Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

DISUSUN OLEH

NAMA : ALYA YOMI SARI

NIM : G1A16009

DOSEN PENGAMPU : M. RIDWAN, M.PH.

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. .............. i

DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2
1.3 Manfaat Penulisan ............................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Strategi Promosi Kesehatan ............................................................................. 3

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Pengertian Strategi Promosi Kesehatan ........................................................... 4
3.2 Strategi Advokasi Kesehatan ........................................................................... 4
3.2.1 Pengertian Advokasi Kesehatan ........................................................... 4
3.2.2 Tujuan Advokasi Kesehatan ................................................................. 4
3.2.3 Luaran (Hasil yang didapatkan) ........................................................... 5
3.2.4 Sasaran .................................................................................................. 5
3.2.5 Metode Advokasi.................................................................................. 6
3.2.6 Langkah-langkah Advokasi .................................................................. 6
3.2.7 Indikator Keberhasilan Advokasi ......................................................... 9
3.2.8 Bentuk Kegiatan Advokasi Menurut Sasaran....................................... 10
3.2.9 Etika Advokasi ..................................................................................... 11
3.2.10 Kendala dalam Advokasi ...................................................................... 11
3.2.11 Kiat untuk Advokator ........................................................................... 11

3.3 Strategi Bina Suasana ...................................................................................... 13


3.3.1 Pengertian Bina Suasana ...................................................................... 13
3.3.2 Tujuan ................................................................................................... 13
3.3.3 Luaran (Hasil yang didapatkan) ........................................................... 13
3.3.4 Sasaran .................................................................................................. 13
3.3.5 Metode Bina Suasana ........................................................................... 14
3.3.6 Langkah-langkah Kegiatan Bina Suasana ............................................ 14
3.3.7 Pelaksanaan Kegiatan ........................................................................... 16
3.3.8 Pemantauan dan Penilaian .................................................................... 16
3.3.9 Indikator Keberhasilan ......................................................................... 17
3.3.10 Langkah-langkah Melaksankan Bina Suasana serta Hasil ................... 17
3.3.11 Contoh Kegiatan Bina Suasana ............................................................ 18
3.4 Pemberdayaan Masyaakat dalam Promosi Kesehatan ..................................... 18
3.4.1 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat....................................................... 22
3.4.2 Prinsip Pemberdayaan Masyarakat....................................................... 23
3.4.3 Indikator Hasil Pemberdayaan Masyarakat .......................................... 23
3.5 Kemitraan ......................................................................................................... 24
3.5.1 Teori Kemitraan.................................................................................... 24
3.5.2 Prinsip Kemitraan ................................................................................. 25
3.5.3 Model-model Kemitraan dan Jenis Kemitraan ..................................... 26
3.5.4 Langkah-langkah Kemitraan ................................................................ 27
3.5.5 Konflik dalam Kemitraan ..................................................................... 28

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan .................................................................................................... 31


4.2 Saran .............................................................................................................. 31

DAFTAR RUJUKAN…………………………………………………………………..….. 32
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Promosi kesehatan adalah salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang
berorientasi pada penyampaian informasi tentang kesehatan guna penanaman pengetahuan
tentang kesehatan sehingga tumbuh kesadaran untuk hidup sehat. Penerapan promosi
kesehatan di lapangan biasanya melalui pendidikan kesehatan dan penyuluhan kesehatan.
Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang
mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari sisi seni, yakni praktisi atau
aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan penunjang bagi program-program
kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap program kesehatan yang telah ada misalnya
pemberantasan penyakit menular/tidak menular, program perbaikan gizi, perbaikan sanitasi
lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan lain
sebagainya sangat perlu ditunjang serta didukung oleh adanya promosi kesehatan.
Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya
terdapat usaha untuk dapat memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat.
1.2. Tujuan
Makalah ini selain digunakan untuk menyelesaikan tugas Konsep Promosi Kesehatan,
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Program Promosi Kesehatan juga memiliki tujuan
yang ditujukan kepada pembaca untuk mengetahui tentang bagaimana konsep promosi
kesehatan.
1.3. Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian Konsep Promosi Kesehatan
2. Dapat mengetahui bagaimana Perencanaan promosi kesehatan
3. Dapat mengetahui bagaimana Pelaksanaan promosi kesehatan.
4. Dapat mengetahui bagaimana Evaluasi Promosi Kesehatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Promosi Kesehatan


