PENDAHULUAN
Hampir setiap kegiatan manusia merupakan bagian dari sistem bisnis. Hal ini
berarti bahwa setiap kegiatan yang dilakukan umat manusia sudah tentu merupakan
perwujudan dari aktivitas bisnis. Misalnya seorang petani yang mengolah sawah,
perusahaan penggilingan padi, dokter yang melakukan perawatan kesehatan, PLN yang
melayani penerangan masyarakat, perguruan tinggi yang mendidik mahasiswa dan
sebagainya.
Kegiatan-kegiatan di atas pada hakekatnya adalah kegiatan yang menciptakan
nilai. Dengan demikian, kegiatan bisnis dapat dikatakan sebagai kegiatan penciptaan nilai
yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan umat manusia. Mengingat
ukurannya yang bervariasi, bisnis dapat dipandang dalam konteks kegiatan yang
memenuhi hajat hidup orang banyak, seperti Perseroan Terbatas (PT), dan aktivitas yang
melayani masyarakat dalam lingkup yang kecil, seperti usaha kecil dan menengah. Oleh
karena itu, pada bagian ini akan dibahas konsep dan fungsi bisnis yang meliputi
pengertian dan peran bisnis, elemen dan sistem bisnis, jenis-jenis kegiatan bisnis, dan
pengaruh bisnis terhadap perekonomian.
A. PENGERTIAN BISNIS
Bisnis dalam arti luas adalah suatu istilah umum yang menggambarkan semua
aktivitas dari institusi yang memproduksi barang dan jasa dalam kehidupan sehari-hari,
sedangkan bisnis dalam arti sempit adalah suatu sistem menyeluruh yang
menggabungkan sub sistem yang lebih kecil yang disebut industri. Artinya, setiap
industri dibentuk dari banyak perusahaan yang terdiri dari berbagai ukuran perusahaan
dengan berbagai produk yang dihasilkannya, termasuk kegiatan pemasaran,
pengembangan SDM, pengaturan keuangan dan sistem manajemennya.
Definisi Bisnis menurut Huat, T Chwee dkk (1990): suatu sistem yang
memproduksi barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan masyarakat kita
(business is then simply a sistem that produces goods and service to satisfy the needs of
our society). Definisi tersebut, diharapkan adanya suatu hubungan yang saling
mengisi antara bisnis dan pilihan kebutuhan dalam masyarakat kita. Setiap tindakan
B. FUNGSI-FUNGSI BISNIS
1. Fungsi Mikro Bisnis
Mikro bisnis sebagai kemampuan aktivitas bisnis yang memberikan
kontribusinya pada pihak yang berperan secara langsung terhadap proses penciptaan
nilai yaitu :
a. Pekerja/karyawan. Yang merupakan salah satu sumber daya dan sekaligus
input yang berharga yang dimiliki perusahaan.
Bisnis dapat dilihat sebagai keseluruhan sistem yang terdiri dari sub sistem
yang lebih kecil seperti produksi, pemasaran, SDM, keuangan dan sebagainya. Bila
digambarkan, maka sistem bisnis ini akan tampak seperti pada tabel berikut:
Tabel 1.
Bisnis Sebagai Suatu Sistem
Input Proses Output
Bisnis menerima input dan Bisnis memproses input Bisnis menghasilkan barang
mengoperasikannya dalam dengan cara yang paling dan jasa untuk memuaskan
kendala lingkungan fisik, efisien dengan kebutuhan konsumen
ekonomi, politik, hukum, mengorganisasikan sehingga menciptakan
teknologi dan sosial sumberdaya, memotivasi manfaat ekonomi dan sosial
SDM dan mengaplikasikan serta meningkatkan standar
teknologi yang tepat. kehidupan masyarakat.
Tujuan tersebut dimaksud untuk tetap menjaga agar bisnis berjalan terus
jangka panjang (sustainable) . Dalam kenyataannya tidak selalu mendapatkan
sebagaimana yang diinginkan sehingga organisasi bisnis dapat saja berfluktuasi
kehidupannya.
LINGKUNGAN BISNIS
Sebagai suatu sistem, perusahaan sangat terkait dengan aktivitas publik lainnya.
Pengelolaan bisnis menjadi semakin kompleks seiring dengan perkembangan ekonomi.
Perkembangan dalam sistem mekanisme industrial telah memberikan implikasikasi pada
organisasi bisnis atau perusahaan. Alternatif-alternatif dan kesempatan lebih banyak
terbuka untuk mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan skala pengaruh, maka
lingkungan bisnis dapat dibedakan menjadi lingkungan mikro dan lingkungan makro.
Lingkungan perusahaan/bisnis merupakan kekuatan yang mempengaruhi baik
secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja perusahaan. Selain itu,
lingkungan merujuk pada lembaga-lembaga atau kekuatan-kekuatan yang berada di
luar perusahaan tesebut dan secara potensial mempengaruhi kinerja perusahaan.
Porter (1980) mengemukakan bahwa lingkungan bisnis dapat dibagi dalam dua
Kategori yaitu Lingkungan Internal dan Eksternal.
