Anda di halaman 1dari 5

Review Buku dengan judul Pendidikan Drama Pedoman Mengajarkan Drama oleh Jonothan

Neelands

BAB 1

Buku ini ditunjukan oleh penulis untuk digunakan seorang pengajar. Sebagai pedoman
untuk pengajaran yang layak digunakan pada jenjang sekolah menengah pertama dan sekolah
menengah atas. Dengan adanya buku ini dimaksudkan agar mempermudah guru atau pengajar
untuk menyampaikan sesuatu baik secara teori maupun praktik. Hal ini berkaitn dengan berbagai
pihak yang ingin memberikan bantuan kepada guru atau pengajar serta sebagai sarana publikasi.

Harapan penulis untuk dapat mengukur kemampuan anak dapat dilakukan melalui
observasi. Hal tersebut dilakukan karena dapat melihat secara rinci dilapangan. Dengan demikian
penulis berharap agar buku ini dapat mengisi kesenjangan guru atau pengajar untuk
menggembangkan praktik drama secara mandiri.

Untuk upaya mencoba dan menerapkan tujuan yang sama maka perlu menciptakan
pandangan yang lebih luas, kemudian dengan materi yang sama diuraikan dalam beberapa bab
berbeda, jika tidak ada pengalaman maka bagian-bagian tertentu akan sulit dilewati. Oleh karena
itu bab-bab tersebut digunakan untuk membimbing pembaca dari melihat drama secara sederhana
hingga scara kompleks.

Sebuah drama memiliki seuatu tinjauan drama yang dikembangkan dalam buku penulis
yaitu sebagai berikut :

1. Drama harus nyata-nyata merupakan pemustan anak yaitu dengan memanfaatkan


bahasa yang ada, pengalaman motivasi dan rasa tertarik.
2. Drama dalam konteks pendidikanyaitu imajinasi yang terkontrol sesuai dengan konsep
yang diberikan berdasarkan ide, nilai, dan peran yang dilakukan.
3. Drama itu praktis, bersifat langsung dan berkaitan dengan emosi-emosi dan intuitif
secara ilmiah.
4. Drama merupakan cara interatif yang bersifat sosial untuk menciptakan dan
menjelaskan makna hidup manusia melalui tanggap kehidupan yang nyata.
5. Drama dipandang sebagai proses aktif yang berguna bagi pelajar.

1
BAB 2

Beowulf- Contoh Mata Pelajaran

Pelajaran Beowulf merupakan pelajaran yang menarik, tetapi ada unsur-unsur yang
berkerja dengan baik dan ada pula unsur-usnur yang menyesatkan. Dalam buku ini diuraikan
sejumlah strategi, ide-ide, prinsip-prinsip dalam kerja yang banyak didasarkan pada pemikiran
penulis. Beowulf secara garis besar yaitu suatu pembelajaran yang sangat statis dalama Batasan
gerak, oleh sebab itu memungkinkan memberi gambaran pelajaran secara lengkap melalui salianan
transkip.

Guru atau pengajar tetap siap untuk mengontrol, bertindak sebagai ketua untuk semua yang
dikatakan dalam suatu drama. Hal tersebut bukanlah hal mudah bagi guru. Dengan demikian,
pengajar harus melakukan perluasan strategi dalam melakukan diskusi oleh kelompok. Pada
pelajaran tersebut dengan menjelaskan ssuatu tema oleh suatu guru atau pegajar dan usahanya
untuk menarik perhatian kelompok kedalam hubungan yng produktif dengan pelajaran itu.

BAB 3

Pasangan Guru dengan Siswa dalam Drama

Drama adalah cara belajar dan metode mengajar, dan kita haru mengetahui hubungan
kedua hal tersebut. Drama merupakan kebutuhan sendiri bagi guru dan siswa dan penulis dengan
kelompok penulis untuk mempersiapkan diri menyesuaikan dengan jenis strategi tertentu.

Sikap Guru yaitu sebagai berikut :

1. Penulis ingin mengambil resiko untuk memperoleh informasi untuk mengembangkan


pengalaman penulis sendiri yaitu sebagai guru dan menorong anak-anak untuk memperluas
pandangan mereka.
2. Penulis memberi kesempatan pada kelas untuk mengatakan sesuatu dalam organisasi
belajar mereka.
3. Penulis mencoba tidak menonjolkan diri sebagai seorang pakar yang berkuasa.

2
4. Tujuan penulis yaitu untuk membantu anak-anak menemukan kata-katanya sendiri.
5. Pengajaran yang relevan.

Sikap siswa yaitu sebagai berikut :

1. Anak-anak dipakai untuk melakukan permainan peran sebagai suatu strategi untuk
memahami tingkah laku orang lain.
2. Anak-anak mudah dalam melakukan drama yaitu dengan memberikansumber fisik konkret
utnuk diamati.
3. Dalam bermain dikenalkan bahwa tetap memerlukan aturan dan syarat-syarat.
4. Penulis memusatkan apa yang dibawa anak-anak kedalam drama dari pengalaman mereka.
5. Anak-anak mampu belajar dengan baik bersama teman seusianya dan orang dewasa
disbanding guru.

BAB 4

Bentuk-bentuk perundingan

Berbahasa cerdik : Berbahasa cerdik yaitu bahasa dalam drama membantu meletakan
perbedaannya dengan ironi-cerdik. Dalam ironi berupa ejekan halus atau humor,sarkasme, ataupun
cara berbicara kata-kata yang diucapkan kebalikannya.

Bahasa halus : Bahasa halus digunakan untuk mendorong dan merangsang penggunaan bahasa
oleh anak-anak. Serta tidak hanya membiasakan dan pemakaian saja .

Tidak jelas : Tidak jelas suatu pernyataan oleh anak-anak namun suatu situasi kondisi tidak sesuai.

Penulis dalam bab ini menuangkan ide-idenya dalam suatu startegi-strategi tentang
kebahasaan drama yang digunakan. .

BAB 5

Fase-fase perundingan

3
Pada bab ini penulis mengemukankan tentang fase-fase dalam drama. Hal ini digunakan
dalam menempuh suatu tujuan berdasarkan dengan urutan-urutan agar berjalan sesuai yang
diinginkan. Dalam fase-fase perundingan dini dimulai dari guru dan siswa membuat kontrak
belajar terlebih dahulu hingga ke proses evaluasi.

BAB 6

Cara kerja

Penulis menjelaskan tentang bagaimana cara bermain drama. Jika penulis ingin
memudahkan anak-anak bergerak diluar ide maka, guru akan mengembangkan startegi melalui
cara-cara yang bisa meningkatkan kebutuhan pada anak-anak. Dengan demikian anak tidak
kebingungan untuk belajar cara bermain drama.

Adapun cara yang perlu diperhatikan yaitu 1) cara guru memainkan peran, 2) cara
menggambarkan, 3) bekerja dengan cara berpasangan(A+B), 4) cara mereka-reka keseluruhan
kelompok.

BAB 7

Bentuk Teater

Penulis menyadari bahwa teater (sebagai bentuk seni) tidak bekerja secara eksklusif
melalui actor atau teks. Dalam memperlakukan hal ini sistem penciptaan makna yang luas untuk
mendorong dan berkomunikasi dengan publik. Dalam bentuk teater terdapat elemen dasar teater
yang dimiliki oleh drama yaitu ; pemusatan, metafora, ketegangan, upacara ritual, kekontrasan,
benda-benda simbolik, waktu, tempat, fungsional, kreatif, dan peran. Hal-hal tersebut salng
berhubungan dalam bentuk teater.

BAB 8

Kontrol Drama

4
Dalam mengontrol drama perlu diperhatikan dalam buku ini yaitu:

1. Drama bisa memberikan permasalahan khusus, tetapi tidak tentu harus ada.
2. Diperkirakan bahwa guru mempunyai banyak kepercayaan dalam berhubungan dengan
masalah kontrol rutin dalam kelas.
3. Petunjuk untuk mengontrol pekerjaan drama-strategi yang dilihat pada umumnya tidak bisa
diterapkan pada bentuk pelajaran yang lain.
Adapun komponen-komponen yang digunakan dalam kontrol drama adalah melengkapi
struktur belajar melalui drama, kontrak drama, ruang tempat, peran,upacara ritual dan uji
kesepaktan, cara kerja sebagai kontrol, pemilihan materi.

BAB 9

Susunan Perencanaan

Suatu drama jika ingin berjalan dengan baik diperlukannya sebuah susunan perencanaan.
Susunan perencanaan yaitu tahap 1) menyesuaikan kelompok materi (meliputi dengan kelompok,
tujuan, tema luas, fokus), tahap 2) menetapkan konteks drama (meliputi dengan waktu, tempat,
orang, hubungan, masalah), tahap 3) penulis mengatakan bahwa guru meminta anak-anak untuk
menetapkan sesuai bagian masing-masing.

BAB 10

Beberapa pelajaran

Terlalu banyak pelajaran memang tidak begitu baik. Kelemahan rencana ini adalah
pelajaran berorientasi pada alur yang ditempatkan terlalu banyak tekanan pada satu hal yang terjadi
sesudah hal lain. Terdapat pengertian dimana rencana-rencana ini berdiri pada keadaan kontras
terhadap pengertian drama yang diungkapkan.

Anda mungkin juga menyukai