Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

Fitra Suci Ayuni Titania Rakes

Feby Septi Muswari Rani Nadya Aliyyan

Felmi Dwi Annur Ratna Julita

Intan Permata Surya Rika Okta Wisma

Livia Permata Gita Tesya Nandra Cimberly

Mulya Ulfa Kaswati Tyovanni Oktavia Dewi

Munzir Mubarak Tyovinna Oktavia Dewi

Nadia Hanifa Welly Utama

Nesti Kurnia Wenti Endika Utama

Noveldo Eko Putra

Dosen Pembimbing : Ns. Dian Anggraini, M.Kep, Sp.KMB

Prodi S1 Keperawatan

STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia serta taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang
fraktur dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Asuhan Keperawatan Luka Bakar” ini.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan makalah ini.

Bukittinggi, 11 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Luka Bakar ..........................................................................................4

2.2 Etiologi Luka Bakar ...........................................................................................5

2.3 Klasifikasi Luka Bakar ......................................................................................6

2.4 Manifestasi Klinis Luka Bakar ..........................................................................9

2.5 Patofisiologi Luka Bakar ...................................................................................9

2.6 Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar .................................................................10

2.7 Penataaksanaan Luka Bakar ..............................................................................11

2.8 Komplikasi Luka Bakar .....................................................................................13

2.9 Asuhan Keperawatan Luka Bakar .....................................................................13

iii
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 21

3.2 Saran .................................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat
meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara
langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan
beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang
dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi
dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai
harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka
bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar
biasa untuk memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan.
Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk
mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan
tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata
harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan
khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan
anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar
atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih
intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang
disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis
dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau
paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan
yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api.
Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih
besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki
atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan
tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan

1
umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat
diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan
berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi
organ yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung
dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan
sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan
pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar sering mengalami kejadian
bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota keluarga yang
lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus dirujuk untuk
mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk menangani segera dan
masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa definisi dari luka bakar?
b. Apa etiologi dari luka bakar?
c. Apa saja klasifikasi dari luka bakar?
d. Apa manifestasi klinis dari luk bakar?
e. Bagaimana patofisiologi dari luka bakar?
f. Apa pemeriksaan penunjang dari luka bakar?
g. Bagaimana penatalakanaan dari luka bakar?
h. Apa saja komplikasi dari luka bakar?
i. Bagaimana askep luka bakar?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui definisi dari luka bakar.
b. Untuk mengetahui etiologi dari luka bakar.
c. Untuk mengetahui klasifikasi dari luka bakar.
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari luka bakar.
e. Untuk mengetahui patofisiologi dari luka bakar.

2
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari luka bakar.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari luka bakar.
h. Untuk mengetahui komplikasi dari luka bakar.
i. Untuk memahami askep dari luka bakar.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Luka Bakar

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh atau rusaknya
kesatuan atau komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi
jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan
muncul, diantaranya hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respons
stres simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri dan
kematian sel (Kaplan dan Hentz, 2006). Luka bakar (combustio) adalah
kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti air,
api, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar akan mengakibatkan tidak
hanya kerusakan kulit, tetapi juga mempengaruhi seluruh sistem tubuh (Nina,
2008).

Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di


masyarakat, khususnya kejadian luka bakar pada rumah tangga yang paling
sering ditemukan yaitu luka bakar derajat I dan II. Luka bakar merupakan
cedera yang mengakibatkan morbiditas kecacatan. Adapun derajat cacat yang
diderita relatif lebih tinggi dibandingkan dengan cedera oleh penyebab lainnya.
Sehingga biaya yang dibutuhkan untuk penanganan luka bakar menjadi cukup
tinggi (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).

Luka bakar adalah kerusakan atau hilang atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air, panas, bahan kimia,
listrik dan radias. (smeltzer, suzana, 2002)

4
2.2 Etiologi Luka Bakar

Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah :

a. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn) : gas, cairan, bahan padat.
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald), jilatan
api ke tubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau
kontak dengan objek-objek panas lainnya (logam panas, dan lain-lain)
(Moenadjat, 2005).
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang
sering digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005).
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki
resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah,
khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke
distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak
dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2001).
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif.
Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk
keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar
sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi
(Moenadjat, 2001)