A. Lingkungan Internal
Lingkungan internal adalah lingkungan di dalam perusahaan meliputi: aspek
keuangan, SDM, pemasaran, operasional dan aspek-aspek perusahaan lainnya. Mc.
Kinsey menyarankan komponen-komponen untuk menjalankan perusahaan secara efektif
yaitu :
1. Struktur Organisasi. Dikoordinasikan untuk mencapai tujuan perusahaan. Perlu
penyesuaian struktur dengan strategi yang diterapkan dan merupakan tugas dasar
seorang manajer perusahaan
2. Strategi. Dapat didefinisikan sebagai penentuan tujuan dasar jangka panjang yang
merupakan sasaran sebuah perusahaan, penerimaan dari serangkaian tindakan dan
alokasi dari sumber-sumber yang dibutukan untu melaksanakan tujuan. Penerapan
strategi yang efektif, akan menjamin tercapainya tujuan perusahaan yang efektif
pula.
3. Sistem. Motivasi dan pengendalian personil (SDM) dalam pelaksanaan strategi,
dilakukan melalui sistem imbalan perusahaan meliputi gaji yang diberikan, bonus,
kenaikan gaji, penilaian prestasi, tanggung jawab, norma kelompok, ketegangan,
B. Lingkungan Eksternal
Lingkungan bisnis eksternal adalah lingkungan bisnis, jenis/macam
lingkungan yang dihadapi organisasi, teori-teori tentang lingkungan bisnis eksternal,
pendekatan untuk mengukur lingkungan bisnis eksternal, dan analisis lingkungan
bisnis eksternal.
Lingkungan eksternal terbagi dalam dua kategori yaitu lingkungan umum dan
lingkungan industri. Lingkungan umum meliputi faktor-faktor politik, ekonomi, sosial dan
teknologi, sedangkan lingkungan industri meliputi aspek-aspek yang terdapat dalam
konsep strategi bersaing (competitive strategy).
Pendekatan untuk mengukur lingkungan bisnis eksternal yaitu : ukuran obyektif
dan ukuran subyektif. Pendektan obyektif dilakukan dengan menggunakan data-data
industri seperti, pertumbuhan penjualan industri dan rasio konsentrasi industri (Boye et,
al., 1993). Sementara pendekatan subyektif dilakukan dengan menggunakan atensi dan
interpretasi manajer sebagai informan kunci dari lingkungan yang dihadapi perusahaan.
Menurut Siagian (2001: 63) mengatakan bahwa pengenalan terhadap lingkungan
eksternal secara tepat semakin penting karena menyangkut hal :
1. Jumlah faktor yang berpengaruh selalu berubah-ubah
2. Intensitas dampaknya beraneka ragam
Diktat Kuliah Pengantar Bisnis Fakultas Ekonomi-Uncen Page 15
3. Adanya faktor eksternal yang merupakan “kejutan” yang tidak dapat
diperkirakan sebelumnya betapapun cermatnya analisis SWOT dilakukan.
4. Kondisi eksternal berada di luar kemampuan organisasi untuk
mengendalikannya.
C. Lingkungan Umum
Merupakan lingkungan yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja
perusahaan. Komponen-komponen lingkungan umum meliputi :
1. Demografi: Isu penting yang perlu diamati adalah perubahan struktur umur
penduduk, permasalahan gender, ras, peluang kerja, pengangguran dan
masalah yang menyangkut urbanisasi.
2. Ekonomi: Kondisi ekonomi suatu daerah/negara dapat mempengaruhi suatu
perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk pula iklim bisnisnya.
3. Alam: SDA memberikan bahan baku yang dibutuhkan perusahaan.
Ketersediaan bahan baku akan menjamin kelancaran kerja perusahaan.
Sebaliknya, perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan bila bahan baku yang
diperlukan tidak tersedia.
4. Teknologi. Lingkungan teknologi merupakan kekuatan yang dapat menciptakan
produk dan pasar baru.
5. Politik: Kebijakan yang dibuat pemerintah, sering bermuatan politis. Situasi politik
yang tidak kondusif akan berdampak negatif pada dunia bisnis, begitu pula sebaliknya.
Umar (2001:76) mengemukakan bahwa beberapa hal utama yang perlu
diperhatikan dari faktor politik agar bisnis dapat berkembang adalah :
a. Undang-undang tentang lingkungan perburuhan,
b. Peraturan tentang perdagangan luar negeri
c. Stabilitas pemeintahan
d. Peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja
e. Sistem Perpajakan.
6. Sosial dan Budaya: Perubahan sosial yang terjadi dan mempengaruhi
perusahaan harus dapat diantisipasi. Aspek kondisi sosial ini misalnya: sikap, gaya
hidup, adat istiadat dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal
perusahaan.
ETIKA BISNIS
A. Pendahuluan
Etika dan integritas merupakan suatu keinginan yang murni dalam membantu
orang lain. Kejujuran yang ekstrim, kemampuan untuk mengenalisis batas-batas
kompetisi seseorang, kemampuan untuk mengakui kesalahan dan belajar dari
kegagalan.
