Anda di halaman 1dari 8

TINJAUAN TEORITIS

1. Definisi PCI
(PCI) terdiri dari tiga kata yakni Percutaneous yang artinya melalui kulit,
Coronary adalah pada arteri koroner, dan Intervention adalah tindakan yang dilakukan
dalam rangka pengobatan pada kelainan/penyakit jantung koroner. Percutaneous
coronary intervention (PCI) adalah intervensi atau tindakan non bedah untuk
membuka/dilatasi/melebarkan arteri koroner yang mengalami penyempitan agar aliran
darah dapat kembali menuju ke otot jantung (Davis, 2011).
PCI menggambarkan kelompok atau kumpulan beberapa prosedur yang
menggunakan teknik percutaneous untuk memperbaiki atau membuka kembali arteri
koroner yang menyempit. Prosedur utamanya, meliputi angioplasti, arterektomi, dan
intra coronary stenting (The American College of Cardiology, Cardiac nursing).

2. Jenis PCI
Team Work Service Koroner PJNHK membagi Percutaneous Coronary
Intervention menjadi tiga :
a. Primary Percutaneous Coronary Intervention adalah tidakan yang
dilakukan pada Akut Coroner Infark dengan Onset gejala kurang dari
12 Jam, Keterlambatan door to needle atau door to balloon tiap 30
menit akan meningkatkan risiko relative 1 tahun sebanyak 7.5%.
Sehingga segala usaha harus dilakukan untuk mempercepat reperfusi.
(May MRL,2008)
b. Early Percutaneous Coronary Intervention adalah tidakan yang
dilakukan pada Akut Coroner Infark dengan Onset gejala lebih dari 12
Jam
c. Rescue Percutaneous Coronary Intervention adalah tidakan yang
dilakukan pada Akut Coroner Infark dengan Onset gejala kurang dari
12 Jam setelah mengalami kegagalan terapi Fibrinolitik
d. Percutaneous Coronary Intervention Elektif
3. Tujuan PCI
Tujuan PCI adalah untuk mengembalikan aliran darah yang terhambat karena
adanya penyempitan atau sumbatan dengan menggunakan balon atau stent. Stent
merupakan selang yang berkawat, yang diletakkan pada pengobatan arteri/ koroner
yang menyempit.
PCI dengan stent merupakan suatu tindakan invasive yang dapat mengurangi
risiko penutupan kembali sebagian ataupun total pembuluh darah secara tiba – tiba
akibat tindakan PTCA atau disebut re-stenosis (Smeltzer, S. C., & Bare, B, 2008).
Penyelidikan Benesten dan Stress (2003) (dalam Stone, et.al, 2009) membuktikan
bahwa penggunaan stent lebih baik dibandingkan PTCA dalam kaitannya dengan re-
stenosis. Dua jenis utama stent yang dapat digunakan antara yaitu Bare Metal Stent
(BMS) dan Drug Elluting Stent (DES) (Hartree, 2013).

4. Indikasi dan Kontra indikasi


4.1. Indiksi
1) Pasien yang mengalami ACS dengan ST elevasi (Premary PCI) dengan onset
< 12 jam
2) Pasien yang gagal dilakukan terapi fibrinolitik
3) Restenosis setelah tindakan PCI
4) Angina pectoris pada pasien post CABG ( bypass)
5) Non–ST-elevation acute coronary syndrome (NSTE-ACS)
6) Unstable angina
4.2. Kontraindikasi
1) CHF yang tidak terkontrol, BP tinggi, aritmia
2) Gangguan elekrolit
3) Infeksi ( demam )
4) Gagal ginjal
5) Perdarahan saluran cerna akut/anemia
6) Stroke baru (< 1 bulan)
7) Disfunngsi ventrikel berat
8) Intoksikasi obat-obatan (seperti : Kontras )
9) Usia kehamilan kurang dari 3 bulan
RESUME KEPERAWATAN

1. Identitas Pasien
Nama : Tn. T
Umur : 62 tahun
Pekerjaan : Penisunan
Diagnosa medis : STEMI inferior onset 4 jam Killip 1 TIMI 3/14
Riwayat Penyakit : Riwayat PCI elektif 1 DES RCA pada CAD2VD 18/07/19
Tanggal Masuk : 23/07/2019
Tanggal Pengkajian : 23/07/2019

2. Riwayat kesehatan/pengobatan
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh dada terasa nyeri dan tidak nyaman. Nyeri disertai mual dan
keringat dingin. Nyeri tidak hilang dengan istirahat skala nyeri 5/10. Pasien
sebelumnya dirujuk dari rumah sakit lain.

b. Riwayat penyakit sekarang


Klien Post pemasangan PCI 23/07/19

c. Riwayat kesehatan dahulu


Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi sebelumnya. Tetapi tidak
menunjukkan gejala berarti dan pasien tidak rutin kontrol ke fasilitas kesehatan.
Pasien mengatakan pertama kali mengalami serangan jantung tahun 2014 dan
dilakukan pemasangan stent pada LAD dan RCA di RSPJN Harapan Kita.
Kemudian tanggal 18/07/19 pasien kembali dilakukan PCI elektif 1 DES RCA.
Pasien mengatakan selalu rutin kontrol dan minum obat. Pasien mengatkan berhenti
merokok sejak 5 tahun yang lalu dan menjadi perokok aktif selama 20 tahun.