Konsep promosi kesehatan merupakan pengembangan dari konsep pendidikan
kesehatan, yang berlangsung sejalan dengan perubahan paradigma kesehatan
masyarakat (public health). Perubahan paradigma kesehatan masyarakat terjadi
antara lain akibat berubahnya pola penyakit, gaya hidup, kondisi kehidupan,
lingkungan kehidupan, dan demografi. Pada awal perkembangannya, kesehatan
masyarakat difokuskan pada faktor-faktor yang menimbulkan risiko kesehatan
seperti udara, air, penyakit-penyakit bersumber makanan seperti penyakit-penyakit
lain yang berhubungan dengan kemiskinan dan kondisi kehidupan yang buruk. Dalam
perkembangan selanjutnya, disadari bahwa kondisi kesehatan juga dipengaruhi oleh
gaya hidup masyarakat (Depkes RI., 2004).
Deklarasi Alma Ata pada tahun 1978 menghasilkan strategi utama dalam
pencapaian kesehatan bagi semua (health for all) melalui pelayanan kesehatan dasar
(primary health care). Salah satu komponen di dalam pelayanan kesehatan dasar itu
adalah pendidikan kesehatan, di Indonesia pernah juga disebut dengan penyuluhan
kesehatan, yang ternyata berfokus pada perubahan perilaku, dan kurang
memperhatikan upaya perubahan lingkungan (fisik, biologik dan sosial) (Depkes RI.,
2004).
Sekitar tahun 80-an mulai disadari bahwa pendidikan kesehatan saja tidak cukup
berdaya untuk mengubah perilaku masyarakat. Pendidikan kesehatan harus disertai
pula dengan upaya peningkatan kesehatan. Kesadaran akan hal ini menimbulkan
munculnya paradigma baru kesehatan masyarakat, yang mengubah pendidikan
kesehatan menjadi promosi kesehatan. Pada tahun 1986 di Ottawa, Kanada,
berlangsung konfrensi internasional promosi kesehatan yang menghasilkan piagam
Ottawa (Ottawa Charter). Piagam ini menjadi acuan bagi penyelenggaraan promosi
kesehatan di dunia termasuk di Indonesia. Aktivitas promosi kesehatan menurut
Piagam Ottawa adalah advokasi (advocating), pemberdayaan (enabling) dan mediasi
(mediating). Selain itu, juga dirumuskan 5 komponen utama promosi kesehatan yaitu:
1) membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan (build healthy public policy),
2) menciptakan lingkungan yang mendukung (create supportive environments), 3)
memperkuat gerakan masyarakat (strengthen community action), 4) membangun
keterampilan individu (develop personal skill), dan 5) reorientasi pelayanan
kesehatan (reorient health services). Berdasarkan Piagam Ottawa tersebut,
dirumuskan strategi dasar promosi kesehatan, yaitu empowerment (pemberdayaan
masyarakat), social support (bina suasana), dan advocacy (advokasi) (WHO, 2009).
3.
Sesuai dengan perkembangan promosi kesehatan tersebut di atas, pada tahun 2009
WHO memberikan pengertian promosi kesehatan sebagai proses mengupayakan
individu-individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka
mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatannya. Bertolak dari pengertian yang dirumuskan WHO
tersebut, di Indonesia pengertian promosi kesehatan dirumuskan sebagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan budaya
setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes
RI., 2004)
2.2 Perencanaan Promosi Kesehatan
2.2.1. Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan yang
akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Perencanaan adalah suatu cara
bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya
efisien dan efektif.
Definisi menurut para ahli:
a) Garth N.Jone : Perencanaan adalah suatu proses pemilihan dan pengembanngan dari
pada tindakan yang paling baik untuk pencapaian tugas.
b) M.Farland : Perencanan adalah suatu fungsi dimana pimpinan kemungkinan
mengunakan sebagian pengaruhnya untuk mengubah daripada wewenangnya.
