Anda di halaman 1dari 12

SPESIFIKASI TEKNIS

Program : Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Rawa dan Jaringan


Pengairan Lainnya
Kegiatan : Peningkatan Jalan Inspeksi (DAU)
Pekerjaan : Peningkatan Jalan Inspeksi DR Sei Tatas; Desa Anjir Palambang
Lokasi : Desa Anjir Palambang Kecamatan Pulau Petak
TA : 2019

PASAL 1 : PEKERJAAN PENDAHULUAN

1.1 Pembuatan Papan Nama Kegiatan


Memasang papan nama kegiatan dari plywood atau bahan spanduk
baliho ukuran 120 x 150 cm dipasang pada patok kayu yang kuat,
ditanam dalam tanah dengan ketinggian 150 cm.Diletakkan pada
tempat yang mudah dilihat oleh umum. Papan nama proyek/Kegiatan
memuat identitas:
1. Nama Proyek/Kegiatan
2. Pemilik Proyek/Kegiatan
3. Lokasi Proyek/Kegiatan
4. Jumlah biaya (kontrak)
5. Nama Konsultan Pengawas
6. Nama Pelaksana (Kontraktor)
7. Pekerjaan dimulai, tanggal, bulan, tahun

1.2 Pembuatan Bangsal Kerja / Darurat


Pemborong harus membuat bangsal kerja/sewa terlebih dulu untuk
penempatan bahan / material dan tempat tinggal buruh yang tidak jauh
dengan lokasi pekerjaan.

1.3 Pengukuran dan Pematokan


Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus mengadakan
pengukuran dengan teliti elevasi dasar permukaan tanah dan jalan
atau elevasi lainnya sesuai permintaan Direksi.Cara pengukuran
ketepatan hasil pengukuran, toleransi, dan pembuatan serta
pemasangan patok bantu akan ditentukan oleh Direksi. Ukuran –
ukuran pokok dari pekerjaan adalah sesuai dengan yang tercantum
dalam gambar. Ukuran – ukuran yang tidak tercantum, tidak jelas atau
saling berbeda, harus segera dilaporkan kepada Pengawas Lapangan.
Apabila timbul keragu–raguan dari pihak Kontraktor dalam
menginterpretasi angka – angka elevasi dalam gambar maka hal ini
harus dilaporkan kepada Direksi untuk dimintakan penjelasannya.
1
Apabila terdapat kesalahan dalam pengukuran kembali, maka
pengukuran ulang menjadi tanggung jawab Kontraktor.

PASAL 2
PEKERJAAN TANAH DAN PEERJAAN KONSTRUKSI

1. Pembersihan Lapangan dan Perataan


 Sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan, lokasi proyek harus
dibersihkan dari segala sesuatu yang tidak diperlukan atau dapat
mengganggu jalannya pekerjaan.
 Semua benda yang dapat mengganggu jalannya pekerjaan harus
dikeluarkan dari lokasi proyek ke tempat yang telah disetujui
Direksi atau Konsultan Pengawas, selambat-lambatnya sebelum
pekerjaan dimulai.

2. Pekerjaan Timbunan Pilihan


Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan dan penghamparan
timbunan bahan pilihan atau bahan berbutir yang disetujui untuk
perataan muka tanah dasar, untuk penimbunan lubang-lubang pada
tanah dasar yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan
sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang
yang disyaratkan atau disetujui.

3. Pekerjaan Pemasangan Plastik Cor


Setelah badan Jalan selesai dibase dan diprofil maka pemborong akan
mengerjakan pemasangan Plastik Cor dengan meminta petunjuk dari
Direksi pekerjaan, plastik cor akan di pasang selebar badan jalan yang
akan di cor.