Etika Bisnis adalah pengetahuan tata cara ideal tentang pengaturan dan
pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara
universal dan secara ekonomi/sosial dengan menerapkan norma dan moralitas
tersebut untuk menunjang tujuan kegiatan bisnis (Muslich, 1998:4).
Kompetisi inilah yang harus memanas belakangan ini. Kata itu
mengisyaratkan sebuah konsep bahwa mereka yang berhasil adalah yang mahir
menghancurkan musuh-musuhnya. Banyak yang mengatakan kompetisi lambang
ketamakan. Padahal, perdagangan dunia yang lebih bebas dimasa mendatang justru
mempromosikan kompetisi yang juga lebih bebas.
Lewat ilmu kompetisi kita dapat merenungkan, membayangkan eksportir kita
yang ditantang untuk terjun ke arena baru yaitu pasar bebas di masa mendatang.
Kemampuan berkompetisi seharusnya sama sekali tidak ditentukan oleh ukuran besar
kecilnya sebuah perusahaan. Inilah yang sering dikonsepkan berbeda oleh penguasa
kita.
Jika kita ingin mencapai target ditahun 2000, sudah saatnya dunia bisnis kita
mampu menciptakan kegiatan bisnis yang bermoral dan beretika, yang terlihat
perjalanan yang seiring dan saling membutuhkan antara golongan menengah kebawah
dan pengusaha golongan atas.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain yaitu pengendalian diri, pengembangan tanggung jawab sosial,
mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep
pembangunan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan
persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan,
Secara spesifik oleh karena etika bisnis merupakan penerapan tanggung jawab
sosial suatu bisnis yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri. Bisnis selalu
berhubungan dengan masalah-masalah etis dalam melakukan kegiatannya sehari-hari.
Hal ini dapat dipandang sebagai etika pergaulan bisnis. Seperti hal manusia pribadi juga
memiliki etika pergaulan antar manusia, maka pergaulan bisnis dengan masyarakat
umum juga mempunyai atau memiliki etika pergaulan yaitu etika pergaulan
bisnis. Etika pergaulan bisnis dapat meliputi beberapa hal antara lain adalah:
a. Hubungan Antara Bisnis Dengan Pelanggan/Konsumen.
Hubungan antara bisnis dengan pelanggannya merupakan hubungan yang paling
banyak dilakukan, oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika pergaulannya secara
baik dalam hal ini. Adapun pergaulannya dengan pelanggan ini dapat disebutkan di
sini, misalnya sebagai berikut :
1. Kemasan yang berbeda-beda membuat konsumen sulit untuk membedakan atau
mengadakan perbandingan harga terhadap produknya.
E. Etika Pemasaran
Fungsi bisnis mendominasi perhatian etika bisnis, selain itu fungsi pemasaran
berhubungan dengan konsumen langsung. Kecurangan dan keburukan tindakan yang
dilakukan oleh fungsi pemasaran seringkali berdampak pada fungsi-fungsi lainnya (operasi,
keuangan, dan SDM). Setiap perusahaan dan manajer pemasaran harus memahami
falsafah tanggung jawab sosial dan tingkah laku etis.
A. Perusahaan Perseorangan
Usaha pribadi adalah bentuk bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh hanya
satu orang. Orang ini bertanggung jawab atas keseluruhan harta kekayaan perusahaan
tersebut dan mempunyai hak atas keseluruhan untung dari hasil usaha. Namun orang
tersebut juga mempunyai kewajiban tidak terbatas akan utang yang di tanggung oleh
perusahaan apabila mengalami kerugian. Hal ini karena seluruh harta kekayaan
pribadinya berada dalam status jaminan bagi usaha yang akan dijalankan.
Dari definisi yang diberikan diatas, jelas bahwa usaha pribadi merupakan bentuk
badan usaha yang sangat mudah untuk didirikan. Beberapa kelebihan dan kekurangan lain
dari jenis usaha ini adalah sebagai berikut :
1. Kelebihan Dari Bentuk Usaha Pribadi
Kelebihan-kelebihan bentuk usaha pribadi adalah sebagai berikut:
a. Mudah dibentuk, murah biaya pembentukannya dan di banyak negara tidak
memerlukan izin pembentukan dari pemerintah.
b. Keuntungan hanya dinikmati oleh satu orang yaitu pendiri usaha tersebut
c. Pembuatan keputusan dan mengendalikan hanya dilakukan oleh
satu orang sehingga orang tersebut benar-benar mengetahui bisnis yang
dijalankannya.
d. Fleksibel dalam arti manajemen dapat dengan mudah bereaksi terhadap keputusan
harian dengan mudah.
e. Relatif tidak ada control dari pemerintah sehingga pajak yang
harus dibayarkan adalah pajak pribadi bukan pajak usaha.
B. Perusahaan Dagang
Merupakan suatu bentuk badan usaha pribadi yang memikul resiko secara pribadi
pula atau perorangan. Perusahaan Perorangan/ Perusahaan Dagang merupakan bentuk
peralihan antara bentuk partnership dan dapat pula dimungkinkan sebagai one man
corporation. Dalam hubungan ini dapat pula diberlakukan pasal 6 dan pasal 18 Kitab
Undang-undang Hukum Dagang.
a. Sumber modal Perusahaan Perorangan/ Perusahaan Dagang adalah dari pemilik atau
dapat pula menggunakan modal pinjaman.
b. Contoh Perusahaan Perorangan/ Perusahaan Dagang adalah toko pakaian, toko
makanan dan lain-lain.