c) Abdulrachman (1973) : Perencanaan adalah pemikiran rasional berdasarkan fakta-fakta
dan atau perkiraan yang mendekat (estimate) sebagai persiapan untuk melaksanakan
tindakan-tindakan kemudian.
2.2.2. Manfaat Perencanaan
a.Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
lingkungan.
b.Membantu dalam kristalisasi persesuaian dalam masalah-masalah utama.
c.Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas.
d.Pemilihan berbagai alternatif terbaik.
e.Standar pelaksanaan dan pengawasan.
f.Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan.
g.Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi.
h.Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait
2.2.3. Pengertian Perencanaan Promosi Kesehatan
Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab masalah,
penetapan prioritas, dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Penting
dalam perencanaan menetapkan dimensi kebutuhan dan prioritas kebutuhan promosi
kesehatan. Output fase ini hal terpenting adalah rumusan tujuan (yaitu, rumusan
peningkatan perilaku yang diinginkan setelah mengkaji fakta perilaku, faktor-faktor
internal dan eksternal), dan rumusan kegiatan untuk melakukan intervensi terhadap faktor
penyebab, yang diinventarasi dan disusun dalam kegiatan yang berurutan.
2.2.4.Perencanaan Promosi Kesehatan sebagai Suatu Proses Perencanaan Promosi
Kesehatan
Suatu proses diagnosis penyebab masalah, penetapan prioritas, dan alokasi sumber
daya yang ada untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu, dalam perencanaan promosi
kesehatan , perencanaan harus terdiri dari masyarakat, professional kesehatan , dan
promotor kesehatan . Kelompok ini harus bekerja bersama–sama dalam proses
perencanaan promosi kesehatan, sehingga dihasilkan program yang sesuai, efektif dalam
biaya (cost effective) dan berkesinambungan. Disamping itu dengan melibatkan orang –
orang yang terkait maka akan menciptakan rasa memiliki , sehingga timbul rasa tanggung
jawab dan komitmen.
Perencanaan sebagai bagian dari siklus administrasi yang terdiri dari tiga fase yaitu:
perencanaan , implementasi dan evaluasi. Dimana ketiga fase tersebut akan mempengaruhi
hasil . Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu fase dimana secara rinci direncanakan
jawaban atas pertanyaan – pertanyaan yang muncul, sedangkan implementasi adalah suatu
waktu dimana perencanaan dilaksanakan. Kesalahan – kesalahan sewaktu membuat
perencanaaan akan terlihat selama proses implementasi, demikian pula halnya dengan
kekuatan dan kelemahan yang muncul selama periode implementasi merupakan refleksi
dari proses pencernaan . Fase evaluasi adalah suatu masa dimana dilakukan pengukuran
hasil (outcome) dari promosi kesehatan. Pada fase ini juga dilihat apakah perencanaan dan
implementasi yang telah dilakukan dapat dilanjutkan. Selain itu evaluasi diperlukan untuk
pemantauan efficacy dari promosi kesehatan dan sebagai alat bantu untuk membuat
perencanaan selanjutnya.
2.2.5. Langkah – Langkah dalam Perencanaan Promosi Kesehatan
Menentukan kebutuhan promosi kesehatan
1) Diagnosa masalah
2) Menetapkan prioritas masalah
Mengembangkan komponen promosi kesehatan
1). Menentukan tujuan promosi
2). Menentukan sasaran promosi
3). Menentukan isi promosi
4). Menentukan metode yang akan digunakan
5). Menentukan media yang akan digunakan
6). Menyusun rencana evaluasi
7). Menyusun jadwal pelaksanaan
a. Menentukan Kebutuhan Promosi Kesehatan
1). Diagnosis Masalah Keperawatan
Green ( 1980 ) telah mengembangkan suatu model pendekatan yang dapat digunakan untuk
membuat perencanaan dan evaluasi kesehatan yang dikenal dengan kerangka PRECEDE (