3. Pemeriksaan fisik
a. Kulit : Berwarna sawo matang, berbulu dan sedikit kering, terdapat luka insisi post
PCI di arteri radialis dextra, turgor kulit elastis, edema ekstremitas tidak ada,
ekstremitas kanan atas pucat setelah tindakan dan dingin.
b. Rambut : Sebaran merata, tebal, lembab, sedikit beruban
c. Kuku : Tidak mudah patah, bersih, tidak panjang, tidak sianosis, CRT <3
d. Kepala : Berbentuk bulat, simetris, ukuran kepala sesuai dengan tubuh.
e. Mata : Refleks pupil baik, daya akomodasi baik, konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik
f. Telinga : Daun telinga bersih, pendengaran baik.
g. Hidung : Mukosa lembab, tidak ada sumbatan di dalam hidung.
h. Mulut & Kerongkongan : Mukosa bibir pucat dan kering, mukosa mulut pucat, gigi
lengkap dan tidak ada karies gigi, tidak ada kesulitan menelan, tidak ada pembesaran
tonsil, lidah bersih, tidak ada stomatitis,
i. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening
j. Sistem Pernapasan : Rongga dada simetris, tidak ada lesi, frekuensi pernapasan
18x/menit kuat dan teratur, saat di aukultasi suara napas vesikular dan
bronkovesikular terdengar baik, tidak ada suara abnormal seperti ronkhi dan mengi
atau crackles, tidak ada retraksi dinding dada, tidak menggunakan otot bantuan
untuk bernapas, tidak menggunakan napas cuping hidung, tidak sesak napas, saturasi
oksigen 100%.
k. Kardiovaskuler : Nadi 68 x/menit lemah dan teratur, saat diauskultasi terdengar
suara bunyi jantung satu (S1) dan dua (S2), tidak terdengar bunyi jantung ketiga atau
ke empat (S3-S4), murmur atau gallop maupun suara abnormal lainnya, tidak ada
kardiomegali. Pulsasi di dorsalis pedis dextra dan sinistra kuat begitupun pulsasi di
radialis sinistra dan dextra. Tekanan darah:90/60 mmHg.
l. Sistem Genitourinaria : Nilai ureum 38,20 dan kreatinin 1,41. Balance cairan +300
cc/6 jam. Jumlah kontras sebanyak 90 ml selama tindakan dilakukan. Setelah
tindakan PCI jam

5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan Lab tanggal 23/07/19 jam 02.40
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 11,8 g/dL 13,0-16,6
Hematokrit 34,8 % 41,3-52,1
Eritrosit 4,15 juta/uL 4,29-5,70
Leukosit 18220 uL 3580-8150
Trombosit 424 ribu/uL 172-359
Ureum 38,20 mg/dL 12,84-42,80
BUN 18.0 mg/dL 6,0-20,0
Kreatinin 1,41 mg/dL 0,67-1,17
e-GFR 51 mL/mnt/1,73m2 Normal 60-89
GDS 136 mg/dL >200 belum pasti DM
Na 134 mmol/L 135-153
K 5,3 mmol/L 3,5-5,1
Cl 96 mmol/L 98-109
Troponin T 149 ng/L <14

b. Pemeriksaan Echo
Fugsi LV menurun EF: 40% TAPSE: 2,1cm hipokinetik di anterior, inferior,
inferoseptal. CO 3L/mnt IVC 18/13 SVR 1333

c. Pemeriksaan EKG
EKG di RS sebelumnya tanggal 22/07/19: TAVB, HR: 50x/m, ST elevasi di lead II,
III, dan AVF, ST depresi dan T inverted di V1-V5

EKG di IGD tanggal23/07/19: SR HR: 80xm, ST elevasi di lead II, III, dan AVF, ST
depresi dan T inverted di V1-V5
EKG setelah PCI tanggal 23/07/19 jam 10.00: SR ST elevasi di lead II, III, dan AVF

d. Terapi Obat-obatan
Aspilet 1x80mg, Brilinta 2x90mg, Laxadin 1x1cth, Diazepam 1x5mg, Simvastatin
1x20mg, Dopamin drip 5mcg/kg/m, Lovenox 2x0,6cc selama 5 hari.

e. Hasil PCI 23/07/19


Hasil angiografi:
LM : Norrmal
LAD : ISR 30% di mid
LCX : Normal
RCA : ISR 40% di proximal, stenosis 90% di distal sebelum stent, ISR 100% di
stent distal
Hasil : PCI berhasil dipasang stent 1 DES di RCA pada CAD2VD
Jumlah kontras 90ml, total perdarahan 50ml, heparin diberikan 7000unit

6. Masalah keperawatan
Analisa Data Diagnosa
DS: pasien mengatakan masih mengantuk Resiko penurunan curah jantung
DO:
 Tekanan Darah setelah tindakan
PCI 70/50 mmhg MAP: 56
 Nadi 56-62x/menit
 Loading cairan isotonis 200 cc
tekanan darah naik 96/60mmhg
 Riwayat TAVB

DS : pasien mengatakan rutin Resiko Perdarahan


mengkonsumsi obat pengencer darah
DO :
 Pasien mendapatkan terapi heparin
7500 unit selama proses PCI
 Sebelum tindakan pasien diberikan
loading brilinta 180mg dan aspilet
160mg
 Klien lanjut diberikan terapi
aspilet
 Tidak ada hematom post aff sheat
jam 10.00 tidak ada hematoma di
area puncture
 Klinis klien baik, tidak pucat, akral
hangat di semua ekstremitas
DS; Klien mengatakan tangan kanan Risiko infeksi
masih diperban

DO:
 Terdapat luka puncture di radialis
dextra, tertutup Nichiban
 Klien tidak demam, suhu 36oC
 Akral hangat di semua ekstremitas
 Leukosit: 18220/ul

7. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Diagnosa Kriteria Hasil Implementasi Evaluasi
Resiko Penurunan Setelah dilakukan o Melakukan S:
curah jantung asuhan monitor tanda- Klien mengatakan
keperawatan tanda vital: tidak ada nyeri
selama 1x24 jam, o Evaluasi adanya dada
tidak terjadi nyeri dada, Klien mengatakan
penurunan curah anjurkan pasien tidak sesak
jantung ditandai melaporkan ke O: gambaran EKG
dengan: perawat/ okter jam 10.00 ada ST
o Tekanan darah jika terjadi nyeri elevasi di inferior
sistol 100-140 dada. TD 89/60 mmHg,
mmHg, diastol 60- o Monitor dan HR 60 x/menit, RR
80 mmHg dokumentasikan 18 x/menit
o HR 60-100 adanya disritmia Akral hangat
x/menit o Melakukan Klien tampak rileks
o Tidak terjadi monitor EKG Tidak ada fatigue
disritmia untuk perubahan A: Penurunan
o Tidak ada nyeri segmen ST curah jantung
dada o Melakukan P: lanjutkan
monitor tehadap monitoring
dispnea, fatiq, hemodinamik dan
takhipnea dan intake output
orthopnea
o Kolaborasi
pemberian
inotropik
Dopamin
5mcg/kg/menit
Resiko Perdarahan Setelah dilakukan o Mengobservasi S: Klien
asuhan tingkat mengatakan tidak
keperawatan kesadaran pasien lemas dan tidak ada
selama 1x24 jam, o Melakukan keluhan
tidak terjadi monitoring O:
perdarahan perdarahan pada o Luka punctrue
ditandai dengan: daerah tidak hematom
o Bebas dari pembedahan setelah aff
tanda setelah sheat
perdarahan dilakukan insisi. o Tidak
o Saturasi o Memonitot ditemukan
Oksigen 95- tanda-tanda adanya tanda-
100% perdarahan tanda
o Tidak o Melindungi perdarahan
ditemukan pasien dari o Pasien masih
hematom di trauma yang mendapatkan
area luka dapat terapi
puncture menyebabkan pengencencer
perdarahan aspilet dan
lovenox
A: tidak ada tanda
perdarahan
P: lanjutkan
observasi
perdarahan selama
pemberian terapi
DAPT

Resiko infeksi Setelah dilakukan o Batasi S: Klien


asuhan pengunjung bila mengatakan tidak
keperawatan perlu ada rasa gatal di
selama 1x24 jam, o Gunakan sabun area luka
infeksi tidak terjadi antimikrobia
ditandai dengan: untuk cuci O:
o Klien bebas tangan o Suhu tubuh
dari tanda dan o Cuci tangan 36,8 derajat
gejala infeksi (hand hygine) 5 celcius
seperti rubor, moment o Luka bersih
kalor, dolor, o Pertahankan tidak ada
pallor lingkungan rembes
o Tekanan darah aseptik selama o Tidak
sistol 100-140 pemasangan alat ditemukan
mmHg, diastol o Monitor tanda adanya tanda
60-80 mmHg dan gejala rubor, kaloor,
o HR 60-100 infeksi dollor dan
x/menit o Inspeksi kulit palor pada area
o RR 12-20 dan membran puncture
x/menit mukosa terhadap o Tidak ada
o Suhu 36-37,5 kemerahan, pemeriksaan
o Jumlah panas, marker infeksi
leukosit dalam setelah
batas normal tindakan
5000-
10.000/mm3 A: Risiko Infeksi
o Tidak ada teratasi sebagian
kemerahan
pada kulit P: Lanjutkan
pasien. perawatan luka/hari
dengan teknik
aseptik

Anda mungkin juga menyukai