5
2.3 Klasifikasi Luka Bakar

2.3.1 Klasifikasi Luka Bakar Menurut Kedalaman

1. Luka bakar derajat I


Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering
hiperemik, berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung-ujung
syaraf sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam
waktu 5-10 hari (Brunicardi et al., 2005).
2. Luka bakar derajat II
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan
dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula,
pembentukan scar, dan nyeri karena ujung-ujung syaraf sensorik teriritasi.
Dasar luka berwarna merah atau pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas
kulit normal (Moenadjat, 2001). Luka bakar derajat II dibagi menjadi :
a. Derajat II Dangkal (Superficial)
 Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan
kelenjar sebasea masih utuh.
 Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera dan luka
bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat I, mungkin
terdiagnosa sebagai derajat II superficial setelah 12-24 jam.
 Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan
basah.
 Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
 Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan
kurang dari 3 minggu (Brunicardi et al., 2005).

6
b. Derajat II dalam (Deep)
 Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan
kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
 Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang tersisa.
 Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tampak
berwarna merah muda dan putih segera setelah terjadi cedera karena
variasi suplay darah dermis (daerah yang berwarna putih
mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada sama sekali,
daerah yang berwarna merah muda mengindikasikan masih ada
beberapa aliran darah) (Moenadjat, 2001).
 Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3-9 minggu
(Brunicardi et al., 2005)
3. Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)
Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih dalam,
tidak dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar berwarna
putih dan pucat. Karena kering, letak nya lebih rendah dibandingkan kulit
sekitar. Terjadi koagulasi protein pada epidermis yang dikenal sebagai scar,
tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung syaraf
sensorik mengalami kerusakan atau kematian. Penyembuhan terjadi lama
karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka (Moenadjat,
2001).
4. Luka bakar derajat IV
Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang
dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh dermis,
organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
keringat mengalami kerusakan, tidak dijumpai bula, kulit yang terbakar
berwarna abu-abu dan pucat, terletak lebih rendah dibandingkan kulit
sekitar, terjadi koagulasi protein pada epidemis dan dermis yang dikenal
scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensori karena ujung-ujung syaraf

7
sensorik mengalami kerusakan dan kematian. Penyembuhannya terjadi lebih
lama karena ada proses epitelisasi spontan dan rasa luka (Moenadjat, 2001).

2.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka


1. Luka bakar ringan, yakni luka bakar derajat I dengan luas <15% ,atau derajat
II dengan luas <10% dan Luka bakar derajat III <2%
2. Luka bakar sedang, yakni luka bakar derajat I dengan luas < 15-25% atau
derajat II dengan luas < 10-20% dan derajat III < 10%
3. Luka bakar berat, yakni luka bakar derajat II dengan luas >20% ,atau derajat
III dengan luas >10% .

Berdasarkan luas permukaan tubuh total. Luas luka bakar ditentukan


untuk menentukan kebutuhan cairan, dosis obat dan prognosis. Persentase pada
orang dewasa dan anak-anak berbeda. Pada dewasa, kepala memiliki nilai 9%
dan untuk ektremitas atas memiliki nilai masing-masing 9%. Untuk bagian
tubuh anterior dan posterior serta ekstremitas bawah memiliki nilai masing-
masing 18%, yang termasuk adalah toraks, abdomen dan punggung. Serta alat
genital 1%. Sedangkan pada anak-anak persentasenya berbeda pada kepala
memiliki nilai 18% dan ektremitas bawah 14% (Yapa, 2009).

8
2.4 Manifestasi Klinis Luka Bakar

Tanda dan gejala tergantung pada tipe luka bakar dan dapat meliputi :

1. Nyeri dan eritema setempat yg biasa terjadi tanpa lepuh dalam waktu 24 jam
pertama (luka bakar derajat 1)
2. Menggigil, sakit kepala, edema lokal, dan nausea serta vomitus (luka bakar
derajat 1 berat)
3. Lepuhan berdinding tipis berisi cairan, yang muncul dalam tempo beberapa
menit sesudah cedera disertai udema ringan hingga sedang dan rasa nyeri
(luka bakar derajat dengan ketebalan parsial-supervisial)
4. Tampilan putih seperti lilin pada daerah yg rusak (luka bakar derajat 2
dengan ketebalan parsial-dalam)
5. Jaringan seperti bahan dari kulit yang berwarna putih, coklat, atau hitam
dengan pembuluh darah yang terlihat dan mengalami trombosis akibat
dekstruksi elasitas kulit (bagian dorsum tangan merupakan lokasi paling
sering terdapat vena yng mengalami trombosis) tanpa disertai lepuhan (luka
bakar derajat 3)
6. Daerah yang menonjol dan daerah yang berwarna seperti perak, yang biasa
terlihat pada tempat terkena arus listrik (luka bakar elektrik)
7. Bulu hidung berbau sangit, luka bakar mukosa, perubahan suara, batuk,
mengi, hangus pada mulut dan hidung, dan sputum warna gelap (karna
inhalasi asap dan kerusakan paru).