D. Persekutuan CV
Persekutuan merupakan bentuk organisasi bisnis dimana dua orang atau lebih
bertindak sebagai pemilik dari perusahaan sehingga bertanggungjawab dan hak yang
ada akan ditanggung oleh mereka. Sedangkan Persekutuan Komanditer (CV) adalah
perseroan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk oleh satu
orang atau lebih sebagai pihak yang bertanggung jawab satu orang atau lebih sebagai
pihak lain yang mempercayakan uangnya.
Pada bentuk usaha jenis persekutuan ini, tugas atau tanggung jawab masing-
masing pendiri harus dijelaskan dalam akte pendirian perusahaan. Berikut ini contoh
informasi yang haris dimasukkan ke dalam perjanjian antara lain: data-data pribadi para
pendirinya, jumlah modal yang disetorkan, tanggung jawab manajemen dari para
pendirinya, kekuasaannya, pembagian keuntungan, dan pembagian utang.
A. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata "to manage" yang berarti mengatur, mengurus
atau mengelola. Banyak definisi yang telah diberikan oleh para ahli terhadap istilah
manajemen ini. Namun dari sekian banyak definisi tersebut ada satu yang kiranya dapat
dijadikan pegangan dalam memahami manajemen tersebut, yaitu : Manajemen adalah
suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk menetukan dan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan
sumberdaya lainnya.
Sedangkan pengertian menurut ahli-ahli yang lain adalah sebagai berikut :
1. Menurut Horold Koontz dan Cyril O'donnel :
Manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan
orang lain.
2. Menurut R. Terry :
Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan
sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.
3. Menurut James A.F. Stoner :
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunakan
sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
4. Menurut Oey Liang Lee :
Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian, penyusunan,
pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa
istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu :
B. Fungsi-Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan manajer
dalam kegiatan manajerialnya. Yang bermula dari kegiatan pembuatan perencanaan
sampai pada pengadaan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana tersebut.
Pengawasan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektif atau tidaknya pelaksanaan
rencana sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Secara menyeluruh, fungsi manajemen tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan/Planning. Yaitu suatu usaha atau upaya untuk merencanakan
kegiatan yang akan dilaksanakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan ini biasanya dituangkan dalam bentuk konsep atau suatu program kerja.
2. Pengorganisasian/Organizing. Kegiatan yang meliputi penetapan struktur, tugas
dan kewajiban, fungsi pekerjaan dan hubungan antar fungsi.
3. Penyusunan Staf/Staffing. Termasuk di dalamnya adalah perekrutan karyawan,
pemanfaatan, pelatihan, pendidikan dan pengembangan sumberdaya karyawan
tersebut dengan efektif.
4. Pengarahan/Directing. Yaitu fungsi memberikan perintah atau arahan. Selain itu juga
termasuk kegiatan kepemimpinan, bimbingan, motivasi dan pengarahan agar
karyawan dapat bekerja dengan lebih efektif.
5. Pengkoordinasian/Coordinating. Yaitu fungsi mengkoordinir seluruh pekerjaan
dalam satu totalitas organisasi pekerjaan. Pengorganisasian mengandung hal-hal
sebagai berikut :
a. Sinkronisasi kegiatan
b. keterpaduan kegiatan
c. menyelaraskan kegiatan
d. Meruntutkan kegiatan
e. Mencegah overlapping dan kekosongan kegiatan
6. Pengawasan/Controling. Fungsi yang memberikan penilaian, koreksi dan evaluasi
atas semua kegiatan. Secara terus-menerus melakukan monitoring atas pekerjaan
yang sedang dilakukan. Fungsi ini bertujuan untuk menyesuaikan rencana yang telah
dicapai dengan pelaksanaan kegiatan. Hasil dari evaluasi pengawasan ini dijadikan
sebagai bahan rekomendasi untuk kegiatan berikutnya.
2. Unsur-Unsur Organisasi
Ada sekitar 4 unsur yang dimiliki oleh suatu organisasi. Unsur tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Sebagai wadah atau tempat bekerja sama. Dapat diartikan sebagai tempat atau
kerangka mekanisme pendelegasian kekuasaan dan tanggungjawab.
b. sebagai proses kerjasama antara dua orang atau lebih. Pembagian tugas agar
pekerjaan dapat berjalan dengan lancar.
c. adanya tugas atau kedudukan yang jelas. Adanya pengaturan dan pembagian
wewenang tugas dan tanggungjawab.
d. mempunyai tujuan tertentu. Tujuan yang telah ditetapkan menjadi suatu acuan
dalam tugas untuk mencapainya.
