Jurnal
Jurnal
1. Program Studi Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
2. Dasar Keperawatan & Keperawatan Dasar, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok, 16424,
Indonesia
Abstrak
Kebersihan genitalia merupakan aspek yang harus diperhatikan dengan baik pada saat remaja, karena pada saat itulah
individu mengalami perubahan-perubahan pada organ reproduksinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran perilaku merawat kebersihan area genitalia. Peneliti melakukakan penelitian dengan teknik total sampling
pada 102 siswi SMPIT Darul Hikmah Kota Bekasi. Untuk meneliti perilaku tersebut, peneliti menggunakan instrumen
yang meliputi pertanyaan terkait cara menjaga kebersihan area genitalia sehari-hari dan juga pada saat menstruasi.
Dengan metode cut of point ditemukan bahwa terdapat 44,1% siswi memiliki perilaku baik, dan 55,9% siswi memiliki
perilaku buruk terkait perilaku menjaga kebersihan area genitalia. Kesimpulan dari penelitian ini adalah siswi yang
memiliki perilaku buruk lebih banyak dari siswi yang memiliki perilaku baik. Penelitian ini menunjukkan bahwa
pendidikan kesehatan masih sangat dibutuhkan untuk remaja dalam menyikapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam
fase tumbuh kembangnya.
Abstract
Genital Hygiene Behavior on Female Students. Genital hygiene is very important during adolescence since individual
experiences physical changes at that period. This study aimed to describe the behavior of adolescents in treating genital
hygiene. This research was conducted by using total sampling technique on 102 students in SMPIT Darul Hikmah
Bekasi. to measure that, the researcher used an instrument questioning students' daily and during menstruation
behavior in maintaining cleanliness of their genital area. It turned out that there are 55,9% students with poor
behavior, on the other hand there are 44.1% students with good behavior. It showed that health education is still
needed for teenagers to address the physical changes changes that might occur in in her developmental phase.
Barat. Jumlah remaja yang besar berdasarkan siswi yang sudah menstruasi belum
data tersebut membuktikan bahwa remaja mengetahui batas minimum pergantian
merupakan aset penting yang harus dijaga pembalut dalam sehari. Ada juga siswi yang
untuk keberlangsungan hidup sebuah negara. mengatakan mengganti pakaian dalam hanya
Salah satu ilmu pengetahuan yang sangat dua kali sehari meskipun sedang keputihan.
penting dimiliki pada usia remaja adalah ilmu Melihat fenomena tentang perilaku pada siswi
pengetahuan tentang kebersihan area SMP IT Darul Hikmah yang tinggal di
genitalia. Dengan menjaga kebersihan organ asrama, maka peneliti ingin mengidentifikasi
reproduksi eksterna, maka organ reproduksi kebersihan area genitalia pada siswi yang
interna juga akan terlindungi dari serangan tinggal di asrama pada sekolah SMPIT Darul
mikroorganisme (jamur, bakteri, parasit, Hikmah Bekasi.
virus). Jamur, bakteri, parasit, dan virus akan
berkembang biak apabila organ reproduksi Informasi tentang kebersihan area genitalia
tidak dirawat, yang pada akhirnya dapat masih sangat minim pada usia remaja, karena
menyebabkan infeksi pada area sekitar vagina orang dewasa masih menganggap tabu untuk
(Hawati, 2001). membahas terkait hal tersebut pada anak usia
remaja, khususnya pada kondisi asrama,
Peneliti memilih target penelitian pada dimana informasi lebih terbatas dibanding
perempuan dikarenakan perempuan lebih dengan remaja yang tidak tinggal di asrama.