Predisposing , Reinforcing , Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation ).
PRECEDE memberikan serial langkah yang menolong perencanaan untuk mengenal
masalah mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Namun demikian pada tahun 1991 Green menyempurnakan
kerangka tersebut menjadi PRECEDE – PROCEED (Policy, Regulatori, Organizationl
Construct in Educational and Enviromental Development). PRECEDE – PROCEED harus
dilakukan secara bersama – sama dalam proses perencanaan, implementasi dan evaluasi.
PRECEDE digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan
program . Sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kreteria
kebijakan, serta implementasi dan evaluasi.
Langkah – Langkah PRECEDE – PROCEDE
Fase 1 : Diagnosis Sosial ( Social Need Assessment )
Diagnosis sosial adalah proses penentuan persepsi masyarakat terhadap
kebutuhannya atau terhadap kualitas hidupnya dan aspirasi masyarakat untuk
meningkatkan kualitas hidupnya melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi
yang didisain sebelumnya. Penilaian dapat dilakukan atas dasar data sensus ataupun vital
statistic yang ada, maupun dengan melakukan pengumpulan data secara langsung dari
masyarakat, pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara wawancara dengan informan
kunci, forum yang ada di masyarakat .
Fase 2 : Diagnosis Epidemiologi
Masalah kesehatan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kualitas
hidup seseorang. Pada fase ini dicari faktor kesehatan yang mempengaruhi kualiatas hidup
seseorang, masalah kesehatan harus digambarkan secara rinci berdasarkan data yang ada
baik dari lokal, regional maupun nasional. Pada fase ini harus diidentifikasi apa atau
kelompok mana yang terkena masalah kesehatan dan bagaimana cara untuk menanggulang
masalah tersebut.
Fase 3 : Diagnosis Perilaku Dan Lingkungan
Pada fase ini selain identifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi masalah
kesehatan juga sekaligus diidentifikasikan masalah lingkungan (fisik dan sosial) yang
mempengaruhi perilaku dan status kesehatan ataupun kualitas hidup seseorang atau
masyarakat. Untuk mengetahui masalah prilaku yang mempengaruhi status kesehatan
seseorang , digunakan indikator upaya seperti : pemanfaatan pelayanan kesehatan
(ultilization), upaya pencegahan (preventive action), pola konsumsi makanan
(consumption pattern), kepatuhan (compliance), upaya pemeliharaan kesehatan diri (self
care). Dimensi prilaku yang digunakan adalah :, guality, persistence, frequency, dan range.
Indicator lingkungan meliputi : keadaan sosial, ekonomi, fisik dan pelayanan kesehatan
dengan dimensinya yang terdiri dari keterjangkauan,kemampuan dan pemerataan.
Langkah yang harus dilakukan dalam diagnosis prilaku dan lingkungan adalah :
1.Memisahkan faktor perilaku dan non–prilaku penyebab timbulnya masalah kesehatan
2.Mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan dan
perilaku yang berhubungan dengan tindakan perawatan/ pengobatan , sedangkan untuk
faktor lingkungan yang harus dilakukan dilakukan adalah mengeliminasi faktor non-
prilaku yang tidak dapat diubah seperti : faktor genetis dan demografis
3.Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnya pengaruh terhadap
masalah kesehatan
4.Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan kemungkinan untuk diubah
5.Tetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program . setelah itu tetapkan
tujuan perubahan perilaku yang ingin dicapai program.
Fase 4 : Diagnosis Pendidikan dan Organisasional
Determinan perilaku yang mempengaruhi status kesehatan seseorang atau
