan terhadap lingkungan dengan menerapkan
sistem analisis mengenai dampak Iingkungan, sehingga dampak negatif dapat
dikendalikan dan dampak positif dapat dikembangkan, tidak hanya kepentingan
generasi sekarang tetapi juga kepentingan generasi masa depan.

3.13 Penyusunan Database (Khusus untuk PNS dan ABRI yang ditugas
Karyakan)

Hari / Tanggal : Selasa, 20 Agustus 2019


Waktu : 08.00-16.00
Lokasi Kegiatan : Kantor KPH Wilayah IX Panyabungan

3.13.1 Alat dan Bahan


Alat yang di gunakan pada kegiatan penyusunan database (khusus untuk pns
dan abri yang ditugas karyakan) adalah alat tulis, laptop dan kamera. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah file formulir isian pegawai

3.13.2 Metode Kegiatan


Dalam kegiatan penyusunan database (khusus untuk pns dan abri yang
ditugas karyakan) disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Kemudian di susun
9

kerangka database dan di isi database dengan data dan informasi yand diperoleh
dari formulir isian pegawai.
3.13.3 Hasil dan Pembahasan
Pengolahan data untuk menghasilkan informasi secara terkomputerisasi,
merupakansarana yang sangat dibutuhkan saat ini pada berbagai jenis usaha,
karena informasi mampu disajikan dalam waktu yang cepat dan akurat. Informasi
yang mampu disajikan dengan cepat dan akurat mampu menghasilkan
pengambilan keputusan yang cepat dan efektif. Menurut silberschatz, dkk (2002)
dalam Octavian (2001) mendefenisikan basis data sebagai kumpulan data berisi
informasi yang sesuai untuk sebuah perusahaan ataupun instansi. Database juga
merupakan mekanisme yang digunakan untuk menyimpan informasi atau data.
Database adalah manajemen pengelolaan data model relasional yang terdiri dari
lajur kolom dan baris. Database terdiri dari Field dan Record. Field adalah
struktur data yang merupakan bagian dari kolom, field terdiri dari entitas dan
atribut, sedangkan record adalah struktur data yang merupakan bagian dari baris.

Gambar 3.35 Tampilan Database Isian Pegawai


Pada penyusunan database formulir isian pegawai menggunakan Microsoft
Excel yang terlihat pada gambar 3.35. Pengelompokan Database dalam Microsoft
Excel digunakan untuk pengolahan : Data Form , Data Filter , Data Sort , dan
Validasi Data. Penggunaan M. Excel juga tergolong mudah dioperasikan. Jumlah
formulir isian pegawai yaitu sebanyak 25 orang pegawai PNS maupun ABRI.
Database isian pegawai terdiri dari beberapa point yaitu mengenai identitas
pegawai, pengangkatan sebagai CPNS, pengangkatan sebagai PNS, Pangkat
terakhir, keanggotaan organisasi, tanda jasa/pengormatan, penugasan keluar
negeri, penguasaan bahasa, riwayat pendidilkan, , riwayat diklat profesional,
riwayat diklat teknis, riwayat penataran, riwayat seminar/lokakarya/seminar, data
orang tua, dan data lainnya.
10

3.13.4 Permasalahan
Kurangnya informasi dan data-data mengenai pegawai (Khusus untuk PNS
dan ABRI yang ditugas Karyakan)

3.13.5 Pemecahan Masalah


Menanyakan langsung kepada yang bersangkutan dan mengosongkan
ruang databasenya.

3.13.6 Kesimpulan
Pembuatan database merupakan kegiatan yang dilakukan guna
memudahkan staf dan pegawai dalam memperoleh data maupun informasi
mengenai identitas pegawai secara mudah.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Kegiatan yang telah dilakukan selama praktek kerja lapangan di UPT KPH
Wilayah IX Panyabungan ada yang sesuai RPHJP dan yang tidak sesuai.
Meskipun begitu, kegiatan yang dilakukan sejalan dengan visi dan misi UPT KPH
Wilayah IX Panyabungan. Kegiatan yang telah dilakukan selama praktek kerja
lapangan di KPH Wilayah IX Panyabungan adalah Meninjau Lokasi RHL, Patroli
di Kawasan RHL, Pembibitan Nursery di RHL, Pembuatan Name Tagging,
Pelatihan Penerbangan Drone, Inhouse Training/Lokalatih Pengelolaan Lestari
untuk Tenaga Lapangan KPH Wilayah IX Panyabungan, Pembuatan MOL
(Mikroorganisme Lokal) dari Bonggol Pisang, Survey Penyulingan Nilam di Desa
Tarlola, Penanaman Bibit Panili (Vanilla planifolia), Survei Lokasi Kemenyan
(Styrax spp) di Desa Tarlola, Survey Lokasi Serai Wangi, Pemanenan Air Nira,
dan Penyusunan Database (Khusus Untuk PNS dan ABRI yang Ditugaskan
Karyawan).