2.5 Patofisiologi Luka Bakar


Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung
atau radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 440˚C
tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk
tiap derajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur
yang kurang tahan dengan konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini
mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah, dalam
hal ini bukan hanya cairan tetapi protein plasma dan elektrolit. Pada luka bakar
ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir menyeluruh,
penimbunan jaringan masif di interstitial menyebabakan kondisi hipovolemik.
Volume cairan intravaskuler mengalami defisit, timbul ketidakmampuan
menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan

9
syok (Moenajat, 2001). Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang
disebabkan oleh kegagalan organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan
organ multi sistem yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan
peningkatan pembuluh darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O,
elektrolit dan protein), sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan
cairan intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat
mengakibatkan hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan
terjadinya gangguan perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi gangguan perkusi
jaringan maka akan mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai
sirkulasi organ-organ penting seperti otak, kardiovaskuler, hepar, traktus
gastrointestinal dan neurologi yang dapat mengakibatkan kegagalan organ multi
sistem.

2.6 Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar


1. Hitung darang lengkap
Peningkatan MHT awal menunjukan hemokosentrasi akibat perpindahan
atau kehilangan cairan. Selanjutnya menurunnya Hb dan Ht dapat terjadi
akibat kerusakan oleh panas terhadap endothelium pembuluh darah, Leukosit
dapat terjadi akibat kehilangan sel pada sisi luka dan respon inflamasi.
2. AGD
Dasar penting untuk kecurigaan cidera inhalasi.
3. CO Hbg
Peningkatan >15% mengindikasikan keracunan CO cidera inhalasi.
4. Elektrolit serum
Kalium dapat meningkat pada awal akibat cidera jaringan atau kerusakan
SDm dan penurunan fungsi ginjal.
5. Natrium urine random
Lebih besar dari 20 MEqL mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan >10
MEq/L menduga ketidakadekuatan resusitasi cairan.
6. Glukosa serum
Rasio albumin atau globulin mungkin terbalik akibat kehilangan protein
pada edema cairan
7. Albumin serum
Peningkatan glukosa serum menunjukan respon stress.

10
8. BUN kreatinin
Peningkatan BUN menunjukan penuruan fungsi ginjal
9. Urine
Adanya albumin, Hb dan mioglobulin menunjukan kerusakan jaringan dalam
dan kehilangan protein.
10. Foto rontgen dada
Dapat tampak normal pada pasca luka bakar dini meskipun dengan cidera
inhalasi, namun cidera inhalasi yang sesungguhnya akan ada pada saat
progresif pada foto dada.
11. Bronkopi serat optik
Berguna dalam diagnosa luas cidera inhalasi, hasil dapat meliputi edema
pendarahan dan/tukak pada saluran pernafasan atas.
12. Loop aliran volume
Memberikan pengkajian non-invasive terhadap efek/luasnya cidera inhalasi
13. Scan paru
Mungkin dilakukan untuk menentukan luas nya cidera inhalasi
14. EKG
Tanda iskemia miokardiak distritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik.
15. Fotografi luka bakar
Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.

2.7 Penatalaksanaan Luka Bakar


Penanganan pertama sebelum ke rumah sakit dengan menyingkirkan sumber
luka bakar tanpa membahayakan penolong, kemudian penatalaksanaan
mengikuti prinsip dasar resusitasi trauma :
1. Lakukan survei primer singkat dan segera atasi permasalahan yang
ditemukan
2. Singkirkan pakaian dan perhiasan yang melekat
3. Jika pernafasan dan sirkulasi telah teratasi, lakukan survei sekunder :
a. Airway dan Breathing
Managemen airway pada luka bakar penting dilakukan karena jika tidak
dilakukan dengan baik akan mengakibatkan komplikasi serius. Kondisi
serius yang perlu dicermati adalah adanya cedera inhalasi, terutama jika
luka bakar terjadi pada ruang tertutup. Cedera inhalasi lebih jarang
terjadi pada ruang terbuka atau pada ruang dengan ventilasi baik.
Hilangnya rambut-rambut wajah dan sputum hitam memberikan tanda