masyarakat dapat dilihat dari faktor seperti faktor predeposisi (seperti pengetahuan, sikap,
persepsi, kepercayaan dan nilai atau norma yang diyakini seseorang. Faktor pemungkin
yaitu faktor lingkungan yang memfasillitasi perilaku seseorang, dan terakhir faktor
pengaruh (tokoh masyarakat, guru, petugas kesehatan, orang tua , penegak hulum, yang
dapat mendorong orang lain berperilaku).
Fase 5 : Diagnosis Administratif dan Kebijakan
Pada fase ini dilakukan analisis kebijakan , sumber daya dan peraturan yang berlaku
yang dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan program promosi kesehatan.
Diagnosis administratif dilakukan tiga penilaian yaitu: sumber daya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan program , sumber daya yang diorganisasi dan masyarakat, serta hambatan
pelaksanaan program. Sedangkan pada diagnosis kebijakan dilakukan identifikasi
dukungan dan hambatan politis., peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program
dan pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif
bagi kesehatan.
Pada fase ini kita melangkah pada perencanaan dengan program PRECEDE ke
implementasi dan evaluasi dengan PROCEED. PRECEDE digunakan untuk meyakinkan
bahwa program akan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan individu atau masyarakat
sasaran. PROCEED untuk meyakinkan bahwa program akan tersedia, dapat dijangkau dan
diterima dan dapat dipertanggungjawabkan.
Sumber Data
Data dari masyarakat yang dibutuhkan oleh seorang perencana promosi kesehatan
dapat berasal dari berbagai sumber seperti : dokumen yang ada , langsung dari masyarakat
, dimana kita bisa mendapatkan data mengenai status kesehatan masyarakat, perilaku
kesehatan dan determinan dari perilaku kesehatan, petugas kesehatan dilapangan, tokoh
masyarakat.
Cara Pengumpulan Data
1). Key informant approach
Informasi yang diperoleh dari informan kunci melalui wawancara mendalam atau
Focus Grup Discussion (FGD) sangat menolong untuk memahami masalah yang ada. Cara
ini cukup sederhana dan relative murah , karena informasi yang diperoleh dapat mewakili
berbagai perspektif dan informan kunci sendiri selain memberikan data yang digunakan
dalam membuat perencanaan, juga akan membantu dalam mengimplementasikan promosi
kesehatan .
2). Community forum approach
Cara lain yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah melalui forum diskusi.
Disini promoter kesehatan bersama – sama masyarakat mendiskusikan masalah yang ada.
Melalui cara ini dapat dicari jalan keluar dari maslah yanga ada. Bila dilihat dari sudut
program , cara ini sangat ekonomis , dan promoter kesehatan dapat memahami masalah
dari berbagai sudut pandang masyarakat.
3). Sample survey approach
Merupakan cara pengumpulan data kebutuhan masyarakat yang paling valid dan
akurat., karena ekstimasi kesalahan bisa diseleksi , namun cara ini paling mahal. Metode
yang digunakan adalah metode wawancara dan observasi.
2). Menetapkan Prioritas Masalah
Dalam menentukan perioritas masalah kita harus mempertimbangkan beberapa
faktor seperti beratnya masalah dan akibat yang ditimbulkan, pertimbangan politis, sumber
daya yang ada di masyarakat. Langkah yang harus ditempuh untuk menetapkan perioritas
masalah kesehatan adalah :
a)Menentukan status kesehatan masyarakat
b)Menentukan pola pelayanan kesehatan masyarakat yang ada
c)Menentukan hubungan antara status kesehatan dengan pelayanan kesehatan di
masyarakat
d)Menentukan determinan masalah kesehatan masyarakat ( meliputi tingkat pendidikan ,
umur , jenis kelamin, ras , letak geografis, kebiasaan/ perilaku dan kepercayaan yang
dianut.
b. Mengembangkan Komponen Promosi Kesehatan