4. Pasangan Papan Bakisting / Cetakan


 Material untuk bekisting dapat dibuat dari kayu, besi, atau material
lain yang disetujui Pengawas. Kesemua tipe material tadi bila
digunakan tetap harus memenuhi kebutuhan untuk bentuk,
ukuran, kwalitas dan kekuatan, sehingga didapat hasil beton yang
halus, rata, dan sesuai dimensi yang direncanakan.
 Bekisting harus benar-benar menjamin agar air yang
terkandung dalam adukan beton tidak hilang atau berkurang.
Pengerjakan bekisting harus sedemikian rupa sehingga hubungan
papan bekisting terjamin rapat dan tidak akan menimbulkan
kebocoran. Konstruksi bekisting harus cukup kaku, dengan
pengaku-pengaku (bracing) dan pengikat (ties) untuk mencegah

2
terjadinya pergeseran ataupun perubahan bentuk yang
diakibatkan gaya-gaya yang mungkin bekerja pada bekisting tadi.
Hubungan-hubungan antara bagian bekisting harus menggunakan
alat-alat yang memadai agar didapat bentuk dan kekakuan yang
baik. Pengikatan bagian bekisting harus dilakukan horizontal dan
vertikal. Semua bekisting harus direncanakan agar dalam proses
pembukaan tanpa memukul atau merusak beton. Untuk
pengikatan dalam beton harus menggunakan batang besi dan
murnya.
 Bila diperkirakan akan terendam air, Pemborong harus membuat
bekisting kedap air dengan melapisinya menggunakan bahan
yang tidak tembus air sesuai petunjuk Pengawas.
 Semua material yang selesai digunakan sebagai bekisting harus
dibersihkan dengan teliti sebelum digunakan kembali, dan
bekisting yang telah digunakan berulang kali dan kondisinya sudah
tidak dapat diterima Pengawas, harus segera disingkirkan untuk
tidak dapat dipergunakan lagi atau bilamana mungkin diperbaiki
agar kembali sempurna kondisinya.
 Konstruksi dari bekisting, seperti sokongan-sokongan perancah
dan lain-lain yang memerlukan perhitungan harus diajukan dan
disetujui Pengawas.
 Sebelum pengecoran dimulai, bagian dalam dari bekisting harus
bersih dari kotoran dan kering dari air.
 Pembersihan dan pengeringan harus sedemikian rupa hingga
terjamin mutu beton yang diharapkan dan untuk jaminan bahwa
bagian dalam bekisting betul-betul kering. Finishing beton
bertulang sejauh mungkin dihindari dan perataan permukaan
beton harus dilakukan sesuai petunjuk Pengawas.
 Bekisting tidak boleh dibuka/dibongkar dan dibebani jika beton
dalam bekisting belum berumur 28 hari kecuali ditentukan lain
oleh Pengawas.
 Walaupun ditentukan lain oleh Pengawas bekisting beton tetap
tidak boleh dibuka dan dibebani sebelum berumur minimal 21 hari.
 Pembukaan dan pembebanan Bekisting beton kurang dari 14 hari
karena alas an adanya pemakaian Zat Additive yang dapat
mempercepat pengerasan beton harus disetujui oleh Pengawas.

a. Pekerjaan Cor Beton Mutu fc’ = 7,4 Mpa (K100)


a. Standart
Semua ketentuan baik mengenai material maupun metode
pemasangan dan juga pelaksanaan pekerjaan beton harus
mengikuti semua ketentuan dalam Peraturan Beton Bertulang

