Anda di halaman 1dari 11

I.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang penularannya
melalui percikan bahan infeksius (airborne infection) sehingga diperlukan fasilitas
pelayanan farmasi yang sesuai standar. Sebagian besar penderita TB adalah
penduduk yang berusia produktif antara 15-55 tahun, dan penyakit ini merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernafasan akut
pada seluruh kalangan usia. Peningkatan jumlah penderita TB disebabkan oleh
berbagai faktor, yakni kurangnya tingkat kepatuhan penderita untuk berobat dan
meminum obat, harga obat yang mahal, timbulnya resistensi ganda, kurangnya daya
tahan hospes terhadap mikobakteria, berkurangnya daya bakterisid obat yang ada,
meningkatnya kasus HIV/AIDS dan krisis ekonomi.
Oleh karena itu, perlu keterlibatan berbagai pihak dan sektor dalam
masyarakat, kalangan swasta, organisasi profesi dan organisasi sosial serta LSM,
terutama profesi pada farmasi di Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit maupun
tempat lain yang melayani masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya akan obat TB.

B. TUJUAN
Tujuan umum:
Sebagai acuan pelaksanaan peningkatan dan pengendalian mutu pelayanan
kefarmasian TB di RSUD Jati Padang.
Tujuan khusus:
- Sebagai acuan pelaksanaan peningkatan dan pengendalian mutu pelayanan
perbekalan farmasi TB.
- Sebagai acuan pelaksanaan peningkatan dan pengendalian mutu pelayanan
farmasi TB.

C. RUANG LINGKUP DAN SASARAN


Ruang lingkup Standar Pelayanan TB ini dibatasi pada pelayanan farmasi yang
meliputi Ketenagaan, Sarana dan Prasarana, Ketersediaan obat, Sasarannya adalah
seluruh tim fungsional/pelaksana di unit farmasi.
II. STANDAR UMUM PELAYANAN KEFARMASIAN TB

Pelayanan kefarmasian TB harus memenuhi persyaratan umum sebagai berikut:


A. Logistik Obat Anti Tuberkulosis
Sediaan OAT ada dua macam yaitu Kombipak dan Kombinasi Dosis Tetap
(KDT). OAT Kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid (H),
Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Etambutol (E) yang dikemas dalam bentuk
blister. OAT KDT terdiri dari kombinasi dua (HR) atau empat jenis (HRZE) obat
dalam satu tablet yang dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien.
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian
Tuberkulosis di Indonesia :
 Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
 Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
 Kategori Anak: 2HRZ/4HR

1. OAT Kombipak.
Kemasan Kombipak adalah paket obat lepas yang disusun dari 4 jenis obat,
yakni:
Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol yang terdiri dari:
a. Kombipak I (H @ 300 mg, R @ 450 mg, 3 tablet Z @ 500 mg, 3 tablet E @
250 mg);
b. Kombipak II (2 tablet H @ 300 mg, R @ 450 mg); (3);
c. Kombipak III (H @ 300 mg, R @ 450 mg, 3 tablet Z @ 500 mg);
d. Kombipak IV (2 tablet H @ 300 mg, R @ 450 mg, E @ 250 mg, 2 tablet E
@ 500mg),
e. Kombipak Anak.
Untuk pemberian kepada pasien, OAT tersebut dibagi dalam beberapa
kategori, yang terdiri dari:
a) Kategori I : 2RHZE/4R3H3
Paket Kategori I terdiri dari :
i. Kombipak I (H @ 300 mg, R @ 450 mg, 3 tablet Z @ 500 mg, 3
tablet E @250 mg) : 56 blister
ii. Kombipak II (2 tablet H @ 300 mg, R @ 450 mg) : 48 blister
b) Kategori II : 2RHZES/RHZE/R3H3E3
Paket Kategori II terdiri dari :
i. Kombipak I (H @ 300 mg, R @ 450 mg, 3 tablet Z @ 500 mg, 3
tablet E @250 mg) : 94 blister
ii. Streptomicyn @ 1 gr : 56 vial
iii. Kombipak IV (2 tablet H @ 300 mg, R @ 450 mg, E @ 250 mg, 2
tablet E@ 500 mg) : 60 blister
c) Sisipan
Untuk Sisipan digunakan Kombipak I
d) Kategori Anak : 2RHZ/4RH
Paket Kategori Anak terdiri dari :
Kombipak Anak (H @ 100 mg, R @ 150 mg, Z@ 300 mg) : 180 sachet
Keuntungan OAT Kombipak yaitu lebih memudahkan pemberian obat
pada pasien yang mengalami efek samping terhadap satu atau lebih
jenis obat TB .
Kerugian OAT kombipak yaitu :
i. Jumlah tablet banyak sehingga kepatuhan pasien meminum obat
kurang
ii. Individualisasi dosis untuk mengobati pasien terbatas
Gambar 1. Paket Kombipak Kategori I