1). Menentukan tujuan
Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan ada 3 yaitu :
a). Peningkatan pengetahuan dan atau sikap masyarakat
b). Peningkatan perilaku masyarakat , yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
kesehatan
c). Peningkatan status kesehatan masyarakat
Menurut Green (1990) tujuan promosi kesehatan terdiri dari tujuan program, tujuan
pendidikan dan tujuan prilaku.
2). Menentukan Sasaran Promosi Kesehatan
Sasaran promosi kesehatan dan sasaran pendidikan kesehatan tidak selalu sama ,
maka kita harus menetapkan sasaran langsung dan tidak langsung. Yang dimaksud sasaran
dalam promosi kesehatan adalah kelompok sasaran yaitu individu, keluarga, kelompok
maupun ketiganya.
Disebutkan juga bahwa ada 3 kelompok sasaran promosi kesehatan,yaitu :
a)Sasaran primer : kepala keluarga untuk kesehatan keluarga secaara umum, ibu hamil dan
menyusui untuk masalah KIA, anak sekolah untuk masalah kesehatan sekolah, dan
sebagainya
b)Sasaran sekunder : tokoh masyarakat, tokoh agama, disebutsebagai sasaran sekunder
karena dengan memberikan pendidikankesehatan kepada kelompokini diharapkan
selaanjutnya kelompokini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakatnya.
c)Sasaran tertier : para pengambil kebijakan baik ditingkat pusat maupun daerah. Dengan
kebijakan yang diambil oleh kelompok ini dihatrapkan mempunyai dampak terhadap
perubahan perilaku masyarakat
3). Menentukan Isi Promosi Kesehatan
Isi Promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin sehingga mudah
dipahami oleh sasaran. Bila perlu isi pesan dibuat dengan mengguanakan gambar dan
bahasa setempat sehingga sasaran merasa bahwa pesan tersebut memang benar – benar
ditunjukan kepadanya sehingga sasaran mau melaksanakan isi pesan tersebut.
4). Menentukan Metode
Dalam menentukan metode yang digunakan dalam promosi ksehatan , harus
dipertimbangkan tentang aspek yang akan dicapai. Bila mencangkup aspek pengetahuan
maka yang dapat dilaukan dengan penyuluhan langsung, pemasanga poster, spanduk dan
penyebaran leadlet. Untuk aspek sikap kita perlu memberikan contoh yang lebih konkrit
dan mengugah emosi, perasaan dan sikap sasaran, missal dengan memperlihatkan foto,
slide atau melalui pemutaran film dan video. Bila untuk mengembangkan kemampuan
keterampilan tentu sasaran harus mencoba keterampilan tersebut. Yang lain yang perlu
diperhatikan adalan sumber daya yang dimiliki masyarakat dan jenis sasarannya.
5). Menentukan Media
Teori pendidikan mengatakan bahwa belajar yang paling mudah adalah dengan
menggunakan media, oleh karena itu hamper semua program pendidikan kesehatan
menggunakan berbagai media , media yang dipilih tergantung pada jenis sasarannya,
tingkat pendidikan sasaran, aspek yang ingin dicapai, metode yang digunakan dan sumber
daya yang ada.
6). Menyususn rencana evaluasi
Pada proses ini harus dijabarkan tentang kapan evaluasi akan dilaksanakan , dimana
akan dilaksananakan , kelompok sasaran yang akan di evaluasi, dan siapa yang akan
melaksanakan evaluasi tersebut.
7). Menyusun Jadwal Pelaksanaan
Merupakan penjabaran dari waktu , tempat dan pelaksanaan yang biasanya
disajikan dalam bentuk gan chart. Perencanaan yang dihasilkan hendaknya sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, diterima oleh masyarakat, sesuai dengan kebutuhan program
didukung oleh kebijaksanaan yang ada dan bersifat praktis dan bisa dilaksanakan sesuai
situasi setempat.
2.3 Evaluasi Program Promosi Kesehatan
Secara harfiah evaluasi berasal dari kata to evaluate (Inggeris), yang diberi awalan
(prefix) e- dan akhiran (suffix) –tion. Evaluasi berarti menilai atau memberi nilai. Memang