11
adanya cedera inhalasi. Pemberian oksigen dengan saturasi yang
diharapkan setinggi >90% harus segera diberikan. Pasien dengan luka
bakar luas sering membutuhkan intubasi. Stidor dapat dijumpai dalam
beberapa jam pada pasien dengan airway stabil seiring dengan
terjadinya edema pada saluran nafas. Hatihati dalam penggunaan obat-
obat penenang, karena dapat menekan fungsi pernafasan.
b. Circulation
Akses intravena dan pemberian resusitasi cairan sangat penting untuk
segera dilakukan. Lokasi ideal akses pemberian cairan pada kulit yang
tidak mengalami luka bakar, namun jika tidak memungkinkan maka
dapat dilakukan pada luka bakar. Akses intravena sebaiknya dilakukan
sebelum terjadi edema jaringan yang akan menyulitkan pemasangan
infus. Pemasangan infus di vena sentral perlu dipertimbangkan jika
tidak ada akses pada vena perifer. Cairan Ringer Laktat dan NaCl 0,9%
tanpa glukosa dapat diberikan pada 1-2 akses intravena. Kateter Foley
digunakan untuk memonitor produksi urin dan keseimbangan cairan.
Evaluasi lanjut selang nasogastic digunakan untuk dekompresi lambung
dan jalur masuk makanan. Evaluasi semua denyut nadi perifer dan
dinding thoraks untuk kemungkinan timbulnya sindroma kompatermen
terutama pada luka bakar sirkumferensial. Observasi menyeluruh
terhadap edema jaringan terutama pada ektremitas dan kemungkinan
terjadinya gagal ginjal. Elevasi tungkai dapat dilakukan untuk
mengurangi edema pada tungkai.
c. Penggantian darah
Luka bakar pada kulit menyebabkan terjadinya kehilangan sejumlah sel
darah merah sesuai dengan ukuran dan kedalam luka bakar. Karena
plasma predominan hilang pada 48 jam pertama setelah terjadinya luka
bakar, tetapi relative polisetimia terjadi pertama kali. Oleh sebab itu,
pemberian sel darah merah dalam 48 jam pertama tidak dianjurkan,
kecuali terdapat kehilangan darah yg banyak dari tempat luka. Setelah
proses eksisi luka bakar dimulai, pemberian darah biasanya di perlukan.
d. Perawatan luka bakar
Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan,
selanjutnya dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung pada
karakteristik dan ukuran dari luka.
e. Early Exicision and Grafting (E&G)
Dengan metode ini ini eschar di angkat secara operatif dan kemudian
luka di tutup dengan cangkok kulit (autograft atau allogart), setelah
terjadi penyembuhan.

12
f. Menejemen nyeri
Terapi farmakologi yang digunakan biasanya dari golongan opioid,
NSAID dan teknik napas dalam.

2.8 Komplikasi Luka Bakar


1. Syok karena kehilangan cairan.
2. Sepsis / toksis.
3. Gagal ginjal mendadak.
4. Pneumonia.
5. Infeksi luka bakar.
6. Terganggunya suplai darah.
7. Cidera inhalasi
8. Gagal jantung

2.9 Asuhan Keperawatan Luka Bakar


2.9.1 PENGKAJIAN

1. Riwayat kesehatan
Kaji keluhan utama dan tanyakan penyebab luka bakar – kima, termal atau
listrik, waktu terjadinya luka bakar (penting untuk kebutuhan resusitasi,
cairan yang mana dihitung dari waktu cedera luka bakar, bukan dari waktu
tiba ke RS), tempat terjadinya luka bakar (area terbuka atau tertutup) dan
alergi.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kaji tingkat kesadaran dan TTV.
b. Sistem integument
Kulit : destruksi jaringan dalam mungkin tidak terjadi selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trombus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit yang tidak terbakar mungkin lembab/dingin, pucat, dengan
pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung,
sehubungan dengan kehilangan cairan.
- Cedera api : terdapat area cedera campuran dalam sehubungan
dengan pariase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar.
Bulu hidung gosong, mukosa hidung dan mulut kering, merah, lepuh
pada faring posterior, dan edema lingkar mulut dan lingkar nasal.