berisiko memiliki masalah kesehatan pada Perilaku kebersihan area genitalia pada siswi
organ reproduksi dibanding laki-laki. Masalah berasrama dirasa masih jauh dari perilaku
kesehatan reproduksi yang sering dialami kebersihan yang sebenarnya. Penelitian
perempuan adalah keputihan (Fluor albus). mengenai perilaku siswi berasrama terkait
Remaja yang sudah mengalami proses kebersihan genitalia juga masih terbatas, dan
pematangan juga banyak yang memiliki juga belum diketahuinya bagaimana siswi di
masalah keputihan patologis. Hal tersebut sekolah berasrama merawat kebersihan area
dapat dilihat dari penelitian yang telah genitalia. Fenomena ini menarik peneliti
dilakukan oleh Safira (2012) tentang untuk mengetahui kebersihan area genitalia
“Gambaran tingkat pengetahuan tentang pada siswi di sekolah berasrama SMPIT
perawatan organ reproduksi perempuan dan Darul Hikmah Kota Bekasi.
angka keluhan keputihan pada remaja putri di
SMA Negeri 1 Bogor”, yang menemukan Metode
57% dari 81 responden memiliki keluhan
keputihan. Desain penelitian ini menggunakan desain
penelitian deskriptif dengan pendekatan
Hasil wawancara peneliti terhadap sepuluh kuantitatif. Populasi yang menjadi target pada
siswi SMPIT Darul Hikmah pada 16 penelitian ini adalah seluruh siswi SMPIT
November 2013 di Mushola Putri SMPIT Darul Hikmah yang tinggal di asrama dan
Darul Hikmah, terdapat empat siswi sudah mengalami menstruasi. Peneliti
mengalami keputihan dan seorang siswi menggunakan metode pengambilan sampel
mengatakan bahwa ia tidak mengerti tentang berupa total sampling dalam penelitian ini.
keputihan. Salah seorang siswi yang lain Hal ini disebabkan oleh jumlah populasi siswi
mengatakan, pada awal tahun pengajaran SMPIT Darul Hikmah hanya 102 orang.
pernah diadakan seminar tentang kesehatan Jumlah siswi SMPIT Darul Hikmah yang
reproduksi perempuan. Berdasarkan sebanyak 102 dan tinggal diasrama
wawancara pula, tujuh dari sepuluh siswi memudahkan peneliti dalam pengambilan
tidak mengetahui arah membasuh atau data.
mencuci alat kelamin dan lima dari sepuluh
memperkuat penelitian yang dilakukan oleh merupakan salah satu media tercepat dalam
American Academy of Pediatrics (2006), yang perpindahan bakteri, sehingga kebersihan
menemukan bahwa terdapat 90% perempuan tangan harus sangat diperhatikan dalam
mengalami menarche pada usia 13,75 tahun. menjaga kebersihan area genitalia.
Perilaku menjaga kebersihan area genitalia Hasil analisis penelitian ini menunjukkan
merupakan hal penting yang harus bahwa terdapat 55,9% responden memiliki
diperhatikan oleh perempuan. Dengan perilaku buruk terkait perilaku menjaga
menjaga kebersihan area genitalia dengan kebersihan area genitalia. Penelitian tesebut
baik, maka akan memberikan rasa nyaman, berbeda dengan penelitian yang dilakukan
aman, dan sejahtera bagi perempuan dan juga oleh Rahmayanti (2012) yang menemukan
dapat menjaga kesehatan organ reproduksi 53,6% responden memiliki perilaku baik
(Potter & Perry, 2010). Area genitalia yang dalam menjaga kebersihan area genitalia.
tidak dijaga dengan baik dapat menimbulkan Perbedaan ini disebabkan perbedaan rata-rata
berbagai masalah kesehatan pada area usia responden pada penelitian ini yaitu 13,64
genitalia sampai ke organ reproduksi. tahun, sedangkan penelitian yang dilakukan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Rahamayanti (2012) memiliki rata-rata usia
sebagian besar responden melakukan cara 16 tahun. Menurut Potter dan Perry (2009),
yang benar dalam membersihkan area usia 13 tahun masuk kedalam kategori remaja
genitalia dengan menggunakan air saja tanpa awal, sedangkan usia 16 tahun masuk
menggunakan produk antiseptik, daun sirih, kedalam kategori remaja pertengahan, dimana
sabun dan lain-lain (89,2%). Hal ini sejalan kematangan psikologis dan kognitif yang
dengan teori Berry (2005) bahwa salah satu mempengaruhi perilaku lebih dominan pada
penyebab Vaginal Discharge non-infective remaja pertengahan. Hal tersebut diperkuat
adalah penggunaan benda asing pada vagina dengan teori Notoatmodjo (2010) yang
yang dapat merusak keseimbangan keasaman menguraikan bahwa terdapat 3 faktor yang
vagina yaitu berkisar 4,5 sampai 5,5. Hal membentuk perilaku salah satunya faktor
tersebut juga didukung oleh Spence & psikologis yaitu faktor yang mencakup sikap,
Melville (2007) yang menguraikan bahwa emosi, kepercayaan, kebiasaan, dan kemauan.