dalam evaluasi terlibat kegiatan memberi penilaian (judgment).
Evaluasi adalah bagian integral (terpadu) dari proses manajemen, termasuk
manajemen promosi kesehatan. Mengapa orang melakukan evaluasi, tidak lain karena
orang ingin mengetahui apa yang telah dilakukan telah berjalan sesuai dengan rencana,
apakah semua masukan yang diperkirakan sesuai dengan kebutuhan dan apakah kegiatan
yang dilakukan memberi hasil dan dampak yang seperti yang diharapkan. Sebagai suatu
proses manajemen digambarkan sebagai suatu siklus, yang meliputi Perencanaan (P)
Implementasi (I) Evaluasi (E). Sebuah perncanaan diikuti implementasi dan akan
dievaluasi, dan seterusnya mulai dengan perencanaan baru lagi.
Namun disamping manajemen merupakan suatu siklus, perencanaan, imple-
mentasi dan evaluasi sendiri pun merupakan suatu siklus pula. Siklus perencanaan, dimulai
dengan analisis situasi, penentuan masalah, pemilihan solusi dan komunikasi rencana,
untuk selanjutnya mulai dengan perencanaan baru dan yang lama diimplementasikan.
Demikian juga dengan implementasi dan evaluasi. Berikut digambarkan secara sederhana
daur evaluasi.
A. Proses Evaluasi
Dari gambar daur evaluasi diatas tampak bahwa evaluasi secara umum meliputi
langkah-langkah berikut.
1. Menentukan apa yang akan dievaluasi. Ini karena apa saja dapat dievaluasi. Apakah
itu rencananya, sumberdaya, proses pelaksanaan, keluaran, efek atau bahkan dampak suatu
kegiatan, serta pengaruh terhadap lingkungan yang luas.
2. Mengembangkan kerangka dan batasan. Di tahap ini dilakukan asumsi-asumsi
mengenai hasil evaluasi serta pembatasan ruang lingkup evaluasi serta batasan-batasan
yang dipakai agar objektif dan fokus
3. Merancang desain (metode). Karena biasanya evaluasi terfokus pada satu atau
beberapa aspek, maka dilakukan perancangan desain, yang sebenarnya mengikuti
rancangan desain riset walaupun tidak harus kaku
seperti riset umumnya dalam penerapannya. Rancangan riset ini sangat bervariasi mulai
dari yang amat sederhana sampai dengan yang sangat rumit begantung pada tujuan dan
klepentingan evaluasi itu sendiri.
4. Menyusun instrumen dan rencana pelaksanaan. Selanjutnya ialah mengembangkan
instrument pengamatan atau pengukuran serta rencana analisis dan membuat rencana
pelaksanaan evaluasi.
5. Melakukan pengamatan, pengukuran dan analisis. Selanjutnya ialah melakukan
pengumpulan data hasil pengamatan, melakukan pengukuran serta mengolah informasi
dan mengkajinya sesuai tujuan evaluasi
6. Membuat kesimpulan dan pelaporan. Informasi yang dihasilkan dari proses
evaluasi ini di sajikan dalam bentuk laporan sesuai dengan kebutuhan atau permintaan.
Lain pihak menginginkan bentuk penyajian atau pelaporan yang berbeda.
Keenam langkah evaluasi di atas dapat dipadatkan menjadi 2 langkah terpenting yaitu, (1)
menetapkan apa (fokus) yang akan dievaluasi, dan (2) merancang metode (cara)
melaksanakannya.
1. Menetapkan apa yang dievaluasi.
Disebut juga menentukan fokus evaluasi. Langkah ini merupakan langkah
terpenting dalam melakukan evaluasi. Ada beberapa cara menentukan fokus evaluasi,
tetapi yang paling penting dan paling sederhana adalah hal berikut ini:
a. Membahas dan membuat kesepakatan dengan pihak yang meminta evaluasi. Ini
bila orang yang terlibat berjumlah kecil sehingga dapat dengan mudah berbagai pendapat.
Bila jumlah yang terlibat besar sekali, untuk memutuskan sering digunakan cara Delphi.
Cara ini merupakan cara membuat keputusan berdasarkan konsensus suara terbanyak.
Pilihan-pilihan terakhir diajukan dan setiap orang diminta
menulis pilihannya dan memasukkan kedalam amplop tertutup. Kemudian secara objektif