4.2 Saran
Sebaiknya dalam merencanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan
Mahasiswa harus sudah menyesuiakan dengan kegiatan yang biasa dilakukan di
11

KPH agar segala kegiatan yang telah direncanakan dapat terealisasi dengan baik.
Pemilihan dosen pembimbing sebelum keberangkatan Praktek Kerja Lapangan
juga harus ditentukan agar tetap adanya komunikasi antara Mahasiswa dan pihak
Kampus terkait kegiatan Praktek Kerja Lapangan.
12

DAFTAR PUSTAKA

Agus, K dan Ludi, M. 2004. Nilam Tanaman Beraroma Wangi untuk Industri
Parfum dan Kosmetika. Agromedia Pustaka. Tangerang.
Aini D. N, Bambang S dam Herlinawati. 2017. Aplikasi mikroorganisme lokal
bonggol pisang dan pupuk kandang kambing terhadap produksi kedelai
(Glycine max L. Merrill) varietas baluran. Journal of Applied Agricultural
Sciences. Vol 1 (1): 35-43.
Arswendiyumna, R., Burhan, P., Zetra, Y. 2011. Minyak Atsiri Dari Daun Batang
Tanaman Dua Spesies Genus Cymbopogon, Famili Gramineae Sebagai
Insektisida Alami dan Antibakteri.
BPKH. 2010. Laporan Hasil Pelaksanaan Inventarisasi Potensi Wilayah
Pengelolaan Unit KPHP Model Mandailing Natal (Unit XXIX KPHP
Model Mandailing Natal) di Kabupaten Mandailing Natal Provinsi
Sumatera Utara. Kementerian Kehutanan Direktorat Jenderal Planologi
Kehutanan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah I Medan.
BPKH. 2012. Laporan Hasil Pelaksanaan Inventarisasi Hutan Wilayah
Pengelolaan KPH Model Madina Kabupaten Madina (Unit KPHP
ModelMandailing Natal) tahun 2012. Kementerian Kehutanan Direktorat
Jenderal Planologi Kehutanan Balai Pemantapan Kawasan Hutan
Wilayah I Medan.
BPKH. 2013. Laporan Penyusunan Rencana Penataan Hutan KPHP Model
Mandailing NatalProvinsi Sumatera Utara. Kementerian Kehutanan
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Balai Pemantapan Kawasan
Hutan Wilayah I Medan.
Budiyani, N. K, Soniari, N. N dan Sutari, N,W,S. 2016. Analisis kualitas larutan
mikroorganisme lokal (MOL) bonggol pisang. Jurnal Agroekoteknologi
Tropika. Vol. 5 (1). Denpasar.
Budiyanto, M. 2002. Mikrobiologi Terapan. Universitas Muhammadiya. Malang.
Damayanti, R., Mandang, Y. I. dan Waluyo, T. K. 2007. Strukturanatomi dan
Kualitas Sirat Batang Kemenyan (Styrax sp.) dari Sumatera Utara. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan. 25 : (3). 273-290.
Dirjenbun. 2000. Statistik perkebunan Indonesia 1998-2000. Panili. Dephutbun.
Jakarta.
Fatwa, A., N. 2017. Potensi Pemanfaatan Serai Wangi ( Cymbopogon Nardus L.)
Sebagai Inang Fungi Mikoriza Arbuskula. Departemen Silvikultur
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah Pedogenesis. Akademika Pressindo.
Jakarta. 212 hal.
13

Idris M.H, dkk. 2013. Studi Vegetasi Dan Cadangan Karbon Di Kawasan Hutan
Dengan Tujuan Khusus (Khdtk) Senaru, Bayan Lombok Utara. Jurnal
Ilmu Kehutanan 7 (1) : 25-36.
Jayusman . 2014. Mengenal Pohon Kemenyan (Styrax sp) Jenis dengan Spektrum
Pemanfaatan Luas yang Belum Dioptimalkan. Jakarta. IPB Press.
Kesumaningwati, R. 2015.Penggunaan MOL bonggol pisang sebagai dekomposer
untuk pengomposan tandan kosong kelapa sawit. Vol. 40 (1): 40-45.

Kim Y,S, Bae, J,S, Fisher L,A, Latifah S, Afifi M, Lee S,M, dan Kim I,A. 2015.
Indonesia’s Forest Management Units: Effective intermediaries in
REDD implementatio. Forest Policy and Economics. 6 (2): 69-77.
Kusumaningtyas, R., dan Chofyan, I. 2013. Pengelolaan hutan dalam mengatasi
alih fungsi lahan hutan di Wilayah Kabupaten Subang. Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota. 13 (2).
Marsigit. 2005. Penggunaan bahan tambahan pada nira. Jurnal penelitian UNIB.
11 (1): 42-48
Octafian, D, T. 2011. Desain Database Sistem Informasi Penjualan Barang (Studi
Kasus : Minimarket “Grace” Palembang). Jurnal Teknologi Dan
Informatika (Teknomatika). 1(2): 148-157.
Rosman, R. 1986. Kemungkinan Pengembangan Tanaman Panili Di Pulau Bali
Ditinjau Dari Segi Kesesuaian Lahan Dan Iklim. Balai Penelitian
Tanaman Rempah Dan Obat. Bogor.
Rosmeilisa, P., J.T. Yuhono dan R. Rosman. 1987. Kemungkinan pengembangan
tanaman panili di KP Sukamulya Sukabumi dan
KP Citayam, Bogor, Jawa Barat. Edsus. Littro 3 (2) : 79-83.
Sangih, Meiske, S., Momuat L., I dan Kumaunang, M. 2012. Uji toksisitas dan
skrining fitokimia tepung gabah pelepah aren (Arenga pinnata). Jurnal
Ilmiah Sains. 12 (2): 127-134.
Silahi M. 2016. Pengetahuan Mahasiswa Terhadap Keanekaragaman Tumbuhan di
Lingkungan Kampus (Studi Kasus Prodi Pendidikan Biologi UKI). Al-
Kauniyah Jurnal Biologi. Vol. 9 (1): 19-25.
Sujatha S. and R. Bhat. 2010. Response of vanilla (Vanilla planifolia A.)
intercropped in arecanut to irrigation and nutrition in humid tropics of
India. Agricultural Water Management 97: 988–994.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2004. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Halaman: 23.
Wikantika. K. 2009. Unmanned Mapping Technology: Development and
Applications. Workshop Sehari “Unmanned Mapping Technology:
Development and Applications” (UnMapTech2008). Bandung, Indonesia.
9 Juni 2008.

Anda mungkin juga menyukai