produk feminine hygiene seperti sabun yang
memiliki parfume, sprays dan produk Notoatmodjo (2010) dalam teori preced-
pembersih lainnya sebaiknya dihindari, proceed menguraikan bahwa pengetahuan
karena dapat merusak kehidupan flora baik merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
yang ada di vagina dan menyebabkan alergi perilaku. Fatikah (2010) juga menyatakan
dan iritasi. Selain itu, ditemukan sebesar 62,7 bahwa pembekalan pengetahuan tentang
% responden yang membasuh alat kelamin genitalia akan memudahkan remaja untuk
dari arah depan ke belakang. Potter & Perry memahami serta mengatasi berbagai keadaan
(2010) menjelaskan bahwa arah membasuh yang membingungkan. Berdasarkan hasil
yang benar adalah dari perineum menuju penelitian, diperoleh hasil bahwa responden
rektum atau dari depan ke belakang, agar tersebar dengan proporsi responden yang
bakteri yang terdapat pada rektum tidak pernah mendapatkan pendidikan kesehatan
terbawa ke area vagina. Ditemukan pula mengenai genitalia lebih banyak
sebesar 91,2% responden yang mencuci dibandingkan dengan responden yang belum
tangan sesudah membersihkan area genitalia, pernah mendapatkan pendidikan kesehatan
dan sebesar 64,7% responden yang mencuci mengenai genitalia, yaitu masing-masing 72,5
tangan sebelumm membersihkan area % dan 27,5 %. Angka 72,5% menunjukkan
genitalia. Mahon dan Fernandes (2010) bahwa sebagian besar siswi pernah mengikuti
menyatakan bahwa kebersihan tangan pendidikan kesehatan terkait kebersihan area
genitalia, akan tetapi persentase yang
ditemukan bahwa perilaku buruk (55,9%) sehari, dan 3 kali dalam sehari apabila sedang
lebih dominan dibandingkan dengan perilaku mengalami keputihan. Kemudian, persentase
baik (44,1%). Walaupun pengetahuan buruk terbesar juga terjadi pada frekuensi
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi mengganti alat atau bahan yang digunakan
perilaku, peneliti mengobservasi terdapat untuk menampung darah menstruasi sebesar
faktor lain yang memiliki pengaruh lebih 87,3%. Frekuensi responden dalam mengganti
besar dalam perilaku menjaga kebersihan area pembalut atau kain untuk menampung darah
genitalia pada responden yaitu berupa menstruasi masih < 6 kali dalam sehari,
kesadaran dan pengaruh lingkungan. Hal ini sedangkan Omdivar dan Begum (2010)
diperkuat dengan penelitian yang dilakukan menuliskan bahwa penggantian pembalut atau
oleh Jong, Sarake, dan Salmah (2012) pada kain untuk menampung darah menstruasi
siswi SMA yang menemukan dari 82 siswi dilakukan sebanyak 6 kali dalam sehari.
