Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH STUDI HADITS

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Hadits

Dosen pengampu : Moh. Misbakhul Khori. TH.I

Disusun Oleh :

Muhammad Naufal Nurzakiy (933705519)


Muhammad Fatichul Irsyad (933705019)
Andriansyah Ramadhani (933706519)
Rena Laurensia Indah Mawarni (933707519)

PRODI SOSIOLOGI AGAMA KELAS B


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat dan karunia-nya sehingga selesailah tugas mata kuliah Studi hadits yang
dibimbing oleh bapak MOH.MISBAKHUL KHORI . TH.I dengan judul
PENGERTIAN TENTANG HADITS MUTAWATIR .
Demikian tugas ini disusun bertujuan agar bisa bermanfaat bagi
mahasiswa mahasiswi jurusan Sosiologi Agama fakultas Ushuluddin Dan Dakwah
tahun ajaran 2019 khususnya. Salama penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran agar kami
bisa memperbaiki untuk tugas yang akan datang. Dan kami juga mohon maaf jika
banyak terjadi kesalahan maupun kekurangan
dalam penyusunan makalah ini baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja karena kami yakin kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Wassalamualaikim Wr wb
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………...
DAFTAR ISI……………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..
LATAR BELAKANG HADITS MUTAWATIR………………………….
RUMUSAN MASALAH………………………………………………..
TUJUAN MASALAH…………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………
PENGERTIAN HADITS MUTAWATIR………………………………………
MACAM-MACAM HADITS MUTAWATIR………………………………….
KEHUJJAHAN HADITS MUTAWATIR.…………………………………….
BAB III PENUTUP…………………………………………………………….
KESIMPULAN…………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejarah perkembangan hadits merupakan masa atau periode yang telah


dilalui oleh hadits dai masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan,penyahatan,
dan pengalaman dari generasi ke generasi. Dengan memperhatikan masa yang
telah dilalui hadits sejak masa timbulnya atau lahirnya dizaman Nabi SAW.
Meneliti dan mebina hadits, serta segala hal yang telah mempengaruhi hadits
tersebut. Para ulama muhadistin membagi sejarah hadits dalam beberapa periode.
Adapun para ulama penulis sejarah hadits berbeda beda dalam membagi periode
sejarah hadits. Ada yang membagi dalam tiga periode, lima periode, dan tujuh
periode.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian tentang Hadits Mutawartir ?
2. Apa Macam-macam Hadits Mutawatir ?
3. Apa kehujjahan Hadits Mutawatir ?
C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui tentang pengertian Hadits Mutawatir.
2. Mengetahui macam-macam Hadits Mutawatir.
3. Memahami tentang kehujjahan Hadits Mutawatir.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Kata mutawatir, secara bahasa, merupakan isim fa’il dari kata al-
tawatur yang bermakna al-tatabu’(berturut-turut)1. Dalam hal ini,
mutawatir mengandung pengertian sesuatu yang bersifat kontinyu baik
secara berturut-turut maupun secara terus-menerus tanpa adanya hal yang
menyela2 yang menghalangi kontinuitas itu. Pengertian etimologis ini, bila
dikaitkan dengan hadits menunjukan bahwa pada hadits mutawatir itu
antara periwayat yang satu dengan periwayat yang lain pada generasi
sebelum maupun sesudahnya terjadi hubungan berturut-turut, runtun
sehingga tidak terputus-putus dikarenakan jumlah pada masing-masing
generasi cukup banyak. Secara istilah dibagi 3 macam yaitu,
1. Menurut Mahmud Al-Thahhan, definisi hadits mutawatir adalah:
“Hadits yang diriwayatkan olah banyak periwayat yang menurut adat
kebiasaan mustahil mereka sepakat sepakat berdusta ( tentang hadits
yang diriwayatkan)”.3
2. Menurut Muhammad ‘Ajjjaj Al-Khathib, yaitu: “Hadits yang
diriwayatkan sejumlah periwayat yang menurut adat kebiasaan mustahil
mereka sepakat berdusta (tentang hadits yang diriwayatkan) dari
sejumlah periwayat dengan jumlah sepadan semenjak sanad pertama
sampai terakhir dengan syarat jumlah itu tidak kurang dari pada setiap
tingkatan sanadnya”.4
3. Menurut Muhammad Muhammad Abu Syuhbah yaitu:”
Hadits yang diriwayatkan sejumlah periwayat yang menurut