5. Kepemimpinan (Leadership)
a. Pengertian dan Unsur-Unsurnya
Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar orang tersebut
mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut George Terry,
Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja
dengan suka rela untuk mencapai tujuan kelompok. Menurut Cyriel O'Donnell,
kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan
umum. Dari dua pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
terdiri atas :
1. Mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuatu.
2. Memperoleh konsensus atau suatu pekerjaan.
3. Untuk mencapai tujuan manajer.
4. Untuk memperoleh manfaat bersama.
Sehingga jika dilihat pada konteks kepemimpinan hal yang saling terkait adalah
adanya unsur kader penggerak, adanya peserta yang digerakkan, adanya komunikasi,
adanya tujuan organisasi dan adanya manfaat yang tidak hanya dinikmati oleh sebagian
anggota.
d. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan secara umum dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Otokratik : gaya kepemimpinan penguasa. Kekuasaan terpusat dan tidak
memberikan ruang kepada yang dipimpinnya untuk mengambil peran yang penting.
Suasana organisasi dengan ketegangan, kaku, dan selalu menunggu perintah.
Dari dua gaya kepemimpinan tersebut berkembang gaya kepemimpinan yang lain
seperti :
1. Gaya kekompakan tinggi, kerja rendah
2. Gaya kerja tinggi, kekompakan rendah
3. Gaya kerja tinggi, kekompakan tinggi
4. Gaya kerja rendah, kekompakan rendah
Menurut Horold Koontz dan Cyrel O Donnel, ciri-ciri pemimpin yang baik adalah :
1. Tingkat kecerdasan yang tinggi
2. Perhatian terhadap keseluruhan kepentingan
3. Cakap berbicara
4. Matang dalam emosi dan pikirian
5. Motivasi yang kuat
6. Penghayatan terhadap kerjasama
A. Pendahuluan
Semua organisasi, baik berorientasi profit maupun not-for-profit, harus bekerja
keras untuk memenuhi kebutuhan konsumen bila ingin tetap dapat beroperasi dan
sukses. Kemampuan organisasi dalam menentukan siapa yang menjadi konsumen
dari produk/jasa yang dihasilkan merupakan salah satu kunci keberhasilan organisasi.
Berikutnya barulah organisasi dapat memfokuskan diri untuk mengidentifikasi
kebutuhan konsumen, cara-cara memenuhi kebutuhan itu dan akhirnya mengusahakan
konsumen untuk tetap mengkonsumsi produk/jasa yang ditawarkan perusahaan.
Di samping itu, organisasi harus memiliki kemampuan pula untuk
menyampaikan informasi kepada konsumen bahwa mereka telah menghasilkan sesuatu
yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Disinilah fungsi pemasaran (marketing)
menonjol. Ia menjadi penghubung antara organisasi dan konsumen. Lebih jauh lagi,
fungsi ini dapat diberdayakan untuk mendukung suatu gagasan dan mendidik
konsumen (Boone & Kurzt, 234).
The American Marketing Association mendefinisikan Marketing (management)
sebagai Proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi,
dan pendistribusian gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang
mampu memenuhi tujuan individu dan organisasi.
Philip Kotler sendiri mendefiniskan marketing management sebagai seni dan
ilmu di dalam memilih pasar sasaran dan mendapatkan, memelihara dan
mengembangkan para pelanggan melalui proses penciptaan, penyampaian dan
pengkomunikasian nilai pelanggan yang lebih baik.
Secara umum pemasaran adalah kegiatan untuk menjalankan bisnis guna
memenuhi kebutuhan pasar dengan barang dan atau jasa, menetapkan harga,
mendistribusikan, serta mempromosikannya melalui proses pertukaran agar memuaskan
konsumen dan mencapai tujuan perusahaan.
2. Perilaku Pasar
Perilaku pasar mencerminkan perilaku individu-individu yang ada di dalam suatu
kelompok tertentu. Pola perilaku individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti faktor
personal (usia dan tahapan hidup, kedudukan/jabatan, gaya hidup, kepribadian dan
konsep diri), faktor psikologis (motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan
sikap). Kedua faktor di atas akan menentukan perilaku individu-individu di dalam
mengambil keputusan pembelian. Perilaku pembelian : keputusan dan tindakan orang-
orang yang terlibat dalam pembelian dan penggunaan suatu produk.
A. Pengertian MSDM
SDM sebagai salah satu unsur penunjang organisasi, dapat diartikan sebagai
manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi atau potensi manusiawi sebagai
penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya; atau potensi yang merupakan
asset dan berfungsi sebagai modal non-material dalam organisasi bisnis, yang dapat
diwujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non-fisik dalam mewujudkan
eksistensi organisasi (Nawawi, 2000).
Mengelola SDM di era globalisasi bukan merupakan hal yang mudah. Oleh
karena itu, berbagai macam suprastruktur dan infrastruktur perlu disiapkan untuk
mendukung proses terwujudnya SDM yang berkualitas. Perusahaan yang ingin tetap
eksis dan memiliki citra positif di mata masyarakat tidak akan mengabaikan aspek
pengembangan kualitas SDM-nya.
Manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas pengadaan
tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi pemeliharaan, dan pemutusan
hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran perorangan,
organisasi dan masyarakat (Flippo, 1996).