(50,6%) yang melakukan tindakan menjaga
kebersihan area genitalia terdapat 69 siswi Hasil penelitian ini menemukan bahwa cara
(82,1%) yang memiliki pengetahuan tentang responden dalam menyelesaikan masalah
kebersihan area genitalia. kesehatan pada area genitalia dalam jumlah
terbesar terdapat pada jawaban mengobati
Penelitian ini menunjukkan bahwa masalah sendiri dengan persentase 36,3%. Meskipun
kesehatan terkait genitalia yang dominan jumlah tersebut dominan, namun jumlah
tejadi pada SMP Islam Terpadu Darul terbesar kedua yang terbesar terdapat pada
Hikmah berupa gatal-gatal sejumlah 38%. Hal jawaban membiarkan saja dengan pesentase
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan 24,5%, kemudian diikuti 19,6% bercerita
oleh Rahmayanti (2012) yang menemukan dengan orang lain. Hal tersebut berbeda
masalah kesehatan terkait genitalia dengan dengan penelitian yang dilakukan Rahmayanti
jumlah terbanyak berupa gatal-gatal sejumlah (2012) pada siswi SMA yang menemukan
64,9%. Jumlah masalah kesehatan terbesar bahwa persentase terbesar responden dalam
kedua pada penelitian ini berupa keputihan menyelesaikan masalah kesehatan adalah
sebesar 23%. Hal tersebut sejalan dengan dengan memberitahukan kepada orang lain
penelitian yang telah dilakukan Rahmayanti sebesar 56,7%. Asumsi peneliti dari
(2012) dengan masalah kesehatan terkait berbedanya persentase terbesar dalam
genitalia terbesar kedua sebesar 47,4%. menyelesaikan masalah kesehatan area
genitalia yang dialami karena responden tidak
Masalah kesehatan ini dapat terjadi karena begitu menyadari dengan masalah yang
buruknya perilaku responden dalam dihadapi dan malu atau sungkan untuk
menentukan sikap dalam pemakaian celana menceritakannya.
dalam dan pembalut. Menurut Bare &
Smeltzer (2002), celana dalam yang Kesimpulan
sebaiknya digunakan adalah berbahan katun
yang mudah menyerap dan tidak lembab. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa pada bab sebelumnya, didapatkan kesimpulan
persentase terbesar pemilihan bahan celana bahwa rata-rata usia siswi sekolah berasrama
dalam (87,3%) dan pemakaian celana dalam SMP Islam Terpadu Darul Hikmah Kota
(82,4%) pada responden bukan berbahan Bekasi 13,64 tahun, yang menunjukkan
katun. Hasil persentasi yang buruk juga bahwa rata-rata usia berada dalam tahap
terdapat pada frekuensi mengganti celana tumbuh kembang remaja awal. Perilaku
dalam ≤ 2 kali sehari sebesar 80,4%. Hal menjaga kebersihan area genitalia merupakan
tersebut tidak sejalan dengan teori Mahon dan salah satu cara untuk menjaga kesehatan,
Fernandes (2010) yang menganjurkan untuk kenyamanan, dan kesejahteraan pada
mengganti celana dalam minimal 2 kali dalam perempuan. Pada sekolah berasrama SMP
Islam Terpadu Darul Hikmah Kota Bekasi menggunakan pembalut modern sebagai alat
ditemukan terdapat sejumlah 55,9% siswi untuk menampung darah menstruasi yang
memiliki perilaku baik dalam menjaga keluar, dan ditemukan sebesar 12,7% siswi
kebersihan area genitalia, dan sejumlah 44,1% mengganti pembalut < 6 kali dalam sehari.
siswi yang memiliki perilaku baik. Dari data Siswi yang melakukan mandi teratur
tersebut terlihat bahwa perilaku buruk lebih sebanyak 2 kali dalam sehari sebesar 98%.
besar daripada perilaku baik dalam perilaku Siswi yang memiliki kebiasaan untuk
menjaga kebersihan area genitalia pada mencuci tangan sebelum membersihkan area
sekolah berasrama SMP Islam Terpadu Darul genitalia sebesar 64,7%, dan siswi yang
Hikmah Kota Bekasi. Cara siswi sekolah memiliki kebiasaan mencuci tangan sesudah
berasrama SMP Islam Terpadu Darul Hikmah membersihkan area genitalia sebesar 91,2%.