2. Kombinasi Dosis Tetap (KDT)


Paket Kombinasi Dosis Tetap (KDT) yaitu paket yang terdiri dari tablet yang
berisi 2 jenis obat (HR) dan tablet yang berisi 4 jenis obat (HRZE). Untuk
pemberian kepada pasien, OAT tersebut dibagi dalam beberapa kategori, yang
terdiri dari:
a. Kategori I : 2 (RHZE)/4(RH)3
Paket Kategori I terdiri dari :
a) RHZE (150/75/400/275) : 6 blister
b) RH (150/150) : 6 blister
b. Kategori II : 2 (RHZE)S/RHZE)/(RH)3E3
Paket Kategori II terdiri dari :
a) RHZE (150/75/400/275) : 9 blister
b) Streptomicyn @ 1 gr : 56 vial
c) RH (150/150) : 7 blister
d) E (400 mg) : 7 blister
c. Sisipan
Untuk Sisipan digunakan RHZE (150/75/400/275)
d. Kategori Anak : 2 (RHZ)/4(RH)
Paket kategori Anak terdiri dari :
a) RHZ (75/50/150) : 6 blister
b) RH (75/50) : 12 blister
Keuntungan menggunakan obat KDT dalam pengobatan TB yaitu :
a) Rentang berat badan lebih kecil sehingga dosis obat yang dikonsumsi lebih
ideal.
b) Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan resiko
terjadinya resistensi obat ganda.
c) Jumlah tablet yang ditelan lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
lebih mudah dan meningkatkan kepatuhan pasien.
Gambar 2.Paket Kombinasi Dosis Tetap Kategori I
B. STAF FARMASI
Unit farmasi yang melakukan pelayanan pemeriksaan TB mempunyai tenaga
teknis dan penanggung jawab. Penanggung jawab dapat dirangkap oleh pimpinan
Farmasi atau fasilitas pelayanan kesehatan.
1. Uraian tugas:
a. Penanggung jawab farmasi TB bertanggung jawab atas terselenggaranya
pelayanan kefarmasian yang bermutu dengan:
- tersedianya sumber daya farmasi dan prosedur tetap yang sesuai
standar.
- tersedianya perencanaan untuk kegiatan farmasi TB.
- terlaksananya kegiatan pelayanan farmasi TB sesuai prosedur tetap.
- melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan farmasi TB.
- melakukan upaya peningkatan mutu pelayanan farmasi TB.
- Melakukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas
farmasi
- Telaksananya pelaksanaan keselamatan dan keamanan kerja (K3)
farmasi TB.
b. Tenaga teknis farmasi TB mempunyai tugas:
- Melaksanakan pelayanan farmasi TB dengan menerapkan prosedur
tetap.
- mengikuti pelatihan dan kalakarya tentang farmasi TB.
- melakukan pencatatan dan pelaporan ketersediaan stok TB.
- melaksanakan K3 farmasi TB.
2. Koordinasi: melalui pertemuan rutin untuk membina hubungan baik diantara
petugas farmasi maupun dengan unit pelayanan lain.

