Abstract
The use of harmful food additives such as formalin lately become serious concern due to the
effects that clinically reported to be toxic to humans body and potentially cause cancer. Research aimed to
conduct screening of reagens that can be used to detect formalin. The Spot test methode is used for
practical purposes and also to determine the sensitivity and selectivity some reagents in food. The test
results showed that Schiff reagen was the most satisfactory reagent with its sensitivity at 10 ppm.
Development of reagents by adding CuSO4 and CuSO4-FeCl3 can increase the sensitivity till 0,01 ppm.
Although the sensitivity gave satisfaction results, but selectivity of the reagent was still not good if tested
against formalin in food stuffs.
Keywords : Formalin, Spot test, Sensitivity, Selectivity.
dalam jangka waktu lama dan berulang pangan yang beredar di pasar (tahu, mie
akan menimbulkan iritasi, kemungkinan basah, dan daging ayam), dan bahan-bahan
mata berair, gangguan pada pencernaan, kimia E.Merck [natrium kromatopat,
hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat, kalium permanganat, tembaga (II) sulfat,
menstruasi, dan diketahui juga dapat asam sulfat, asam nitrat, Fuchsin, natrium
menyebabkan kanker (Branen, 1989). hidrogen sulfit, natrium sitrat, natrium
Analisis kualitatif dapat dilakukan karbonat, besi (III) klorida].
untuk menyatakan ada tidaknya formalin Pembuatan Larutan Standar Formalin
dalam suatu bahan yang diuji. Namun, uji Larutan standar formalin disiapkan
kualitatif ini tidak dapat menunjukkan dalam berbagai konsentrasi yang dibuat dari
jumlah kadar formalin dalam bahan larutan induk formalin 37%, yang
tersebut. Analisis kualitatif yang paling kemudian diencerkan menjadi konsentrasi
mudah untuk dilakukan yaitu dengan cara 0,01; 0,1; 1,0; 10; 100;1000 mg/L.
menambahkan zat kimia (pereaksi) tertentu
Pembuatan Pereaksi Uji
pada bahan yang diduga mengandung
1. Pembuatan Pereaksi Tunggal
formalin, sehingga dihasilkan suatu
a. Schiff
perubahan warna yang khas. Analisis
Cara I : mengandung campuran
kualitatif tidak memerlukan waktu yang
Fuchsin, natrium
lama, dan lebih praktis. Uji seperti ini
hidrogen sulfit, dan asam
disebut spot test (Widyaningsih, 2006).
nitrat.
Penelitian ini dilakukan untuk
Cara II : mengandung campuran
membandingkan hasil metode uji penelitian
Fuchsin, natrium hidrogen
dengan berbagai macam pereaksi secara
sulfit, dan asam nitrat
kualitatif. Hasil penelitian ini diharapkan
yang dibuat dalam suhu
dapat memberi informasi untuk
dingin.
memanfaatkan salah satu metode uji yang
b. Asam Kromatopat: natrium
lebih ekonomis dan memberikan hasil yang
kromatopat dalam asam sulfat 78%.
lebih nyata. Hal tersebut di atas menjadi
c. Benedict: mengandung campuran
dasar dilakukannya penelitian mengenai
natrium sitrat, natrium karbonat,
Skrining Pereaksi Spot Test untuk deteksi
tembaga (II) sulfat yang dilarutkan
formalin dalam bahan pangan.
dalam aquadest.
METODE PENELITIAN d. Besi (III) klorida: besi (III) klorida
Alat-alat yang digunakan adalah dalam aquadest.
plat tetes, alat gelas dan timbangan analitik. e. Tembaga (II) sulfat: tembaga (II)
Bahan yang digunakan adalah bahan sulfat dalam aquadest.
2
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.I, No.2, Juli 2012
3
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.I, No.2, Juli 2012
tersebut, dan setiap perubahan reaksi yang warna coklat berdasarkan reaksi oksidasi
terjadi diamati. dengan dihasilkannya MnO2-. Pereaksi
HASIL DAN PEMBAHASAN Schiff dan formalin bereaksi menghasilkan
warna ungu berdasarkan reaksi sulfonasi
Analisis kualitatif larutan formalin
(lihat pada Gambar 1).
dilakukan dengan menggunakan pereaksi
Analisis kualitatif terhadap
uji seperti pereaksi Carrez, Fehling,
formalin dilanjutkan dengan menggunakan
Benedict, FeCl3, Asam Kromatopat, Schiff,
pereaksi campur untuk tujuan mendapatkan
KMnO4, Asam Salisilat, dan Resorsinol.
pereaksi yang lebih sensitif, selektif, dan
Pereaksi tersebut dapat memberikan hasil
memberikan perubahan warna yang
positif, namun ada juga yang memberikan
signifikan. Warna positif yang dihasilkan
hasil negatif terhadap pengujian formalin.
menggunakan pereaksi campuran
Hasil analisis kualitatif pereaksi tunggal
menunjukkan bahwa secara visual ada
terhadap formalin lebih rinci dapat dilihat
perbedaan warna yang dihasilkan. Warna
pada Tabel 1.
positif terhadap uji formalin paling baik
Pereaksi yang menunjukkan hasil
dihasilkan oleh pereaksi campuran yang
uji positif adalah pereaksi Schiff, ditandai
mengandung pereaksi Schiff, sehingga
dengan pembentukan warna ungu, dan
pereaksi Schiff merupakan pereaksi yang
KMnO4 yang ditandai perubahan warna
dipilih sebagai pereaksi utama untuk
ungu menjadi warna coklat. KMnO4 dan
mendeteksi formalin.