Kota Bekasi dalam membersihkan alat Siswi yang pernah mendapatkan pendidikan
kelamin dengan menyiram dan membasuhnya kesehatan terkait genitalia lebih banyak
dengan air sebesar 89,2%, selain itu terdapat (72,5%) daripada yang belum pernah
sebesar 62,7% siswi yang melakukan arah mendapatkan pendidikan kesehatan terkait
membasuh alat kelamin dengan benar, dan genitalia (27,5%).
terdapat sebesar 58,8% siswi yang
membersihkan kelamin tanpa menggunakan Masalah kesehatan terbanyak pada area
produk apapun. Ditemukan pula bahwa siswi genitalia yang dialami siswi sekolah
terbiasa mengeringkan area genitalia setelah berasrama SMP Islam Terpadu Darul Hikmah
mencuci atau membersihkannya sebesar Kota Bekasi adalah gatal-gatal (38%),
66,7% dengan menggunakan sapu tangan atau kemudian diikuti dengan keputihan (23%),
tissue sebesar 52,9%. Iritasi (17%), bau yang tidak sedap (15%).
Hanya 7% siswi yang tidak pernah
Siswi yang menggunakan bahan cotton mengalami masalah kesehatan pada area
sebagai bahan celana dalam yang dimiliki genitalia. Persentase terbesar pada cara
terbanyak sebesar 12,7%, dan 17,6% yang penyelesaian masalah kesehatan di area
biasa menggunakan celana dalam berbahan genitalia yang dialami siswi sekolah
cotton dalam kesehariannya. Mayoritas siswi berasrama SMP Islam Terpadu Darul Hikmah
belum mengetahui bahwa bahan celana dalam Kota Bekasi adalah dengan mengobati diri
terbaik untuk digunakan adalah bahan cotton, sendiri (36,3%), kemudian diikuti dengan
sehingga menyebabkan bahan cotton bukan membiarkannya saja (24,5%), bercerita
sebagai pilihan utama untuk celana dalam. dengan orang lain (19,6%), dan
Frekuensi mengganti celana dalam masih memeriksakan ke dokter (7,8%).
dilakukan sebanyak ≤ 2 kali dalam sehari
sebesar 80,4%. Kemudian ditemukan pula Ucapan Terima Kasih
sebesar 97,1% siswi mencuci celana dalam
Alhamdulillah, tiada kata yang dapat saya
dengan direndam, dikucek, dan dibilas, dan
ucapkan selain ungkapan terima kasih yang
sebesar 75,5% menjemur celana dalam pada
tak terhingga kepada Allah SWT yang dengan
lokasi yang langsung terkena sinar matahari,
segala berkahNya, saya dapat menyelesaikan
dan sebesar 95,1% siswi yang menyimpannya
skripsi ini tepat pada waktunya. Tidak lupa
dalam lokasi tertutup seperti lemari atau box,
saya mengucapkan terima kasih kepada
dan hanya sebesar 4.9% siswi yang memiliki
perantara Allah di bumi ini yang telah
kebiasaan meminjamkan celana dalam ke
membantu saya dalam pengerjaan jurnal ini.
orang lain.
1. Dra. Junaiti Sahar, Ph. D. selaku Dekan
Pada saat menstruasi, siswi sekolah berasrama
Fakultas Ilmu Keperawatan
SMP Islam Terpadu Darul Hikmah Kota
Bekasi ditemukan bahwa 100% siswi
Pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif,
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Omdivar, S., & Begum, K. (2010). Factors World Health Organization & Commonwealth
influencing hygienic practices during menses Medical Association Trust and UNICEF. (2006).
among girls from south India - A cross sectional Orientation Programme on Adolescent Health
study. International journal of collaborative for Health-care Providers. Geneva, Switzerland:
research on internal medicine & public health, World Health Organization. Retrieved
2(12), 411-423. November 19, 2013, from
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/d
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar ocuments/9241591269/en/
fundamental keperawatan (4th ed., Vol. I). (M.
Ester, D. Yulianti, Eds., Y. Asih, D. Evriyani, &
M. Sumarwati, Trans.) Jakarta: Kedokteran
EGC.