C. SARANA DAN PRASARANA


Pelayanan farmasi TB menggunakan sarana dan prasarana yang memenuhi
persyaratan untuk melakukan pemeriksaan yang bermutu. Kriteria:
1. Ruang kerja ditata dengan baik sehingga memaksimalkan kinerja dan
menjamin keselamatan kerja.
2. Tersedia tempat penyimpanan obat sesuai standar.
3. Tersedianya prasarana seperti kartu stok atau buku bantu pencatatan dan alat
pelindung diri (masker).
4. Alat pengatur suhu ruangan (AC, Kipas angina, Exhaust)
5. Alat Pengukur suhu dan kelembaban.
6. Alat Pemadam api ringan
7. Rak
8. Lemari Khusus.
9. Tersedia sumber daya dan instalasi listrik yang memadai.

D. PROSEDUR PELAYANAN
Pelayanan farmasi TB dilakukan berdasarkan kebijakan dan prosedur
baku/Standar Prosedur Operasional (SPO)
1. Penyerahan OAT Tahap Intensif Pasien Rawat Jalan
a) Petugas farmasi menerima resep dokter dan pasien menunjukkan kartu
monitoring pengobatan TB
b) Petugas farmasi mengambil dan atau menuliskan biodata pasien pada
kotak paket OAT intensif dari tempat penyimpanan sesuai dengan nama
pasien yang ada dikotak paket OAT.
c) Petugas farmasi mengambil obat OAT tahap lanjutan sesuai yang di
resepkan dokter, kemudian memotong stok OAT di kartu stok yang ada
di kotak paket OAT
d) Petugas farmasi mengecek kelengkapan resep dan telaah resep serta
memastikan kembali bahwa identitas pasien yang tertera pada paket
OAT sudah sesuai dengan pasien yang akan menerima OAT.
e) Petugas farmasi menyiapkan obat (kemasan paket OAT dan keluarkan
tahap lanjutan yang berisi tablet RH Blister warna merah).pada kemasan
dan memberi etiket sesuai dengan aturan pakai.
f) Petugas farmasi menuliskan jumlah obat yang diserahkan ke pasien
dengan memberi tanda pada kolom penyerahan obat di Form 01.
g) Petugas farmasi memberikan pelayanan informasi obat kepada pasien
tentang pengobatan OAT pada tahap lanjutan dan menginstruksikan
pasien untuk kem bali ke poli TB DOTS untuk meminum obat.
h) Serahkan OAT kepada pasien dengan ramah dan ingatkan kapan harus
kembali untuk menerima obat yang akan diminum selanjutnya serta
membawa blister kosong.
2. Pelayanan Obat Anti Tuberkulosis Tahap Lanjutan Pasien Rawat Jalan
a) Petugas farmasi menerima resep dokter dan pasien menunjukkan kartu
monitoring pengobatan TB
b) Petugas farmasi mengambil dan atau menuliskan biodata pasien pada
kotak paket OAT lanjutan dari tempat penyimpanan sesuai dengan
nama pasien yang ada dikotak paket OAT.
c) Petugas farmasi mengambil obat OAT tahap lanjutan sesuai yang di
resepkan dokter, kemudian memotong stok OAT di kartu stok yang ada
di kotak paket OAT
d) Petugas farmasi mengecek kelengkapan resep dan telaah resep serta
memastikan kembali bahwa identitas pasien yang tertera pada paket
OAT sudah sesuai dengan pasien yang akan menerima OAT.
e) Petugas farmasi menyiapkan obat (kemasan paket OAT dan keluarkan
tahap lanjutan yang berisi tablet RH Blister warna kuning).pada kemasan
dan memberi etiket sesuai dengan aturan pakai.
f) Petugas farmasi menuliskan jumlah obat yang diserahkan ke pasien
dengan memberi tanda pada kolom penyerahan obat di Form 01.
g) Petugas farmasi memberikan pelayanan informasi obat kepada pasien
tentang pengobatan OAT pada tahap lanjutan dan menginstruksikan
pasien untuk kem bali ke poli TB DOTS untuk meminum obat.
h) Serahkan OAT kepada pasien dengan ramah dan ingatkan kapan harus
kembali untuk menerima obat yang akan diminum selanjutnya serta
membawa blister kosong.
3. Pelayanan Obat Anti Tuberkulosis Tahap Intensif Pasien Rawat Inap
a) Petugas farmasi menerima resep dokter
b) Petugas farmasi mengambil dan atau menuliskan biodata pasien pada
kotak paket OAT intensif dari tempat penyimpanan sesuai dengan nama
pasien yang ada dikotak paket OAT.