Saat ini manajeman SDM berubah dan fungsi spesialisasi yang berdiri sendiri
menjadi fungsi yang terintegrasi dengan seluruh fungsi lainnya di dalam organisasi, untuk
bersama-sama mencapai sasaran yang sudah ditetapkan serta memiliki fungsi
perencanaan yang sangat strategik dalam organisasi, dengan kata lain fungsi SDM
lama menjadi lebih bersifat strategik.
Ada kecenderungan untuk mengakui pentingnya SDM dalam organisasi dan
pemusatan perhatian pada kontribusi fungsi SDM bagi keberhasilan pencapaian tujuan
strategi perusahan. Hal ini dapat dilakukan perusahaan dengan mengintegrasikan
pembuatan keputusan strateginya dengan fungsi-fungsi SDM maka akan semakin
besar kesempatan untuk memperoleh keberhasilan.
Tingkat integrasi antara perencanaan strategik dengan fungsi-fungsi SDM
terwujud dalam empat macam hubungan :
Strategis: Strategi pemusatan pada satu jenis bisnis inti dapat memacu potensi
bagi terciptanya hubungan perencanaan strategis dengan sumber daya manusia
yang semakin integratis karena memungkinkan dikembangkannya dan diterapkannya
program dan sistem sumber daya manusia di seluruh perusahaan.
Menurut Nkomo (1980) evolusi manajemem SDM melewati tiga tahapan yaitu :
2. Analisa Jabatan
Analisa jabatan adalah menganalisis dan mendesain pekerjaan-pekerjaan
apa saja yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, dan mengapa pekerjaan
itu harus dilakukan. Analisa jabatan akan memberikan informasi mengenai uraian
pekerjaan, spesifikasi pekerjaan dan evaluasi pekerjaan bahkan kita juga dapat
memperkirakan pemerkayaan pekerjaan, perluasan pekerjaan, dan penyederhanaan
pekerjaannya.
Analisa jabatan selain itu juga menghasilkan job description, job specification
dan job evaluation yang akan berguna bagi :
1. Perekrutan dan seleksi. Analisa jabatan memberikan info tentang pekerjaan
dan syarat-syarat manusia yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan itu,
dari spesifikasi dijadikan dasar seleksi untuk memutuskan jenis orang yang perlu
direkrut dan diangkat.
2. Kompensasi. Informasi analisa jabatan memberikan pemahaman yang jelas
tentang latar belakang (pendidikan, usia, pengalaman dan sebagainya) orang
yang akan menjabat jabatan itu, sehingga kita dapat menentukan gajinya.
3. Evaluasi jabatan. Informasi analisa jabatan memberikan pemahaman yang
jelas mengenai berat/ringannya pekerjaan, besar/kecilnya resiko yang dihadapi
pekerja, sulit/mudahnya mendapatkan orang yang sesuai. Dengan demikian kita
dapat menetapkan harga/gaji pejabat yang menjabat jabatan tersebut.
4. Penilaian prestasi kerja. Penilaian prestasi kerja merupakan upaya untuk
membandingkan prestasi aktual pegawai dengan prestasi kerja yang diharapkan
darinya. Untuk mengharapkan suatu pekerjaan dapat dikerjakan dengan baik
yakni melalui uraian pekerjaannya.
5. Latihan. Informasi analisa jabatan digunakan untuk merangsang program
latihan dan pengembangan.
B. Pembelanjaan Perusahaan
Fungsi pembelanjaan perusahaan meliputi :
1. Fungsi penggunaan/pengalokasian dana. yakni meliputi perencanaan dan
pengendalian penggunaan aktiva lancar dan tetap. Efisiensi penggunaan dana secara
langsung akan menentukan besar keuntungan yang dihasilkan dari investasi tersebut.
2. Fungsi pemenuhan kebutuhan/pendanaan dana. Dalam hal ini manajemen
keuangan harus mengupayakan agar perusahaan dapat memperoleh dana yang
diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang paling
STRATEGI BISNIS
Pada masa sekarang ini terminologi kata strategi sudah menjadi bagian integral
dari aktivitas organisasi bisnis untuk dapat mempertahankan eksistensinya (tantangan
perubahan lingkungan ekonomi, sosial budaya, teknologi, konsumen, suplier, dan
terutama persaingan).
C. Tingkatan Strategi
Strategi yang disusun dapat kita bedakan menjadi beberapa tingkatan tergantung
pada jenis perusahaan yang melakukannya, apakah perusahaan tunggal (single business)
atau perusahaan terdiversifikasi (diversified company).
Strategi
Fungsional
(SDM, Pemasaran,
Keuangan, Operasional)
Strategi
Operasional
Strategi
Korporat
Strategi
Bisnis
Strategi
Fungsional
(SDM, Pemasaran,
Keuangan, Operasional)
Strategi
Operasional
D. Macam-Macam Strategi
1. Strategi Korporat (Perusahaan)
Strategi yang dirumuskan untuk mencapai tujuan bisnis secara keseluruhan
mencakup bagaimana mengintegrasikan dan mengelola semua bisnis. Korporat
bertanggung jawab membangun “value” dan portofolio bisnis, memastikan bahwa bisnis
akan beroperasi dalam jangka panjang, dan memastikan setiap bisnis yang dimilikinya
kompatibel satu sama lain.