3
Indonesia 1971 (PBI 1971 - NI 8), terkecuali bila dinyatakan atau
diinstruksikan lain oleh Pengawas. Bila terdapat hal-hal yang tidak
tercakup dalam Peraturan tadi, maka ketentuan ketentuan berikut
ini dapat dipakai dengan terlebih dahulu memberitahu dan
memintakan ijin dari Pengawas.
b. Semen
Mutu beton yang dicapai dalam pekerjaan beton bertulang adalah
dengan perbandingan 1 PC : 2 PS : 3 KR dan harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan oleh Pengawas. Semen yang
digunakan harus merupakan produk dari satu pabrik yang telah
mendapat persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas terlebih
dahulu.
Kontraktor harus menunjukkan sertifikat dari Produsen untuk
setiap pengiriman semen, yang menunjukkan bahwa produk tadi
telah memenuhi sesuatu test standard yang lazim digunakan
untuk material itu.
Pengawas berhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam
gudang pada setiap waktu sebelum dipergunakan dan dapat
menyatakan untuk menerima atau menolak semen-semen
tersebut.
Kontraktor harus menyediakan tempat/gudang penyimpanan
semen pada tempat- tempat yang baik sehingga semen-semen
tersebut senantiasa terlindung dari kelembaban atau keadaan
cuaca lain yang merusak, teutama sekali lantai tempat
penyimpanan tadi harus kuat dan berjarak minimal 30 cm dari
permukaan tanah.
Dalam kantung-kantung semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi
dari dua meter. Tiap-tiap penerimaan semen harus disimpan
sedemikian rupa sehingga dapat dibedakan dengan penerimaan-
penerimaan sebelumnya. Pengeluaran semen harus diatur secara
kronologis sesuai dengan penerimaan. Kantung-kantung semen
yang kosong harus segera dikeluarkan dari lapangan.
Bila terdapat keraguan kwalitas semen maka dapat dilakukan
pengujian, bila ternyata hasil test dari semen-semen yang sudah
berada dilapangan menunjukkan hasil yang tidak memenuhi
syarat, Kontraktor harus dengan segera menyingkirkan semen-
semen yang ditolak tadi keluar areal kerja dan areal penyimpanan
dengan biayanya sendiri.

c. Air untuk Adukan

4
1. Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan
pasangan dan grouting, bahan pencuci agregat, dan untuk
curing beton, harus air tawar yang bersih dari bahan-bahan yang
berbahaya bagi penggunaannya seperti minyak, alkali, sulfat,
bahan organis, garam, silt (lanau). Kadar Silt (lanau) yang
terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2 % dalam
perbandingan beratnya. Kadar sulfat maximum yang
diperkenankan adalah 0.5 % atau 5 gr/lt, sedangkan kadar
chloor maximum 1.5 % atau 15 gr/lt.
2. Kontraktor tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa,
sumber air yang berlumpur, ataupun air laut. Tempat
pengambilan harus dapat menjaga. kemungkinan terbawanya
material-material yang tidak diinginkan tadi. Sedikitnya harus
ada jarak vertikal 0.5 meter dari dari permukaan atas air kesisi
tempat pengambilan tadi.
3. Penggunaan air kerja harus mendapat persetujuan pengawas.
4. Bila akan dipakai air bukan berasal dari air minum dan mutunya
meragukan, maka Direksi/Konsultan Pengawas dapat minta
kepada Pemborong untuk mengadakan penyelidikan air secara
laboratoris dan biaya penyelidikan tersebut atas tanggungan
Pemborong.

d. Agregat Halus (Pasir Pasang)


1. Pasir untuk beton, adukan dan grouting harus merupakan pasir
alam, pasir hasil pemecahan batu dapat pula digunakan untuk
mencampur agar didapat gradasi pasir yang baik. Pasir yang
dipakai harus mempunyai kadar air yang merata dan stabil, dan
harus terdiri dari butiran yang keras, padat, tidak terselaput
oleh material lain.
2. Pasir yang ditolak oleh Pengawas, harus segera disingkirkan
dari lapangan kerja. Dalam membuat adukan baik untuk beton,
plesteran ataupun grouting, pasir tidak dapat digunakan
sebelum mendapat persetujuan Pengawas menge- nai mutu dan
jumlahnya.
3. Pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan tanah
liat, alkalis, bahan-bahan organik dan kotoran-kotoran lainnya
yang merusak. Berat substansi yang merusak tidak boleh lebih
dari 5%.
4. Pasir beton harus mempunyai modulus kehalusan butir
sesuai dengan persyaratan pada PBI 71.