c) Petugas farmasi mengambil obat OAT tahap lanjutan sesuai yang di
resepkan dokter, kemudian memotong stok OAT di kartu stok yang ada
di kotak paket OAT
d) Petugas farmasi mengecek kelengkapan resep dan telaah resep serta
memastikan kembali bahwa identitas pasien yang tertera pada paket
OAT sudah sesuai dengan pasien yang akan menerima OAT.
e) Petugas farmasi menyiapkan obat (kemasan paket OAT dan keluarkan
tahap lanjutan yang berisi tablet RH Blister warna merah).pada kemasan
dan memberi etiket sesuai dengan aturan pakai.
f) Petugas farmasi memasukkan OAT ke dalam kemasan dan sertakan
etiket yang sudah ditulis lengkap.
g) Petugas farmasi menyerahkan OAT kepada perawat atau keluarga
pasien pada pagi hari antara pukul 06.00 hingga 07.00 sebelum makan
pagi.
4. Pelayanan Obat Anti Tuberkulosis Lanjutan Pasien Rawat Inap
a) Petugas farmasi menerima resep dokter
b) Petugas farmasi mengambil dan atau menuliskan biodata pasien pada
kotak paket OAT lanjutan dari tempat penyimpanan sesuai dengan
nama pasien yang ada dikotak paket OAT.
c) Petugas farmasi mengambil obat OAT tahap lanjutan sesuai yang di
resepkan dokter, kemudian memotong stok OAT di kartu stok yang ada
di kotak paket OAT
d) Petugas farmasi mengecek kelengkapan resep dan telaah resep serta
memastikan kembali bahwa identitas pasien yang tertera pada paket
OAT sudah sesuai dengan pasien yang akan menerima OAT.
e) Petugas farmasi menyiapkan obat (kemasan paket OAT dan keluarkan
tahap lanjutan yang berisi tablet RH Blister warna kuning).pada kemasan
dan memberi etiket sesuai dengan aturan pakai.
f) Petugas farmasi memasukkan OAT ke dalam kemasan dan sertakan
etiket yang sudah ditulis lengkap.
g) Petugas farmasi menyerahkan OAT kepada perawat atau keluarga
pasien pada pagi hari antara pukul 06.00 hingga 07.00 sebelum makan
pagi.
5. Pengelolaan Obat Anti Tuberkulosis Kadaluarsa dan Obat Rusak
a) Petugas gudang obat farmasi membuat daftar obat anti Tuberkulosis
yang akan dihapus atau dihancurkan beserta alasannya rusak ataukan
kadaluarsa
b) Petugas gudang obat farmasi memisahkan barang yang rusak dan
kadaluarsa dan melaporkan pada dinas kesehatan mengenai obat anti
Tuberkulosis yang akan dihapus
c) Kepala dinas kesehatan mengajukan usulan penghapusan kepada
Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan tingkat pemerintahan untuk
persetujuan penghapusan.
d) Pengelola barang dan obat mengeluarkan obat tersebut dari daftar
inventaris setelah panitia melaksanakan penghapusan (dengan Berita
Acara).
e) Petugas gudang obat farmasi selanjutkan mengusulkan barang yang
sudah dihapus untuk dimusnahkan kemudian mendapat persetujuan
pejabat yang berwenang obat Anti TB untuk dimusnahkan. Pemusnahan
dilakukan dengan cara :
1) Pemendaman di dalam tanah
2) Pembuangan ke saluran air kotor
3) Enkapsulasi : obat dimasukkan kedalam drum baja / bak berlapis plastic
kemudian diisi semen, kapur, batubara kemudian ditambah air,
kemudian dipendam dalam tanah
4) Insinerasi : dengan menggunakan mesin insenerator
5) Inersiasi : tablet dan pil dikeluarkan dari blisternya, lalu direndam
didalam air, dicampur semen dan kapur sehingga terbentuk pasta,
kemudian dikubur dalam tanah
Seluruh prosedur harus menggunakan metode sesuai standar agar
memperoleh hasil pemeriksaan farmasi TB yang dapat dipercaya, tepat waktu, dan
bermanfaat untuk pengelolaan pasien. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan:
1. Kebijakan dan SPO yang menjadi acuan bagi semua tenaga pelaksana
dalam melaksanakan pelayanan farmasi.
2. Kebijakan dan SPO harus ditinjau secara berkala.
3. Kebijakan mutu pelayanan dengan melaksanakan Pemantapan Mutu
Internal (PMI), mengikuti program Pemantapan Mutu Eksternal (PME), dan
melaksanakan peningkatan mutu.
III. PENYIMPANAN