Strategi korporat merupakan game plan keseluruhan dari perusahaan diversifikasi.
Strategi ini menjadi payung atau pedoman strategi bagi seluruh unit bisnis yang dimiliki
2. Strategi Bisnis
Strategi level unit bisnis ini bisa berupa strategi di level anak perusahaan, divisi,
lini produk, atau profit centre lain yang memiliki otonomi pengelolaan bisnisnya sendiri.
Isu dalam strategi bisnis adalah bagaimana mengkoordinasikan fungsi-fungsi
bisnis/manajemen untuk mencapai keunggulan kompetitif.
Di level bisnis strategi yang diformulasikan akan berkaitan dengan posisi bisnis
terhadap pesaing, bagaimana mengakomodasi perubahan tren pasar dan teknologi, dan
upaya-upaya mempengaruhi persaingan melalui tindakan-tindakan strategis sepeti
integrasi vertikal, atau tindakan politis seperti lobi.
1. Strategi Fungsional
Strategi yang diformulasikan dan diimplementasikan di level fungsi manajemen
dari tiap bisnis, seperti fungsi SDM, keuangan, operasional, dan pemasaran. Level ini
menjadi pusat informasi manajemen strategi di level lebih atas yaitu bisnis dan korporat.
Setiap unit fungsional diharuskan mengembangkan strategi bisnis agar dapat
memberikan kontribusi pada kesuksesan strategi bisnis secara keseluruhan
2. Strategi Operasional
Strategi yang diformulasikan dan diimplementasikan di unit-unit operasional
seperti penjualan, distribusi, penyimpanan, promosi, persediaan, penggajian dll.
Keberhasilan manager pada jajaran ini akan menentukan kelancaran proses dan
kesuksesan organisasi secara keseluruhan.
E. Perencanaan Strategi
Pimpinan organisasi setiap hari berusaha mencari kesesuaian antara kekuatan
internal perusahaan dan kekuatan eksternal suatu pasar. Suatu perusahaan
mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang
Perenc anaan Intiutif A ntis if atif Perenc anaan Jangka Panjang Formal
PERENCA NA A N
STRA TEGI
A NA LISIS SITUA SI
1. Misi
2. Tujuan
3. Sas aran
4. Strategi
Adapun tiga strategi yang masing-masing memberikan peluang bagi para manajer
operasi untuk meraih keunggulan adalah:
1. Bersaing pada perbedaan (Differentiation), keunikan dapat melalui karakteristik
fisik maupun atribut jasa yang ditawarkan kepada konsumen sehingga konsumen
mempersepsikannya sebagai nilai.
2. Bersaing pada biaya (Cost Leadership), nuntuk mencapai nilai maksimum yang
diinginkan pelanggan tetapi dengan kualitas yang memadai.
3. Bersaing pada respon cepat (rapid response), melalui keseluruhan nilai yang
terkait dengan pengembangan dan penghantaran barang yang tepat waktu,
penjadwalan yang dapat diandalkan serta kinerja yang fleksibel.
Studi kelayakan usaha/bisnis ialah suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu
bisnis dilaksanakan dengan menguntungkan secara kontinyu. Studi ini pada dasarnya
membahas berbagai konsep dasar yang berkaitan dengan keputusan dan proses
pemilihan proyek bisnis agar mampu memberikan manfaat ekonomis dan sosial
sepanjang waktu. Dalam studi ini, pertimbangan-pertimbangan ekonomis dan teknis
sangat penting karena akan dijadikan dasar implementasi kegiatan usaha.
Hasil studi kelayakan bisnis pada prinsipnya bisa digunakan antara lain:
a. Untuk merintis usaha baru, misalnya untuk membuka toko membangun pabrik,
mendirikan perusahaan jasa, membuka usaha dagang, dan lain sebagainya.
b. Untuk mengembangkan usaha yang sudah ada, misalnya untuk menambah
kapasitas pabrik, untuk memperluas skala usaha, untuk mengganti
peralatan/mesin, untuk menambah mesin baru, dan sebagainya.
c. Untuk memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling
menguntungkan, misalnya pilihan usaha dagang, pilihan usaha barang atau jasa,
pabrikasi atau asemblasi, proyek A atau proyek B, dan lain sebagainya.
4. Tahap Keputusan
Setelah dievaluasi , dipelajari, dianalisis, dan hasilnya meyakinkan, maka langkah
berikutnya adalah tahapan mengambil keputusan apakah bisnis layak dilaksanakan
atau tidak. Karena menyangkut keperluan investasi yang mengandung risiko, maka
keputusan bisnis biasanya berdasarkan beberapa kriteria investasi, seperti Pay Back Period
(PBP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return, dan sebagainya.
KONSEP PRODUKSI
A. Produksi
Produksi adalah perbuatan atau kegiatan manusia untuk membuat suatu barang
menjadi barang yang lain atau mempertinggi nilai dan guna suatu barang untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Dengan demikian produksi meliputi semua
perbuatan/kegiatan yang tidak hanya mencakup pembuatan barang-barang saja, tetapi
dapat juga membuat atau menciptakan jasa pelayanan.