1
Mahmud al- Tahhan, Taysir Musthalah al-Hadits, (Surabaya: Syirkah bungkul indah, tth.), hlm
19.
2
Al-Hafizh Tsana’ Allah al-Zahidi, Tawjih al-Qari’ ila al-Qowa’id wa al-fawaid al-Ushuliyyah
wa al-Haditsiyyah wa al-Isnadiyyah fi Fath al-Bari, (Beirut: Dar al-Fikr, tth.), hlm. 155.
3
Ibid.
4
Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib, Ushul al-Hadits, hlm. 301.
akal sehat dan adat kebiasan mustahil mereka sepakat
berdusta (yang diriwayatkan) dari sejumlah periwayat dengan
jumlah yang sepadan semenjak sanad pertama sampai sanad
terakhir dengan syarat jumlah itu tidak kurang pada setiap
tingkatan sanad nya dan sandaran beritanya berdasarkan
sesuatu yang dapat di indra seperti disaksikan, didengarkan,
atau pun sebagainya”.5

B. MACAM-MACAM HADITS MUTAWATIR

Para ulama membagi Hadits Mutawatir menjadi 3 yakni, mutawatir


lafzhi, mutawatir ma’nawi, dan mutawatir ‘amali.
1. Hadits mutawatir lafzhi adalah hadits yang diriwayatkan oleh
orang banyak yang susunan redaksi dan maknya sesuai benar
antara riwayat yang satu dan lainnya, yakni : “hadits yang sama
bunyi lafadz, hukum, dan maknanya”.6
2. Hadits mutawatir ma’nawi adalah hadits yang lafadz dan
maknanya berlainan antara satu riwayat dan riwayat lainnya,
tetapi terdapat persesuaian makna secara umum (Kulli). Hal ini
sebagai mana dinyatakan dalam kaidah ilmu hadits.” Hadits
yang berlainan bunyi dan maknanya, tetapi dapat diambil
makna umum.”7
3. Hadits mutawatir ‘amali adalah berita-berita yang menerangkan
waktu dan roka’at sholat, sholat jenazah, sholat ‘ied, hijab
perempuan yang bukan mahrom, kadar zakat, dan segala rupa
amal yang telahj menjadi kesepakatan, ijma’.8

C. KEHUJJAHAN HADITS MUTAWATIR

5
Muhammad Muhammad Abu Syubah, al-wasith fi ‘Ulum wa Musthalah al-Hadits, (Kairo: Dar
al-Fikr, tth.), hlm. 184.
6
Rahman. Op.cit. hlm. 81.
7
Soetari. Op.cit. hlm. 121.
8
Soetari. Op.cit. hlm. 122.
Menurut Muhammad As-Shabaagh, harus bersifat dharuri yang
diperoleh dari pengamatan panca indra.9 Hal ini dimaksud agar berita
yang disampaikan di dasarkan pada ilmu yang pasti bukan berdasar
prasangka dan bersifat apologis dan apriori. Dengan harapan, sebagai
harapan oleh ibn hajar al-asqanali, berita ini disampaikan oleh para
periwayat hadist itu dapat melahirkan keyakinan pada diri orang- orang
yang mendengarnya tentang isi kebenaran isi berita tersebut.10
Menurut ibn taymiyah, orang yang telah meyakini kemutawatiran
suatu hadist, wajib memercayai kebenaran dan mengamalkan sesuai
dengan kandungan isinya. Sedang orang yang belum mengetahui
kemutawatirannya hendaklah mengikuti dan menyerahkan kepada orang
yang telah menyepakati kemutawatiran hadist tersebut.11
Mahmud Al-Tahhan menyatakan bahwa hadist mutawatir bersifat
dharuri, yaitu ilmu yang meyakinkan yang meharuskan manusia
memercayai dan membenarkan nya secara pasti seperti orang yang
menyaksikannya sendiri, tanpa disertai dengan keraguan sedikitpun.
Dengan demikian, seluruh hadits mutawatir dapat diterima (maqbul)
untuk dijadikan hujjah tanpa hatus menkaji para periwayatnya.12
Pendapat semua harus dikemukakan oleh muhammad ‘Ajjad al-khathib
bahwa dalam hadits mutawatir tidak dikaji tentang kualitas para
periwayatnya tetapi wajib diamalkan.13

