Anda di halaman 1dari 15

PANDUAN MANAJEMEN RISIKO

UPTD PUSKESMAS KELIR


KALIPURO - BANYUWANGI

JL.Raya Pesucen No.379 Telp. (0333) 415377 KALIPURO (68451)

Email : puskesmaskelir@yahoo.com
BAB I

DEFINISI

A. DEFINISI
Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas adalah penerapan
manajemen risiko untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas
atau kegiatan di Puskesmas pada kesehatan pasien, petugas maupun pada
lingkungan. Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, evaluasi,
mengendalikan dan meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh.
Manajemen risiko layanan klinis adalah suatu pendekatan untuk mengenal
keadaan yang menempatkan pasien pada suatu risiko dan tindakan untuk
mencegahterjadinya risiko tersebut.Manajemen risiko layanan klinis di
Puskesmas dilaksanakan untuk meminimalkan risiko akibat adanya layanan
klinis oleh tenaga kesehatan di Puskesmas yang dapat berdampak pada
pasien maupun petugas.
Tujuan utama penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas
adalah untuk keselamatan pasien dan petugas.Penyusunan panduan
manajemen risiko layanan klinis bertujuan untuk memberikan panduan bagi
petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang paling
aman untuk pelanggan Puskesmas.
BAB II
RUANG LINGKUP

Pada panduan ini hanya mengkaji :


A. Lingkup kegiatan
a. Ruang lingkup penerapan manajemen risiko lingkungan
Lingkup pelaksanaan manajemen risiko lingkungan di Puskesmas meliputi :
1. Penilaian persyaratan bangunan, sarana prasarana dan kondisi lingkungan
Puskesmas
2. Identifikasi risiko kondisi lingkungan yang berdampak pada pasien,
petugas dan lingkungan sekitar Puskesmas
3. Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
4. Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan

b. Ruang lingkup penerapan manajemen risiko layanan klinis


Manajemen risiko layanan klinis mencakup adanya prosedur untuk mencegah
kejadian yang membahayakan (preventing harm) dan prosedur untuk
meminimalkan risiko (patient safety).
Penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas KELIR
dilaksanakan di unit pelayanan yang menyelenggarakan layanan klinis yaitu:
1. Loket Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Ruang Tunggu pasien
3. Ruang Pemeriksaan Umum
4. Ruang Kesehatan Gigi dan Mulut
5. Ruang KIA/KB dan Imunisasi
6. Ruang Persalinan
7. Ruang Promosi Kesehatan (Konseling Gizi dan Sanitasi)
8. Laboratorium
9. Ruang Kesehatan Reproduksi dan IMS
10. Ruang Farmasi

Ruang lingkup penerapan manajemen risiko pelayanan klinis juga


dilaksanakan di jaringan pelayanan Puskesmas Kertosari yang melaksanakan
layanan klinis seperti pemeriksaan, pengobatan dan tindakan termasuk imunisasi.
Jaringan pelayanan Puskesmas yang dimaksud meliputi: Puskesmas Pembantu
(Pustu), Poskedes dan Posyandu.
c. Manajemen risiko pelaksanaan program

Manajemen risiko pada pelaksanaan program Puskesmas merupakan upaya


untuk mengidentifikasi, menganalisa dan meminimalkan dampak atau risiko atas
pelaksanaan program Puskesmas.

Manajemen risiko pelaksanaan program Puskesmas meliputi risiko :


1. Risiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
2. Risiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
3. Risiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksana program
Tempat pelaksanaan program dan sasaran program termasuk pada
pelaksanaan kegiatan Posyandu balita dan Posyandu lansia
BAB III
TATA LAKSANA

A. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN DI PUSKESMAS


Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas Kertosari diterapkan pada seluruh
kegiatan yang menimbulkan dampak risiko terhadap lingkungan yaitu:
 Kegiatan pelayanan klinis di Puskesmas
 Kegiatan pelayanan kesehatan di Pustu, Poskesdes dan Posyandu
 Kegiatan pasien/pengujung Puskesmas
 Kegiatan karyawan/ staf Puskesmas
Kegiatan penerapan manajemen risiko lingkungan
1. Penilaian persyaratan bangunan, sarana dan prasarana Puskesmas
- Bangunan Puskesmas terdiri dari bangunan dengan konstruksi kuat, atap
tidak bocor, lantai tidak licin, permukaan dinding kuat dan rata serta
menggunakan bahan bangunan yang tidak membahayakan
- Lingkungan Puskesmas tidak panas, ventilasi cukup, pencahayaan cukup,
seluruh ruangan tidak lembab dan tidak berdebu.
- Terdapat fasilitas pemadam kebakaran dan petunjuk jalur evakuasi dan
pintu darurat jika terjadi kecelakaan.
- Rasio kecukupan kamar mandi karyawan mengikuti indeks perbandingan
jumlah karyawan dengan kamar mandi yaitu 1:20 artinya setiap
penambahan 20 karyawan harus ditambah 1 kamar mandi.
- Tata ruang
a) Zona ruang dengan
 Risiko rendah :meliputi ruang administrasi TU, Ruang Kepala
Puskesmas, ruang pertemuan, ruang penyimpanan rekam
medis bersatu dengan loket (unit pendaftaran),ruang tunggu,
ruang farmasi, ruang penyimpanan obat, dan Musholla.
 Risiko sedang: meliputi ruang promosi kesehatan, konseling
sanitasi dan konseling gizi.
 Risiko tinggi: meliputi ruang pemeriksaan umum, ruang
pelayanan gawat darurat, ruang kesehatan gigi dan mulut,
ruang KIA-KB dan Imunisasi, ruang persalinan,
Laboratorium,ruang kesehatan reproduksi dan IMS, tempat
penampungan limbah UGD
b) Penataan ruangan memperhatikan zona risiko penularan
2. Identifikasi risiko kondisi lingkungan
Setiap unit kerja melakukan identifikasi risiko kondisi lingkungan antara lain:
a. Sarana
b. Kerusakan bangunan atau sarana prasarana
Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu, air tidak lancar, tempat
sampah medis tidak tersedia, kamar mandi rusak, dll
c. Kondisi pencahayaan, penghawaan dan pencahayaan
d. Kebersihan ruangan dan fasilitas
e. Limbah, misalnya sarana pembuangan limbah yang penuh, paparan
limbah pada lingkungan dll.
3. Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
a. Kamar Mandi,
 Tersedia dalam keadaan bersih
 Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
 Terpisah antara kamar mandilaki laki dan perempuan
 Tidak terdapat perindukan nyamuk
 Tersedia alat dan bahan pendukung kebersihan
b. Pembuangan sampah,
 Tersedia fasilitas tempat sampah medis dan non medis di setiap
ruangan zona resiko berat
 Tersedia fasilitas tempat sampah basah dan kering di setiap
zona resiko ringan dan sedang
 Sampah/ limbah non medis padat ditampung dalam kantong
warna hitam. Sampah medis ditampung dalam kantong warna
kuning.
 Sampah setiap hari dibuang di tempat penampungan sampah
sementara
c. Penyediaan air minum dan air bersih,
 Tersedia air bersih
 Tersedia air minum untuk karyawan sesuai kebutuhan
d. Hygiene dan sanitasi makanan
 Kebersihan peralatan makan di Puskesmas
e. Pengolahan limbah
 Limbah cair ditampung dalam SPAL Puskesmas
 Limbah medis tajam ditampung dalam safety box
 Limbah medis padat ditampung dalam tempat sampah medis
dengan kantong warna kuning
 Limbah medis padat selanjutnya ditampung pada penampungan
sementara untuk dikirim ke tepat pemusnahan (MOU dengan PT
Sagraha Satya Sawahita)

4. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu


 Dilakukan pengamatan terhadap serangga nyamuk, kecoa dan tikus
 Kebersihan ruangan dijaga untuk mencegah binatang pengganggu
 Dilakukan pemberantasan jika terdapat binatang pengganggu

5. Dekontaminasi dan sterilisasi


 Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses dekontaminasi dan
sterilisasi
 Proses dekontaminasi dilaksanakan segera setelah proses pelayanan,
sterilisasi dilakukan di ruang masing-masing pelayanan klinis.

6.Promosi hygiene dan sanitasi


Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan, membuang sampah,
kebersihan kamar mandi dan cara mencuci tangan, etika batuk.

7. Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan


Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan dilaksanakan oleh
petugas sanitasi

B. PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO LAYANAN KLINIS


Proses penerapan manajemen risiko layanan klinis meliputi kegiatan:

1. Identifikasi risiko
Masing-masing unit pelayanan dan jaringan Puskesmas menyusun daftar
risiko yang berpotensi membahayakan pasien dan petugas yang bisa didapatkan
dari:
- Hasil temuan pada audit internal
- Keluhan pasien/pelanggan Puskesmas
- Adanya insiden atau kejadian berbahaya yang pernah terjadi di unit
pelayanan tersebut
Daftar risiko pada layanan klinis di Puskesmas KELIR:
Unit Layanan Risiko
Loket Pendaftaran dan 1. Kesalahan pemberian identitas
Rekam Medis rekam medis
2. Kesalahan pengambilan rekam
medis
3. Kesalahan tujuan
pemeriksaan/pengobatan
4. Insiden petugas kejatuhan dan
terjepit laci rekam medis
Pelayanan 1. Kesalahan identifikasi pasien / salah
pengobatan dan orang
gawat darurat 2. Kesalahan pemberian terapi
3. Kesalahan pemberian resep
4. Efek samping dan interaksi obat
5. Kesalahan tindakan yang
menimbulkan perlukaan
6. Monitoring pengobatan atau tindakan
yang kurang baik
7. Insiden tertusuk jarum bekas pakai
8. Limbah medis berceceran
9. Paparan dengan luka terbuka atau
cairan tubuh pasien
10. Tidak menggunakan Alat Pelindung
Diri
11. Menggunakan peralatan tidak steril
12. Tidak tersedianya obat yang
diresepkan
13. Pasien jatuh dari tempat tidur
14. Miskomunikasi dari segi bahasa
petugas dan klien
Laboratorium 1. Kegagalan pengambilan sampel
sehingga menimbulkan perlukaan
2. Kesalahan pengambilan sampel
3. Kesalahan pemberian label sampel
laboratorium
4. Kesalahan penulisan hasil
pemeriksaan laboratorium
Unit Layanan Risiko
5. Hasil pemeriksaan hilang
6. Sampel rusak atau hilang
Farmasi dan 1. Kesalahan membaca resep
penyimpanan obat 2. Kesalahan pemberian obat
3. Kesalahan dosis / formula obat
4. Kesalahan edukasi cara minum /
pemakaian obat
5. Kesalahan identifikasi pasien
6. Pemberian obat kadaluwarsa
7. Kesalahan penulisan label
8. Pemberian obat rusak
9. Kesalahan pengambilan obat
Kesehatan Gigi dan 1. Kesalahan identifikasi pasien
Mulut 2. Insiden tertusuk jarum dan alat gigi
3. Tidak menggunakan alat pelindung
diri
4. Insiden pasien terbentur dan
menjatuhkan meja gigi
5. Insiden tergigit pasien
KIA , KB dan 4. Kesalahan identifikasi pasien
Persalinan 5. Kesalahan pemberian terapi
6. Efek samping dan interaksi
obat/imunisasi
7. Insiden tertusuk jarum bekas pakai
8. Limbah medis berceceran
9. Paparan dengan cairan tubuh pasien
10. Tidak menggunakan Alat Pelindung
Diri
11. Tidak tersedianya obat yang
diresepkan
12. Kesalahan pemberian rujukan ke unit
lain yang terkait
Rawat Inap -
Gizi 1. Kesalahan diet pasien
2. Peralatan makan tidak bersih

Daftar risiko yang telah teridentifikasi, dicatat dalam formulir identifikasi


manajemen risiko Puskesmas dan dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas.
2. Analisis risiko (Risk Assessment)
Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh
Tim Mutu. Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan
dari risiko (severity assessment) dan dengan metode FMEA (Failure Mode
and Effect Analysis) seperti dalam Formulir berikut:
Formulir Analisis FMEA Risiko Pelayanan Klinis Puskesmas KELIR

S
RPN O VALID
FAILURE FREKENSI KEMUDAHAN
KEGAWATAN (OCC x L ASI
No (Kegagalan / PENYEBAB EFEK TERJADI TERDETEKSI
(SV) SV x U SOLUS
Kesalahan) NYA (OCC) (DT)
DT) S I
I

Keterangan:
 Rentang nilai OCC mulai 0-10; dimana 0= tidak mungkin terjadi dan 10
= sangat sering terjadi
 Rentang nilai SV mulai 0-10; dimana 0=tidak gawat dan 10=sangat
gawat
 Rentang nilai DT mulai 0-10; dimana 0=mudah dideteksi dan
10=sangat sulit dideteksi

3. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan
kegawatan risiko.Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab masalah
menggunakan Analisis Akar Masalah (RCA/Root Cause Analysis)
kemudian ditentukan apakah memerlukan tindakan perbaikan (treatment)
ataukah tidak.

4. Tindakan atau perbaikan


Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu
merekomendasikan rencana tindakan perbaikan dan monitoring terhadap
tindakan perbaikan.Setiap tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada
Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan kepada petugas Puskesmas
lainnya.
Kegiatan progam jiwa dalam pelaksanaanya secara tehnis ada dua
kegiatan yang pokok yaitu kegiatan perventif yang berupa deteksi dini
dan penyuluhan, kemudian yang kedua adalah pengobatan sampai
pelepasan pasien pasung dan rujukan untuk pasien jiwa yang terindikasi
untuk di rujuk . Parameter keberhasilan dapat di lihat dari beberapa
Indikator sebagai berikut :
BAB IV
DOKUMENTASI

KEADAAN PEMBUANGAN SAMPAH YANG TIDAK HYGIENIS

2. KEADAN KABEL YANG TIDAK TERTATA RAPI DI PELAYANAN LOKET


DAN BP
1. PEMBUANGAN AIR SALURAN MUSHOLAH BOCOR
2. PEGANGAN PINTU BELUM STANDART KEAMANAN

3. LAMPU TIDAK MENYALA


4. KEADAAN POHON MANGGA YANG MENGKIBATKAN BANYAK SEMUT

Anda mungkin juga menyukai