13
- Cedera kimia : tampak luka bervariasi sesuai dengan penyebab. Kulit
mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit samak halus;
lepuh, ulkus, nekrosis, atau jaringan parut tebal. Cedera secara umum
lebih dalam dari tampaknya, secara perkutan dan kerusakan jaringan
dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
- Cedera listrik : cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit dari
dibawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka
aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada
proksimal tubuh tertutup, dan luka termal sehubungan dengan
pakaian terbakar.
Kaji luka bakar akan keluasannya dengan menggunakan grafik Lund
dan Browder atau Rule of nine. Kaji kedalaman luka, yang dapat :
a) Ketebalan partial superfisial-melibatkan epidermis; dikarakteristikan
oleh nyeri tekan, sedikit bengkak, dan eritema yang memucat dengan
tekanan.
b) Ketebalan partial-meliputi epidermis dan dermis; dikarakteristikan
oleh eritema, kering, atau luka lembab nyeri, edema, dan
pembentukan lepuh.
c) Ketebalan penuh-meliputi semua lapisan kulit, sering meluas sampai
jaringan subkutan dan otot; dikarakteristikan oleh luka kering, keras,
tidak nyeri, berkulit yang berwarna putih atau hitam.
c. Integritas ego
Ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri dan
marah.
d. Aktivitas/istirahat
Keterbatasan rentan gerak pada area yang sakit, gangguan masa otot dan
perubahan tonus.
e. Sistem pernafasan
Kaji akan adanya serak, batuk mengi, partikel karbon dalam sputum,
ketidakmampuan dalam menelan sekresi oral dan sianosis, indikasi
cedera inhalasi. Pembengkakan toraks mungkin terbatas pada adanya
luka bakar lingkar dada. Jalan nafas atas straidor atau mengi (obstruksi
sehubungan dengan laringospasme, edema laringeal). Bunyi nafas
gemerecik (edema paru), stridor (edema laringeal), dan sekret jalan
nafas (ronhi).

14
f. Sistem pencernaan
Penurunan bising usus atau tidak ada, khususnya pada luka bakar
dengan kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas
atau peristaltik gastrik. Kaji akan anorexia, mual, dan muntah.
g. Sistem kardiovaskuler
Pada luka bakar lebih dari 20% APTT, ditemukan hipotensi (syok),
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera :
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan
dingin (syok listrik). Takikardi (syok, ansietas, nyeri), disritmia (syok
listrik).
h. Neurosensori
Aktivitas kejang (syok listrik), laserasi kornea, kerusakan retinal,
penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik). Ruptur membran
timpani (syok listrik), dan paralisis (cedera listrik pada aliran syaraf).
i. Eliminasi
Haluan urin menurun/tidak ada selama fase darurat. Warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan
otot dalam. Diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairn
kedalam sirkulasi).

2.9.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Klien luka bakar mungkin dapat mengalami satu atau lebih diagnosa
keperawatan, sebagai berikut :
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d deformitas dinding dada, keletihan otot-
otot pernafasan, hiperventilasi.
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (evaporasi akibat
luka bakar)
3. Penurunan curah jantung b.d penurunan volume sekuncup jantung,
kontrasilitas dabn frekuensi jantung
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
hipermetabolisme dan kebutuhan bagi kesembuhan luka
5. Kerusakan integritas kulit b.d luka bakar terbuka

15
6. Nyeri akut b.d saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan penanganan
luka bakar
7. Resiko infeksi b.d hilangnya berier kulit dan terganggunya respons imun
8. Gangguan eliminasi urin b.d gangguan fungsi ginjal
9. Ganggian pola tidur b.d perasaan tidak nyaman, nyeri
10. Intoleransi aktivitas b.d hipoksia
11. Gangguan rasa nyaman b.d nyeri, patologis penyakit
12. Gangguan perfusi jaringan b.d hipoksia, trauma

2.9.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Diagnosa : Ketidakefektifan pola nafas b.d deformitas dinding dada,
keletihan otot-otot pernafasan, hiperventilasi.
Tujuan dan kriteia hasil :
- Mampu bernapas dengan mudah, menunjukkan jalan nafas yang paten
(irama dan frekuensi nafas dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
- TTV DBN
Intervensi :
- Airway management
- Oxygen therapy
- Vital sign monitoring