formalin dapat bereaksi menghasilkan
4
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.I, No.2, Juli 2012
Coklat
Asam Kromatopat - FeCl3 - Schiff Coklat kehijauan -
Kehijauan
5
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.I, No.2, Juli 2012
Pereaksi Schiff I dan Schiff II seperti yang terlihat pada Tabel 4. Analisis
memberikan warna positif yang tidak jauh kualitatif formalin menggunakan pereaksi
berbeda dengan ditandai pembentukan campuran Schiff selanjutnya dilakukan
warna ungu. Uji positif pereaksi campuran dalam suasana basa dengan penambahan
Schiff-FeCl3, Schiff-CuSO4, dan Schiff- basa NaOH. Hasil pengujian pereaksi pada
FeCl3-CuSO4 menghasilkan perubahan suasana basa secara lengkap tertera pada
warna yang signifikan. Dari masing-masing Tabel 5.
asal pereaksi yang berwarna kuning, biru, Pereaksi Schiff I dan Schiff II
dan hijau, berubah menjadi warna ungu. memberikan hasil yang sama pada suasana
Pengujian formalin dalam suasana basa dengan ditandai terbentuknya warna
asam dan basa dilakukan untuk memastikan ungu. Namun, pereaksi campuran Schiff-
bahwa pereaksi uji bekerja dengan baik CuSO4 direaksikan dengan formalin dalam
tanpa adanya gangguan suasana larutan atau suasana basa menunjukkan hasil positif
cuplikan uji. Pereaksi campur Schiff pada dengan terbentuknya larutan merah muda
suasana asam yang ditambahkan HCl dan endapan berwarna biru. Pembentukan
menunjukkan hasil positif dengan endapan berwana biru diduga terbentuk
pembentukan warna larutan menjadi ungu, karena reaksi yang terjadi antara CuSO4
kecuali pada campuran Schiff II dan FeCl3, dan basa menghasilkan Cu(OH)2.
6
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.I, No.2, Juli 2012
Pengujian Sensitivitas Pereaksi terhadap larutan formalin konsentrasi 1000; 100; 10;
Larutan Standard Formalin 1; 0,1; dan 0,01 ppm.
Pengujian sensitivitas pereaksi Pereaksi Schiff dan pereaksi
terhadap larutan standard formalin campuran Schiff-CuSO4-FeCl3 memiliki
dimaksudkan untuk mengetahui batas sensitivitas sama yang dapat mendeteksi
konsentrasi formalin yang masih dapat formalin hingga konsentrasi 10 ppm. Kedua
terdeteksi oleh pereaksi uji. Pengujian pereaksi tersebut mempunyai sensitivitas
sensitivitas pereaksi uji dilakukan terhadap yang lebih baik dibandingkan campuran
7
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.I, No.2, Juli 2012
Konsentrasi (ppm)
Pereaksi
1000 100 10 1 0,1 0,01 0,001
Schiff + + + - - - -
Schiff - CuSO4 + + - - - - -
Schiff I
Schiff - FeCl3 + + - - - - -
Schiff - CuSO4 - FeCl3 + + + - - - -
Schiff II + + + + - - -
Schiff II - CuSO4 + + + - - - -
Schiff
Schiff II - FeCl3 + + + + + + -
II
Schiff II - CuSO4 -
+ + + + + + -
FeCl3
Tabel 7. Sensitivitas Pereaksi terhadap Larutan Standar Formalin pada Suasana Asam
Konsentrasi (ppm)
Pereaksi
1000 100 10 1 0,1 0,01 0,001
Schiff + + - - - - -
Schiff - CuSO4 + + - - - - -
Schiff I
Schiff - FeCl3 - - - - - - -
Schiff - CuSO4 - FeCl3 + + - - - - -
Schiff II + + - - - - -
Schiff Schiff II - CuSO4 + + + - - - -
II Schiff II - FeCl3 + + + - - - -
Schiff II - CuSO4 - FeCl3 + + - - - - -
8
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.I, No.2, Juli 2012
Tabel 8. Sensitivitas pereaksi terhadap larutan standar formalin pada suasana basa
Konsentrasi (ppm)
Pereaksi
1000 100 10 1 0,1 0,01 0,001
Schiff + - - - - - -
Schiff - CuSO4 + + + - - - -
Schiff I
Schiff - FeCl3 - - - - - - -
Schiff - CuSO4 - FeCl3 + + + + - - -
Schiff II + - - - - - -
Schiff II - CuSO4 + + + + + + -
Schiff II
Schiff II - FeCl3 - - - - - - -
Schiff II - CuSO4 - FeCl3 + + + + + + -
pereaksi Schiff II lebih stabil dan tahan dimungkinkan karena penambahan HCl
lama dibandingkan dengan Schiff I. menghambat pelepasan ikatan Fuchsin-
Pereaksi Schiff II juga menghasilkan sulfit oleh formalin, sehingga tujuan untuk
warna yang lebih baik ketika direaksikan membuat pereaksi menjadi selektif tidak
dengan formalin. tercapai.
Pengujian Selektifitas Pada Cuplikan Uji Tabel 9. Selektivitas pereaksi pada bahan
pangan
Pengujian selektifitas dilakukan
Bahan Pangan
menggunakan pereaksi yang paling baik
Konsentrasi Tahu Mie Daging
mendeteksi formalin yang terkandung
(ppm) Basah Ayam
dalam berbagai macam bahan pangan. Dari
hasil pengujian ditentukan pereaksi 1000 + + +
campuran Schiff II sebagai pereaksi terpilih 100 + + +
karena memenuhi standar pemilihan
10 + + +
pereaksi yang telah disebutkan sebelumnya.
Bahan pangan yang digunakan 1 + + +
11