5
e. Agregat Kasar (Koral)
1. Agregat kasar untuk beton dapat berupa koral dari alam, batu
pecah, atau campuran dari keduanya. Koral yang dipakai harus
mempunyai kadar air yang merata dan stabil. Sebagaimana juga
pada pasir, koral keras, padat, tidak porous, dan tidak terselaput
material lain. Dalam penggunaannya koral harus dicuci terlebih
dahulu dan diayak agar didapat gradasi sesuai yang dikehen-
daki, dan material yang halus yaitu yang lebih kecil dari 5 mm
harus disingkirkan.
2. Koral yang sudah tersedia tidak dapat langsung digunakan
sebelum mendapat persetujuan dari Pengawas baik mengenai
mutu ataupun jumlahnya.
3. Kontraktor diwajibkan memperhatikan pengaturan komposisi
material untuk adukan, baik dengan menimbang ataupun
volume, agar dapat dicapai mutu beton yang direncanakan,
memberikan kepadatan maximum, baik workability- nya, dan
memberikan kondisi water-cement ratio yang minimum.

f. Bahan Pencampur (Admixtures)


1. Penggunaan bahan admixture harus dengan ijin tertulis dari
Direksi, dan admixtures ini harus merupakan bagian yang
integral dari adukan beton yang dibuat.
2. Biaya tambahan akibat penggunaan bahan-bahan pencampur
(admixture) menjadi tanggung jawab Kontraktor.

g. Perbandingan Adukan
1. Kontraktor harus bertanggung jawab atas mutu adukan beton
yang dibuatnya, dan harus merencanakan perbandingan adukan
agar didapatkan hasil sesuai yang diminta dalam Spesifikasi.
Tidak satupun komposisi adukan beton yang dapat digunakan
dalam pekerjaan sebelum mendapat persetujuan dari
Pengawas. Untuk selanjutnya komposisi adukan beton yang
digunakan harus berdasar pada hasil adukan percobaan yang
telah disetujui.
2. Penggunaan material dan komposisi adukan yang konsisten,
harus diterapkan agar tercapai hal-hal sbb : Kekuatan beton
rencana. Beton yang padat, kedap air, dan tahan terhadap
pengaruh cuaca dan lingkungan.Pengaruh Kembang Susut yang
kecil.

h. Pengadukan

6
 Kontraktor harus menyediakan, memelihara dan menggunakan
alat pengaduk mekanis (beton mollen) yang harus selalu berada
dalam kondisi baik; sehingga dapat dihasilkan mutu adukan
yang homogen. Jumlah tiap bagian dari komposisi adukan beton
harus diukur dengan teliti sebelum dimasukkan kedalam alat
pengaduk, dan diukur dapat berdasarkan berat atau volume.
 Pengadukan beton harus dilakukan dengan alat pengaduk yang
mempunyai kapasitas minimum 0.2 m3 dengan waktu tidak
kurang dari 1½ menit setelah semua bahan adukan beton
dimasukkan dengan segera, kecuali air yang dapat dimasukkan
sebagian lebih dahulu. Pengawas berhak untuk memerintahkan
memperpanjang proses pengadukan bila ternyata hasil adukan
yang ada gagal menunjukkan beton yang homogen seluruhnya,
dan kekentalannya tidak merata.
 Adukan beton yang dihasilkan dari proses pengadukan tadi
harus mempunyai komposisi dan kekentalan yang merata untuk
keseluruhannya.
 Air untuk pencampur adukan beton dapat diberikan sebelum
dan sewaktu pengadukan dengan kemungkinan penambahan
sedikit air pada waktu proses pengeluaran dari adukan yang
dapat dilakukan berangsur-angsur. Penambahan air yang
berlebihan yang dimaksudkan untuk menjaga kekentalan yang
disyaratkan, tidak dapat dibenarkan. Mesin pengaduk yang
menunjukkan hasil yang tidak memuaskan, harus segera
diperbaiki atau diganti dengan yang baik lainnya. Pada alat
pengaduk yang ditempatkan secara sentral, atau pada mixing
plants, Kontraktor harus menyediakan sarana agar proses
pengadukan dapat diawasi dengan baik dari tempat yang
tidak menggangu pelaksanaan pekerjaan pengadukan. Alat
pengaduk tidak boleh digunakan untuk mengaduk adukan
dengan volume yang melebihi kapasitasnya, kecuali
diinstruksikan Pengawas.
 Alat pengaduk yang digunakan harus menunjukkan dengan jelas
data-data dari pabriknya. Gross volume dari ruang pengaduk,
Maximum kecepatan pengadukan, Minimum dan maximum
kecepatan pengadukan dengan disertai data-data tentang ruang
pengaduk, sirip pengaduk dll.
 Alat pengaduk (beton mollen) harus benar-benar kosong dan
bersih sebelum diisi bahan-bahan untuk mengaduk beton, dan
harus segera dicuci bersih setelah selesai mengaduk pada suatu
pengecoran. Pada saat memulai adukan yang pertama pada
suatu pengecoran dengan beton mollen yang sudah bersih,