dan transparan amplop dibuka dan dilakukan penghitungan. Pilihan terbanyak merupakan
pilihan yang disepakati.
b. Mengkaji secara sistem, yaitu dengan menguraikan proses suatu kegiatan atau
intervensi menurut unsur-unsur sistem, yaitu (a) masukan (input), (b) proses (process), (c)
keluaran (outpu)t, (d) efek (outcome), (e) dampak (impact), (f) umpan balik (feed back)
serta(g) lingkungan (environment), sebagaimana terlihat dalam gambar berikut.
c. Membuat suatu proses yang runtut. Cara ini dipakai oleh Carol Weiss (1972), yang
membuat penentuan berdasarkan logika, sebagaimana digambarkan sebagai berikut.
2. Memilih atau merancang desain evaluasi
Banyak rancangan desain (riset) yang dapat dipakai dalam melakukan evaluasi.
Tergantung tujuan dan sumberdaya yang dimiliki desain evaluasi dapat sederhana, dapat
pula sangat canggih (sophisticated). Michael Ibrahim (19..) membuat urutan desain
menurut kekuatan kesimpulan dari hasil evaluasinya. Beliau membagi cara evaluasi
menurut yang a) non-riset, b) riset non- eksperimental dan 3) riset eksperimental.
Termasuk yang non-riset adalah, lelucon (anecdote), cerita-cerita hikayat (story),
dan pendapat-pendapat ahli maupun orang awam. Sedangkan termasuk riset non-
eksperimental adalah survey sederhana sampai canggih, studi kasus-kelola (case control
study) dan studi kohor (cohort study). Riset yang bersifat eksperimental, mulai dari desain
eksperimen lapangan (masyarakat) sampai dengan laboratorium.
Stephen Isaac dan William B. Michael (1981) mengemukakan 9 bentuk desain
evaluasi, yaitu:
a. Historikal, dengan merekonstruksi kejadian di masa lalu secara objektif dan tepat
dikaitkan dengan hipotesis atau asumsi.
b. Deskriptif, melakaukan enjelasan secara sistemati suatu situasi atau hal yang
menjadi perhatian secara factual dan tepat.
c. Studi perkembangan (developmental study), menyelidik pola dan urutan
perkembangan atau perubahan menurut waktu.
d. Studi kasus atau lapangan (case atau field study), meneliti secra intensif latar
belakang status sekaang, dan interaksi lingkungan dari suatu unit sosial, baik perorangan,
kelompok, lembaga atau masyarakat.
e. Studi korelasional (corelational study), meneliti sejauh mana variasi dari satu faktor
berkaitan dengan variasi dari satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien tertentu
f. Studi sebab akibat (causal comparative study), yang menyelidiki kemungkinan
hubungan sebab-akibat dengan mengamati beberbagai konsekuensi yang ada dan meng-
galinya kembali melalui data untuk faktor menjelaskan penyebabnya.
g. Eksperimen murni (true experimental), yang menyelidiki kemungkinan hubungan
sebab-akibat dengan membuat satu kelompok percobaan atau lebih terpapar akan suatu
perlakuan atau kondisidan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok
control yang tidak menerima perlakukan atau kondisi. Pemiliha kkelompok-kelompok
secara sebarang (random) sangat penting.
h. Eksperimen semu (quasi experimental), merupakan cara yang mendekati
eksperimen, tetapi dimana control tidak ada dan manipulasi tidak bisa dilakukan.
i. Riset aksi (action research), bertujuan mengembangkan pengalaman baru melalui
aplikasi langsung di berbagai kesempatan.

DAFTAR RUJUKAN

Ewles, Linda. 1994. Promosi Kesehatan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Atmojo, noto. 2005. Promosi Kesehatan teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Atmojo, noto. 2002. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta:
Andi Offset.

Atmojo, noto. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Adisasmito, wiku. 2007. Sistem kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai