Anda di halaman 1dari 6

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019

REFLEKSI KASUS

KASUS
IDENTITAS
Nama : Sdr. E
Usia : 34 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Pendidikan : SD
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Kembaran RT 08, Tamantirto, Kasihan, Bantul, DIY

Preceptor : Dr. dr. Ronny Tri Wirasto, Sp.KJ Ko-asisten: Gita Maera

I. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama

Pasien merasa melamun dan sedih

b. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien mengaku merasa bingung dan melamun karena merasa tidak bisa melakukan
apa-apa, merasa tidak bisa bekerja walopun pasien sendiri ada keinginan untuk bekerja,
pasien juga sering melamun merenungi bagaimana hidupnya kedepan. Selain itu pasien
juga merasa sedih karena segagame nya rusak dan sudah lama tidak punya temen sejak
smp sampai sekarang, pasien merasa kesepian atas hal tersebut. Pasien juga merasa bosan
karena setiap hari di rumah saja tidak ada kegiatan, jadi terkadang pasien pergi diam-
diam dari rumah untuk jalan-jalan.
Pasien juga masih sering mendengar bisikan-bisikan suara yang tidak berwujud.
Bisikan tersebut kadang membicarakan hal-hal lucu sehingga membuat pasien tertawa,
namun dilain hal kadang ada suara-suara yang pasien akui itu dari setan di sebeleh pasien
yang menyuruh pasien untuk bunuh diri. Pasien mendengar bisikan-bisikan saat sendirian
dan ketika sedang merenung. Bila sedang mengobrol pasien tidak mendengar bisikan
tersebut. Pasien juga lebih sering tidur di ruang tengah karena di kamar pasien sering ada
sosok yang menyeramkan yang mengganggu pasien sehingga sulit untuk tidur. Pasien
juga merasa ingin mengakhiri hidupnya saja karena merasa itu lebih baik, karena merasa
hidup pun pasien tidak berguna.
Sejak pindah sekolah kelas 2 smp di tahun 2002, pasien berhenti sekolah karena
merasa malas sekolah. Pasien mengatakan pasien kerap dibuli oleh teman sekelasnya
dengan cara dipalak uang jajannya, namun pasien jarang melawan karena takut dan
badannya kecil. Pasien mengaku sering dibuli sejak masih SD, namun karena dasar
kepribadian pasien yang pendiam sehingga selalu dipendam sendiri, orang tua nya tidak
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019

REFLEKSI KASUS

mengetahui hal ini. Pasien sangat tertutup sehingga orang tua tidak pernah
mengetahui bila pasien memiliki masalah apapun di sekolahnya, orang tua mengaku
pasien seringnya hanya marah-marah di rumah namun tidak menceritakan masalahnya.
Gejala pasien mulai timbul sejak tahun 2010 saat itu ibu pasien mendapati pasien sedang
duduk termenung duduk di jendela kamar, dan sejak saat itu hingga tiga hari setelahnya
pasien tidak mau makan dan tidak mau melakukan aktivitas sehari hari nya hingga pasien
sangat lemah. Ibu pasien langsung membawa pasien ke rumah sakit saat itu. Pasien
dirawat di RS Ghrasia hampir 1 bulan, baru pulang ke rumah. Sejak saat itu pasien sering
keluar masuk RS.
Sekitar tahun 2012 pasien beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri dengan
membakar diri, menyayat pergelangan tangan, menggantung diri, namun semuanya tidak
berhasil. Setiap setelah percobaan bunuh diri pasien selalu dibawa ke RS oleh ibunya.
c. Riwayat Gangguan Sebelumnya
a) Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien rutin berobat di poli jiwa RSUD Wirosaban baru 3 kali, sebelumnya di RS
Panti Rapi.
b) Riwayat Gangguan Medik
Pasien memiliki riwayat patah tulang lengan kanan tahun 2002. Tidak ada riwayat
kesehatan lainnya.
c) Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol
Pasien meyangkal menggunakan minum-minuman keras dan obat-obatan yang tidak
diresepkan dokter. Riwayat perokok (+) pasien merokok 5 batang/hari.
d. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat prenatal
Pasien dilahirkan dalam kondisi normal di bidan. Tidak ada gangguan atau penyakit
yang diderita oleh ibunya saat mengandung hingga melahirkan beliau. Pasien lahir
cukup bulan. Imunisasi lengkap dilakukan sesuai program imunisasi saat itu.
2. Riwayat masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)
Pasien mendapatkan ASI eksklusif dari ibunya, pertumbuhan dan perkembangan
sesuai umur, tidak ada riwayat sakit. Pasien mendapatkan kasih sayang dari orang
tuanya. Pada usia 1 tahun, orang tua pasien bercerai dan pasien tinggal bersama ibu
sampai hari ini.
3. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tumbuh normal dan bergaul seperti anak-anak biasa. Pasien TK, masuk SD
pada usia 7 tahun. Pasien suka baca buku sejak kecil. Pasien sering main ke tetangga
rumah untuk baca buku, dan pasien sudah bisa membaca saat masih TK.
4. Riwayat masa remaja
Setelah pasien berhenti sekolah di awal kelas 2 SMP, pasien hanya berdiam diri di
rumah. Tidak ada aktivitas positif yang pasien lakukan sampai pada akhirnya gejala
muncul pada tahun 2010.
5. Riwayat pendidikan
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019

REFLEKSI KASUS

Pasien lulusan SD, Kelas 2 SMP berhenti sekolah karena merasa malas sering dibuli
teman-temannya.
6. Riwayat kehidupan beragama
Pasien beragama Kristen, setiap hari minggu selalu diajak beribadah ke gereja oleh
ibu nya, namun tidak selalu ikut karena pasien kadang masih tidur.
7. Riwayat pernikahan
Pasien belum menikah
8. Aktivitas sosial
Pasien lebih sering berada didalam rumah, terkadang ke bengkel dekat rumah untuk
minta rokok dan main. Kadang juga pasien diam-diam pergi main jauh karena bosan
di rumah. Pasien juga sering membantu ibunya untuk mempersiapkan pesanan
catering.
e. Riwayat Keluarga

Keterangan :

: Meninggal dunia

: Gangguan jiwa

: Bercerai

: Pasien

: Tinggal dalam satu rumah

f. Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien sekarang tinggal dengan ibu pasien saja, ibu pasien membuka jasa catering
dan makanan-makanan ringan lainnya, pasien seringkali membantu ibunya saat ada
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019

REFLEKSI KASUS

pesanan catering. Lingkungan tempat tinggal terkesan cukup baik, ibu pasien selalu
memberikan motivasi dan dorangan kepada pasien agar tidak terlalu banyak pikiran dan
mengisi hari-hari dengan beraktivitas. Pasien tinggal di daerah yang cukup padat
penduduk dan berdekatan dengan tetangga. Tetangga sudah mengerti keadaan pasien dan
senantiasa membantu keluarga pasien jika pasien kambuh. Hubungan pasien dengan
tetangga sekitar cukup baik, ibu pasien juga mengatakan bahwa pasien bila sedang dalam
keadaan baik bisa berinteraksi baik dengan tetangga.

II. Permasalahan yang diuji

Apa itu bunuh diri? Bagaimana cara mencegah bunuh diri pada pasien?

III. Pembahasan

Dalam Encyclopedia Britannica, bunuh diri didefinisikan sebagai usaha seseorang untuk
mengakhiri hidupnya dengan cara suka rela atau sengaja. Kata Suicide berasal dari kata latin Sui
yang berarti diri (self), dan kata Caedere yang berarti membunuh (to kill). (Husain, 2005:6)
Sedangkan menurut aliran human behavior, bunuh diri ialah bentuk pelarian parah dari dunia nyata,
atau lari dari situasi yang tidak bisa ditolerir, atau merupakan bentuk regresi ingin kembali pada
keadaan nikmat, nyaman dan tentram.

Metode yang digunakan sebagai percobaan bunuh diri umumnya selain memiliki fungsi untuk
mengakhiri hidup juga memiliki makna tersendiri seperti motif atau harapan yang mendasari. Secara
umum metode yang digunakan untuk bunuh diri yaitu sebagai berikut:
a. Gantung diri,
b. Melukai diri dengan benda tajam seperti tradisi harakiri di jepang, memotong urat
nadi, atau menembak dirinya dengan senjata api atau pistol,
c. Menelan racun atau obat-obatan sampai over dosis,
d. Menjatuhkan diri dari atap gedung,
e. Membakar diri,
f. Menabrakkan diri.

Tanda-tanda Awal Bunuh Diri


Menurut Santrock (2003) terdapat tanda-tanda awal bunuh diri khususnya pada remaja yaitu sebagai
berikut :
a. Mengancam akan bunuh diri, misalnya ”aku berharap mati saja”; ”keluargaku pasti
akan lebih baik kalau aku tidak ada”; ”aku tidak punya apa-apa yang membuatku
tetap hidup.”
b. Sudah pernah mencoba bunuh diri sebelumnya, sekecil apapun empat dari lima
orang yang melakukan bunuh diri sebelumnya telah melakukan sedikitnya satu
percobaan bunuh diri.
c. Tersirat unsur-unsur kematian dalam musik, seni dan tulisan-tulisan pribadinya.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019

REFLEKSI KASUS

Kehilangan anggota keluarga, binatang peliharaan, atau pacar akibat kematian,


diabaikan, atau putusnya suatu hubungan.
d. Gangguan dalam keluarga, seperti tidak memiliki pekerjaan, penyakit yang serius,
pindah, perceraian.
e. Gangguan tidur, kebersihan diri dan kebiasaan makan.
f. Menurunnya nilai-nilai disekolah dan hilangnya minat terhadap sekolah atau
kegiatan yang sebelumnya dianggap penting.
g. Perubahan pola tingkah laku yang dramatis, misalnya remaja yang senang sekali
berteman dan berkumpul dengan banyak orang berubah menjadi pemalu dan menarik
diri.
h. Perasaan murung, tidak berdaya dan putus asa yang mendalam.
i. Menarik diri dari anggota keluarga dan teman, merasa disingkirkan oleh orang yang
berarti bagi dirinya.
j. Membuang atau memberikan semua hadiah-hadiah miliknya dan sebaliknya mulai
menata kerapihan.
Serangkaian kecelakaan atau tingkah laku beresiko yang tidak terencana seperti penyalahgunaan
alkohol dan obat-obatan, mengabaikan keselamatan diri, menerima tantangan yang berbahaya.
(dalam hubungannya dengan penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, telah terjadi peningkatan
yang drakmatis selama beberapa tahun belakangan ini sehubungan dengan jumlah remaja yang
melakukan bunuh diri pada saat sedang dibawah penggaruh alkohol dan obat-obatan terlarang).

Ada beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan, meliputi pencegahan primer, sekunder
dan tersier:
- Pencegahan primer adalah tindakan mencegah sebelum orang mempunyai niat melakukan
tindakan bunuh diri dengan memperhatikan faktor-faktor risikonya.

Mengurangi penderitaan dan rasa sakit psikologis yang mendalam Menurut beberapa ahli
pelaku percobaan bunuh diri biasanya memiliki setidaknya satu gangguan psikologis yang
mendasarinya, sehingga penangganan secara psikologis dianggap upaya yang sangat tepat
untuk mencegah bunuh diri.

Membuka pandangan, yaitu memperluas pandangan yang terbatas dengan membantu


individu melihat berbagai pilihan selain pilihan ekstreem dengan membiarkan penderitaan
dan ketiadaan terus berlangsung.

- Pencegahan sekunder adalah deteksi dini dan terapi yang tepat pada orang yang telah
melakukan percobaan bunuh diri.

Melakukan pengobatan baik medikasi ataupun psikoterapi.

- Pencegahan tersier adalah tindakan untuk mencegah berulangnya percobaan bunuh diri.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019

REFLEKSI KASUS

Yogyakarta, 12 Oktober 2019

Dr. dr. Ronny Tri Wirasto, Sp.KJ.

Anda mungkin juga menyukai