7
pengadukan yang pertama harus mengandung koral dengan
jumlah perbandingan separuh dari jumlah perbandingan
normalnya untuk menjaga adanya material halus dan semen
yang tertinggal melekat pada bagian dalam beton mollen.
Juga lama pengadukan dengan kondisi pertama ini harus
dilakukan dengan sedikitnya satu menit lebih lama dari waktu
pengadukan normal. Untuk mendapatkan campuran beton yang
baik dan merata Pemborong harus memakai mesin pengaduk
yang baik. Mesin pengaduk harus cukup untuk melayani
volume pekerjaan yang direncanakan. Mesin pengaduk harus
dibersihkan dengan air dan dihindarkan dari pengotoran
minyak, sebelum dipakai. Setiap campuran beton harus diaduk
dalam pengaduk sehingga merata/homogen dan waktu
pengadukan minimum adalah 2 menit untuk setiap kali
mencampur.
 Pengadukan adukan dengan cara manual tidak diperkenankan,
terkecuali untuk suatu jumlah yang kecil sekali dan hal inipun
diperkenankan setelah mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas. Pengadukan dengan manual ini (hand mixing) ini
harus dilakukan pada suatu platform yang mempunyai tepi-tepi
penghalang.
 Pada proses pengadukan ini, bahan-bahan yang akan diaduk
harus diaduk dulu secara kering dengan sedikitnya 3 (tiga) kali
pengadukan, untuk kemudian air pencampurnya disemprotkan
dengan selang air, dan setelah itu dilakukan pengadukan
kembali dengan sedikitnya 3 (tiga) kali pengadukan sampai
didapat suatu adukan yang benar-benar merata.Dalam
pengadukankembali ini kekentalannya dapat dinaikkan
dengan 10 persen, serta tidak diperkenankan melakukan
pengadukan dengan cara ini untuk suatu jumlah yang lebih dari
1/2 m3 diaduk sekaligus.
i. Pengecoran
 Sebelum adukan beton dituangkan pada acuannya, kondisi
permukaan dalam dari bekisting atau tempat beton dicorkan
harus benar-benar bersih dari segala macam kotoran. Semua
bekas-bekas beton yang tercecer pada baja tulangan dan bagian
dalam bekisting harus dengan segera dibersihkan.
 Juga air yang tergenang pada acuan beton atau pada tempat
beton akan dicorkan harus segera dihilangkan. Aliran air yang
dapat mengalir ketempat beton dicor, harus dicegah dengan
mengadakan drainage yang baik atau dengan metoda lain yang
disetujui Pengawas, untuk mencegah jangan sampai beton yang

8
baru dicor menjadi terkikis pada saat atau setelah proses
pengecoran.
 Pengecoran tidak dapat dimulai sebelum kondisi bekisting,
tempat beton dicorkan, kondisi permukaan beton yang
berbatasan dengan daerah yang akan dicor, dan juga keadaan
pembesian selesai diperiksa dan disetujui oleh
Direksi/Konsultan Pengawas. Setelah diperiksa dan disetujui
Pengawas, maka pekerjaan yang dapat dilakukan hanyalah
pekerjaan dalam atau terhadap bekisting sampai selesainya
pengecoran beton pada daerah yang telah disetujui, terkecuali
dengan seijin Pengawas.
 Bilamana perlu, Pemborong dapat menggunakan concrete
pump, gerobak-gerobak dorong untuk mengangkut adukan
ketempat yang akan dicor. Pengangkutan beton tidak
diperkenankan dengan ember-ember.
 Pada tiap pengecoran, Kontraktor diwajibkan menempatkan
seorang tenaga pelaksananya yang berpengalaman baik dalam
pekerjaan beton, dan pelaksana ini harus hadir, mengawasi,
dan bertanggung jawab atas pekerjaan pengecoran. Sedang
semua pekerjaan pengecoran harus dilakukan oleh tenaga-
tenaga pekerja yang terlatih, yang jumlahnya harus mencukupi
untuk menangani pekerjaan pengecoran yang dilakukan.
Sebelum pengecoran dimulai, semua peralatan, material serta
tenaga yang diperlukan sudah harus siap dan cukup untuk suatu
tahap pengecoran sesuai dengan rencana yang sebelumnya
disetujui Pengawas. Tulangan, jarak, bekisting dan lain-lain,
harus dijaga dengan baik sebelum dan selama pelaksanaan
pengecoran.
 Segera setelah beton dituangkan kedalam bekisting, adukan
harus dipadatkan dengan concrete vibrator yang jumlahnya
harus mencukupi. Penggetaran dengan concrete vibrator dapat
dibantu dengan metode lain yang sebelumnya harus
mendapatkan persetujuan dari Pengawas terlebih dahulu.
 Tidak diperkenankan melakukan pengecoran untuk suatu
bagian dari pekerjaan beton yang bersifat permanen tanpa
dihadiri Pengawas atau wakil dari Pengawas (Inspector). Pada
bagian struktur yang akan terkena air laut pada saat muka air
laut tinggi (HWS), maka pengecoran bagian tersebut harus
dilakukan pada saat muka air laut rendah (LWS).
 Kontraktor harus mengatur kecepatan kerja dalam
menyalurkan adukan beton agar didapat suatu rangkaian

9
kecepatan baik mengangkut, meratakan, dan memadatkan
adukan beton dengan suatu kecepatan yang sama dan menerus.
 Mengencerkan adukan beton yang sudah diangkut sama
sekali tidak diperkenankan. Adukan beton yang sudah terlanjur
agak mengeras tapi belum dicorkan, harus segera dibuang.
 Seluruh pekerjaan pengecoran beton harus diselesaikan segera
sebelum adukan betonnya mulai mengeras. Dan segala
langkah perlindungan harus segera dilakukan terhadap beton
yang baru dicor, dimulai saat-saat beton belum mengeras.
 Dalam hal terjadi kerusakan alat pada saat pengecoran, atau
dalam hal pelaksanaan suatu pengecoran tidak dapat
dilaksanakan dengan menerus, Kontraktor harus segera
memadatkan adukan yang sudah dicorkan sampai suatu batas
tertentu dengan kemiringan yang merata dan stabil saat beton
masih dalam keadaan plastis.
Bidang pengakhiran ini harus dalam keadaan bersih dan harus
dijaga agar berada dalam keadaan lembab sebagaimana juga
pada kondisi untuk construction joint, sebelum nantinya
dituangkan adukan yang masih baru. Bila terjadi penyetopan
pekerjaan pengecoran yang lebih lama dari satu jam,
pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu keadaan dimana
beton sudah dinyatakan mulai mengeras yang ditentukan oleh
pihak Pengawas.
 Pengecoran harus menerus dan hanya boleh berhenti ditempat-
tempat yang diperhitungkan aman dan telah direncanakan
terlebih dahulu dan sebelumnya mendapatkan persetujuan dari
Pengawas.
Penghentian maksimum 2 jam.Untuk menyambung suatu
pengecoran, pengecoran sebelumnya harus dibersihkan
permukaannya dan dibuat kasar dengan sikat baja agar
sempurna sambungannya dan sebelum adukan beton
dituangkan, permukaan yang akan disambung harus disiram
dengan air semen dengan campuran 1 pc : 0,5 air.
 Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak
atau terganggu akibat sinar matahari ataupun hujan. Juga air
yang mungkin mengganggu beton yang sudah dicor harus
ditanggulangi sampai suatu batas waktu yang disetujui
Pengawas terhitung mulai pengecorannya. Tidak sekalipun
diperkenankan melakukan pengecoran beton dalam kondisi
cuaca yang tidak baik untuk proses pengerasan beton tanpa
suatu upaya perlindungan terhadap adukan beton, hal ini bisa
dalam terjadi baik dalam keadaan cuaca yang panas sekali,

10
atau dalam keadaan hujan. Perlindungan yang dilakukan untuk
mencegah hal-hal ini harus mendapat persetujuan Pengawas.
Selama waktu pengerasan, beton harus dilindungi dengan
air bersih atau ditutup dengan karung-karung yang seniantiasa
dibasahi dengan air, terus menerus selama paling tidak 10 hari
setelah pengecoran.
 Apabila cuaca meragukan, sedangkan Pengawas tetap
menghendaki agar pengecoran tetap harus berlangsung, maka
pihak Pemborong harus menyediakan alat pelindung/terpal
yang cukup untuk melindungi tempat yang sudah/akan
dicor.Pengecoran tidak diijinkan selama hujan lebat atau ketika
suhu udara naik diatas 32° C.
 Bila dirasa perlu untuk mengurangi kadar air beton, Pemborong
dapat menambahkan bahan-bahan kimia sebagai additive,
seperti penggunaan Puzzilith R-300 misalnya dengan jumlah
125-150 cc tiap zak semen @ 40 kg. Sebelum pelaksanaan,
Pemborong harus mengajukan terlebih dahulu kepada
Pengawas buku petunjuk pemakaiannya dari pabrik pembuat.
Additive lain dapat pula dipergunakan sepanjang tidak
menyebabkan kelainan - kelainan pada beton dan untuk itu
harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas.
 Semua biaya yang timbul akibat penggunaan bahan-bahan
tambahan (additive) menjadi tanggung jawab Kontraktor.

PASAL 4
PEKERJAAN PELAPORAN , PENGGAMBARAN DAN DOKUMENTASI

Laporan, Penggambaran, Back Up Data dan Dokumentasi Kontraktor/Penyedia Jasa


diwajibkan Membuat laporan harian, mingguan dan bulanan, membuat gambar kerja
pelaksanaan (Penggambaran) serta mengadakan Dokumentasi, back up data mulai
dari bobot pekerjaan 0 %, 50% sampai dengan 100 %.

PASAL 5
KETENTUAN PENUTUP

1. Meskipun dalam Spesifikasi Teknis ini tidak dinyatakan dalam kata-kata yang
harus disediakan oleh pemborong yang tidak disebutkan dalam penjelasan
pekerjaan ini, maka kata-kata tersebut dianggap ada peraturan pelaksanaan ini.
2. Pekerjaan yang nyatakan menjadi bagian dari pekerjaan ini tetap
diselenggarakan dan disediakan oleh kontraktor harus dianggap pekerjaan ini
diuraikan dan dimuat dalam uraian kerja ini.

11
3. Hal-hal yang belum tercantum dalam pasal-pasal diatas diatur dan ditentukan
kemudian oleh Pengelola Kegiatan.
4. Pada pelaksanaan pekerjaan agar disesuaikan dengan RKS dan ketentuan yang
berlaku, serta tetap mempertahankan kualitas, kuantitas, estetika dan
kelengkapan administrasi.

Ditetapkan di : Kuala Kapuas


Tanggal : Februari 2019

12

Anda mungkin juga menyukai