2. Diagnosa : Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (evaporasi


akibat luka bakar)
Tujuan dan kriteria hasil :
- Mempertahankan input output sesuai dengan usia dan BB
- TD, nadi, suhu, DBN
- Tidak ada tanda dehidrasi
- Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan

16
Intervensi :
- Fluid management
- Hypovolemia management

3. Diagnosa : Penurunan curah jantung b.d penurunan volume sekuncup


jantung, kontrasilitas dabn frekuensi jantung
Tujuan dan kriteria hasil :
- TTV DBN
- Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada : kelelahan, edema paru, perifer,
asites, dan penurunan kesadaran.
Intervensi :
- Cardiac care
- Vital sign monitoring

4. Diagnosa : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d


hipermetabolisme dan kebutuhan bagi kesembuhan luka
Tujuan dan criteria hasil :
- Peningkatan BB ideal sesuai TB dan tujuan
- Mempu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda malnutrisi dan penurunan BB berarti
- Peningkatan fungsi mengecap dan menelan
Intervensi :
- Nutrition management
- Nutririon monitoring

5. Diagnosa : Kerusakan integritas kulit b.d luka bakar terbuka


Tujuan dan criteria hasil :
- Perfusi jaringan normal
- Tidak ada tanda infeksi
- Ketebalan dan tekstur jaringan DBN

17
- Menunjukkan pemahaman dlm proses perbaikan luka dan mencegah
cidera berulang,serta terjadi proses penyembuhan luka
Intervensi :
- Pressure ulcer prevention wound care

6. Diagnosa : Nyeri akut b.d saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan
penanganan luka bakar
Tujuan dan criteria hasil :
- Mampu mengontrol nyeri
- Melaporkan nyeri berkurang dgn menggunakan manajemen nyeri
- Mampu mengenali nyeri
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi :
- Pain management
- Analgesic administration

7. Diagnosa : Resiko infeksi b.d hilangnya berier kulit dan terganggunya


respons imun
Tujuan dan criteria hasil :
- Bebas dr tanda dan gejala infeksi
- Menunjukkan mampu mencegah infeksi, berperilaku hidup sehat
- Jumlah leukosit DBN
Intervensi :
- Infection control
- Infection protection

8. Diagnosa : Gangguan eliminasi urin b.d gangguan fungsi ginjal


Tujuan dan criteria hasil :
- Kandung kemih kosong secara penuh
- Tidak ada residu urin

18
- Intake cairan normal
- Bebas ISK
- Tidak ada spesma baldder
- Balance cairan seimbang
Intervensi :
- Urinary retention care

9. Diagnosa : Ganggian pola tidur b/d perasaan tidak nyaman, nyeri


Tujuan dan criteria hasil :
- Jumlah tidur cukup
- Pola tidur dan kualitas normal
- Perasaan segar sesudha tidur
- Mampu mengidentifikasi hal yg meningkatkan tidur
Intervensi :
- Sleep enhancement

10. Diagnose : Intoleransi aktivitas b/d hipoksia


Tujuan dan criteria hasil :
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik
- Mampu melakukan ADLs
- Vital sign normal
Intervensi :
- Activity therapy

11. Diagnose : Gangguan rasa nyaman b/d nyeri, patologis penyakit


Tujuan dan criteria hasil :
- Mampu mengontrol kecemasan
- Status lingkungan yg nyaman
- Mengontrol nyeri

19
Intervensi :
- Anxiety reduction
- Environment management confort pain management

12. Diagnosa : Gangguan perfusi jaringan b/d hipoksia, trauma


Tujuan dan criteria hasil :
- Mendemonstrasikan status sirkulasi
- Mendemonstrasikan kemamapuann kognitif
- Menunjukan funsgi sensori motori cranial yang utuh
Intervensi :
- Peripheral sesnation management

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat
meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara
langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan
beberapa keadaan yang mengancam kehidupan.

3.2 Saran
Diharapkan makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi
teman-teman yang membaca dan dapat dijadikan pedoman di dalam
memberikan asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan fraktur.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://eprints.ums.ac.id/2811/1/J200050016.pdf
http://eprints.ums.ac.id/2896/1/J200050058.pdf

http://repository.unimus.ac.id/567/3/BAB%20ll.pdf

http://eprints.umm.ac.id/39544/3/BAB20%20ll.pdf

Nurarif, Amin Hudadkk, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic Noc, Yogyakarta : Media Action.

Anda mungkin juga menyukai