Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Keberadaan hutan, dalam hal ini daya dukung hutan terhadap segala aspek
kehidupan manusia, satwa dan tumbuhan sangat ditentukan pada tinggi rendahnya
kesadaran manusia akan arti penting hutan di dalam pemanfaatan dan pengelolaan
hutan. Hutan menjadi media hubungan timbal balik antara manusia dan makhluk
hidup lainnya dengan faktor-faktor alam yang terdiri dari proses ekologi dan
merupakan suatu kesatuan siklus yang dapat mendukung kehidupan.
Perlindungan hutan saat ini bukan hanya menjadi problem yang bersifat regional
(nasional) tetapi sudah merupakan problem dunia (global) (Niapele, 2014).
Untuk mendapatkan benih yang berkualitas perlu diketahui sumber benih
atau pohon induknya.Usaha yang harus dilakukan adalah dengan menunjuk dan
menetapkan pohon induk tersebut sebagai pohon plus. Dalam proses menentukan
pohon plus harus memenuhi kriteria sebagai pohon plus. Pohon plus (plus tree,
superior tree) memiliki performa pertumbuhan yang lebih baik, diatas
pertumbuhan rata-rata dalam hal laju pertumbuhan, bentuk, kualitas kayu dan sifat
lainnya yang penting (Departemen Kehutanan, 2006).
Tegakan hutan dewasa yang berfenotipe baik maupun jelek akan
menghasilkan buah dan biji yang selanjutnya menjadi benih individu tegakan
baru. Oleh karena itu jika melakukan pengumpulan biji tanpa memperhatikan
pohon induknya, dikhawatirkan akan menghasilkan benih yang kualitasnya jelek.
Pemilihan dan penunjukan pohon induk sebagai pohon plus akan menjadi sangat
penting untuk menetapkan bahwa benih yang diambil berfenotipe baik dan
berkualitas. Tujuannya yaitu untuk menetapkan pohon-pohon plus yang memiliki
keunggulan dalam beberapa fenotipe seperti pertumbuhan diameter dan tinggi
total, batang bebas cabang, kelurusan dan permukaan batang, luas tajuk,
kesehatan, sebagai pohon penghasil benih yang baik (Juanda dkk, 2017).
Inventarisasi pohon pulus adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan
data mengenai pohon plus untuk memenuhi kebutuhan data yang berguna dalam
budidaya pohon. Identifikasi pohon plus merupakan suatu cara dalam mengenali,
2

menganalisis beberapa jenis pohon yang layak untuk dijadikan pohon plus.
Identifikasi ini dimaksudkan agar dapat diketahui dan didapatkan secara terperinci
informasi mengenai suatu individu pohon secara menyeluruh dari masa berbuah
dan berbunga serta informasi lainnya yang menyangkut individu pohon plus
tersebut, sehingga dapat membantu kita dalam menentukan pohon plus. Pohon
plus atau pohon induk merupakan pepohonan terpilih di antara pepohonan yang
ada di suatu areal pengelolaan hutan yang ditunjuk sebagai pohon tempat
penggambilan organ generatif (biji) atau organ vegetatif untuk bahan tanaman
(Hasibuan dkk, 2013).
Pohon-pohon yang berada dalam suatu tegakan dengan faktor lingkungan
yang seragam menunjukkan penotipe yang berbeda akan bisa dikatakan bahwa hal
itu disebabkan faktor genetik. Dengan demikian pohon-pohon yang unggul bisa
dinyatakan memiliki faktor genetik yang bagus. Dalam seleksi pohon plus maka
pohon-pohon plus diseleksi atas keunggulannya yang nyata dari pohon rata-rata
atau pohon tetangga. Dalam kenyataan tidak dapat diketahui genetik dari pohon-
pohon plus sampai keturunannya diuji untuk memperoleh nilai sebagai induk bagi
program pemuliaan. Sebagaimana disebutkan bahwa seleksi pohon plus
merupakan langkah awal dalam suatu program penangkaran (breeding) maka
seleksi pohon plus dikatakan sebagai pondasi yang akan memberikan bahan-
bahan yang bagus bagi program penangkaran selanjutnya. Keberhasilan atau
kegagalan dari program penangkaran sebagian besar bisa dikatakan tergantung
dari pekerjaan seleksi (Soerianegara, 2002).

Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum Pemuliaan Pohon yang berjudul “Seleksi Pohon Plus”
adalah untuk menentukan pohon plus jenis mahoni yang ada di dalam tegakan.

Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum Pemuliaan Pohon yang berjudul “Seleksi Pohon Plus”
adalah menetapkan pohon-pohon plus yang memiliki keunggulan dalam beberapa
fenotipe seperti pertumbuhan diameter dan tinggi total, batang bebas cabang,
kelurusan dan permukaan batang, luas tajuk, diameter cabang, sudut cabang,
kesilindrisan dan cacat lainnya.
3

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Pemuliaan Pohon yang berjudul “Seleksi Pohon Plus” ini
dilaksanakan pada hari Kamis, 10 Oktober 2019 pada pukul
13.30 - 15.10 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di Hutan Tri Dharma, Fakultas
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, meteran jahit
(phiband), kamera, GPS (bisa dengan HP).
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tally sheet metode
evaluasi pohon plus, dan tegakan mahoni.

ProsedurKerja
1. Ambil titik koordinat plot yang telah ditentukan oleh masing-masing
kelompok.
2. Tentukan pohon plus yang ada pada masing- masing plot dengan mengacu
kepada tallysheet metode evaluasi pohon plus.
3. Ambil titik koordinat pohon plus yang telah dipilih.
4. Diameter diukur dengan menggunakan meteran (phiband)
5. Untuk parameter tajuk, diameter cabang, dan sudut cabang, bandingkan
dengan 5 pohon lainnya yang ada di plot masing- masing kelompok. Rerata
apabila sama dengan kelima pohon pembanding.
6. Petakan keberadaaan pohon plus dengan lingkungan sekitarnya.
7. Berikan tanda pada pohon plus yang telah dipilih.
8. Dokumentasikan kegiatan praktikum.
4

BAB II
ISI

Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum Pemuliaan Pohon yang berjudul
“Seleksi Pohon Plus” adalah sebagai berikut :
Karakter Nilai Maximal Nilai Pohon Sistem Penilaian
pohon plus yang
dievaluasi
Diameter 25 20 <105 % = 5
105 – 110 = 10
111- 115 = 15
116 – 120 = 20
>121 % = 25
Tinggi Pohon Pohon dominan
dominan atau kodominan
Kelurusan Batang 40 30 Lurus dari bawah
sampai ujung = 40
75% = 30
50% = 20
<33% = 10
Batang Bebas 10 8 <35% = 2
Cabang 35 – 45 % = 4
46 – 55 % = 6
56 – 65 % = 8
>66 % = 10
Tajuk 5 2 Rerata = 0
Agak Sempit = 2
Sempit = 5
Diameter Cabang 5 2 Rerata = 0
Agak Sempit = 2
Sempit = 5
Sudut Cabang 5 2 Rerata = 0
Agak Sempit = 2
Sempit = 5
Kesilindrisan 5 5 Silindris = 5
Agak Silindris = 2
Tak Silindris = 0
Cacat Lain 5 0 Tidak ada cacat = 5
5

Kelihatan cacat = 0
Nilai Total 100 64

Pembahasan
Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang fungsi dan
manfaatnya baik secara langsung maupun tak langsung selalu dibutuhkan oleh
manusia, baik sekarang maupun masa yang akan datang dalam rangka menunjang
hidup dan kehidupannya. Secara tidak langsung hutan dapat berfungsi sebagai
media pendidikan, penelitian, dan pengembangan. Jika hal tersebut bisa dilakukan
secara berkelanjutan maka dapat mendukung upaya pengelolaan hutan secara
lestari dan dapat meningkatkan nilai tambah hasil hutan dan juga meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Untuk mendukung upaya pengelolaan
hutan secara lestari maka diperlukan proses pemeliharaan yang baik, salah satu
proses pemeliharaan yang baik adalah dengan penanam dengan menggunakan
benih yang berkualitas baik. Sehingga dibutuhkan suatu tanaman hutan yang
mempunyai kualitas yang baik pada tanaman hutan tersebut (Mulawarman et all,
2017).
Mahoni (Swietenia macrophylla King.) memiliki daun yang lebar yang
merupakan jenis introduksi (eksotik), penghasil kayu pertukangan yang cukup
penting di Indonesia. Di Pulau Jawa jenis ini banyak ditanam oleh Perum
Perhutani dan masyarakat pada lahan miliknya. pasokan kayu pertukangan dari
jenis ini berada pada urutan keempat setelah kayu rimba, jati dan pinus. Kayu
mahoni daun lebar dapat digunakan sebagai bahan bangunan, kayu lapis, panel,
furniture, lantai, frame, bodi mobil, interior perahu, moulding, dan lain-lain
(Mashudi, 2018).
Besarnya nilai pertumbuhan suatu tanaman ditentukan oleh adanya
interaksi antara faktor genetik dengan faktor lingkungan tempat tumbuhan
tersebut tumbuh. Karakter morfologi seperti tinggi, diameter, dan batang bebas
cabang merupakan karakteristik yang dipengaruhi oleh lingkungan. Interaksi
genetik dan lingkungan berhubungan dengan kemampuan adaptasi yang dimiliki
oleh suatu individu atau populasi tanaman pada lingkungan tertentu. Faktor
genetik merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan sifat dari tanaman.
Faktor lingkungan juga sangat berperan dalam proses pertumbuhan tanaman.
6