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan termasuk memelihara yang


mencakup aspek tempat penyimpanan (Instalatasi Farmasi atau gudang), barang dan
administrasinya. Dengan dilaksanakannya penyimpanan yang baik dan benar, maka
akan terpelihara mutu barang, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung
jawab, menjaga kelangsungan persediaan.

A. SYARAT PENYIMPANAN
Tempat penyimpanan yang akan digunakan untuk menyimpan barang/logistik
harus mempunyai standar antara lain:
1. Tersedia ruangan yang cukup untuk penyimpanan
2. Tersedia ruangan khusus sesuai dengan persyaratan setiap jenis
barang/logistik yang akan disimpan
3. Tersedia cukup ventilasi, sirkulasi udara dan penerangan
4. Tersedia alat pemadam kebakaran dan dapat digunakan
5. Tersedianya kartu stok.
6. Suhu penyimpanan berada di bawah 25°C
7. Tersedia ruangan administrasi
8. Atap gudang dalam keadaan baik dan tidak ada yang bocor
9. Gudang/Depo farmasi bebas dari tikus dan kecoa serta tidak ada tanda-tanda
yang menunjukkan tikus hidup didalamnya.
10. Gudang/Depo farmasi dalam keadaan bersih, rak tidak berdebu, lantai disapu
dan tembok dalam keadaan bersih

B. TATA RUANG PENYIMPANAN


1. Penataan ruangan sesuai dengan pengelompokan barang/logistik yang akan
disimpan
2. Penataan ruangan memberikan kemudahan bergerak bagi petugas
3. Pintu barang masuk dan barang keluar berbeda
C. SARANA PENUNJANG GUDANG
1. Rak
2. Palet
3. Troli
4. Lemari Pendingin
5. Lemari Khusus
6. Alat Pengatur suhu ruangan (AC, Kipas angina, Exhaust)
7. Alat pengukur suhu dan kelembapan
8. Alat pemadam api ringan
9. Alarm

D. PENATAAN BARANG
Barang atau logistik ditempatkan berdasarkan:
1. Bentuk sediaan dan alfabet.
2. Barang disusun sesuai dengan prinsip FEFO (First Expired First Out) da (First
In First Out).
3. Jumlah tumpukan sesuai dengan ketentuan yang tertera pada setiap dud.
Barang tidakboleh bersentuhan langsung dengan lantai.
4. Barang ditata tidak boleh terbalik.
5. Barang yang rusak dan kadaluarsa disimpan secara terpisah sebelum.

E. Administrasi Gudang
1. Kartu Stok
2. Kartu Persediaan Barang
3. Buku Harian Penerimaan dan Pengeluaran Barang
Semua kartu diatas harus diisi lengkap setiap terjadi mutasi barang.
4. SBBK (Surat Bukti Barang Keluar)
5. LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat)
6. Formulir TB 13
7. Dokumen Mutasi
8. Sarana Administrasi seperti

Anda mungkin juga menyukai