Anda di halaman 1dari 5

Jakarta - Awal tahun seakan tidak bisa

mengubah keadaan Indonesia yang semakin


terpuruk. Tahun 2010 yang sedang dijalani pun
tidak bisa membuat Indonesia menjadi lebih
baik. Masalah-masalah tahun 2009 berulang
menjadi rentetan masalah di tahun 2010.

Kemiskinan yang semakin meningkat, tingkat


kriminalitas yang semakin membengkak,
hutang luar negeri yang seperti bom waktu, para koruptor yang selalu bertambah,
keadaan politik yang kacau dan masih banyak lagi. Walaupun sudah ganti
pemerintahan tapi tetap masalah yang sama selalu ada menghampiri Indonesia.

Salah satunya yakni masalah Century yang akhir-akhir ini menguras kepercayaan
masyarakat Indonesia pada pemerintah. Berbagai media pun tak kalah untuk
mengangkat masalah ini ke permukaan. Sehingga, seluruh masyarakat Indonesia
tahu apa yang sedang terjadi pada para penguasa. Kenapa masalah Century ini
menjadi begitu rumit. Sebenarnya ada apa di balik Century ini?

Di tengah kehidupan Indonesia yang sangat rumit pemerintah dan Bank Indonesia
mengeluarkan kebijakan yang jauh dari kepentingan rakyat. Pada akhir 2008 Bank
Century yang sudah bangkrut dibantu oleh pemerintah sebesar 6,762 triliun.

Dana tersebut diberikan secara cuma-cuma kepada segelintir konglomerat


pemilik dan nasabah Bank Century. Skandal Century merupakan skandal
keuangan terbesar kedua setelah kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia yang
mencapai lebih dari Rp 600 triliun tanpa ada penyelesaian yang tuntas.

Jika kita melihat secara kronologi Skandal Century ini dimulai dengan tahun 1989
oleh Robert Tantular yang mendirikan Bank Century Intervest Corporation (Bank
CIC). Tahun 1999 pada bulan Maret Bank CIC melakukan penawaran umum
terbatas pertama dan Robert Tantular dinyatakan tidak lolos uji kelayakan dan
kepatutan oleh Bank Indonesia.

Pada tahun 2002 Auditor Bank Indonesia menemukan rasio modal Bank CIC
amblas hingga minus 83,06% dan CIC kekurangan modal sebesar Rp 2,67 triliun.
Tahun 2003 bulan Maret bank CIC melakukan penawaran umum terbatas ketiga.

Bulan Juni Bank CIC melakukan penawaran umum terbatas keempat. Pada tahun
2003 pun bank CIC diketahui terdapat masalah yang diindikasikan dengan adanya
surat-surat berharga valuta asing sekitar Rp 2 triliun yang tidak memiliki
peringkat, berjangka panjang, berbunga rendah, dan sulit dijual.

BI menyarankan merger untuk mengatasi ketidakberesan pada bank ini. Tahun


2004, 22 Oktober dileburlah Bank Danpac dan Bank Picco ke Bank CIC. Setelah
penggabungan nama tiga bank itu menjadi PT Bank Century Tbk, dan Bank
Century memiliki 25 kantor cabang, 31 kantor cabang pembantu, 7 kantor kas,
dan 9 ATM. Tahun 2005 pada bulan Juni Budi Sampoerna menjadi salah satu
nasabah terbesar Bank Century Cabang Kertajaya Surabaya.

Tahun 2008, Bank Century mengalami kesulitan likuiditas karena beberapa


nasabah besar Bank Century menarik dananya seperti Budi Sampoerna akan
menarik uangnya yang mencapai Rp 2 triliun. Sedangkan dana yang ada di bank
tidak ada sehingga tidak mampu mengembalikan uang nasabah dan tanggal 30
Oktober dan 3 November sebanyak US$ 56 juta surat-surat berharga valuta asing
jatuh tempo dan gagal bayar.

Keadaan ini diperparah pada tanggal 17 November Antaboga Delta Sekuritas yang
dimiliki Robert Tantular mulai tak sanggup membayar kewajiban atas produk
discreationary fund yang dijual Bank Century sejak akhir 2007. Dengan sigap
kemudian Budiono selaku gubernur BI saat itu mengadakan rapat konsultasi
melalui telekonferensi dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang sedang berada
di Washington bersama Presiden Bambang Yudhoyono (SBY).

Tanggal 20 November BI mengirim surat kepada Menteri Keuangan yang


menetapkan Bank Century sebagai bank gagal yang berdampak sistemik dan
mengusulkan langkah penyelamatan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Sehingga, diputuskan menyuntikkan dana sebesar Rp 632 miliar untuk menambah
modal sehingga dapat menaikkan CAR menjadi 8%.

Enam hari dari pengambilalihan LPS mengucurkan dana Rp 2,776 triliun pada
Bank Century untuk menambah CAR menjadi 10%. Karena permasalahan tak
kunjung selesai Bank Century mulai menghadapi tuntutan ribuan investor
Antaboga atas penggelapan dana investasi senilai Rp 1,38 triliun yang mengalir ke
Robert Tantular.

Pada 5 Desember 2008 LPS menyuntikkan dana kembali sebesar Rp 2,2 triliun
untuk memenuhi tingkat kesehatan bank. Akhir bulan Desember 2008 Bank
Century mencatat kerugian sebesar Rp 7,8 triliun.

Bank yang tampak mendapat perlakuan istimewa dari Bank Indonesia ini masih
tetap diberikan kucuran dana sebesar Rp 1,55 triliun pada tanggal 3 Februari
2009. Padahal bank ini terbukti lumpuh. KPK menduga ada suap menyuap antara
pejabat maupun penegak hukum. Sehingga, KPK gencar melakukan penyelidikan.

Ini dibuktikan pada 1 April penyidik KPK akan menangkap petinggi kepolisian
karena diduga menerima suap. Namun, penangkapan dibatalkan karena suap
dibatalkan. Rencana penangkapan ini diketahui oleh Kepala Kepolisian Republik
Indonesia Jenderal Bambang Danuri. Hingga saat itu hubungan KPK - POLRI
kurang harmonis.
Pada Bulan Juni Bank Century mencairkan dana yang telah diselewengkan Robert
sebesar Rp 180 miliar pada Budi Sampoerna. Namun, dibantah oleh Budi yang
merasa tidak menerima sedikit pun uang dari Bank Century. Atas pernyataan itu
LPS mengucurkan dana lagi kepada Bank Century sebesar Rp 630 miliar untuk
menutupi CAR. Sehingga, total dana yang dikucurkan kepada Bank Century
sebesar Rp 6,762 triliun.

DPR baru turun tangan dalam permasalahan ini sehingga memanggil Sri Mulyani,
Menteri keuangan, dimintai penjelasan mengenai pembengkakan kucuran dana
kepada Century sebesar Rp 6,7 triliun. Padahal awalnya hanya meminta
persetujuan Rp 1,3 triliun. Sri Mulyani lagi-lagi berpendapat apabila Century
ditutup maka akan berdampak sistemik pada perbankan Indonesia.

Kasus Century ini semakin rumit dan menyeret beberapa nama petinggi negara
yang terlibat. Seperti bantahan mantan wakil presiden yang mengatakan bahwa
ada perampokan di Bank Indonesia. Penegak hukum pun memvonis Robert
Tantular 4 tahun penjara dengan denda Rp 50 miliar.

Pada tanggal 30 September laporan awal audit BPK mengungkapkan bahwa


banyak kejangggalan dalam masalah pengucuran dana pada Bank Century. Atas
temuan BPK yang janggal tersebut dibentuklah Panitia Khusus Hak Angket
sebanyak 139 anggota dari 8 fraksi.
Liputan6.com, Jakarta - Entah sudah berapa kali Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri terlibat
perseteruan seperti sekarang ini. Bahkan, ada analogi
yang sangat terkenal untuk menggambarkan
perselisihan ini, yaitu cicak vs buaya.

Inisiator Gerakan Masyarakat Sipil untuk Pemilu Bersih


Adhie M Massardi mengatakan, dirinya yang dulu
mencetuskan cicak vs buaya pada akhir 2009 lalu
melihat kasus saat ini tak jauh beda. Dia bahkan masih
ingat bagaimana perseteruan ini mencuat.

"Peristiwa ini mengingatkan cicak vs buaya. Ini fotokopi cicak vs buaya pada akhir 2009," kata Adhie di kawasan
Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (25/1/2015).

Adhie menceritakan bagaimana kasus cicak vs buaya ini muncul. Kala itu, KPK berhasil menyadap membicaraan
antara Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji dengan Robert Tantular. Pembicaraan itu berisi permintaan
permohonan rekomendasi pencairan dana di Bank Century yang kala itu sedang bermasalah. Sebagai
imbalannya, Susno akan mendapat jatah Rp 10 miliar.

"Ini yang terkenal dan istana goncang. KPK dianggap sudah mencium adanya upaya bailout Century. Sehingga
ada yang mengira KPK sudah tahu. Padahal, saat saya tanya Bibit dan Chandra kala itu, dulu mereka memang
hanya ingin menyelidiki kasus Susno tanpa mengetahui ada rencana lain yang lebih besar," ungkap Adhie.

Tak ubahnya seperti sekarang ini, kisruh yang terjadi sebenarnya merupakan masalah personal, bukan institusi.
Hanya saja, saat ini rasa kebanggaan terhadap korps dan institusi sudah luntur.

"Sekarang ini tidak ada kebanggaan korps. Ketika kebanggaan institusi hilang terjadi saat ini," ujar dia.

Adhie juga mempertanyakan nama calon tunggal Kapolri Komjen Pol Budi Gunawan yang muncul begitu saja
tanpa melihat aspek lainnya. Dia juga menyalahkan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) yang meloloskan
calon Kapolri yang kini mengalami penundaan pengangkatan itu.

"Siapa Budi Gunawan? Kenapa Kompolnas merekomendasi hal itu? Seluruh anggota Kompolnas mengundurkan
diri karena menyesatkan presiden untuk calon Kapolri," tandas Adhie.

Jumat 23 Januari lalu, Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto ditangkap Bareskrim Polri saat mengantar sang
anak bungsu ke sekolah. Tak hanya Bambang yang disasar Bareskrim Polri, kini giliran Wakil Ketua KPK lainnya,
Adnan Pandu Praja.

Adnan dilaporkan ke Bareskrim Polri dengan tuduhan perampasan saham sebuah perusahaan hak pengelolaan
hutan di Kalimantan Timur pada 2006 silam, saat Adnan menjadi kuasa hukum PT Desy Timber. Laporan
terhadap Adnan Pandu Praja ini dilakukan PT Desy Timber di tengah panasnya hubungan Polri dengan KPK.
(Rmn)
Liputan6.com, Jakarta: Legalitas Panitia Khusus
skandal Badan Urusan Logistik dan
penyalahgunaan dana bantuan dari Brunei
Darussalam tetap kontroversial. Pernyataan
Presiden Abdurrahman Wahid yang menyebutkan
Pansus Buloggate-Bruneigate ilegal telah
menimbulkan perdebatan teranyar di masyarakat.
Sebagian kalangan menilai pernyataan presiden
itu hanyalah sekadar upaya mengalihkan
perhatian masyarakat atas kasus yang diduga
keras telah melibatkan dirinya. Sementara barisan lainnya menilai, pernyataan Gus Dur memang sah
secara hukum. Perdebatan kasus ini pada akhirnya menambah wacana baru perdebatan politik
nasional.

Pernyataan Presiden Wahid bukanlah tanpa dasar. Menurut dia, pembentukan pansus ilegal lantaran
tak diberitakan dalam berita negara. Padahal, hal tersebut sudah disyaratkan oleh Undang-undang
Nomor 6 Tahun 1954 tentang hak angket legislatif kepada eksekutif.

Alasan Gus Dur diamini Profesor Harun Alrasid. Menurut pakar hukum tata negara ini, panitia angket
itu baru dapat bekerja -misalnya memanggil para saksi skandal Bulog-Brunei- bila keberadaanya
sudah diberitakan dahulu melalui berita negara. Karenanya, dalam pemahaman Harun, Pansus
hendaknya dibubarkan dulu dan selanjutnya diubah menjadi panitia angket saja. Sebab, aturan
hukum hak angket ini jelas-jelas sah secara hukum. Kendati begitu, Harun menyatakan bahwa semua
keterangan yang sudah diperoleh Pansus tetap berlaku dan harus dikonfirmasikan kembali.

Wakil rakyat di Gedung DPR/MPR tidak menerima pernyataan ilegalnya Pansus ini begitu saja.
Menurut Ketua DPR Akbar Tandjung, keberadaan Pansus sudah sesuai dengan konstitusi Undang-
Undang Dasar 1945 Pasal 20 a tentang hak anggota DPR. Selain itu, keberadaan panitia ini juga
sesuai dengan susunan dan kedudukan DPR, MPR, dan DPRD. Dalam pemahamannya lagi,
masalah ini telah sesuai dengan aturan hak angket. Namun untuk menyelesaikan masalah tersebut,
panitia DPR sengaja membentuk panitia khusus bagi Buloggate dan Bruneigate.

Pendapat dari wakil DPR ini pun disetujui Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Yusril Ihza
Mahendra. Menurut pakar hukum tata negara yang satu ini, sebenarnya pembentukan Pansus
Buloggate dan Bruneigate DPR telah memiliki dasar hukum yang kuat. Sebab, selain berdasarkan
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan MPR-DPR serta DPRD.
Selain itu, keberadaan Pansus juga dilindungi tata tertib DPR/MPR.

Sementara itu, pengamat politik Andi Malarangeng menilai perseteruan politis antara presiden dan
anggota parlemen kali ini hanya akan merusak kredibilitas dan legitimasi Gus Dur sendiri. Sebab,
buntut konflik tersebut akan berakhir pada tuntutan mundur terhadap presiden yang akan semakin
menguat. Apalagi, tambah Andi, kekuatan partai pendukung Presiden Wahid ini hanya 11 persen saja
di kubu parlemen. Dia memperkirakan, Gus Dur tak akan bertahan dengan berbagai tuntutan anggota
DPR yang berasal dari partai-partai besar.

Belakangan, DPR juga menyatakan telah menyodorkan Pansus ke Departemen Kehakiman dan HAM
untuk didaftarkan dalam berita negara. Kendati begitu, pro dan kontra legalitas Pansus skandal
Bulog-Brunei tak berarti bakal bisa disumbat. Sebab bagaimana pun juga, kontroversi yang merebak
menjadi peringatan bagi DPR agar tak lalai lagi mempelajari berbagai aturan hukum soal kinerja
mereka.(BMI/Tim Liputan 6 SCTV)

Anda mungkin juga menyukai