9
Muhammad al-Shabbagh, al-Hadits, hlm. 165.
10
Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar al-‘Asqalani, Nuzhah al-Nazhar, hlm. 39.
11
Ibnu Taymiyah, Majmu’ al-fatawa, jilid XVIII (Mekkah: tp., tth), hlm. 51.
12
Mahmud al-Thahhan, Taysir, hlm. 20.
13
Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib, Ushul al-Hadits, hlm. 301.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Seperti yang kita ketahui dari susunan makalah diatas adalah


sebagai contoh atau pembelajaran tentang hadits karena sumber hukum dan untuk
mempelajari pengertiannya. Disamping itu, kita bisa tahu membedakan mana
hadits sanadnya lemah dan kuat pendapatnya sehingga kita bisa mengamalkan
amalan dengan dalil yang jelas. Sebagai seorang muslim seharusnya kita
bersyukur kepada Alloh atas ilmu yang diberikan, karena itu kita bisa
memepelajari dan mengamalkan segala perbuatan yang diridhoi oleh Alloh SWT
hingga selamat dunia dan di akhirat kelak. Jadi Hadits Mutawatir adalah Hadits
yang diriwayatkan sejumlah periwayat yang menurut akal sehat dan adat kebiasan
mustahil mereka sepakat berdusta (yang diriwayatkan) dari sejumlah periwayat
dengan jumlah yang sepadan semenjak sanad pertama sampai sanad terakhir
dengan syarat jumlah itu tidak kurang pada setiap tingkatan sanad nya dan
sandaran beritanya berdasarkan sesuatu yang dapat di indra seperti disaksikan,
didengarkan, atau pun sebagainya”.

Demikian makalah ini disusun dari pembahasan awal dari mata


kuliah Studi Hadits. Dari penulis mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan
baik dari sumber referensi maupun kurang logisnya redaksi yang disajikan kritik
dan saran kami harapkan pada setiap pembaca tulisan ini terutama dosen
pengampu mata kuliah yakni bapak Moh. Misbakhul Khori. TH.I dan terimakasih
atas perhatiannya.
DAFTAR PUSTAKA

Tahhan, Mahmud al-. tth. Taysir Musthalah al-Hadits, Surabaya: Syirkah


bungkul indah.

Al-Hafizh Tsana’ Allah al-Zahidi, Tawjih al-Qari’ ila al-Qowa’id wa al-fawaid


al-Ushuliyyah wa al-Haditsiyyah wa al-Isnadiyyah fi Fath al-Bari, (Beirut: Dar
al-Fikr, tth.), hlm. 155
.
Ibid.

Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib, Ushul al-Hadits, hlm. 301.

Muhammad Muhammad Abu Syubah, al-wasith fi ‘Ulum wa Musthalah al-


Hadits, (Kairo: Dar al-Fikr, tth.), hlm. 184.

Rahman. Op.cit. hlm. 81.

Soetari. Op.cit. hlm. 121.

Muhammad al-Shabbagh, al-Hadits, hlm. 165.

Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar al-‘Asqalani, Nuzhah al-Nazhar, hlm. 39.

Ibnu Taymiyah, Majmu’ al-fatawa, jilid XVIII (Mekkah: tp., tth), hlm. 51.

Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib, Ushul al-Hadits, hlm. 301.

Anda mungkin juga menyukai