Dilihat dari bidang garapannya, produksi dapat dikelompokkan menjadi sebagai
berikut :
1. Produksi Ekstraktif
Kegiatan produksi yang dilakukan pada perusahan ekstraktif, yaitu dengan cara
mengambil kekayaan alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
manusia tanpa mengubah sifat maupun bentuk barangnya. Contoh : perusahaan
penambangan
2. Produksi Agraris
Kegiatan produksi yang dilakukan pada perusahaan agraris, yaitu dengan cara
mengolah SDA terlebih dahulu sehingga menghasilkan barang baru. Misalnya
mengolah tanah pertanian.
3. Produksi Industri
Kegiatan yang dilakukan pada perusahaan industri berhubungan dengan usaha dan
kegiatan manusia mengolah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau barang
jadi. Kegiatan ini untuk mempertinggi kegunaan dan nilai barang untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
4. Produksi Perdagangan. Kegiatan yang dilakukan perdagangan berhubungan
dengan penyaluran hasil produksi dari produsen kepada konsumen.
5. Produksi Jasa. Walaupun jasa tidak berwujud kongkrit, tetapi manfaatnya dapat
dirasakan.
C. Proses Produksi
Perusahaan tidak terlepas dari proses produksi dalam melaksanakan usahanya.
Oleh karena itu, perusahaan berusaha agar proses produksi dapat dilaksanakan dengan
baik, ekonomi, serta mencegah timbulnya hambatan kegiatan operasi perusahaan.
Proses produksi menurut Sofyan Assauri (2004, p75) adalah cara, metode dan
teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan
menggunakan sumber-sumber daya yang ada.
Selanjutnya proses produksi menurut Sofyan A (2004, p75) dibedakan menjadi
dua jenis yaitu : proses produksi yang menggunakan mesin dan peralatan yang
dipersiapkan untuk memproduksi produk dalam jangka waktu yang lama/panjang, tanpa
mengalami perubahan untuk jenis produksi yang sama.
A. Definisi CSR
Corporate sosial responsibility (CSR) dalam sejaran modern dikenal sejak Howard
R. Bowen (1953) menerbitkan bukunya berjudul sosial responsibilities of the
businessman. Buku ini diterbitkan di AS ide dasarnya yakni kewajiban perusahaan
menjalankan usahanya dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat di
tempat perusahaan tersebut beroperasi.
Menurut Wibisono (2007) CSR sebagai tanggung jawab perusahaan kepada
pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan
(triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Sementara Nursahid (2006) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab moral suatu
organisasi bisnis terhadap kelompok yang menjadi stakeholdernya yang terkena
pengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung dari operasi perusahaan.
Penerapan CSR dangat dipengaruhi oleh pandangan perusahaan mengenai CSR.
Wibisono (2007) menjelaskan beberapa cara pandang perusahaan terhadap CSR, yaitu:
(1) Sekedar basa-basi atau keterpaksaan. Perusahaan mempraktekkan CSR karena
external driven (faktor eksternal), environmental driven (karena terjadi masalah
lingkungan dan reputation driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan); (2)
Sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance); (3) CSR diimplementasikan karena
adanya dorongan yang tulus dari dalam (internal driven).
Saidi (2004) dalam Tanudjaja (2008) membagi CSR menjadi 4 model, yaitu
keterlibatan langsung, melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, bermitra
dengan pihak lain, dan mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Sementara
itu, Wibisono (2007) menjelaskan bahwa penerapan CSR oleh perusahan dapat dibagi
menjadi empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan.
CSR yang diterapkan oleh perusahaan akan mendatangkan berbagai manfaat bagi
perusahaan dan masyarakat yang terlibat dalam menjalankannya. Menurut Wibisono
(2007) manfaat bagi perusahaan yang berupaya menerapkan CSR, yaitu dapat
B. Model CSR
Merujuk pada Saidi dan Abidin (2004 : 64-65) terdapat empat model CSR yang
umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia :
1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung
menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat
tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan
salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager atau
menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan
sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang
lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya, perusahaan
menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur
bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan diantaranya adalah
Yayasan Coca Cola Company.
3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui
kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah (Ornop), instansi
pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam
melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga sosial/Ornop yang bekerjasama dengan
perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain adalah Palang Merah Indonesia (PMI),
Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa; instansi pemerintah
(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/UPI, Depdiknas, Depkes, Depsos); universitas (UI,
ITB, IPB); media massa.
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut
mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk
tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi
pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat "hibah pembangunan". Pihak konsorsium
atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang
C. Prinsip-Prinsip CSR
Penerapan CSR haruslah memiliki landasan yang kuat sehingga tidak ada alasan
apapun yang dapat membiaskan pemahaman terhadap CSR sebagai suatu tuntutan
untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi dunia. CSR sebagai suatu konsep
pada aplikasinya telah didasarkan pada berbagai prinsip-prinsip yang telah
distandarisasikan oleh perkembangan dunia usaha dan pemerhati lingkungan hidup
bahkan sampai organisasi dunia. Hal ini tentu memberikan pembatasan terhadap prinsip