Kondisi lingkungan yang sesuai dengan jenis tanaman akan menghasilkan


pertumbuhan yang baik. pohon dari nilai minimum dan maksimum. Pemilihan
pohon plus dipilih berdasarkan hasil pengamatan terhadap karakter morfologi.
Individu yang dipilih sebagai kandidat pohon plus yang memiliki karakter lebih
baik dibandingkan dengan lainnya pada pohon plus tersebut (Zakiyah et all,
2017).
Secara umum tingkat kualitas suatu tanaman hutan ditentukan oleh 3
faktor utama, yaitu faktor genetik, faktor fisik, dan faktor fisiologis. Faktor
genetik erat kaitannya dengan sifat dominan atau resesif yang diturunkan oleh
pohon induk, sedangkan faktor fisik dan fisiologis terkait dengan kondisi fisik dan
biologis benih (kondisi fisik dari tanaman hutan, ukuran, warna, struktur biokimia
yang terdapat dalam benih tersebut). Untuk meningkatkan kualitas genetik benih
dapat dilakukan melalui kaidah-kaidah pemuliaan sedangkan faktor fisik dan
fisiologis benih dapat dipertahankan dengan cara koleksi, penanganan dan proses
penyimpanan yang tepat.
Identifikasi pohon plus ini diperoleh dengan cara mengidentifikasi kenampakan
fisik dari pohon yang diamati, pemilihan pohon dilihat secara langsung, yaitu
pohon yang mempunyai kenampakan fisik lebih baik dari pohon sekitarnya,
seperti diameter, tinggi, tinggi bebas cabang, kelurusan batang, silindris batang,
permukaan batang, dan cacat lain maka dari itu didapat calon pohon plus yang
memiliki nilai skor untuk menjadi pohon plus.
Pemilihan pohon plus dilakukan dengan survey langsung kelapangan atau
dengan pengamatan langsung di lapangan. Setiap daerah memiliki pemilihan
pohon plus yang berbeda yang telah ditetapkan. Pohon yang teridentifikasi adalah
pohon dominan. Skor yang didapat dari tiap pohon plus berbeda-beda, karena tiap
pohon memiliki kriteria fenotip yang berbeda-beda juga, setiap pohon plus yang
sudah diberikan skor. Kriteria yang digunakan dalam penentuan pohon plus yaitu
tinggi pohon minimal sama dengan rata-rata tinggi pohon pembanding yang
terdapat dalam tiap petak ukur, diameter batang lebih besar dibandingkan dengan
diameter pohon pembanding, sudut cabang dan lain sebagainya. Pohon plus yang
sudah terseleksi dapat dijadikan sumber benih yang nantinya akan di tanam pada
lokasi-lokasi yang sudah diseleksi (France et all, 2011).
7

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
8

DAFTAR PUSTAKA

Dephut. 2006. Manual Seleksi Pohon Plus. Balai Perbenihan Tanaman Hutan
Jawa dan Madura, Sumedang.

Hasibuan. M, Indriyanto, dan Melya. R. 2013. Inventarisasi Pohon Plus Dalam


Blok Koleksi Di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Jurna Sylva
Lestari. Vol. 1 (1): 9-16.
Juanda, Muin, A, Wulandari, R, S. 2017. Seleksi Pohon Plus Pada Areal
Tegakan Benih Iuphhk-Ha PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat.
Fakultas Kehutanan Universitas Tanjung Pura. Jurnal Hutan Lestari.
Vol. 5 (4) : 927 – 934.

Niapele, S. 2014. Kebijakan Perlindungan Hutan pada Kawasan Hutan Lindung


Kie Matabu Kota Tidore Kepulauan. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan
Perikanan. 7 (1) : 80-86.

Soerianegara, I, dan A. Indrawan. 2002. Pemuliaan Pohon Hutan. Departemen


Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai