Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HEPATITIS

Di Ruang Poli Dalam

Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang

Oleh :

NITA FEBRILIA ROBI

NIM. 19.30.034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Hepatitis di Ruang Poli Dalam Rumah Sakit dr.
Saiful Anwar Malang yang Dilakukan Oleh :

Nama : Nita Febrilia Robi

NIM : 19.30.034

Prodi : Ners STIKes Kepanjen

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Departemen
Keperawatan Medikal Bedah, yang dilaksanakan pada tanggal 07 Oktober 2019 – 11 Oktober
2019 yang telah disetujui dan disahkan pada :

Hari : Kamis

Tanggal : 10 Oktober 2019

Malang, 10 Oktober 2019

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(.............................................) (.............................................)
BAB I
PENDAHULUAN

Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat disebabkan
oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati. Hepatitis virus
adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi virus penyakit
dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95%
kasus dari hepatitis virus akut (Ester, 2002).
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati diseluruh
dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit hepatits ataupun gejala
sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya (Sudoyo, 2007). Infeksi
virus hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker hati.
Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30
tahun kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain badan terasa
panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah beberapa hari air seninya
berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit tubuh
menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan. (Smeltzer,
2002)
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Hepatitis virus akut adalah penyakit infeksi yang penyebarannya luas,
walaupun efek utamanya pada hati (Syivia A. Price, 2005).
Hepatitis virus akut adalah penyakit hati yang gejala utamanya berhubungan
erat dengan adanya nekrosis pada hati. Bisanya disebabkan oleh virus yaitu
hepatitis A, virus hepatitis B, virus hepatitis C, dan lain-lain (Arief Mansjoer,
2001).
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh rekasi toksik terhadap obat-obatan serta
bahan-bahan kimia (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001).
Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang meluas atau menyebar.
Hepatitis virus merupakan jenis yang paling dominan, dimana merupakanhasil
infeksi yang disebabkan oleh salah satu dari lima golongan besar jenis virus, antara
lain :
1. Virus Hepatitis A (HAV)
2. Virus Hepatitis B (HBV)
3. Virus Hepatitis C (HCV)
4. Virus Hepatitis D (HDV) atau Virus Delta
5. Virus Hepatitis E (HEV)
6. Hepatitis F dan G mempunyai kesamaan atau identitas tersendiri, tetapi jenis ini
jarang ada.
7. Hepatitis kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama perjalanan
infeksi dengan virus-virus lainnya, seperti : Cytomegalovirus, Virus Epstein-
Barr, Virus Herpes simplex, Virus Varicella-zoster.

B. ETIOLOGI
Hepatitis Virus
1. Hepatitis A
Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen virus RNA untai tunggal
dan disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus serta dapat terjadi pada
usia anak-anak & dewasa muda. Cara penularan fekal-oral, makanan, penularan
melalui air, parenteral (jarang), seksual (mungkin) dan penularan melalui darah.
Masa inkubasi 15-45 hari, rata-rata 30 hari pada usia anak-anak dan dewasa muda.
Resiko penularan pada sanitasi buruk, daerah padat seperti rumah sakit, pengguna
obat, hubungan seksual dengan orang terinfeksi dan daerah endemis. Tanda dan
gejala dapat terjadi dengan atau tanpa gejala, sakit mirip flu.
Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang dapat dideteksi
didalam feses pada masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar antibodi
IgM anti-HAV meningkat tajam, sehingga memudahkan untuk mendiagnosis
secara tepat adanya suatu inveksi HAV. Setelah masa akut antibodi IgG anti-HAV
menjadi dominan dan bertahan seterusnya hingga menunjukkan bahwa penderita
pernah mengalami infeksi HAV di masa lampau da memiliki imunitas sedangkan
keadaan karier tidak pernah ditemukan.
Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa gejala. Ketika
gejalanya muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas dan anoreksia yang
terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak atau akibat kegagalan sel hati
yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal. Gejala dispepsia
dapat ditandai dengan rasa nyeri epigastium,mual, nyeri ulu hati dan flatulensi.
Semua gejala akan hilang setelah fase ikterus.
2. Hepatitis B
Nama virusnya HBV/Hepatitis serum dengan agen virus DNA berselubung ganda
yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularannya parenteral (fekal-oral)
terutama melalui darah, kontak langsung, kontak seksual, oral-oral dan perinatal.
Masa inkubasinya 50-180 hari dengan rata-rata 60-90 hari. Resiko penularan pada
aktivitas homoseksual, pasangan seksual multipel, pengguna obat melalui suntikan
IV, hemodialisis kronis, pekerja layanan kesehatan, tranfusi darah dan bayi lahir
dengan ibu terinfeksi. Bisa terjadi tanpa gejala akan tetapi bisa timbul atralgia dan
ruam. Dapat juga mengalami penurunan selera makan, dispepsia, nyeri abdomen,
pegal-pegal menyeluruh, tidak enak badan dan lemah. Apabila ikterus akan
disertai dengan tinja berwarna cerah dan urin berwarna gelap. Hati penderita akan
terasa nyeri tekan dan membesar hingga panjangnya mencapai 12-14 cm, limpa
membesar dan kelenjar limfe servikal posterior juga membesar.
Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel HbcAg,
HbsAg, HbeAg dan HbxAg. Virus ini mengadakan replikasi dalam hati dan tetap
berada dalam serum selama periode yang relatif lama sehingga memungkinkan
penularan virus tersebut.

3. Hepatitis C
Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus RNA untai
tunggal yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama melalui darah
hubungan seksual dan perinatal. Masa inkubasinya 15-160 hari dengan rata-rata 50
hari. Resiko penularannya pada pengguna obat suntik, pasien hemodialisis, pekerja
layanan keehatan, hubungan seksual, dan bayi yang lahir dari ibu terinfeksi.
HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter 50-60 nm.
Pemeriksaan imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV banyak
menghasilkan negatif-palsu sehingga digunakan pemeriksaan rekombinan
suplemental (recombinant assay, RIBA).
4. Hepatitis D
Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan agen virus RNA
untai tunggal, dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama darah tapi
sebagian melalui hubungan seksual dan parenteral. Masa inkubasinya 30-60 hari,
21-140 hari rata-rata 40 hari yang terjadi pada semua usia. Resiko penularan pada
pengguna obat IV, penderita hemovilia dan resipien konsentrat faktor pembekuan.
Hepatitis D terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. Karena memerlukan antigen
permukaan hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita hepatitis B yang
beresiko terkenahepatitis D. Antibodi anti-delta dengan adanya BBAg pada
pemeriksaan laboratorium memastikan diagnosis tersebut. Gejala hepatitis D
serupa hepatitis B kecuali pasiennya lebih cenderung untuk menderita hepatitis
fulminan dan berlanjut menjadi hepatitis aktif yang kronis serta sirosis hati.
5. Hepatitis E
Nama virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk NANBH dengan agen
virus RNA untai tunggal tak berkapsul. Cara penularan fekal-oral dan melali air,
bisa terjadi pada dewasa muda hingga pertengahan. Masa inkubasinya 15-60 hari,
rata-rata 40 hari. Resiko penularannya pada air minum terkontaminasi dan
wisatawan pada daerah endemis.
HEV merupakan suatu virus rantai tunggal yang kecil berdiameterkurang lebih 32-
34 nm dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis hepatitis non-A, non-B, pemeriksaan
serologis untuk HEV menggunakan pemeriksaan imun enzim yang dikodekan
khusus.

C. PATOFISIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai
darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada
hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini
menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel
hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan
oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang
mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman
pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan
nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi
karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi
kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi
kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan
melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan
regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek),
maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang
timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi
dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat
(abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke
dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
D. PATHWAY
E. TANDA DAN GEJALA
Manifestasi klinis hepatitis menurut FKUI (2006) terdiri dari:
1. Masa tunas
Virus A :15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B :40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
2. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus
berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea,
vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal
terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu
badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri
persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
3. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan
disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat
pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari.
Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai
dirasakan selama 1-2 minggu.
4. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,
disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa
ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali,
namun lemas dan lekas capai.

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Medis
1 Pencegahan
a Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan sebaiknya tidak
menjadi donor darah karena dapat menular melalui darah dan produk darah.
b pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi
pengaruh yang baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg BB, intramuskular.
2. Obat-obatan terpilih
a Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa dimana ada reaksi
imun yang berlebihan.
b Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
c Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
d Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr intravena.
e Roboransia.
f Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
g Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.
h Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
3. Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
4. ika penderita enak, tidak napsu makan atau muntah – muntah sebaiknya di
berikan infus glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan makanan yang
cukup
5 Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat – obatan yang
mengubah susunan feora usus, isalnya neomisin ataukanamycin samapi dosis total
4-6 mg / hr. laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus
sedemikian banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.
Penatalaksanaan Keperawatan
1. Tirah baring dan selanjutnya aktivitas pasien dibatasi sampai gejala pembesaran
hati kenaikan bilirubin kembali normal.
2 . Nutrisi yang adekuat
3. Pertimbangan psikososial akibat pengisolasian dan pemisahan dari keluarga
sehingga diperlukan perencanaan khusus untuk meminimalkan perubahan dalam
persepsi sensori.
4 . Pengendalian dan pencegahan

G. KOMPLIKASI
Hepatitis fulminan ditandai dengan gejala dan tanda gagal hati akut, penciutan
hati, kadar bilirubin serum meningkat cepat,pemanjangan waktu protrombin dan koma
hepatikum. Prognosis adalah kematian pada 60-80% pasien. Komplikasi tersering
adalah perjalanan klinis yang lebih lama hngga berkisar dari 2-8 bulan. Sekitar 5-10%
paasien heatitis virus mengalami kekambuhan setelah sembuh dari serangan awal.
Sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau kronis aktif bila terjadi
kerusakan hati seperti digerogoti (piece meal) dan terjadi sirosis. Terapi kortikosteroid
dapat memperlambat perluasan cidera hati namun prognosisnya tetap buruk.
Komplikasi lanjut hepatitis yang bermakna adalah berkembangnya karsinoma
heatoseluler sekunder.
Komplikasi hepatitis menurut FKUI (2006) adalah:
1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut
ensefalopati hepatik.
2. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis
hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
3. Komplikasi yang sering adalah sesosis, pada serosis kerusakan sel hati akan
diganti oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin beras
jaringan parut yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang
sehat.
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Anamnesa
a. Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang nam, umur, jenis kelamin, tempat tinggal,
pekerjaan, pendidikan dan status perkawinan.
b. Keluhan utama
Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan,
malaise, demam (lebih sering pada HVA), rasa pegal linu dan sakit kepala pada
HVB, serta hilangnya daya rasa lokal untuk perokok.
Riwayat penyakit/Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan yang mencangkup tentang nyeri abdomen pada kuadran
kanan atas, demam, malaise, mual, muntah (anoreksia), feses berwarna tanah
liat dan urine pekat
b. Riwayat penyakit lalu
Riwayat apakah pasien pernah mengalami bradikardi atau pernah menderita
masa medis lainnya yang menyebabkan hepatitis (yang meliputi penyakit gagal
hati dan penyakit autoimun). Dan, kaji pula apakah pasien pernah mengindap
infeksi virus dan buat catatan obat-obatan yang pernah digunakan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji riwayat keluarga yang mengonsumsi alkohol, mengindap hepatitis, dan
penyakit biliaris.
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati
Aktivitas
1. Kelemahan
2. Kelelahan
3. Malaise
Sirkulasi

1. Bradikardi (Hiperbilirubin berat)


2. Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa

Eliminasi

1. Urine gelap
2. Diare feses warna tanah liat

Makanan dan Cairan

1. Anoreksia
2. Berat badan menurun
3. Mual dan muntah
4. Peningkatan oedema
5. Asites

Neurosensori

1. Peka terhadap rangsang


2. Cenderung tidur
3. Letargi
4. Asteriksis

Nyeri / Kenyamanan

1. Kram abdomen
2. Nyeri tekan pada kuadran kanan
3. Mialgia
4. Atralgia
5. Sakit kepala
6. Gatal ( pruritus )

Keamanan

1. Demam
2. Urtikaria
3. Lesi makulopopuler
4. Eritema
5. Splenomegali
6. Pembesaran nodus servikal posterior

Seksualitas

Pola hidup / perilaku meningkatkan resiko terpajan

B. Diagnosa dan Rencana Keperawatan


1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan, perasaan tidak
nyaman.
a. Kriteria hasil :
1) Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk
meningkatkan/mempertahankan berat badan yang sesuai.
2) Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
b. Intervensi :
1) Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
Rasional : Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
2) Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering
dan tawarkan pagi paling sering.
Rasional : Adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro
intestinal dan menurunkan kapasitasnya. Makan banyak sulit untuk
mengatur bila pasien anoreksi. Anoreksi juga paling buruk selama siang
hari, membuat masukan makanan yang sulit pada sore hari.
3) Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah
makan. .
Rasional : Akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru
dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
4) Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
Rasional : Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat
meningkatkan pemasukan.
5) Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak .
Rasional : Glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan
energi, sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan
membebani hepar.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen,
asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
a. Kriteria hasil : Pola nafas yang adekuat
b. Intervensi
1) Awasi frekwensi dan kedalaman serta upaya pernafasan.
Rasional : Pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau
akumulasi cairan dalam abdomen.
2) Auskultasi bunyi nafas tambahan.
Rasional : Kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan.
3) Berikan posisi semi fowler.
Rasional : Memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan
padadiafragma dan meminimalkan ukuran sekret.
4) Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
Rasional : Membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak.
5) Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
Rasional : Mungkin perlu untuk mencegah hipoksia
3 Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
a. Kriteria hasil : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik, intensitas & lokasinya dan
perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan/menangis )
b Intervensi :

1) Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat


digunakan untuk intensitas nyeri.
Rasional : Nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman,
oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan
kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan
lebih efektif mengurangi nyeri
2) Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
3) Akui adanya nyeri
4) Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya
Rasional : Klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan
kesehatan bahwa ia mengalami nyeri
5) Berikan informasi akurat dan jelaskan penyebab nyeri
Rasional : Klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui
penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih
tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan).
6) Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek
hepatotoksi
Rasional : Kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik
untuk mengurangi nyeri
4. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar.
a. Kriteria hasil : Tidak terjadi peningkatan suhu
b. Intervensi :
1) Monitor tanda vital : suhu badan .
Rasional : Sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi.
2) Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya
2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
Rasional : Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang
memicu timbulnya dehidrasi .
3) Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
Rasional : Menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi
vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi
panas tubuh melalui penguapan.
4) Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
Rasional : Kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya
pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah
timbulnya ruam kulit
5. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis
a. Kriteria hasil : Tidak terjadi keletihan fisik yang berlebihan
b. Intervensi:
1) Jelaskan sebab-sebab keletihan individu.
Rasional : Dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien
cenderung lebih tenang
2) Sarankan klien untuk tirah baring.
Rasional : Tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan
sehingga metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit
3) Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-
kemampuan dan minat-minat.
Rasional : Memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan
yang sangat penting dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan
yang kurang penting
4) Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu
puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan
keletihan .
Rasional : Keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi
kegiatan yang dapat menimbulkan keletihan
5) Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap
asertif, teknik relaksasi).
Rasional : Untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis
6 Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
a. Kriteria hasil : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
b. Intervensi:
1) Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
a) Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril,
lanolin)

b )Keringkan kulit, jaringan digosok

Rasional : Kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang


ujung saraf.
2) Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan
dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal.
Rasional : Penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan
meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi.
3) Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan
kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk
Rasional : Penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan
lebih banyak pruritus
4) Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
Rasional : Pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban
kekeringan
7. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen,
asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
a. Kriteria hasil : Pola nafas adekuat
b. Intervensi :
1) Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
Rasional : Pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau
akumulasi cairan dalam abdomen.
2) Auskultasi bunyi nafas tambahan.
Rasional : Kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan
3) Berikan posisi semi fowler.
Rasional : Memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada
diafragma dan meminimalkan ukuran sekret.
4) Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif.
Rasional : Membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak.
5) Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
Rasional : Mungkin perlu untuk mencegah hipoksia.
BAB III
RESUME KEPERAWATAN PADA PASIEN
DI POLI DALAM
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus,
obat atau alkohol (Sudoyo, 2007). Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai
nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Wening, 2008).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi
pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang
khas. Hepatitis virus yang sudah teridentifikasi secara pasti adalah hepatitis A, B, C, D dan E.
Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan yang serupa (jalur vekal-oral) sedangkan
hepatitis B, C dan D mempunyai banyak karakteristik yang sama

SARAN
Dalam hal ini yang perlu kita lakukan untuk mencegah penyakit ini sebaiknya kita
lebih menjaga diri dari keterpaparan penyakit ini dan lebih dini untuk memeriksakan diri ke
dokter. Infeksi hepatitis terjadi dengan menyerang salah satu organ paling penting yaitu hati.
Untuk mengurangi keterpaparan infeksi hepatitis dapat dilakukan usaha-usaha pengobatan
yaitu memeriksakan diri ke dokter, pemberian obat secara rutin, pemberian vaksin,
menjalankan pola hidup sehat, hindari aktifitas berat.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2011. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC.
Dongoes, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Cahnoto. 2010. Askep Pada Pasien Hepatitis. (http://cahnoto.blogspot.com/2010-
/04/askep-pada-pasien-hepatitis.html) Diakses tanggal 29 September 2019
Carpenito, Lynda Juall. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta :
Gosyen Publishing.
Subianto, Teguh. 2009. Asuhan Keperawatan Hepatitis. http://teguhsubianto.blogspot.-
com/2009/06/asuhan-keperawatan-hepatitis.html) Diakses tanggal 29
September 2019.

Anda mungkin juga menyukai